Anda di halaman 1dari 16

KASUS 8

PERSONAL HYGENE
(KEBERSIHAN DAN PERAWATAN DIRI)

FAKTOR YANG MEMENGARUHI PRAKTEK KEBERSIHAN DIRI

a. Nilai-nilai Sosial. Kelompok sosial memengaruhi pilihan higiene. Selama masa kanak-
kanak, kebiasaan keluarga memengaruhi higiene, misalnya frekuensi mandi, waktu
mandi, dan jenis higiene mulut. Pada masa remaja higiene pribadi dipengaruhi oleh
teman. Remaja wanita misalnya menjadi tertarik pada penampilan pribadi dan mulai
memakai riasan wajah.
b. Pilihan Pribadi. Tiap klien memiliki keinginan sendiri dalam menentukan waktu
bercukur, mandi, dan mengurus rambut. Pemilihan produk didasarkan pada selera
pribadi, kebutuhan dan dana. Pengetahuan tentang pilihan klien akan membantu
perawatan yang terindividualisasi. Selain itu, bantu klien untuk membangun praktik
higiene baru jika ada penyakit. Contohnya, perawat mengajarkan perawatan higiene kaki
pada klien penderita diabetes.
c. Citra Tubuh. Citra tubuh adalah konsep subjek seseorang tentang tubuhnya, termasuk
penampilan, struktur dan fungsi fisik. Misalnya, saat klien menjalani operasi, menderita
penyakit, atau perubahan status fungsional, citra tubuh akan berubah dramatis. Untuk hal
ini, berusahalah untuk meningkatkan kenyamanan dan penampilan higiene klien.
d. Status sosial ekonomi. Status ekonomi akan memengaruhi jenis dan sejauh mana praktik
higiene dilakukan. Perawat harus sensitif terhadap status ekonomi klien dan pengaruhnya
terhadap kemampuan pemeliharaan higienenya. Jika klien mengalami masalah
ekonomi,dirinya akan sulit berpatisipasi dalam aktivitas promosi kesehatan seperti
higiene dasar. Jika barang perawatan dasar tidak dapat dibeli oleh klien, carilah
alternatifnya. Pelajari juga apakah penggunaan produk tersebut merupakan bagian
kebiasaan yang dilakukan oleh kelompok sosial klien. Contohnya, tidak semua klien
menggunakan deodoran atau kosmetik.
e. Motivasi dan nilai-nilai kesehatan. Kesulitan internal yang memengaruhi akses praktik
higiene adalah ketiadaan motivasi karena kurangnya pengetahuan. Atasi hal ini dengan
memeriksa kebutuhan klien dan memberikan informasi yang tepat. Berikan materi yang
mendiskusikan kesehatan sesuai dengan perilaku yang ingin dicapai. Penting untuk
mengetahui apakah klien merasa dirinya memiliki resiko.
Contohnya, apakah klien merasa beresiko menderita penyakit gigi, penyakit gigi bersifat
serius, dan apakah menyikat gigi dan menggunakan benang gigi dapat mengurangi
resiko.
f. Nilai Budaya. Kepercayaan budaya dan nilai pribadi klien akan memengaruhi perawatan
higiene. Contohnya, jaga privasi terutama pada wanita yang memiliki budaya menghargai
kesederhanaan wanita, jangan memotong/mencukur rambut tanpa berdiskusi dengan

1
klien atau keluarganya, dan beberapa budaya (cina,filipina) menghindari kegiatan mandi
selama 7-10 hari setelah melahirkan.
g. Tahap Perkembangan. Kedewasaan seseorang akan memberi pengaruh tertentu pada
kualitas diri orang tersebut/klien, salah satunya adalah pengetahuan yang lebih baik.
Pengetahuan itu penting dalam meningkatkan status kesehatan individu. Sebagai contoh,
agar trerhindar dari penyakit kulit, kita harus mandi bersih setiap hari.
h. Kondisi Fisik. Klien dengan keterbatasan fisik biasanya tidak memiliki energi dan
ketangkasan untuk melakukan higiene. Contohnya, pada klien dengan traksi atau gips,
atau terpasang infus intravena. Penyakit dengan rasa nyeri membatasi ketangkasan dan
ruang gerak. Klien di bawah efek sedasi tidak memiliki koordinasi mental untuk
melakukan perawatan diri.Penyakit kronis (jantung,kanker) sering melelahkan klien.
Genggaman yang melemah akibat artritis, stroke, atau kelainan otot menghambat klien
untuk menggunakan alat menggunakan sikat gigi, handuk basah, atau sisir.

KONDISI YANG MEMENGARUHI KEMAMPUAN PASIEN DALAM


MEMPERTAHANKAN KEBERSIHAN DAN PERAWATAN DIRI
1. Gigi dan Mulut :
• Halitosis, bau tidak sedap.
• Pendontal desease (gusi yang mudah berdarah dan bengkak).
• Chilosis, bibir pecah-pecah.
2. Rambut :
• Kutuan
• Ketombe
• Botak (alopecia)
• Radang pada kulit rambut
3. Kuku :
• Ingrown nail, kuku tangan yang tidak tumbuh tumbuh dan sakit pada daerah tersebut.
• Paronchya, radang disekitar jaringan kuku.
• Bau tidak sedap, reaksi mikroorganisme yang menyebabkan bau tak sedap.
Perawatan kebersihan diri untuk :

1. Kulit

Kebersihan kulit sangatlah penting karena kulit merupakan garis pertahanan tubuh yang pertama
dari kuman penyakit. Umumnya, kulit dibersihkan dengan cara mandi. Ketika mandi, kita
sebaiknya menggunakan jenis sabun yang banyak mengandung lemak nabati karena dapat
mencegah hilangnya kelembapan pada kulit dan pilihlah sabun yang tidak menyebabkan iritasi
pada kulit. Cara perawatan kulit adalah sbb :

1) Biasakan mandi minimal dua kali sehari atau setelah beraktivitas.


2) Gunakan sabun yang tidak bersifat iritatif.

2
3) Sabuni seluruh tubuh, terutama area lipatan kulit seperti sela-sela jari, ketiak, belakang
telinga, dll.
4) Jangan gunakan sabun mandi untuk wajah.
5) Segera keringkan tubuh dengan handuk yang bersih dan lembut mulai dari wajah, tangan,
badan, hingga kaki.

Faktor yang memengaruhi kondisi kebersihan kulit antara lain sinar matahari, polusi, temperatur
ekstrim, angin, air, nutrisi, rokok, alkohol, dan stres.

2. Kuku

Kuku merupakan pelengkap kulit. Kuku terdiri atas jaringan epitel. Badan kuku adalah bagian
yang tampak di sebelah luar, sedangkan akarny terletak di dalam lekuk kuku tempat kuku umbuh
dan mendapat makanan. Kuku yang sehat berwarna merah muda. Cara-cara dalam merawat kuku
antara lain:

1) Kuku jari tangan dapat dipotong dengan menggunakan pengikir. Memotongnya dalam
bentuk oval atau mengikuti bentuk jari. Sedangkan kuku jari kaki dipotong dalam bentuk
lurus.
2) Jangan memotong kuku terlalu pendek karena bisa melukai selaput kulit dan kulit di
sekitar kuku.
3) Jangan membersihkan kotoran di balik kuku dengan benda tajam karena akan merusak
jaringan dibawah kuku.
4) Potong kuku seminggu sekali atau sesuai kebutuhan.
5) Khusus untuk jari kaki, sebaiknya kuku dipotong segera setelah mandi atau direndam
dengan air hangat terlebih dahulu.
6) Jangan menggigiti kuku karena akan merusak bagian kuku.
7) Penggunaan cat kuku dapat menyebabkan kuku tidak bernapas sehingga berwarna
kekuningan dan mudah rapuh.

3. Rambut

Rambut merupkan struktur kulit. Rambut yang sehat akan terlihat mengkilap, tidak berminyak,
tidak kering, dan tidak mudah patah. Beberapa hal yang dapat mengganggu pertumbuhan rambut
adalah panas dan kondisi malnutrisi. Bila rambut kotor dan tidak dibersigkan lama-kelamaan
akan menjadi sarang kutu kepala, terkena ketombe dan lebih mudah rontok/patah. Umumnya,
rambut yang pendek lebih mudah perawatannya dibanding rambut yang panjang. Cara-cara
merawat rambut antara lain :

1) Cuci rambut 1—2 kali seminggu (atau sesuai kebutuhan) dengan memakai sampo yang
cocok.
2) Pangkas rambut agar terlihat rapi.

3
3) Gunakan sisir yang bergigi besar untuk merapikan rambut keriting dan olesi rambut
dengan minyak rambut yang mengandung nutrisi.
4) Jangan gunakan sisir bergigi tajam karena bisa melukai kulit kepala.
5) Pijat-pijat kulit kepala saat mencuci rambut agar merangsang pertumbuhan rambut.
6) Pada jenis rambut ikal dan keriting, sisir rambut mulai dari bagian ujung hingga ke
pangkal dengan pelan dan hati-hati.
4. Gigi dan mulut.

Mulut merupakan bagian pertama dari sistem pencernaan yang di dalamnya terdapat gigi dan
lidah serta saliva yang penting untuk membersihkan mulut secara mekanis karena mengandung
Ig A yang dapat membunuh bakteri yang masuk bersama makanan. Mulut merupakan rongga
yang tidak bersih dan penuh dengan bakteri, karenanya harus selalu dibersihkan. Perawatan gigi
dan mulut pada balita dapat menentukan kesehatan gigi dan mulut mereka pada tingkatan usia
selanjutnya. Cara merawat gigi dan mulut antara lain :

1) Tidak makan makanan yang terlalu manis dan asam.


2) Tidak menggunakan gigi untuk menggigit atau mencongkel benda keras misalnya
membuka tutup botol.
3) Menghindari kecelakaan eperti jatuh yang dapat menyebabkan gigi terbentur / patah.
4) Menyikat gigi sesudah makan dan sebelum tidur.
5) Memakai sikat gigi yang berbulu banyak, halus, dan kecil sehingga dapat menjangkau
bagian dalam gigi.
6) Meletakan sikat pada sudut 45° di pertemuan antara gigi dan gusi lalu sikat menghadap
ke arah yang sama dengan gusi.
7) Menyikat gigi dari atas ke bawah dan seterusnya.
8) Memeriksakan gigi secara teratur setiap enam bulan.
5. Mata

Tujuan menjaga kebersihan mata adalah untuk mempertahankan kesehatan mata dan mencegah
infeksi. Mata yang sehat akan tampak jernih dan bersih dari kotoran. Kotoran mata dapat
menempel pada bulu mata dan sudut mata. Cara merawat mata antara lain :

1) Usaplah kotoran mata dari sudut mata bagian dalam ke sudut mata bagian luar.
2) Saat mengusap mata gunakanlah kain yang paling bersih dan lembut.
3) Lindungi mata dari kemasukan debu dan kotoran.
4) Bila menggunakan kacamata, hendaklah selalu dipakai.
5) Bila mata sakit segera periksakan ke dokter.
6. Hidung

Cara merawat hidung antara lain :

1) Jaga agar lubang hidung tidak kemasukan air atau benda kecil.

4
2) Jangan biarkan benda kecil masuk kedalam hidung, sebab nantinya dapat terhisap dan
menyumbat jalannya pernapasan serta menyebabkan luka pada membran mukosa.
3) Sewaktu mengeluarkan debu dari lubang hidung, hembuskan secara perlahan dengan
membiarkan kedua lubang hidung tetap terbuka.
4) Jangan mengeluarkan kotoran dari lubang hidung dengan menggunakan jari karena dapat
mengiritasi mukosa hidung.
7. Telinga

Saat mebersihkan telinga bagian luar, hendaklah kita tetap memerhatikan telinga bagian dalam.
Cara merawat telinga antara lain :

1) Bila ada kotoran yang menyumbat telinga, keluarkan secara pelan denga menggunakan
penyedot telinga.
2) Bila menggunakan air yang disemprotkan, lakukan dengan hati-hati agar tidak
menimbulkan kerusakan pada telinga akibat tekanan air yang berlebihan.
3) Aliran air yang masuk hendaklah diarahkan ke saluran telinga dan bukaan langsung ke
gendang telinga.
4) Jangan menggunakan jari atau cotton bud ketika membersihkan kotoran karena akan
mendorong kotoran menjadi lebih dalam.
5) Jangan menggunakan peniti atau jepit rambut untuk membersihkan kotoran telinga
karena dapat menusuk gendang telinga.
8. Perineum

Tujuannya untuk mencegah dan mengontrol infeksi pada alat reproduksi wanita dan pria. Cara
perawatan perineum antara lain :

1) Bersihkan area perineum secara teratur yaitu dilakukan dengan membersihkan area
genitalia eksterna dua kali sehari pada saat mandi atau setelah buang air kecil dan buang
air besar.
2) Jaga agar area perineum tetap kering.
3) Pada wanita, jika sedang menstruasi gunakan pembalut yang sesuai dan nyaman.
4) Bersihkan secara perlahan dan hati-hati.
9. Tangan

Membersihkan tangan biasanya dengan cara cuci tangan. Cuci tangan perlu dilakukan sebelum
dan sesudah melakukan aktivitas. Bagi perawat, cuci tangan perlu dilakukan saat :

1) Sebelum melakukan tugas, melakukan prosedur, dan sebelum merawat pasien.


2) Di antara prosedur , segera setelah kontak dengan pasien.
3) Sesudah :
a. Kontak dengan cairan tubuh pasien.
b. Memegang benda tekontaminasi.
c. Merawat pasien isolasi.

5
d. Selesai menjalankan tugas
Cara Mencuci Tangan :
1. Lepaskan benda-benda atau perhiasan yang ada di tangan.
2. Atur posisi berdiri terhadap kran air agar diperoleh posisi yang nyaman.
3. Buka kran, atur temperatur air.
4. Basahi tangan dengan air mengalir.
5. Tuangkan sabun cair ke telapak tangan. Gunakan siku ketika menekan botol sabun.
6. Lakukan gerakan tangan, mulai meratakan sabun dengan kedua telapak tangan.
7. Kedua punggung telapak tangan saling bertumpuk, bergantian, untuk membersihkan
punggung tangan dan sela-sela jari.
8. Bersihkan sela-sela jari dengan cara telapak tangan saling terikat dengan jari.
9. Letakkan punggung jari pada telapak tangan yang lain dengan cara saling mengunci.
10. Bersihkan ibu jari dengan cara digosok memutar oleh telapak tangan yang lain dan
bergantian.
11. Jari yang satu menguncup, gosok memutar pada telapak tangan yang lain dan bergantian.
12. Bersihkan pergelangan tangan dengan gerakan memutar secara bergantian.
13. Bersihkan lengan dengan arah menghadap keatas dengan air mengalir sampai bersih.
14. Tutup kran air menggunakan siku.
15. Keringkan tangan dengan hand towel.

10. Kaki
6
Cara merawat kaki anatar lain :

1) Cuci kaki setiap hari dan keringkan dengan baik terutama pada sela-sela jari kaki.
2) Saat mencuci kaki, periksa adanya luka, retak atau pembengkakan pada kulit kaki.
3) Untuk mencegah luka bakar, periksa suhu air sebelum merendam kaki.
4) Gunakan lotion untuk melembabkan kulit kaki.
5) Gunakan deodoran khusus dan bedak kaki yang dapat menyerap kelembaban kaki
untuk mencegah bau tak sedap pada kaki.
6) Kikir kuku searah melewati ujung kuku.
7) Ganti kaus kaki dan sepatu sehari sekali.
8) Jangan menggunakan kaus kaki yang berlubang krena dapat menyebabkan area
penekanan.
9) Pakai sepatu yang pas di kaki yang tidak terlalu menekan kaki / menyebabkan
gesekan karena gesekan dapat menyebabkan kapalan pada kaki.
10) Jangan berjalan dengan bertelanjang kaki, karena cedera/ infeksi mungkin kan
terjadi.
11) Lakukan latihan kaki beberapa kali sehari untuk meningkatkan sirkulasi. Angkat
kaki ke atas ke bawah dan gerakan melingkar.
12) Jangan memakai pakaian yang ketat seperti stoking setinggi lutut dan hindari
duduk dengan menyilangkan kaki di atas kaki karena dapat menurunkan sirkulasi.
13) Saat kaki terasa dingin, gunakan selimut dan kaus kaki tebal.
14) Cuci setiap luka yang terdapat pada kaki secara keseluruhan, oleskan antiseptik
ringan sesuai indikasi dokter.
15) Beri tahu dokter jika mengalami nyeri, kudis, atau adanya perubahan suhu, warna,
dan sensasi pada kaki.

PERBEDAAN PRAKTIK KEBERSIHAN & PERAWATAN DIRI PADA ORANG MUDA


& LANSIA
 ORANG MUDA
 Kelompok sosial mempengaruhi bagaimana pasien dalam pelaksanaan praktik personal
hygiene. Termasuk produk dan frekuensi perawatan pribadi.
 Selama masa kanak-kanak, kebiasaan keluarga mempengaruhi hygiene, misalnya
frekuensi mandi, waktu mandi dan jenis hygiene mulut. Menurut Wartonah, 2004, pada
anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi
perubahan pola Personal Hygiene.
 Pada masa remaja, hygiene pribadi dipengruhi oleh lingkungan. Misalnya remaja wanita
mulai tertarik pada penampilan pribadi dan mulai memakai riasan wajah.
 Pada masa dewasa, teman dan kelompok kerja membentuk harapan tentang penampilan
pribadi.
 LANSIA

7
 Personal hygiene harus senantiasa terpenuhi karena merupakan tindakan pencegahan
primer yang spesifik untuk meminimalkan pintu masuk (port de entry) mikroorganisme
bakteri yang pada ahirnya mencegah seseorang terkena penyakit (Kuntoro, 2015).
Penerapan personal hygiene juga harus senantiasa dilakukan oleh seorang lansia (Efendi,
2013).
 Lansia di lingkungan manapun harus menjaga kebersihan personal hygiene (Efendi,
2013). Hal ini dikarenakan lansia mengalami penurunan fungsi dari berbagai organ-organ
tubuh akibat kerusakan sel-sel karena proses menua, sehingga produksi hormon, enzim,
dan zat-zat yang diperlukan untuk kekebalan tubuh menjadi berkurang (Maryam, 2011).
Kebutuhan akan personal hygiene harus menjadi prioritas utama bagi lansia karena
dengan personal hygiene yang baik maka lansia lebih dapat diterima di masyarakat,
personal hygiene yang baik juga membuat lansia memiliki resiko yang rendah untuk
mengalami penyakit infeksi (Gateaway, 2013).
 Personal hygiene yang tidak baik akan mempermudah tubuh terserang berbagai penyakit
seperti penyakit kulit, penyakit infeksi, penyakit menular, dan penyakit saluran cerna atau
bahkan menghilangkan fungsi bagian tubuh tertentu (Hidayat, 2012). Personal hygiene
yang kurang baik diimbangi dengan biologis lansia yang mengalami penurunan daya
tahan fisik secara terus menerus, dan menjadikan lansia semakin rentan terhadap penyakit
yang dapat menyebabkan kematian (Maryam, 2011).

TINDAKAN YANG DILAKUKAN UNTUK MEMPERTAHANKAN KENYAMANAN


PASIEN SAAT PERAWATAN KEBERSIHAN DIRI

Perawatan diri berdasarkan waktu pelaksanaan dibagi menjadi empat, yaitu :

1. Perawatan dini hari. Merupakan perawatan diri yang dilakukan pada waktu bangun
tidur,untuk melakukan tidakan seperti persiapan dalam pengambilan bahan
pemeriksaan (urine atau fases),memberikan pertolongan,mempersiapkan pasien untuk
melakukan makan pagi dengan melakukan tindakan perawatan diri seperti mencuci
muka dan tangan,serta menjaga kebersihan mulut.
2. Perawatan pagi hari. Perawatan yang dilakukan setelah melakukan makan pagi
dengan melakukan perawatan diri seperti melakukan pertolongan dalam pemenuhan
kebutuhan eliminasi (baung air besar dan kecil) , mandi atau mencuci rambut,
melakukan perawatan kulit,melakukan pijatan pada punggung,membersihkan
mulut,kuku,serta merapikan tempat tidur pasien.
3. Perawatan siang hari. Perawatan diri yang dilakukan setelah melakukan berbagai
tindakan pengobatan atau pemeriksaan dan setelah makan siang. Berbagai tindakan
perawatan diri yang dapat dilakukan antara lain, mencuci muka dan tangan,
membersihkan mulut,merapikan tempat tidur,serta melakukan pemeliharaan
kebersihan lingkungan kesehatan pasien.
4. Perawatan menjelang tidur. Perawatan diri yang dilakukan pada saat menjelang
tidur agar pasien dapat tidur atau beristirahat dengan tenang. Berbagai kegiatan yang

8
dapat dilakukan antara lain,pemenuhan kebutuhan eliminasi (buang air besar dan
kecil),mencuci tangan dan muka,membersihkan mulut, serta memijat daerah
punggung.

PERAWATAN DAN KEBERSIHAN DIRI PADA PASIEN DENGAN PENURUNAN


FUNGSI KOGNITIF

Fungsi kognitif adalah kemampuan mental yang terdiri dari atensi, kemampuan berbahasa, daya
ingat, kemampuan visuospasial, kemampuan membuat konsep dan intelegensi (Kaplan, 1997;
American Psychology Assosiation, 2007).

Perubahan fungsi kognitif biasanya terjadi pada lansia. Proses penuaan ini menyebabkan
penurunan kemampuan dan fungsi otak bagian kanan seperti penurunan daya ingat, penurunan
kemampuan penamaan, penurunan mengenali wajah orang, kesulitan dalam berkomunikasi non
verbal, dan kesulitan dalam berkonsentrasi. Pada beberapa individu, penurunan fungsi kognitif
dapat berlanjut sehingga menyebabkan demensia. Demensia merupakan kumpulan gejala
(sindrom) yang meliputi penurunan daya ingat atau memori, disertai penurunan kemampuan
paling sedikit dua dari domain intelektual seperti keterampilan verbal, kemampuan kalkulasi,
kontrol motorik, dan sebagainya.

Tanda dan gejala demensia

 Kesukaran dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari


 Pelupa
 Sering mengulang kata-kata
 Tidak mengenal dimensi waktu, misalnya tidur di ruang makan
 Cepat marah dan sulit di atur.
 Kehilangan daya ingat
 Kesulitan belajar dan mengingat informasi baru
 Kurang konsentrasi
 Kurang kebersihan diri
 Rentan terhadap kecelakaan: jatuh
 Mudah terangsang
 Kurang koordinasi gerakan.

Perawatan diri pada pasien dengan penurunan fungsi kognitif, antara lain :
Memandikan Pasien Demensia
1. Personalisasi mandi sesuai dengan kebiasaan atau tradisi mandi pasien.
2. Gunakan pendekatan yang fleksibel dengan menyediakan pilihan dan kontrol atas waktu
dan jenis aktivitas mandi.
3. Hindari istilah-istilah mandi jika memungkinkan untuk mengurangi kecemasan.
4. Pastikan privasi dan keamanan saat membuka baju dan memandikan.
9
5. Beri lingkungan yang nyaman.
6. Berikan alasan untuk mandi.
7. Bimbing untuk mandi secara perlahan-lahan dengan terlebih dahulu membiarkan tetesan
air di tangan.
8. Berikan waktu untuk melakukan perawatan dengan cara yang tidak terburu-buru.
9. Buka pakaian pasien secara bertahap di kamar mandi sambil membahas sesuatu yang
menarik selain mandi.
10. Gunakan peralatan mandi yang tidak asing untuk meningkatkan relaksasi.
11. Pastikan air memiliki suhu yang sesuai.
12. Kurangi perasaan dingin dengan menyediakan handuk hangat, mencuci wajah dan rambut
saat terakhir, atau mencuci kaki terlebih dahulu.
13. Letakan handuk hangat di atas kepala dan bahu saat membersihkan ekstremitas bawah.
14. Lihat pasien sebagai manusia seutuhnya dengan berfokus pada “manusia” daripada hanya
berfokus pada tugas yang dilakukan.
15. Tetapkan perawat yang dipercaya dengan sikap ramah.
16. Gunakan cara persuasif yang lembut dan bukan paksaan.
17. Diskusikan topik-topik yang menarik yang menyenangkan bagi pasien.
18. Berikan sentuhan yang lembut.
19. Tetapkan pengasuh dengan jenis kelamin yang sama jika tersedia.
20. Berikan obat nyeri sebelum mandi jika gerakan mandi menyakitkan.
21. Lepaskan gigi palsu atau tawarkan sesuatu untuk dimakan untuk mencegah menggigit
selama mandi.
22. Gunakan peralatan mandi yang nyaman.
23. Berikan sesuatu untuk terus dipegang selama mandi berlangsung.

PROSES PERKEMBANGAN YANG MEMPENGARUHI KEBERSIHAN DAN


PERAWATAN DIRI

1. Bayi

Pada bayi baru lahir, dianjurkan untuk mandi menggunakan spons. Setelah mandi, bayi harus
segera dikeringkan dan diselimuti. Orang tua perlu diberi informsi bahwa kemampuan bayi
mengatur suhu tubuh belum berkembang sepenuhnya dan mudah kehilangan panas.

2. Anak-Anak

Awasi dengan cermat saat anak mandi dalam bak. Jangan tinggalkan mereka tanpa pengawasan.

3. Remaja Dan Dewasa

Remaja sangat membutuhkan deodoran dan atiperspiran karena sekresi dari kelenjar keringat
yang baru aktif yang bereksi dengan bakteri kulit akan mengeluarkan bau yang tajam. Pilih

10
deodoran yang sesuai dengan kulit dan tidak bersifat iritatif. Gunakan deodoran/ antiperspiran
setelah mandi.

4. Lansia

a. Perubahan seiring penuaan dapat menurunkan fungsi protektif pada kulit lansia.
Perubahan ini termasuk kulit rapuh, kurang minyak dan lembap, dan menurunkan
elastisitas

b. Untuk meminimlkan kulit kering pada lansia, hindari penggunaa sabun yang berlebihan

c. Hindari penggunaan bedak karena dapat menyebabkan kelembapan kulit berkurang dan
bahaya inhalasi. Tepung kanji juga harus dihindari karena jika lembap akan dipecahkan
menjadi glukosa dan dapat memfasilitasi pertumbuhan organisme

d. Lindungi klien lansia dari cedera yang berhubungan dengan luka bakar air panas.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN KEBERSIHAN


DIRI

1. PENGKAJIAN
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. INTERVENSI
4. IMPLEMENTASI
5. EVALUASI

TAHAP 1 : PENGKAJIAN
1. Sebelum memberikan perawatan higiene, kumpulkan data untuk menentukan area-area
yang penting untuk perawatan higiene.
2. Tidak semua bagian tubuh dikaji sebelum melaksanakan higiene, tetapi kajilah secara
rutin. Contohnya, saat perawatan mulut, inspeksi juga kondisi gigi & mukosa mulut. Jika
ia memiliki masalah berulang (kulit kering atau inflamasi mukosa), lakukan pengkajian
sebelum melakukan perawatan.
3. Perawatan higiene: kesempatan untuk mengkaji dan mengidentifikasi temuan untuk
masalah kesehatan.
 Kemampuan Dalam Merawat Diri
Kondisi klien terus berubah sehingga dibutuhkan pemikiran kritis yang kontinu. Selama
pemeriksaan, pertimbangkan semua unsur yang merujuk ke diagnosis keperawatan.
Penggunaan sikap pemikiran kritis seperti rasa ingin tahu, renfah hati sangat penting untuk
merancang rencana perawatan yang sesuai dengan kebutuhan klien.
 Pemeriksaan Fisik
Selama pelaksanaan higiene diri kaji status integumen, struktur rongga mulut, mata, telinga,
dan hidung. Dengan inspeksi dan palpasi, cari perubahan integritas dan fungsi jaringan, serta

11
jenis dan sejauh mana higiene dibutuhkan. Perhatian khusus diberikan pada karakteristik yang
paling dipengaruhi higiene.
Apakah kulit utuh, terutama pada penonjolan tulang? Apakah kulit kering akibat terlalu sering
mandi? Apakah ada kalus kaki yang dapat dikurangi dengan rendaman air? Apakah ada lapisan
di lidah yang perlu disikat? Data ini akan menjadi dasar untuk menentukan apakah tindakan
higiene telah mempertahankan atau meningkatkan kondisi klien.
 Penggunaan Alat Bantu Sensorik Oleh Klien
1. Kacamata
 Tujuan pemakaian (membaca, jauh, atau keduanya)
 Adanya gejala (buram, fotofobia, nyeri kepala, iritasi)
2. Lensa kotak
 Jenis lensa
 Frekuensi dan durasi pemakaian (termasuk saat tidur)
 Adanya gejala (terbakar, berair, merah, iritasi, bengkak, sesitivitas terhadap cahaya)
 Penggunaan tetes/salep mata
 Penggunaan kartu atau identifikasi kedauratan untuk memberitahu pihak lain agar
melepaskan lensa kontak klien pada saat darurat
3. Mata Palsu
 Metode memasukka dan melepaskannya
 Metode pembersihan
 Adanya gejala (cairan, inflamasi, nyeri orbita)
4. Alat Bantu Dengar
 Jenis alat bantu dengar
 Metode pembersihan
 Kemampuan klien mengubah baterai dan menyesuaikan volume
 Praktik Higiene
1. Memperlihatkan pilihan klien untuk mengurus diri.
Contohnya, gaya rambut dan merapikan kuku dalam bentuk tertentu. Jika klien memiliki
kecacatan fisik, dibutuhkan perhatian khusus. Contohnya, gunakan teknik khusus untuk
merapikan kuku kaki pada klien diabetes.
2. Meminta klien untuk membantu atau menunjukkan cara dirinya mengurus diri akan
memberi rasa kemandirian dan menghindari rasa tidak nyaman pada klien.
 Pengaruh Kebudayaan
Latar belakang budaya memengaruhi kebutuhan higiene, baik dari segi praktik, pilihan serta
sensitivitas terhadap ruang pribadi.
Klien membutuhkan rencana perawatan yang kompeten dan sesuai budayanya. Praktik higiene
dipengaruhi budaya dan dapat menjadi sumber konflik di rumah sakit. Kegiatan mandi, higiene
perineal, dan perawatan rambut merupakan hal yang sensitif. Higiene merupakan masalah
pribadi; klien dengan budaya yang berbeda memiliki praktik dan kebutuhan pengasuhan yang
berbeda.

12
Contoh :
 Kaum China-Amerika menganggap tindakan yang disertai sentuhan dan kontak yang
dekat sebagai hal yang tidak sopan.
 Vietnam-Amerika merasa tidak nyaman saat punggungnya dibersihkan.
 Cina, Filipina menghindari kegiatan mandi selama 7-10 hari setelah melahirkan.
 Cina, Jepang, Korea, Hindu menganggap bagian tubuh atas lebih bersih dibandingkan
bagian bawah.
 Pada umat Hindu dan Muslim, tangan kiri digunakan untuk membersihkan sedangkan
tangan kanan digunakan untuk makan dan berdoa.
Implikasi terhadap Praktik
 Jaga privasi, terutama pada wanita yang memiliki budaya menghargai kesederhanaan
wanita.
 Sediakan perawat yang sensitif terhadap masalah gender pada sesuai kebutuhan atau
permintaan.
- Pada beberapa budaya, sentuhan antar-pria dan wanita merupakan tabu.
- Jika perawat yang sensitif terhadap masalah gender tidak tersedia, minta bantuan
keluarga.
 Menanyakan klien tentang hal yang klien inginkan dan boleh atau tidak boleh dilakukan,
dengan itu membuat klien merasa nyama dengan tindakan yang dilakukan.
 Jangan memotong/mencukur rambut tanpa berdiskusi dengan klien atau keluarganya.
 Berikan alasan yang membuat klien menerima intervensi Anda.
 Risiko Masalah Higiene
1. Risiko ini timbul akibat efek samping obat, kurangnya pengetahuan, ketidakmampuan
melakukan higiene, atau kondisi fisik yang berpotensi mencederai integumen atau
struktur lain. Contohnya, klien dengan imobilisasi dan demam membutuhkan frekuensi
mandi yang lebih sering untuk meminimalkan keringat, dan penggantian posisi untuk
menghindari kerusakan kulit.
2. Antisipasi adanya predisposisi risiko pada klien dan lakukan pengkajian lengkap.
Contohnya, klien dengan kemoterapi kanker berisiko kehilangan flora normal mulut
yang akan menimbulkan bakteri oportunistik. Jika klien diaforesis, perhatikan area
payudara wanita dan area perineum untuk memeriksa adanya kelembapan dan iritasi
kulit. Antisipasi masalah yang ditimbulkan oleh risiko ini untuk memberikan
pencegahan. Pengkajian mencakup tinjauan riwayat medis dan operasi, obat, dan
faktor risiko spesifik yang mungkin dimiliki klien.
TAHAP 2 : DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penetapan diagnosis membutuhkan pemikiran kritis yang mengidenfikasi masalah
kesehatan potensial. Lakukan pengkajian dengan sempurna untuk memperlihatkan semua
karakteristik yang tepat sehingga muncul diagnosis yang tepat.

13
2. Klien dengan perubahan aktual (gangguan integritas jaringan) atau risiko (risiko infeksi)
menentukan fokus intervensi keoerawatan. Klien dengan perubahan aktual membutuhkan
perawatan higiene ekstensif daripada sekedar higiene rutin. Contohnya:
 Jika klien mengalami kerusakan kulit, lakukan perawatan lebih seiring untuk menjaga
permukaan kulit tetap kering, bersih, dan menghilangkan faktor seperti kelembapan
atau cairan yang memperburuk kondisi kulit.
 Jika klien berisiko menderita masalah, ambil tindakan preventif. Pada kasus risiko
gangguan membran mukosa mulut, jaga agar mukosa tetap terhidrasi baik, kurangi
makanan yang iritatif, dan lakukan pembersihan yang mengurangin inflamasi
jaringan.
3. Mengidentifikasi faktor terkait akan membimbing Anda saat memilih intervensi
keperawatan.
Contoh yang berhubungan dengan masalah higiene:
 Kepercayaan diri rendah kronis
 Defisit pengetahuan tentang praktik hygiene
 Kelelahan
 Gangguan gigi
 Gangguan membran mukosa mulut
 Gangguan mobilitas fisik
 Pemeliharaan kesehatan yang tidak efektif
 Perfusi jaringan yang tidak efektif
 Risiko gangguan integritas kulit
 Risiko iritasi

TAHAP 3 : INTERVENSI (PERENCANAAN)


1. Pada tahap ini, susun informasi dari berbagai sumber. Menggunakan pemikiran kritis
memastikan bahwa rencana perawatan klien mengintergrasikan semua hal yang diketahui
tentang klien dan unsur pemikiran kritis yang penting. Klien dapat memiliki diagnosis
multipel.
2. Pengalaman sebelumnya sangat membantu dalam mengadaptasikan teknik higiene untuk
kebutuhan khusus. Strandar profesional penting untuk dipertimbangkan saat menyusun
rencana perawatan. Standar ini membangun pedoman berbasis bukti untuk pelayanan.
Contohnya, pedoman perawatan kaki diabetik oleh Diabete Committee of the American
Orthopedic Foot and Ankle Society 2005 mengidentifikasi orang yang berisiko untuk
menderita komplikasi serta pilihan tindakan preventif dan terapinya. (Pinzur et al., 2005).
 Tujuan dan Hasil
Bentuklah kerjasama dengan klien dan keluarga untuk mengidentifikasi tujuan dan hasil yang
diharapkan dan membangun rencana perawatan yang sesuai diagnosis. Contohnya, tetapkan
tujuan dengan kemampuan perawatan gigi diri klien dan sumber daya dan berfokuslah pada
pemeliharaan atau peningkatan kondisi kulit, mukosa mulut, atau higiene gigi. Tetapkan hasil

14
yang dapat diukur dan dicapai sesuai keterbatasan klien. Selain itu, bekerjalah dengan klien
untuk memilih tindakan higiene yang terindividualisasi.
Saat memberikan perawatan higiene klien, Anda akan melayani berbagai macam klien dengan
berbagai kemampuan perawatan diri dan kebutuhannya. Contohnya, perawat dengan klien
penderita kelumpuhan akibat stroke menyusun tujuannya, “Kulit klien tetap bebas dari
kerusakan”. Kemudian susun hasil yang diharapkan yang realistik untuk membantu klien
mencapai tujuan ini. Hasil dapat mencakup:
• Kulit klien bersih, kering, dan intak tanpa tanda inflamasi.
• Kulit klien tetap elastis dan terhidrasi baik.
• Kulit klien bebas dari tekanan.
 Menetapkan Prioritas
1. Kondisi klien memengaruhi rencana tindakan higiene.
Klien dengan penyakit serius membuhkan mandi harian karena sekresi tubuh yang
menumpuk. Beberapa klien lansia membutuhkan kunjungan rumah untuk membantu
kegiatan mandi. Klien yang tidak bergerak aktif pada siang hari dan memiliki kulit yang
cenderung kering mungkin hanya membutuhkan mandi sebanyak dua kali sehari.
2. Rencanakan bantuan yang dibutuhkan bagi klien yang lemah atau memiliki koordinasi
buruk. Contohnya, klien dengan kelumpuhan parsial yang sulit keluar dari bak mandi
harus memiliki kursi bak, pegangan tangan, atau personel tambahan untuk membantu.
 Pelayanan Kolaboratif
Perencanaan pelayanan selama masa inap di rumah sakit sangat penting, begitu juga pada saat
pemulangan atau pemindahan ke fasilitas rehabilitasi dan rumah. Saat klien membutuhkan
bantuan karena keterbatasan perawatan diri, keluarga menjadi sumber daya yang berharga.
Keluarga sering membutuhkan bantuan dalam mengadaptasi teknik untuk menyesuaikan
keterbatasan klien. Ketahuilah peralatan dan prosedur yang digunakan di institusi sehingga
klien dan keluarga mengetahui perawatan, memiliki keterampilan yang dibutuhkan, dan dapat
mengakses peralatan yang dibutuhkan.

TAHAP 4 : IMPLEMENTASI
1. Penyediaan higiene merupakan bagian dasar dari pelayana klien. Praktik pelayanan
membantu menghilangkan kegelisahan dan membentuk kenyamanan dan ketenangan
saat melakukan tiap tindakan higiene.
2. Membantu dan mempersiapkan klien sehingga mereka mampu melakukan perawatan
higiene sendiri. Meliputi edukasi teknik higienis yang tepat dan menghubungkan klien
dengan sumber daya masyarakat yang dibutuhkan.
3. Implementasi merupakan pelaksanaan dari asuhan keperawatan meliputi prosedur
kerjanya.

TAHAP 5 : EVALUASI
1. Evaluasi higiene dilakukan selama dan setelah tiap keterampilan tertentu. Misalnya, saat
memandikan klien, menginspeksi kulit untuk melihat apakah sekret atau kotoran telah
15
dibersihkan. Setelah mandi selesai, tanyakan apakah klien merasa nyaman dan rasa rileks
meningkat.
2. Saat mengevaluasi tindakan higiene, amati perubahan perilaku klien. Apakah posisi klie
menjadi lebih rileks? Apakah klien bebas dari bau badan? Apakah klien dapat tidur?
Apakah ekspresi wajah klien memperlihatkan rasa nyaman?
3. Biasanya dibutuhkan waktu untuk perawatan higiene agar meningkatkan kondisi klien.
Tentukan apakah kenyamanan klien meningkat dan apakah terapi yang diberikan telah
efektif.
4. Selama evaluasi, pertimbangkan tujuan perawatan dan evaluasi apakah hasil yang
diharapkan telah tercapai. Pendekatan berpikir kritis mempertimbangkan semua faktor
saat mengevaluasi pelayanan klien.
5. Dasar pengetahuan perawat dan pengalamannya merupakan perspektif penting saat
menganalisis data pengkajian klien. Contohnya, observasi kontinu mukosa mulut
membantu menentukan efektifitas praktik higiene mulut. Apakah mukosa yang
sebelumnya meradang telah membaik? Standar evaluasi adalah hasil harapan yang
ditetapkan saat menyusun rencana perawatan klien. Jika hasil tidak tercapai, Anda harus
merevisi rencana perawatan. Teruskan pemikiran kritis ini saat mempertimbangkan
semua temuan evaluasi.
6. Aspek akhir dari evaluasi akan menentukan apakah harapan klien tentang higiene telah
terpenuhi. Ajukan pertanyaan berikut: Apakah ada cara lain agar kami dapat lebih baik
merawat Anda? Tindakan apalagi yang Anda rasa penting untuk menjaga kebersihan
Anda?
7. Harapan klien merupakan pedoman penting untuk menentukan kepuasannya Anda harus
merasa nyaman dalam membahas kekhawatiran dan harapan klien. Pendekan yang penuh
perhatian akan membantu diskusi masalah ini.

16

Anda mungkin juga menyukai