Askep Luka Bakar-2
Askep Luka Bakar-2
KELOMPOK VIII
PRODI S1 KEPERAWATAN
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata’ala, karena berkat rahmat-
Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna
oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................
BAB I PENDAHULUAN......................................................................
A. Latar Belakang.....................................................................
B. Tujuan penulisan.................................................................
C. Metode................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................
A. Definisi................................................................................
B. Etiologi................................................................................
C. Klasifikasi.............................................................................
D. Anatomi fisiologi kulit........................................................
E. Patofisiologi.........................................................................
F. Pathway...............................................................................
G. Komlikasi.............................................................................
H. Manifestasi klinik................................................................
I. Pemeriksaan diagnostic......................................................
J. Penatalaksanaan.................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN......................................................
A. Pengkajian...........................................................................
B. Diagnosa keperawatan .......................................................
BAB IV PENUTUP.............................................................................
A. Kesimpulan.........................................................................
B. Saran..................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi
kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung masalah kompleks
ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan.
Dua puluh tahun lalu, seorang dengan luka bakar 50% dari luas, permukaan tubuh dan
mengalami komplikasi dari luka dan pengobatan dapat terjadi gangguan fungsional, hal ini
mempunyai harapan hidup kurang dari 50%. Sekarang seorang dewasa dengan luas luka
bakar 75% mempunyai harapan hidup 50% dan bukan merupakan hal yang luar biasa untuk
memulangkan pasien dengan luka 95% yang diselamatkan. Pengurangan waktu
penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini untuk mencegah komplikasi,
pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka dan teknik rehabilitas yang lebih efektif
semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan hidup pada sejumlah klien dengan luka
bakar serius.
Di Amerika kurang lebih 2 juta pendudukanya memerlukan pertolongan medik setiap
tahunnya yang disebabkan karena luka bakar 70.000 diantaranya dirawat di rumah saki
dengan luka yang berat. Luka bakar merupakan penyebab kematian ketiga akibat kecelakaan
pada semua kelompok umur laki-laki cenderung lebih sering mengalami luka bakar dari pada
wanita, terutama pada orang tua atau lanjut usia (di atas 70 tahun).
Sedangkan di Indonesia masih merupakan problem yang berat, perawatan dan
rehabilitasnya masih sukar memerlukan ketekunan serta biaya yang mahal, tenaga terlatih
dan terampil mengingat banyaknya masalah dan komplikasi yang dapat dialami pasien.
Dalam lima tahun terakhir ini rumah sakit pertamina menerima antara 33-53 penderita luka
bakar sedang dan berat yang dirawat di unit luka bakar rumah sakit pusat pertamina (rerata :
40 penderita/tahun) dari jumlah tersebut yang masuk dlam kategori luka bakar berat rerata
21%. Angka kematian luka bakar berat dimanapun di pusat-pusat luka bakar masih cukup
tinggi sekitar 40-50%.
2. Tujuan penulisan
Mampu mengetahui dan memahami tentang perawatan palliative dengan kasus luka bakar
3. Metode
Metode adalah suatu cara atau teknik yang sistematik untuk mengerjakan atau memberikan
solusi terhadap permasalahan yang terjadi. Adapun metodologi yang penulis gunakan unuk
menyelesaikan berbagai permasalahan yang ditemukan adalah metode deskriptif dan argumentatif
dengan menggunakan studi kepustakaan dengan cara membaca buku-buku dan berdiskusi untuk
mengambil kesimpulan. Disamping itu menggunakan kasus fiktif melalui penelaah kasus.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Defenisi
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti
api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi, juga oleh sebab kontak dengan suhu
rendah (fros – bite).
Luka bakar adalah respon kulit dan jaringan sub kutan terhadap trauma
suhu/termal. Luka bakar dengan ketebalan parsial merupakan luka bakar yang tidak
merusak epitel kulit maupun hanya merusak sebagian dari epitel. (At a glance ilmu,
bedah, 2007)
Luka bakar adalah terpaparnya tubuh manusia oleh zat yang bersuhu tinggi
(heat) atau yang dapat memicu suhu tinggi, baik karena reaksi kimia maupun reaksi
fisika.
2. Etiologi
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ketubuh
panas tersebut dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik berbagai
faktor dapat menjadi penyebab luka bakar beratnya luka bakar juga dipengaruhi oleh
cara lamanya kontak dengan sumber air panas, misalnya suhu benda yang membakar,
jenis pakaian yang terbakar, sumber panas, api, air panas, dan zat kimia, minyak panas,
listrik dan radiasi.
3. Klasifikasi
a. Berat / kritis bila :
1) Derajat 2 dengan luas lebih dari 25%
2) Derajat 3 dengan luas lebih dari 10% atau terdapat dimuka, kaki dan tangan
3) Luka bakar disertai trauma jalan napas atau jaringan lunak luas, atau fraktus
4) Luka bakar akibat listrik
b. Sedang bila :
1) Derajat 2 dengan luas 15-25%
2) Derajat 3 dengan luas kurang dari 10%, kecuali muka, kaki dan tangan
c. Ringan bila :
1) Derajat 2 dengan luas kurang dari 15%
2) Derajat 3 kurang dari 2%
a. Fungsi proteksi, kulit menjaga bagian tubuh gangguan fisis atau mekanis, misalnya
terhadap gesekan tarikan gangguan kimiawi yang terdapat menimbulkan iritasi
seperti lisol, karbol dan asam kuat.
b. Proteksi rangsangan kimia, dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang
impermiabel terhadap berbagai zat kimia dan air. Lapisan keasamaan kulit yang
melindungi kontak zat kimia dan kulit.
c. Sungsi absorbsi, kulit yang tidak mudah menyerap air, larutan dan benda pada tetapi
cairan yang mudah menguap dan mudah diserap begitu juga yang larut dalam
lemak.
d. Fungsi kulit sebagai pengatur panas. Suhu tubuh tetap stabil meskipun terjadi
perubahan suhu lingkungan.
e. Fungsi ekskresi, kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi.
Atau zat sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, Urea, asam urat dan amonia.
f. Fungsi persepsi, kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik didemis dan subkotis.
Respon terhadap rangsangan panas diperankan oleh dermis dan subkutis, terhadap
dingin diperankan oleh dermis, perabaan diperankan oleh papila dermis dan markel
renvier, sedangkan tekanan diperankan oleh epidermis. Selaput saraf sensorik lebih
banyak jumlahnya didaerah yang erotik.
g. Fungsi pembentukan figmen, sel membentuk figmen (melanosit) terletak pada
lapisan basal dan sel ini berasal dari rigi saraf
h. Fungsi keratinisasi dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan
i. Fungsi pembentukan vitamin D dengan mengubah dehidroksi kolesterol dengan
pertolongan sinar matahari. Kulit adalah organ yang paling luas permukaannya yang
membungkus seluruh bagian luar tubuh sehingga kulit sebagai perlindungan tubuh
terhadap bahaya bahan kimia. Kulit merupakan indikator bagi seseorang untuk
memperoleh kesan umum dengan melihat perubahan yang terjadi pada kulit.
Misalnya menjadi pucat, kekuning-kuningan, kemerah-merahan atau suhu kulit
meningkat, memperlihatkan adanya kelainan yang terjadi pada tubuh atau gangguan
kulit karena penyakit tertentu. Kulit terdiri atas tiga lapisan yaitu epidermis, dermis
dan jaringan sub kutan. Epidermis merupakan lapisan yang terluar dengan ketebalan
0,2 mm. jaringan subkutan dan hipodermis adalah lapisan kulit yang terdalam.
(Syaifuddin, AMK, tahun 2006, hal 310)
5. Patofisiologi
Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena kondiisi panas langsung atau radiasi
elektromgnetik. Drajat luka bakar berhubungan dengan beberapa factor, termasuk
konduksi jaringan yang terkena, waktu kontak dengan sumber tenaga panas dan
pigmentasi permukaan. Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur yang kurang
tahan terhadap konduksi panas, sedang tulang, paling tahan. Jaringan lain memiliki
kondisi sedang. Sumber-sumber radiasi elektromagnetik meliputi sinar X, gelombang
mikro, sinar ultraviolet, dan cahaya tampak. Radiasi ini dapat merusak jaringan baik dan
jaringan panas(gelombang mikro) atau ionisasi (sinar X). Sel-sel dapat menahan
temperature sampai 40C, tampak kerusakan bermakna. Antara 44-51C, kecepatan
kerusakan jaringan berlipat ganda untuk setiap kenaikan derajat temperature dan waktu
penyiaran yang terbatas yang dapat ditoleransi. Diatas 51C , protein terdenaturasi dan
kecepatan kerusakan jaringan yang sangat hebat. Temperature diatas 70C menyebabkan
kerusakan selular yang sangat cepat dan hanya
periode penyiaran yang sangat singkat yang dapat ditahan. Pada rentang panas yang
lebih rendah, tubuh dapat mengeluarkan tenaga panas dengan perubahan sirkulasi,
tetapi pada rentang panas lebih tinggi hal ini tidak efektif. Luka bakar terbentu dari
beberapa daerah, dimulai dengan daerah koagulasi jaringan pada titik kerusakan
maksimal. Mengelilingi daerah koagulasi terdapat daerah statis yang ditandai adanya
akiran l=darah ang cepat dan terdiri dari sel-sel yang masih bisa diselamatkan. Di
sekeliling daerah statis terletak daerah hiperemia, tempat sel kurang rusak dan dapat
smebuh smepurna. Dengan pengeringan atau infeksi, sel pada daerah statis dapat hilang
dan luka dengan kedalaman tidak penuh diubah menjaid kedalaman penuh. Salah satu
tujuan perawatan luka bakar adalah menghindari hilangnya kedua daerah luar ini. Luka
bakar secara klasik, dibagi atas derajat satu, dua, dan tiga, luka drajat satu hanya
mengenai epidermis luar dan tampak sebagai daerah hieperemia dan eritema. Luka
derajat dua mengenai lapisan epidermis yang lebih dalam dan sebagian dermis serta
lepuh dan edema dan basah. Luka derajat tiga mengenai semua lapisan epidermis dan
dermis serta biasanya tampak sebagai luka kering, seringkali dengan vena koagulasi
yang terbanyang melalui permukaan kulit Walaupun klasifikasi luka bakar ini cukup
bermanfaat dan dewasa ini sering di gunakan, namun luka bakar lebih baik
digunakan,namun luka bakar lebih baik
diklasifikasi sebagai ‘sebagian ketebalan kulit meliputi luka derajat satu dan dua,luka
seluruh ketebalan kulit meliputi luka derajat tiga. Penggunaan system klasifikasi
kedalaman luka ini dapat memberi gambaran klinik tentang apakah luka sembuh secara
spontan atau apakah membutuhkan cengkokan. Pada evaluasi awal,sering sulit untuk
memeriksa kedalaman luka,terutama pada luka dermis yang dalam (derajat dua)
Kedalaman luka tidak hanya tergantung pada tipe agen bakar dan saat kontaknya,tetapi
juga terhadap ketebalan kulit didaerah luka dan penyediaan darahnya. Daerah-daerah
kulit tebal membutuhkan kontak lebih lama terhadap sumber panas untuk mendapat
luka seluruh ketebalan kulit dari pada daerah berkulit tipis.kulit pasien lebih lanjut usia
dan bayi lebih tipis pada semua daerah dari pada kelompok umjur lain,serta merupakan
factor pertimbangan penting untuk menentukan kedalaman luka bakar pada pasien ini.
6. Pathway
7. Komplikasi
Sindrum kompartemen dari luka bakar sirkumferensial (luka bakar pada ekstremitas
→ iskemia ekstremitas. Luka bakar turaks → hipoksia dari gagal nafas restriktif) cegah
dengan eskarotomi segera)
a. Hiperkalemia
b. Gagal ginjal akut
c. Infeksi
d. Ulkus akibat stres (ulkus curling)
8. Manifestasi Klinik
Derajat luka bakar
a. Derajat 1 (luka bakar superfisial)
Luka bakar derajat ini ditandai dengan kemerahan yang biasanya akan sembuh
tambah jaringan parut dalam waktu 5-7 hari
b. Derajat II (luka bakar dermis)
1) Derajat II dangkal
Dimana kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis dan penyembuhan
terjadi secara spontan dalam 10-14 hari.
2) Derajat II dalam
Dimana kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis. Penyembuhan
terjadi lebih lama tergantung bagian dermis yang memiliki kemampuan
reproduksi sel-sel kulit. Penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari 1 bulan.
c. Derajat III
Luka bakar derajat tiga meliputi seluruh kedalaman kulit yaitu epidermis dan dermis.
Oleh karena tidak ada lagi elemen epitel yang hidup maka untuk mendapatkan
kesembuhan harus dilakukan cangkok kulit.
9. Pemeriksaan Diagnostik
10. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan tempat pasien dirawat
melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan disiplin ilmu antara lain mencakup
penanganan awal (ditempat kejadian) tindakan yang dilakukan dalam pelaksanaan
pasien luka bakar antara lain tetapi cairan, terapi nutrisi, fisioterapi dan psikiatri.
b. Prinsip penanganan luka bakar adalah penutupan lagi sesegera mungkin,
pencegahan infeksi, mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik pada kulit
yang vital dan elemen didalamnya dan pembatasan pembentukan jaringan parut.
c. Pada saat kejadian, hal pertama yang harus dilakukan adalah menjauhkan korban
dari sumber trauma. Padamkan api dan siram kulit yang panas dengan air pada
trauma bahan kimia, siram kulit dengan air mengalir.
d. Lakukan resusitasi dengan memperhatikan jalan nafas, pernapasan dan sirkulasi,
yaitu:
1) Periksa jalan nafas
2) Bila dijumpai obstruksi jalan nafas, buka jalan nafas dengan pembersihan jalan
nafas (suction) bila perlu lakukan trakeostomi atau intubasi.
3) Berikan oksigen
4) Pasang infus dengan cairan RL untuk mengatasi syok
5) Pasang pipa lambung/NGT untuk mengosongkan lambung selama ada ileus
parahtik.
6) Pasang kateter untuk memantau urine
7) Pasang pemantau tekanan vena sentral (central venous pressure / CVP) untuk
pemanfaatan sirkulasi darah
8) Periksa cedera yang terjadi diseluruh tubuh secara sistematis untuk menentukan
adanya cedera inhalasi, luas dan derajat luka bakar.
9) Berikan analgesik-analgesik yang efektif adalah morfin atau petidin, diberikan
secara intravena.
10) Lakukan pencucian luka setelah sirkulasi stabil pencucian luka dilakukan dengan
melakukan debridement dengan menggunakan cairan steril yang mengandung
larutan antiseptik.
11) Berikan antibiotik topikal pasca pencucian luka dengan tujuan untuk mencegah
dan mengatasi infeksi yang terjadi pada luka.
12) Balut luka dengan menggunakan kassa gulung kering dan steril.
Berikan serum anti tetanus / toksoid. (Arief Manjoer, tahun 2000, hal 368)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat
Tanda :
1) Penurunan kekuatan tahanan
2) Keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit
3) Gangguan massa otot perubahan tonus
b. Sirkulasi
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT)
1) Hipotensi (syok)
2) Penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera, vasokonstriksi perifer
umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik)
c. Integritas ego
Tanda : Angietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah
Gejala : Masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
d. Eliminasi
Tanda : Haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat warna mungkin hitam
kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam.
e. Makanan dan cairan
Tanda : edema jaringan umum, anoreksia, mual/muntah
f. Neurosensori
Tanda : Perubahan orientasi, afek, perilaku, penurunan refleks tendun dalam (RTD)
pada cedera ekstremitas, aktivitas kejang (syok listrik). Laserasi korneal, kerusakan
retina, penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik).
Gejala : Area kebas, kesemutan
g. Nyeri / keamanan A
Gejala : Berbagai nyeri, contoh luka bakar derajat pertama secara ekstrem sensitif
untuk disentuh, ditekan, gerakan udara dan perubahan suhu, luka bakar ketebalan
sedang derajat dua sangat nyeri, sementara respon pada luka bakar ketebalan derajat
kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf, luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
h. Pernapasan
Tanda : Serak, batuk mangi, partikel karbon dalam sputum, ketidakmampuan menelan
sekresi oran dan sianosis, indikasi cedera inhalasi. Pengembangan torak mungkin
terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada.
Jalan nafas atas stridor/mengi (obstruksi sehubungan dengan laringos pasme, edema
laringeali, bunyi nafas, gemericik, (edema paru), strider (edema laringeal), sekret jalan
nafas dalam (ronki).
Gejala : Terkurung dalam ruang tertutup, terpejam lama, (kemungkinan cedera
inhalasi).
i. Keamanan
Tanda :
1) kulit, umum : distruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari
sehubungan dengan proses trombus mikro vaskuler pada beberapa luka
2) Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler
lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan
cairan / status syok.
3) Cedera api : terdapat area cedera campuran dalam sehubungan dengan variase
intensitas pada yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidang gosong; mukosa
hidung dan mulut kering merah; lepuh dan faring posterioe; edema lingkar mulut
dan lingkar nasal.
4) Cedera kimia : tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab kulit mungkin coklat
kekuningan dengan tekstur seperti kulit samar halus, lepuh, ulkus, nekrosis, atau
jaringan parut tebal. Cedera secara umum lebih dalam dari tampaknya secara
perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
5) Cedera listrik : cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit dibawah nekrosis.
Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif),
luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup, dan luka bakar
termal sehubungan dengan pakaian terbakar.
(Doenger Marllyn E, tahun 2000, hal 804)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Aktual/risiko tinggi kelebihan volume cairan b/d pemulihan kembali integritas kapiler
dan perpindahan cairan dari ruang intersitial kedalam intravaskular.
b. Resiko tinggi infeksi b/d hilangnya karier kulit dan terganggunya respons imun.
c. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d hipermetabolisme dan
kebutuhan bagi kesembuhan luka
d. Gangguan integritas kulit b/d luka bakar terbuka
e. Nyeri b/d saraf yang terbuka, kesembuhan luka dan penanganan luka bakar.
f. Hambatan mobilitas fisik b/d edema luka bakar, rasa nyeri dan kontraktor
persendian.
g. Roping individu tidak efektif b/d perasaan takut serta ansietas, berduka, dan
ketergantungan pada petugas kesehatan.
h. Gangguan cairan tubuh b/d krisis situasi, kejadian traumatik, peran pasien
tergantung, kecacatan.
Prioritas masalah
a. Gangguan rasa nyaman nyeri
b. Kerusakan integritas kulit
c. Gangguan mobilitas fisik
d. Gangguan citra tubuh
1) Diagnosa keperawatan 1
Aktual / risiko tinggi kelebihan volume cairan b/d pemulihan kembali integritas kapiler
dan perpindahan cairan dari ruang interstitisial kedalam intravaskuler.
Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam tidak terjadi kelebihan volume cairan sistemik
K. hasil : klien tidak sesak napas, tidak ada edema ekstremitas, produksi urine > 600
ml/hr.
Intervensi Rasional
Kaji adanya kelebihan volume cairan secara periodik
- Untuk mengurangi risiko terjadi kelebihan beban (overloading) cairan dan gagal
jantung kongestif yang ditimbulkannya, perawat harus memantau dengan ketat
asupan cairan pasien lewat pemberian oral maupun intravena (infus) dengan
menggunakan pompa infus untuk meminimalkan risiko infus cairan yang terlalu
cepat.
Ukur intake dan uotput
- Penurunan curah jantung, mengakibatkan gangguan ferfusi ginjal, retensi
natrium/air, dan penurunan urine output.
- Kolaborasi berikan diet tanpa garam
- Natrium meningkatkan retensi cairan dan meningkatkan volume plasma yang
berdampak terhadap peningkatan beban kerja jantung dan akan meningkatkan
demand miokandium meningkat
- Pantau data laboratorium elektrolit valium
- Hipokalemia dapat membatasi keefektifan terapi.
2) Diagnosa keperawatan 2
Resiko tinggi infeksi b/d hilangnya barier kulit dan terganggunya respon imun
Tujuan : dalam waktu 7 x 24 jam tidak terjadi kelebihan volume cairan tidak terjadi
infeksi, terjadi perbaikan pada integritas jaringan lunak
Kriteria hasil :
- Lesi luka bakar mulai menutup pada hari ke-7 minimal 0,5 m tanpa adanya tanda-
tanda infeksi dan peradangan pada area sekitar lesi
- Leukosit dalam batas normal, TTV dalam batas normal
Intervensi Rasional
- Kaji derajat, kondisi kedalaman, dan luasnya lesi luka bakar, serta apakah adanya
order khusus dari tim dokter dalam melakukan jawaban luka. Mengidentifikasi
kemajuan atau penyimpangan dari tujuan yang diharapkan
- Buat kondisi balutan dalam keadaan bersih dan asing. Kondisi bersih dan kering akan
menghindari kontaminasi komensal dan akan menyebabkan respons inflamasi lokal
dan akan memperlama penyembuhan luka
- Lakukan perawatan luka steril setiap hari. Perawatan luka sebaiknya dilakuan setiap
hari untuk membersihkan debris dan menurunkan kontak kuman masuk kedalam lesi
intervensi dilakukan dalam kondisi steril sehingga mencegah kontaminasi keman
kelesi pemfigus.
- Kolaborasi penggunaan antibiotic. Antibiotik injeksi diberikan untuk mencegah
aktivitas kuman yang bisa masuk peran perawat mengkaji adanya reaksi dan riwayat
alergi antibiotik serta memberikan antibiotik sesuai pesanan dokter.
3) Diagnosa keperawatan 3
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d hipermetabolisme dan
kebutuhan bagi kesembuhan luka.
Tujuan : Dalam waktu 5 x 24 jam setelah diberikan
kriteria hasil :
- Pasien dapat mempertahankan status asupan nutrisi yang adekuat
- Pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya
- penurunan BB selama 5 x 24 jam tidak melebihi dari 0,5 kg
Intervensi Rasional
- Kaji status nutrisi pasien, turger kulit, BB, derajat kemampuan menelan, dan riwayat
mual / muntah
- Berat badan pasien ditimbang setiap hari, lesi oral dapat mengakibatkan disfagia
sehingga memerlukan pemberian makanan lewat sonde atau terapi nutrisi parenteral
oral
- Evaluasi adanya alergi makanan dan kontradiksi makanan
- Beberapa pasein mungkin mengalami alergi terhadap beberapa komponan makanan
tertentu dan beberapa penyakit lain, seperti DM, hipertensi terhadap persiapan
komposisi makanan yang akan diberikan
- Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan, serta sebelum
dan sesudah intervensi/pemeriksaan oral
- Menurunkan rasa tak enak karena sisa makanan dan bau obat yang merangsang
pusat muntah
- Kolaborasi dengan ahli diet untuk menetapkan komposisi dan jenis diet yang tepat
- Merencanakan diet dengan kandungan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi
peningkatan kebutuhan energi dan kalori sehubungan dengan status hipermentabdik
pasien
4) Diagnosa keperawatan 4
Gangguan integritas kulit b/d luka bakar terbuka
Tujuan : dalam 12 x 24 jam integritas kulit membaik secara optimal
K. hasil : Pertumbuhan jaringan membaik dan lesi psoarisis berkurang
Intervensi Rasional
- Kaji kerusakan jaringan kulit yang terjadi pada klien
- Menjadi data dasar untuk memberikan informasi intervensi perawatan yang akan
digunakan.
- Lakukan tindakan peningkatan integritas jaringan
- Perawat luka biasanya menjadi komponen satu-satunya yang paling menghabiskan
waktu dalam perawatan luka bakar pasia fase akut.
- Evaluasi kondisi luka bakar dan tutup luka
- Selama pelaksanaan prosedur ini, luka dan kulit disekitarnya diinspeksi dengan teliti.
- Kolaborasi untuk intervensi debridemen
- Debridemen merupakan sisi lain pada perawatan luka bakar. Tindakan ini memiliki 2
tujuan :
a) Untuk menghilangkan jaringan yang kontaminasi oleh bakteri dan benda asing
sehingga pasien dilindungi terhadap kemunkinan invasi bakteri.
b) Untuk menghilangkan jaringan yang sudah mati dan eskan dalam persiapan bagi
graft dan kesembuhan luka.
- Evaluasi kerusakan jaringan dan perkembangan pertumbuhan jaringan • Apabila
masih belum mencapai dari kriteria evaluasi 5 x 24 jam, maka perlu dika ji ulang
faktor-faktor penghambat dan perbaikan dari lesi.
- Kolaborasi untuk pemberian albumin
- Pasien dengan luka bakar luas cenderung mengalami penurunan kadar albumin
darah. Hipo albuminemia akan menurunkan peningkatan integritas jaringan sehingga
diperlukan albumin tambahan agar terjadi peningkatan integritas jaringan 7 ideal.
5) Diagnosa keperawatan 5
Nyeri b/d saraf yang terbuka, kesembuhan luka dan penanganan luka bakar.
Tujuan : Dalam 1 x 24 jam nyeri berkurang / hilang atau teradaptasi
K. hasil : Secara subyektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat di adaptasi skala
nyeri
Intervensi Rasional
- Kaji nyeri dengan pendekatan porst secara periodik atau apabila keluahan dari pasien
secara subjektif. Menjadi parameter dasar untuk mengetahui sejauh mana intervensi
yang diperlukan dan sebagai evaluasi keberhasilan dari intervensi manajemen nyeri
keperawatan
- Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan pereda nyeri non farmakologi dan non
invasif
- Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah
menunjukkan ke efektifan dalam mengurangi nyeri
- Lakukan manajemen nyeri keperawatan atur posisi fisiologis. Posisi fisiologis akan
meningkatkan asupan O2 kejaringan yang mengalami peradangan. Pengaturan posisi
idealnya adalah pada arah yang berlawanan dari letak dari lesi
- Istirahat klien. Istirahat diperlukan selama fase akut. Kondisi ini akan meningkatkan
suplai darah pada jaringan yang mengalami peradangan
- Ajarkan teknik relaksasi pernapasan dalam. Meningkatkan asupan O2 sehingga akan
menurunkan nyeri sekunder dari peradangan
- Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri. Distraksi (pengalihan perhatian) dapat
menurunkan stimulus internal dengan mekanisme peningkatan produksi endorfin
dan enkefalin yang dapat memblok reseptor nyeri untuk tidak dikirimkan ke korteks
selebih sehingga menurunkan persepsi nyeri
- Lakukan manajemen sentuhan. Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa
sentuhan dukungan psikologis dapat membantu menurunkan persepsi nyeri
- Lakukan perawatan luka secara efisien dan efektif .Perawat harus bekerja dengan
cepat dalam menyelesaikan perawatan pasien dan penggantian balutan agar
perasaan nyeri serta gangguan rasa nyaman yang ditimbulkan dapat dikurangi
- Kolaborasi dengan dokter, pemberian analgetik. Analgetik memblok lintasan nyeri
sehingga nyeri akan berkurang
6) Diagnosa keperawatan 6
Hambatan mobilitas fisik b/d edema luka bakar, rasa nyeri dan kontraktur persendian
Tujuan : Dalam waktu 7 x 24 jam terjadi peningkatan mobilitas sesuai dengan tingkat
toleransi individu
K. hasil :
- Klien dan keluarga terlihat mampu mobilisasi ekstremitas bawah secara bertahap
- Klien dapat mengenal cara melakukan mobilisasi dan secara kooperatif mau
melaksanakan teknik mobilisasi secara bertahap
Intervensi Rasional
- Kaji kemampuan dalam peningkatan mobilitas fisik pada seluruh ektremits
- Membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan pertemuan kebutuhan
individual
- Kaji kemampuan dan hambatan motorik pada seluruh ekstremitas. Hambatan
biasanya terjadi akibat adanya kontraktor sendi atau akibata nyeri apabila
menggerakkan ekstremitas
- Lakukan latihan ROM pada seluruh ekstremitas. Latihan ROM yang optimal dapat
menurunkan atrofi otot, perbaikan sirkulasi perifer dan mencegah kontraktor pada
ekstremitas. Lakukan secara bertahap sesuai dengan tingkat toleransi individu
- Evaluasi kemampuan mobilisasi dan kebutuhan alat bantu. Luka bakar berada
dalam keadaan dinamis selama satu tahun atau lebih sebelum lukanya menutup.
Selama periode waktu ini harus diusahan berbagai upaya yang agresif untuk
mencegah kontraktor dan pembentukan parut yang hipertrofik.
7) Diagnosa keperawatan 7
Koping individu tidak efektif b/d perasaan takut serta arsietas, berduka dan
ketergantungan pada petugas kesehatan
Tujuan : Dalam waktu 1 x 24
K. hasil :
- Klien dan keluarga terlihat mampu mobilisasi ekstremitas bawah secara bertahap
- Klien dapat mengenal cara melakukan mobilisasi dan secara kooperatif mau
melaksanakan teknik mobilisasi secara bertahap
Intervensi Rasional
- Kaji perubahan dari gangguan persepsi dan hubungan dengan derajat ketidak
mampuan
- Menentukan bantuan individual dalam menyusun rencana perawatain atau
pemeliharaan intervensi
- Bina hubungan terapeutik
- Hubungan terapeutik yang dilakukan oleh perawat bersama pasien yang mengalami
luka bakar merupakan intervensi suportif untuk meningkatkan koping pasien
- Dukung perilaku atau usaha seperti peningkatan minat atau partisipasi dalam
aktivitas rehabilitas
- Pasien dapat beradaptasi terhadap perubahan dan pengertian tentang peran
individu masa mendatang
- Monitor gangguan tidur peningkatan kesulitan konsentrasi dan latergi
- Dapat mengindentifikasi terjadinya depresi umumnya terjadi sebagai pengaruh dari
stroke dimana memerlukan intervensi dan evaluasi lebih lanjut
8) Diagnosa keperawatan 8
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan krisis situasi, kejadian traumatik, peran
pasien tergantung, kecacatan, nyeri ditandai dengan perasaan negatif tentang
diri/sendiri, ketakutan pendekatan atau reaksi orang lain fokus pada penampilan lama,
kemampuan memikirkan terus menerus perubahan kehilangan
Tujuan : Dapat menerima situasi diri
K. hasil :
- Bicara dengan keluarga/orang terdekat tentang situasi, perubahan yang terjadi
Intervensi Rasional
- Berikan harapan dalam parameter situasi individu, jangan memberikan keyakinan
yang salah
- Meningkatkan perilaku positif dan memberikan kesempatan untuk menyusun
tujuan dan rencana untuk masa depan berdasarkan realitas
- Berikan penguatan positif terhadap kemajuan dan dorong usaha untuk mengikuti
tujuan rehabilitasi
- Kata-kata penguat dapat mendukung terjadinya perilaku koping positif.
- Dorong interaksi keluarga dan dengan tim rehabilitasi
- Mempertahankan/membuka garis komunikasi dan memberikan dukungan terus
menerus pada pasien dan keluarga
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. T
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Status perkawinan : kawin
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Alamat : Kamp. Skip, Gang Ampera, Lubuk Pakam
Golongan darah : B
Tanggal masuk :
No. RM : 44 – 53- 98
Diagnosa : luka bakar derajat II
Tanggal pengkajian : 23 – 12 – 2010
7. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum pasien lemah dan kesadaran compos mentis.
Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg RR : 36 x/i
Suhu : 36,7o C HR : 82 x/i
Pemeriksaan struktur organ dan fungsi
a. Kepala dan rambut
Kepala berbentuk bulat, ubun-ubun simetris, kulit kepala sedikit terlihat kotor, warna
rambut hitam.
b. Wajah berbentuk oval dan warna kulit sawo matang
c. Penginderaan
- Mata
Pupil isokor, refleks cahaya positif, konjungtiva tampak merah muda, dan sklera
putih, palpebra tidak ada oedem, pergerakan bola mata normal, stabismus tidak
ada, ketajaman penglihatan normal, pasien tidak menggunakan alat bantu.
- Hidung
Bentuk hidung normal, ketajaman penciuman normal, yaitu klien dapat
membedakan bau wangi dan busuk.
- Telinga
Bentuk telinga normal, ketajaman pendengar normal, klien dapat mendengar
gesekan rambut, sekret tidak ada, serum dalam batas normal.
d. Pencernaan
- Mulut
Mulut bersih, mukosa lembab, bentuk bibir normal, tidak ada kelainan, lidah
tampak kotor, gigi kotor dan ada caries
- Tenggorokan
Tidak ada kesulitan menelan dan tidak dijumpai pembesaran tonsil
- Abdomen
Bentuk abdomen normal simetris kanan/kiri, tidak dijumpai massa, peristaltik 10 –
12 x/i
e. Respirasi
- Bentuk dada normal tidak ada kelainan, pola nafas teratur, retraksi otot bantu nafas
tidak ada, dan tidak ditemukan adanya nyeri ketok
- Vokal fremitus normal, diafragma normal, dan suara pernafasan vesikuler.
f. Kardiovaskuler
Tidak ada nyeri dada, irama jantung teratur, dan tidak ada cyanosis dan clubbing finger
g. Endoktrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar parotis
h. Genitaurinaria
Bentuk alat kelamin normal, tidak ada kelainan
i. Persyarafan
Keadaan composmentis, GCS 15, dapat berorientasi dengan orang, nyeri kepala tidak
ada
j. Muskuloskletal dan integumen
Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kekuatan otot 4
Keadaan kulit basah pada daerah luka bakar, pada kulit tampak merah dan ada kekauan
sendi pada :
- Leher
- Ektremitas atas
- Ektremitas bawah
8. Therapy
No Nama Obat Dosis Efek Therapy Efek Samping
a. Inj. Cefotaxim 1 gr/12 jam Anti infeksi Tukak lambung
b. Inj. Ketorolac 1 gr/8 jam Anti nyeri Luka lambung, GGA, gagal hati
c. Tramadol 50 mg/8 jam Anti nyeri akut dan kronik yang berat Gangguan fungsi ginjal
d. Mebo salep
e. Supratul
N Data focus Etiologi Masalah
o
1 DS : Pasien mengatakan Luka bakar Gangguan
1.
nyeri pada daerah luka rasa
Kerusakan
bakar jaringan nyaman
DO : Adanya luka bakar nyeri
Memasuki
pada daerah leher bagian ambang nyeri
dada, perut lengan kanan
Nyeri
dan kiri dan paha (skala
nyeri 3 -4)
Analisis data
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan rasa nyaman nyeri b/d kerusakan jaringan sekunder dari cedera luka bakar
4. Implementasi
Catatan Perkembangan
Nama : Ny. T
Umur : 25 Tahun
Hari/tgl No. DX Jam Implementasi Evaluasi
Jumat
25/09/2020
No.
Hari/ Tindakan
Diagnosis
Tgl/ yang Hasil Tanda Tangan
Keperawata
Jam dilakukan
n
Jumat
Mengkaji
25/09 skala nyeri
/2020 1
Pkl. dan lokasi
08.00
nyeri
Mengajarkan
pasien teknik
Pkl.
1 relaksasi
11.00
pernapasan
dalam
Memberi
analgetik inj
Pkl. keterolac 1
1
12.00 amp melalui
vena
untuk
istirahat saat
Pkl. Menganjurka
1
14.00 n pasien
merasakan
nyeri
Memberikan
analgetik inj.
Pkl.
1 Keterolax 1
21.00
amp melalui
vena
Menciptakan
lingkungan
yang tenang
dan
membatasi
Pkl.
1 pengunjung -
21.30
Mengkaji
skala nyeri
dan lokasi
nyeri
Memberikan
analgetik inj.
Katorolax 1
amp melalui
vena -
Pkl.
1 Mengajarkan
05.00
pasien teknik
relaksasi
pernapasan
dalam
5. Catatan Perkembangan
No.
Hari/ Tgl/ Tanda
Diagnosis Perkembangan
Jam Tangan
Keperawatan
Minggu 1 S : Klien mengatakan nyeri
27/09/201
pada luka
6
Pkl. 15.00 O : Skala nyeri 3
A : Masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama terhadap
kemungkinan lingkungan yang merugikan. Kulit yang melindungi tubuh dari infeksi,
mencegah kehilangan cairan tubuh, membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai
organ eksretoridan sensori, membantu dalam proses aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi
citra tubuh.
Luka bakar adalah hal yang umum, namun merupakan bentuk cedera kulit yang
sebagian besar dapat dicegah. Luka bakar adalah kerusakan atau keghilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan
radiasi.
Luka Bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.
B. SARAN
Agar pembaca memahami dan mengerti tentang luka bakar, tingkat luka bakar, tindakan
pada luka bakar agar dapat bermanfaat serta berguna bagi pembaca dan masyarakat umum
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen.
Jakarta : Salemba Medika.
Poepuantoro Dwi Poengki. 2008. Askep luka bakar http://www/luka bakar. net/index.php ?
View : Article dan catid. Serba – serbi dan tatalaksana mutakhir. Dibuka tanggal 10
Oktober 2016.
Azzam Rahman. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Luka Bakar. http://medical bedah-rahman
azzam. Blogspot.com/2008/02/asuhan keperawatan-klien-lukabakar.html. dibuka
tanggal 10 Oktober 2016.
Borley R. Neil dan Grase A. Pierce. 2007. At a glance Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta : Erlangga