Anda di halaman 1dari 10

1

MORFOLOGI DAN PERKEMBANGAN Palaenopsis anabilis Blume. (ORCHIDACEAE)

Tanta
Program StudiP-Biologi, Jurusan PMIPA Universitas Cenderawasih Jayapura
Hp.082199009949, e-mail : tantocornelius@yahoo.com)

ABSTRACT

A study of morphology and development of Palaenopsis anabilis Blume. (Orchidaceae)


was carried out to obtain the morphological development of flower, the characters of self
incompatibility and some visitors insect. The methods to test a character of self incompatibility
were outogamy and xenogamy pollination. The result of the research showed that an inflorescence
raises from it’s stem, racemes, the anthesis centripetally (: racemosa) with hercogamy characters.
The character of self incompatibility is 100 percent and potential insect in helping pollination is a
garden bee (Bombus pensilvanicus).

Key word : Orchidaceae, Palaenopsis anabilis Blume., self incompatibility.

PENDAHULUAN Filipina, dan Papua sampai ke Australia.


Anggrek jenis ini hidup secara efipit dengan
Di Indonesia, anggrek bulan
menempel di batang atau cabang tumbuhan
(Palaenopsis anabilis Blume.) pertama kali
lain yang terdapat di hutan-hutan yang
ditemukan di Maluku. Anggrek ini
tumbuh subur di kawasan 600 meter di atas
memiliki beberapa nama daerah seperti
permukaan laut.
anggrek wulan (Jawa dan Bali), anggrek
Bunga merupakan alat
terbang (Maluku) dan anggrek menur
perkembangbiakan tanmanan berbiji,
(Jawa) (Suryowinoto, 1978). Anggrek
karena pada bunga tersebut dapat dijumpai
bulan merupakan jenis anggrek yang
jenis kelamin jantan dan betina (Soemiadji,
mempunyai ciri khas kelopak bunga yang
1985). Pada beberapa tanaman , alat
lebar dan berwarna putih. Meskipun saat ini
kelamin jantan dan betina terdapat pada
sudah banyak anggrek bulan hasil
bunga yang berbeda tetapi ada juga tanaman
persilangan (anggrek bulan hybrid) yang
yang alat kelaminnya terdapat secara
memiliki corak dan warna beragam jenis.
bersama-sama dalam satu bunga dan yang
Anggrek bulan ini pertama kali
demikian disebut bunga hermaprodit
ditemukan oleh seorang ahli botani asal
(Tjitrosoepomo, 1985). Umumnya tanaman
Belanda yaitu bernama Dr. C. L. Blume.
yang hermaprodit dapat menghasilkan
Anggrek bulan ini tersebar luas di Wilayah
buah, tetapi ada juga yang tidak dapat
asia khususnya di Malaysia, Indonesia,
menghasilkan buah. Aggrek merupakan
2

tanaman yang berbunga hermaprodit, akan menghasilkan buah, sehingga


tetapi tidak semua menghasilkan bunga perbanyakannya dilakukan secara vegetatif
(Hidayat, 1992). Bhojwani dan Bhatnagar (Winoto, 1977); Arifin dan Sulistyantara,
(1978) menjelaskan bahwa tidak 1990). Ketidakmampuan Palaenopsis
terbentuknya buah dapat disebabkan oleh anabilis Blume. untuk menghasilkan buah,
factor morfologi, ekologi dan sifat “self diduga disebabkan oleh beberapa factor,
incompatibility”. antara lain struktur morfologi bunga, sifat
Beberapa jenis anggrek telah diteliti “self incompatibility” dan tidak adanya
sebelumnya seperti Arundiana dan Vanda agen polinasi yang membantu penyerbukan.
tricolor (LIPI, 1976); Spatogolitis Oleh karena itu dirasa perlu
(Howcroft, 1996); Calyptan bulbulis menindaklanjuti penelitian ini guna
(Proctor dan herder, 1995). Penelitian memperoleh informasi secara lengkap
tersebut menitikberatkan pada aspek terutama yang berhubungan dengan prilaku
budidaya dan reproduksi. Sedangkan Frans pembungaan.
et.al. (1995) meneliti tentang pembentukan
BAHAN DAN METODE
kloropil pada bunga dan buah pada
Phalaenopsis. Dengan demikian penelitian Bahan yang digunakan dalam
tentang anggrek telah banyak dilakukan, penenlitian ini adalah tanaman anggrek
tetapi pada Vanda dauglas belum banyak Palaenopsis anabilis Blume. yang berlokasi
informasi yang menekankan pada alat Kotaraja Jayapura.
reproduksinya. Informasi yang ada 1. Pengamatan Pertumbuhan Bunga
sekarang terbatas pada deskripsi secara Pengamatan pertumbuhan bunga
umum pada pohon dan habitatnya seperti dilakukan pada 10 bunga yang terdapat
yang dijelaskan oleh Backer dan Bakhuizen pada 10 perbungaan (inflorescentia) dan
van den brink (1965); Winoto, 1977; Arifin setiap perbungaan terdapat pada tanaman
Sulistyantara, 1990). yang berbeda. Pengukuran pertumbuhan
Palaenopsis anabilis Blume. bunga menggunakan jangka sorong,
merupakan jenis anggrek yang memiliki dimulai dari bunga yang baru terbentuk
bunga hermaprodit tetapi selama (kuncup) sampai bunga tersebut mekar.
perkembangannya tidak dapat Pengukuran dimulai dari bagian proksimal
(dasar bunga) sampai ke bagian distal
3

(ujung bunga). Hasil pengukuran tersebut perlu diamati prilaku serangga-serangga


digunakan untuk membuat grafik tersebut pada saat hinggap di bunga. Hal ini
pertumbuhan relative, sekaligus dijadikan dimaksudkan agar dapat diketahui jenis-
acuan untuk menentukan waktu mekarnya jenis serangga yang berpotensi dalam
bunga yang akan digunakan untuk membantu terjadinya polinasi pada bunga
percobaan polinasi. itu sendiri.
2. Pengamatan sifat “self incompatibility”
HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk mengetahui sifat “self
1. Morfologi perbungaan
incompatibility”, diamati dari hasil polinasi
Bunga Palaenopsis anabilis Blume.
(Bhojwani dan Bhatnagar, 1979). Polinasi
tersusun pada suatu ibu tangkai bunga
yang dilakukan adalah polinasi buatan
(pedunculus) yang tidak bercabang dan
secara autogami dan xenogami. Polinasi
muncul pada batang secara bergantian.
autogami terjadi karena putik diserbuki oleh
Antara ibu tangkai bunga yang satu dengan
polen (polonium) dari bunga yang sama,
ibu tangkai bunga berikutnya selalu
sedangkan polinasi xenogami terjadi karena
diselingi oleh 4-5 helai daun. Menurut
putik dipolinasi oleh polen tanaman lain
Suryowinoto, 1987) umumnya tanaman
yang sejenis (Tjitrisoepomo, 1985). Jumlah
anggrek memiliki bunga majemuk yang
kuntum bunga yang digunakan untuk
tersusun pada suatu perbungaan yang
masing-masing perlakuan sebanyak 30
disebut “inflorescentia”. Jika inflorescentia
bunga yang telah mekar 3-4 hari (Sutyono,
itu keluar dari batang maka disebut dengan
1986). Pengamatan polinasi hingga
“pleurant inflorescentia”.
terbentuknya buah muda, dimulai dari 3-20
Hasil pengukuran bagian-bagian
hari setelah polinasi.
bunga adalah panjang ibu tangkai bunga
3. Pengamatan serangga pengunjung
adalah 30-45 cm dengan diameter 0,4 cm
Pengamatan serangga pengunjung
dan tersusun atas beberapa ruas. Pada setiap
dilakukan pada saat pagi, siang dan sore
ibu tangkai bunga dapat dijumpai 5-15
hari. Sebelum serangga pengunjung
kuntum bunga. Munculnya bunga tidak
ditangkap dan diawetkan pada botol
terjadi secara serentak, melainkan seiring
pengawet yang telah berisi alcohol 70 %
dengan bertambah panjangnya ibu tangkai
untuk diidentifikasi, maka terlebih dahulu
bunga. Bunga pertama muncul setelah ruas
4

kelima ibu tangkai bunga terbentuk, dari bawah ke atas atau sentripetal (:
sedangkan bunga berikutnya muncul pada racemosa) dan mekarnya bunga terjadi pada
tiap-tiap buku (nodus). malam hari.
Pada bagian ujung ibu tangkai 2. Morfologi Bunga
bunga tidak terdapat bunga terminal, Hasil pengamatan terhadap bagian-
sehingga ibu tangkai bunga dapat tumbuh bagian penyusun suatu bunga menunjukkan
terus sampai panjang tertentu dimana ruas bahwa bunga anggrek memiliki bagian-
terakhir sudah semakin memendek, bagian sebagai berikut : tangkai bunga,
kedudukan bunga pada ibu tangkai bunga perigonium, ginostemium, bakal buah
berselang antara kiri dan kanan secara (ovarium), dengan demikian bunga anggrek
lingkar seperti kedudukan setiap sisir merupakan bunga yang tidak lengkap.
pisang pada tandannya. Menurut Pernyataan ini dipertegas oleh
Tjitrosoepomo (1985) dan Hidayat (1992) Tjitrosoepomo (1985), bahwa bunga yang
jika pada ujung ibu tangkai bunga tidak hanya memiliki tenda bunga (perigonium)
terdapat bunga terminal, maka dan ginostemium mer upakan bunga yang
pertumbuhan berlangsung terus menerus. tidak lengkap.
Perbungaan yang demikian dinamakan Tangkai bunga berbentuk silinder
perbungaan tidak terbatas dan jika bunga dan sedikit terputar sehingga tampak seperti
bertangkai nyata duduk pada ibu tangkai persegi. Dari hasil pengukuran
bunga dinamakan bunga majemuk bentuk menunjukkan bahwa panjang rata-rata
tandan (braceous). tangkai bunga 5,73 cm dan diameter 3,51
Dari pengamatan terhadap mm. Pada saat bunga masih kuncup, tangkai
mekarnya bunga, pada suatu ibu tangkai bunga tidak terputar namun setelah bunga
bunga menunjukkan bahwa mekarnya mekar tangkai bunga tersebut terputas ke
bunga tidak terjadi secara serentak kiri atau ke kanan.
melainkan terjadi secara bergantian dengan Tangkai bunga berwarna abu-abu
selang waktu 2-3 hari. Bunga yang terdapat sebelum bunga mekar dan akan berwarna
pada bagian bawah lebih dahulu mekar putih setelah bunga mekar. Di bagian dalam
disbanding dengan bunga berikutnya, tangkai bunga atau 2,5 cm dari dasar bunga
dengan demikian mekarnya bunga dimulai dijumpai bagian seperti kapas berwarna
5

putih. Suryowinoto (1979) menyebutkan bagian atas pada posisi median (diantara 2
bahwa umumnya tanaman anggrek daun mahkota lateral), sedangkan 2 daun
memiliki tangkai bunga yang berbentuk kelopak lainnya terdapat dibagian bawah
silinder dan tampak adanya rusuk-rusuk pada posisi lateral. Keadaan ini seperti
yang merupakan garis pemisah antara daun anggrek pada umumnya dengan 3 daun
buah yang satu dengan daun buah yang lain. kelopak pada posisi 2 lateral dan 1 median
Jika terjadi pembuahan maka seperdua dari (Suryowinoto, 1987) dan Yudianto, 1992).
tangkai bunga tersebut akan membengkak Seperti halnya daun kelopak, daun
dan ini merupakan tanda adanya mahkota juga terpisah satu dengan yang
pertumbuhan bakal buah yang terdapat di lainnya (tidak saling berlekatan), sehingga
dalamnya. tidak tampak adanya tabung mahkota. Dari
Antara daun kelopak (sepal) dan ketiga daun mahkota tersebut terletak di
daun mahkota (petal) sulit dibedakan bagian atas pada posisi lateral dan memiliki
karena keduanya memiliki bentuk dan bentuk dan warna yang sama. Dari hasil
warna yang hamper sama atau mirip. pengukuran diperoleh hasil rata-rata
Tjotrosoepomo (1985) menyatakan jika panjang daun mahkota 4,65 cm dan lebar
pada suatu bunga terdapat kelopak dan 3,35 cm. Salah satu daun mahkota terletak
mahkota sulit dibedakan, maka bunga di bagian bawah pada posisi median serta
tersebut dikatakan memiliki tenda bunga memiliki bentuk dan warna yang berbeda
(perigonium). Perigonium dibangun oleh dengan daun mahkota lainnya, namun
daun tenda bunga (tepala). kedudukannya berada pada lingkaran yang
Berdasarkan hasil pengamatan sama dengan 2 daun mahkota lainnya. Daun
menunjukkan bahwa tenda bunga mahkota median ini berbentuk seperti bibir
(perigonium) dibangun oleh 3 daun kelopak dengan 3 taju, bagian belakangnya
dan 3 daun mahkota. Daun kelopak membentuk suatu ruang yang sempit dan
letaknya tidak saling berlekatan, berbentuk runcing sehingga tampak seperti taji ayam
bulat telur, bagian pangkalnya lebih runcing jantan berwarna ungu dengan panjang rata-
dan berwarna merah muda. Rata-rata rata 4,70 cm dan lebar 5,01 cm.
panjang daun kelopak 5,07 cm dan lebar Palaenopsis anabilis Blume. tidak
3,51 cm. Salah satu daun kelopak terletak di memiliki tangkai putik (pistilium) maupun
6

benang sari (stamen) yang jelas, tetapi pada bunga) panjangnya kurang lebih seperdua
pusat bunga terdapat suatu organ berbentuk dari tangkai bunga yaitu 2.07 cm. Bakal
silinder yang membentuk polonium. Pada buah dibangun oleh 3 daun buah
bagian ujung organ ini terdapat dua buah (carpellum) yang masing-masing berisi
polonium berwarna kuning tua, berbentuk serabut putih yang sangat halus. Pada
bulat telur dan memiliki lempeng perekat bagian ujung bakal buah (pada dasar bunga)
serta ditutupi oleh sebuah selaput tipis terdapat pori yang menghubungkan bakal
berwarna putih (operculum). Hasil buah dengan putik.
pengukuran diperoleh panjang rata-rata
3. Posisi Polonium dan Stigma
polonium 2,0 mmdan lebar 1,02 mm. Organ
Palaenopsis anabilis Blume. pada
pendukung polonium ini memiliki rongga
saat mekar membentuk garis horizontal,
yang dilapisi oleh cairan putih berlendir
sumbu bunga berpotongan dengan sumbu
serta mempunyai sifat seperti perekat.
utama batang, sehingga antara polonium
Bagian bawah organ ini terdapat lubang
dan stigma juga membentuk garis yang
dengan panjang rata-rata 5,75 mm dan lebar
sama. Adanya factor alam sehingga
3,87 mm.Lubang inilah yang
polonium terlepas dari gynostemium
menghubungkan rongga di dalamnya
menyebabkan polonium tersebut jatuh ke
dengan lingkungan luar. Penyatuan benang
lubang stigma sangat kecil. Peristiwa ini
sari dan tangkai putik juga dijumpai pada
juga didukung oleh adanya posisi lubang
Spathogolitis (Howcroft, 1996).
stigma yang menghadap ke bawah saat
Hasil pengamatan terhadap
bunga mekar. Selain itu polonium dan
operculum saat mekar sampai bunga gugur
stigma berada pada tempat yang berbeda,
menunjukkan bahwa operculum tidak
polonium terdapat di bagian ujung luar dari
membuka sehingga polonium tidak bebas
gynostemium sedangkan stigma berada
tergantung. Perilaku operculum ini
dibagian dalam gynostemium. Ini berarti
memungkinkan tidak terjadinya polinasi
bahwa bunga Palaenopsis anabilis Blume.
sendiri.
termasuk bunga yang bersifat herkogami,
Palaenopsis anabilis Blume.
antara polonium dan stigma terdapat
memiliki bakal buah yang terdapat dalam
penghalang berupa jarak dan letak sehingga
tangkai bunga bunga (di bawah dasar
polinasi sendiri sulit terjangkau.
7

Menurut Tjitrosoepomo (1985) pertumbuhan berbentuk huruf S. Hal ini


umumnya anggrek memiliki sifat dipertegas oleh Salisbury dan Rosa (1991)
herkogami karena polonium dan stigma yang menyebutkan bahwa pertumbuhan
terletak pada jarak yang jauh. Keadaan ini yang bersifat determinate selalu
dapat dijumpai pada Spathogolitis membentuk kurva bentuk S (sigmoid).
(Howcarft, 1996). Kurva yang berbentuk S terbagi menjadi 3
fase yaitu fase logaritmik, fase linier dan
4. Pertumbuhan Bunga fase asimptotik. Fase logaritmik
Pertumbuhan bunga sejak panjang pertambhan ukuran berlangsung secara
kuncup berukuran 2,40 mm sampai bunga eksponensial. Pada fase linier, pertambahan
mekar 20,6 mm memerlukan waktu rata- ukuran adalah konstan (pertumbuhan tidak
rata 23 hari dengan pertumbuhan rata-rata berubah walaupun ukuran bertambah
1,09 mm/hari. besar). Sedangkan fase asimptotik dicirikan
Pertumbuhan bunga bersifat oleh pertumbuhan yang semakin menurun
determinate (terbatas), sehingga kurva (Lakitan, 1995).
25
Panjang Bunga (mm)
20
C

15

10 B

Panjang bunga (mm)


5
A Umur Bunga
0 (hari)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Gambar 1. Grafik pertumbuhan bunga. A. fase logaritmik. B. fase linier dan C. fase asimptotik.
2

Pada gambar 1 di atas menunjukkan bunga mulai kelihatan layu. Menjelang bunga
bahwa fase logaritmik berlangsung dari hari gugur tidak terlihat pembengkakan pada
pertama sampai hari kedua dan fase linier tangkai bunga. Hidayat (1992) menyebutkan
berlangsung setelah hari kedua hingga kari bahwa layunya tenda bunga yang diikuti
ke-22. Pada hari ke-22 sampai hari ke-23 pembengkakan bakal buah merupakan gejala
terjadi pertumbuhan yang bersifat logaritmik, awal terjadinya pembuahan. Dengan
hal ini disebabkan karena menjelang mekar demikian dapat dikatakan bahwa polinasi
mengalami perentangan daun kelopak dan autogami tidak diikuti oleh pembuahan.
daun mahkota kea rah median kemudian kea Menurut Tjotrosoepomo (1985) bunga yang
rah lateral. Howcraft (1996) dalam laporan gugur setelah polinasi autogami
penelitiannya pada Spathoglotis juga menunjukkan sifat mandul sendiri. Disini
menjumpai hal yang sama. Fase asimptotik polinasi tidak diikuti oleh pembuahan, hal ini
berlangsung setelah hari ke-23 dan terlihat pada Calypso bulbosa (Proctor dan
seterusnya, namun dalam penelitian ini tidak Harder, 1995).
dilakukan pengkuran sampai fase asimptotik. Bunga dengan polinasi xenogami
Bunga Palaenopsis anabilis Blume. dapat bertahan pada ibu tangkai bunga
memiliki waktu mekar yang cukup panjang selama 16-20 hari dan gejala yang terlihat
yaitu sekitar 18-20 hari, jika tidak terpolinasi. setelah polinasi adalah layunya daun tenda
Bunga anggrek Phalenopsis amabilis Blume. bunga setelah 3 hari, polinasi dan
dapat mekar 20-22 hari (Tjotrosoepomo, pembengkakan tangkai bunga setelah 14 hari
1985). Howcraft (1996) menyebutkan bahwa polinasi. Dengan demikian polinasi
bunga Spathoglotis dapat mekar 5-6 hari, xenogami dapat menyebabkan adanya
karena secara alami dapat berlangsung pembuahan tetapi tidak berkembang dsmpsi
polinasi pada hari ke-3 atau ke-4 sesudah terbentuknya buah muda. Kegagalan
mekar (anthesis). pembentukan buah setelah polinasi, diduga
5. Sifat “self incompatibility” karena terjadi peristiwa terhentinya
Hasil pengamatan menunjukkan pertumbuhan tabung polen dalam stilus pada
bahwa bunga dengan polinasi autogami tingkat programik atau karena terhentinya
hanya dapat bertahan tidak lebih dari 14 hari. perkembangan zigot setelah gamet jantan dan
Setelah 3 hari polinasi daun tenda betina berfusi pada tingkat singami
(Bhojwani dan Bhatnagar, 1979).
3

Darjanto dan Satifah (1987) memiliki sifat herkogami dan sifat “self
mengemukakan bahwa gagalnya pembuahan incompatibility” sebesar 100 %. Serangga
dapat disebabkan oleh sterilitas atau sifat yang berpotensi dan memungkinkan
incompatible, karena itu dapat dikatakan membantu terjadinya polinasi adalah jenis
bahwa kegagalan pembentukan buah pada Banbus penosylvanicus.
Palaenopsis anabilis L.. karena sifat
DAFTAR PUSTAKA
“incompatibility”.
Hasil dati kedua tipe polinasi di atas
Arifin dan Sulistyantara. 1992. Anggrek
tidak menghasilkan buah. Dengan demikian Vanda. Swadaya. Jakarta.
Palaenopsis anabilis Blume. memiliki sifat
Bhojwani, B.S. dan Bhatnagar, B.P. 1979.
“self incompatibility” sebesar 100 %. The Embriology of Angiosperms.
Vikas Publistik House. PVT. LTD.
New Delhi.
6. Serangga Pengunjung
Jenis serangga yang mengunjungi Borror, D. 1992. Pelajaran Serangga. Gajah
Mada University Press. Yogjakarta.
bunga saat mekar adalah serangga dari
familia formicidae: semut hitam, Backer, D.A. dan Bakhuizen van den Brink
Jr. R.C. 1968. Flora of Java. Vol. III.
Lepidoptera: kupu-kupu belerang (Colias Noorhooff Groningan. The
rythema), descillidae: kumbang bunga Netherland.
(Dascillus davidsoni), serta apidae: lebah Darjanto dan Satifah, B. 1987. Biologi
madu (Apis indica), lebah anggrek (Eulaeno Bunga. Gramedia. Jakarta.
policroma), lebah kebun (Bombus Hidayat B. 1992. Morfologi Tumbuhan.
penosylvanicus). Identifikasi beberapa jenis Diktat Jurusan Biologi FMIPA
Institut Teknologi Bandung.
serangga di atas berdasarkan Borror (1992). Bandung.

SIMPULAN Howcroft, N.H.S. 1996. Reproductive


Biology of Santhogolitis
Palaenopsis anabilis Blume.
(Orchidaceae). Science in New
termasuk tanaman yang berbunga majemuk Guinea. Vol. 21. No. 3.
dengan ibu tangkai bunga tidak bercabang,
Lakitan, B. 1995. Fisioloi Pertumbuhan dan
pertumbuhan tidak terbatas (indeterminate) Perkembangan Tanaman. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
dan pola mekarnya bunga terjadi secara
bergantian dari bawah ke atas (sentripetal: LIPI, 1976, Anggrek Indonesia. Balai
Pustaka. Jakarta.
racemose). Palaenopsis anabilis Blume..
4

Proctor, H.D. dan Halder, I.D. 1995. Effect of


Pollination Success on Floral
Longavity in the orchid Galypso
bulbosa (Orchidaceae). American
Journal of Botany. Vol. 82 : 1131-
1136.

Salisbury, F.B. dan Ross, C.W. 1992. Plant


Physiology. Four Edition. Wadswort
Publishing Company. California.

Suryowinoto, M. 1978. Mengenal Anggrek


Alam Indonesia. Swadaya. Jakarta.

Tjitrosoepomo G. 1995. Morfologi


Tumbuhan. Gajah Mada University
Press. Yogjakarta.

Winoto, B. 1977. P:erbanyakan Vegetatif


Pada Anggrek. Pura Kencana Jakarta.

Yudianto, H.S. 1992. Mengerti Morfologi


Tumbuhan. Tarsito. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai