Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH ILMU KEPERAWATAN DASAR 1

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DISPEPSIA”

OLEH :

KELOMPOK 2

DOSEN PEMBIMBING:

Ns. Hidayati, M.Kep

PRODI S1 KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami. Sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dispepsia”.

Makalah ini berisikan tentang Penjelasan Penyakit Dispepsia dan Asuhan


Keperawtaan pada Pasien dengan Dispepsia. Diharapkan makalah ini dapat memberikan
informasi kepada para pembaca.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala usaha kita. Amin.

Padang, 29 November 2020

Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dispepsia merupakan kumpulan gejala berupa rasa nyeri atau


ketidaknyamanan yang berpusat di perut bagian atas. Rasa tidak nyaman secara
spesifik meliputi rasa cepat kenyang, rasa penuh, rasa terbakar, kembung di perut
bagian atas dan mual. Gejala tersebut bersifat umum dan merupakan 30% sampai
40% dari semua keluhan lambung yang disampaikan kepada dokter ahli
Gastroenterologi (O’Mahony dkk, 2006 ). Gejala–gejala yang timbul disebabkan
berbagai faktor seperti gaya hidup merokok, alkohol, berat badan berlebih, stres,
kecemasan, dan depresi yang relevan dengan terjadinya dispepsia (Abdullah &
Gunawan, 2012).
Berdasarkan penyebab dan keluhan gejala yang timbul maka dispepsia dibagi
2 yaitu dispepsia organik dan dispepsia fungsional. Dispepsia organik apabila
penyebab dispepsia sudah jelas, misalnya adanya ulkus peptikum, karsinoma
lambung, dan cholelithiasis yang bisa ditemukan secara mudah melalui pemeriksaan
klinis, radiologi, biokimia, laboratorium, maupun gastroentrologi konvensional
(endoskopi). Sedangkan dispepsia fungsional apabila penyebabnya tidak diketahui
atau tidak didapati kelainan pada pemeriksaan gastroenterologi konvensional atau
tidak ditemukan adanya kerusakan organik dan penyakit-penyakit sistemik
(Djojoningrat, 2006).

1.2. Tujuan Penulisan


1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien yang
menderita dispepsia.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian dispepsia
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala dispepsia
3. Untuk mengetahui etiologi dispepsia
4. Untuk mengetahui patofisiologi dispepsia
5. Untuk mengetahui Pathway dispepsia
6. Untuk mengetahui komplikasi dispepsia
7. Untuk mengetahui pemeriksaan dispepsia
8. Untuk mengatahui penatalaksanaan dispepsia
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dispepsia
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Pengertian Dispepsia

Dispepsia berasal dari bahasa Yunani (Dys) berarti sulit dan Pepse berarti
pencernaan. Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari
rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan
keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan
regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III,
2000 hal : 488).
Dyspepsia merupakan kumpulan/gejala klini yang terdiri dari rasa tidak enak /
sakit di perut bagian atas yang menetap / mengalami kekambuhan
(arif,2000).Dispepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari
nyeri uluhati, mual, muntah, kembung, rasa penuh, atau cepat kenyang dan sendawa.
(dahrmika,2001).
Dyspepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri ulu
hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh, atau cepat kenyang, sendawa (Dharmika,
2001). Sedangkan menurut Aziz (1997), sindrom dyspepsia merupakan kumpulan
gejala yang sudah dikenal sejak lama, terdiri dari rasa nyeri epigastrium, kembung,
rasa penuh, serta mual-mual.Batasan dispepsia terbagi atas dua yaitu:
a. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai
penyebabnya. Sindroma dyspepsia organik terdapat keluhan yang nyata
terhadap organ tubuh misalnya tukak (luka) lambung, usus dua belas
jari,radang pancreas, radang empedu, dan lain – lain.
b. Dispepsia non organik, atau dispepsia fungsional, atau dispepsia non ulkus
(DNU), bila tidak jelas penyebabnya. . Dyspepsia fungsional tanpa
disertai kelainan atau gangguan struktur organ berdasarkan pemeriksaan
klinis, laboratorium, radiologi, endoskopi ( teropong saluran pencernaan)
2.2. Etiologi Dispepsia

Penyebab dispepsia secara umum adalah:

a. Menelan udara (aerofagi)


b. Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
c. Iritasi lambung (gastritis)
d. Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis
e. Kanker lambung
f. Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
g. Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya)
h. Kelainan gerakan usus
i. Stress psikologis, kecemasan, atau depresi
j. Infeksi Helicobacter pylory

2.3.Manifestasi Klinis Dispepsia

a. Nyeri perut (abdominal discomfort)


b. Rasa perih di ulu hati
c. Mual, kadang-kadang sampai muntah
d. Nafsu makan berkurang
e. Rasa lekas kenyang
f. Nyeri saat lapar
g. Perut kembung
h. Rasa panas di dada dan perut

2.4. Patofisiologi Dispepsia

Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-
zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan
makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung
dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding
lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang
akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di
medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik
makanan maupun cairan.
2.5. WOC Dispepsia

DISPEPSIA

Dispepsia Organik Dispepsia Fungsional

Stres Nikotin & Alkohol

Merangsang saraf simpati Respon mukosa lambung


N. Ke-V (Nervus Vagus)

Vasodilatasi mukosa gaster Eksfeliasi


(Pengelupasan)
↑ Produksi HCL di
Lambung

HCL kontak dengan


Ansietas
Mual mukosa gaster

Perubahan pada
Muntah Nyeri status kesehatan

Hipovolemia Nyeri Akut


Defisit Pengetahuan

Defisit Nutrisi Nausea

2.6. Komplikasi Dispepsia


Adapun komplikasi dari dyspepsia adalah sebagai berikut:
1. Pendarahan
2. Kanker lambung
3. Muntah darah
4. Ulkus peptikum
2.7. Pemeriksaan Penunjang
Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama, seperti
halnya pada sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya merupakan kumpulan
gejala dan penyakit disaluran pencernaan, maka perlu dipastikan penyakitnya.
Untuk memastikan penyakitnya, maka perlu dilakukan beberapa pemeriksaan,
selain pengamatan jasmani, juga perlu diperiksa : laboratorium, radiologis,
endoskopi, USG, dan lain-lain.

a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan untuk
menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti: pankreatitis kronik, diabets
mellitus, dan lainnya. Pada dispepsia fungsional biasanya hasil laboratorium
dalam batas normal.

b. Radiologis
Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit di saluran
makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan radiologis terhadap
saluran makan bagian atas, dan sebaiknya menggunakan kontras ganda.

c. Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)
Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia fungsional, gambaran
endoskopinya normal atau sangat tidak spesifik.

d. USG (ultrasonografi)
Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin banyak
dimanfaatkan untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu penyakit,
apalagi alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat digunakan setiap saat
dan pada kondisi klien yang beratpun dapat dimanfaatkan

e. Waktu Pengosongan Lambung


Dapat dilakukan dengan scintigafi atau dengan pellet radioopak. Pada dispepsia
fungsional terdapat pengosongan lambung pada 30 – 40 % kasus.

2.8. Penatalaksanaan Dispepsia

a. Penatalaksanaan non farmakologis


1) Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
2) Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat-
obatan yang berlebihan, nikotin rokok, dan stres
3) Atur pola makan

b. Penatalaksanaan farmakologis yaitu:


Obat-obatan yang diberikan meliputi antacid (menetralkan asam
lambung) golongan antikolinergik (menghambat pengeluaran asam
lambung) dan prokinetik (mencegah terjadinya muntah).

2.9. Pencegahan

Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang
dengan kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak
mengkomsumsi makanan yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol, dan
pantang rokok, bila harus makan obat karena sesuatu penyakit, misalnya sakit
kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu fungsi lambung.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN DISPEPSIA

3.1. Konsep Dasar Keperawatan

a. Pengkajian
Menurut Suddarth (2010), pengkajian pada klien dengan dispepsia adalah
sebagai berikut:

1. Biodata
a) Identitas Pasien : nama, umur, jenis kelamin, suku / bangsa, agama,
pekerjaan,pendidikan, alamat.
b) Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin,
agama, pekerjaan,hubungan dengan pasien, alamat.

2. Keluhan Utama
Alasan pasien masuk dan di bawa ke Rumah Sakit , biasanya pasien
datang dengan keluhan Nyeri/pedih pada epigastrium disamping atas
dan bagian samping dada depan epigastrium, mual, muntah dan tidak
nafsu makan, kembung, rasa kenyang

3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


Biasnya pasien yang datang dengan dispepsia memliki riwayat: Sering
nyeri pada daerah epigastrium, adanya stress psikologis, riwayat minum-
minuman beralkohol

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Tanyakan pada pasien Adakah anggota keluarga yang lain juga pernah
menderita penyakit saluran pencernaan
5. Pola aktivitas
Pola makan yaitu kebiasaan maakn yang tidak teratur, makan makanan
yang

merangsang selaput mukosa lambung, berat badan sebelum dan sesudah


sakit.
6. Aspek Psikososial
Keadaan emosional, hubungan dengan keluarga, teman, adanya masalah
interpersonal yang bisa menyebabkan stress
7. Aspek Ekonomi
Jenis pekerjaan dan jadwal kerja, jarak tempat kerja dan tempat tinggal,
hal-hal dalam pekerjaan yang mempengaruhi stress psikologis dan pola
makan

b. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum: sakit/nyeri, status gizi, sikap, personal hygiene dan
lain-lain.
2. Data sistemik
1) Sistem persepsi sensori: pendengaran, penglihatan,
pengecap/penghidu,peraba, dan lain-lain
2) Sistem penglihatan: nyeri tekan, lapang pandang,
kesimetrisan mata, alis, kelopak mata, konjungtiva, sklera,
kornea, reflek pupil, respon cahaya, dan lain-lain.
3) Sistem pernapasan: frekuensi, batuk, bunyi napas, sumbatan
jalan napas, dan lain-lain. Sistem kardiovaskular: tekanan
darah, denyut nadi, bunyi jantung, kekuatan,pengisian kapiler,
edema, dan lain-lain.
4) Sistem saraf pusat: kesadaran, bicara, pupil, orientasi waktu,
orientasi tempat, orientasi orang, dan lain-lain.
5) Sistem gastrointestinal: nafsu makan, diet, porsi makan,
keluhan, bibir, mual dan tenggorokan, kemampuan
mengunyah, kemampuan menelan, perut, kolon dan rektum,
rectal toucher, dan lain-lain.
6) Sistem muskuloskeletal: rentang gerak, keseimbangan dan
cara jalan, kemampuan memenuhi aktifitas sehari-hari,
genggaman tangan, otot kaki,akral, fraktur, dan lain-lain.
7) Sistem integumen: warna kulit, turgor, luka, memar,
kemerahan, dan lain-lain.
8) Sistem reproduksi: infertil, masalah menstruasi, skrotum, testis,
prostat,payudara, dan lain-lain.
9) Sistem perkemihan: urin (warna, jumlah, dan pancaran),
BAK, vesika urinaria.

3.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nausea b.d. iritasi lambung
2. Nyeri Akut b.d. agen pencedera fisiologis
3. Hipovolemia b.d. kehilangan cairan aktif
4. Defisit Nutrisi b.d. ketidakmampuan mencerna makanan dan mengabsorbsi
nutrien
5. Defisit Pengetahuan b.d. ketidaktahuan menemukan sumber informasi dan
kurang terpapar informasi
6. Ansietas b.d. krisis situasional
3.3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Hari / tgl / waktu Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Rencana Keperawatan
Nausea b.d. iritasi lambung NOC: NIC :

- Nausea - Nausea management


- Fluid volume, risk for dificient a. Tanyakan pada pasien penyebab
Setelah dilakukan tindakan keperawatan mual
selama … mual pasien teratasi dengan b. Observasi asupan makanan dan
kriteria hasil: cairan
c. Anjurkan pasien untuk makan
a. Pasien menyatakan penyebab mual
makanan yang kering, lunak
dan muntah
d. Berikan obat anti mual sesuai yang
b. Pasien mengambil langkah untuk
diresepkan
mengatasi episode mual dan muntah
e. Ajarkan tehnik relaksasi dan bantu
c. Pasien mengingesti zat gizi yang cukup
pasien untuk menggunakan tehnik
untuk mempertahankan kesehatan
tersebut selama waktu makan
d. Pasien mengambil langkah untuk
f. Pada saat mual mereda anjurkan
meyakinkan nutrisi yang adekuat
untuk makan makanan yang berlebih
pada saat mual reda
e. Pasien mempertahankan berat badan
dalam rentang tertentu yang - Fluid/ Electrolit Management
diharapkan a. Berikan terapi IV sesuai dengan
anjuran
b. Berikan obat antimetic sesuai anjuran
c. Pantau tanda-tanda vital, bila
diperlukan
d. Pantau makanan dan cairan yang
dikonsumsi dan hitung asupan kalori
setiap hari, jika diperlukan
e. Pantau status hidrasi (misalnya
membrane mukosa lembab,
keadekuatan nadi, tekanan darah
ortostatik) jika diperlukan
- Medication Management
a. Memantau efektivitas modalitas
administrasi pengobatan
b. Memantau pasien untuk efek terapi
obat
c. Pantau tanda – tanda dan gejala dari
keracunan obat
d. Memonitor efek samping obat
e. Memonitor interaksi obat
nontherapeutic

Nyeri Akut b.d. agen NOC : NIC :


pencedera fisiologis - Pain level, - Pain management
- Pain control, a. Lakukan pengkajian nyeri secara
- Comfort level komperehensif termasuk lokasi,
Setelah dilakukan tindakan keperawatan karakteristik, durasi, frekuensi,
selama …. pasien tidak mengalami nyeri, kualitas dan faktor presipitasi
dengan kriteria hasil: b. Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu
c. Evaluasi pengalaman nyeri masa
penyebab nyeri, mampu menggunakan
lampau
tehnik nonfarmakologi untuk
d. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
mengurangi nyeri, mencari bantuan)
(farmakologi, non farmakologi, dan
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang
interpersonal)
dengan menggunakan manajemen
e. Ajarkan tentang tehnik non
nyeri
farmakologi
c. Mampu mengenali nyeri (skala,
f. Evaluasi keefektifan control nyeri
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
d. Menyatakan rasa nyaman setelah
- Analgesic administration
nyeri berkurang
a. Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemeberian obat
b. Cek instruksi dokter tentang jenis
obat, dosis, dan frekuensi
c. Cek riwayat alergi
d. Berikan analgesic tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
e. Evaluasi efektivitas analgesic, tanda
dan gejala.

Hipovolemia b.d. NOC : NIC :


kehilangan cairan aktif
- Fluid balance - Fluid management
- Hydration a. Pertahankan catatan intake dan
- Nutritional status: Food and Fluid output yang akurat
Intake b. Monitor status hidrasi (kelembaban
Setelah dilakukan tindakan keperawatan membrane mukosa, nadi adekuat,
selama…kekurangan cairan dapat teratasi tekanan darah ortostatik), jika
dengan kriteria hasil: diperlukan.
a. Mempertahankan urine output sesuai c. Monitor vital sign
dengan usia dan BB, BJ urine normal, d. Monitor masukan makanan/ cairan
HT normal dan hitung intake kalori harian
b. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh e. Kolaborasikan pemberian cairan IV
dalam batas normal f. Monitor status nutrisi
c. Tidak ada tanda dehidrasi, elastisitas g. Dorong masukan oral
turgor kulit baik, membrane mukosa h. Dorong keluarga untuk membantu
lembab, tidak ada rasa haus yang pasien makan
berlebihan i. Tawarkan snack (jus buah, buah
segar)
j. Atur kemungkinan transfuse
k. Persiapan transfuse

- Hypovolemia management
a. Monitor status cairan termasuk
intake dan output cairan
b. Pelihara IV line
c. Monitor tingkat Hb dan hematokrit
d. Monitor tanda vital
e. Dorong pasien untuk menambah
intake oral

Defisit Nutrisi b.d. NOC : NIC :


ketidakmampuan mencerna - Nutritional status: - Nutrition management
makanan dan mengabsorbsi - Nutritional status: Food and Fluid a. Kaji adanya alergi makanan
nutrien Intake b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
- Nutritional status: Nutrient Intake menunjukkan jumlah kalori dan
- Weight control nutrisi yang dibutuhkan pasien
Setelah dilakukan asuhan selama.... c. Berikan makanan yang terpilih
diharapkan ada peningkatan BB pada (sudah dikonsultasikan dengan ahli
pasien dan tidak ada tanda-tanda gizi)
malnutrisi dengan kriteria hasil: d. Monitor jumlah nutrisi dan
a. Adanya peningkatan berat badan kandungan kalori
sesuai dengan tujuan
b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi - Nutrition monitoring
badan a. BB pasien dalam batas normal
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan b. Monitor adanya penurunan berat
nutrisi badan
d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi c. Monitor kulit kering dan perubahan
e. Menunjukkan peningkatan fungsi pigmentasi
pengecapan dari menelan d. Monitor turgor kulit
f. Tidak terjadi penurunan berat badan e. Monitor mual dan muntah
yang berarti f. Monitor kadar albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht.
g. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
h. Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
i. Monitor kalori dan intake nutrisi

Defisit Pengetahuan b.d. NOC : NIC :


ketidaktahuan menemukan
- Knowledge : disease process - Teaching : disease process
sumber informasi dan - Knowledge : helat behavior a. Berikan penilaian tentang tingkat
kurang terpapar informasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan pengetahuan pasien tantang proses
selama… pasien tidak mengalami masalah penyakit yang spesifik
pada nafasnya dengan kriteria hasil: b. Jelaksan patofisiologi dari penyakit
dan bagaimana hal ini berhubungan
a. Pasien dan keluarga menyatakan
dengan anatomi dan fisiologi, dengan
pemahaman tentang penyakit, kondisi,
cara yang tepat
prognosis, dan program pengobatan.
c. Gambarakan tanda dan gejala yang
b. Pasien dan keluarga mampu
biasa muncul pada penyakit, dengan
melaksanakan prosedur yang
cara yang tepat
dijelaskan secara benar.
d. Gambarakan proses penyakit, dengan
c. Pasien dan keluarga mampu
cara yang tepat
menjelaskan kembali apa yang
e. Identifikasi kemungkinan penyebab,
dijelaskan perawat / tim kesehatan
dengan cara yang tepat
lainnya.
f. Sedikan informasi pada pasien
tentang kondisi, dengan cara yang
tepat
g. Diskusikan perubahan gaya hidup
yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit.
h. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
i. Dukung pasien untuk mengeksplorasi
atau mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan

Ansietas b.d. krisis NOC : NIC :


situasional
- Anxiety self - control - Anxiety Reduction (penurunan
- Anxiety level kecemasan)
- Coping a. Gunakan pendekatan yang
Setelah dilakukan tindakan keperawatan menenangkan.
selama… pasien tidak mengalami masalah b. Nyatakan dengan jelas harapan
pada nafasnya dengan kriteria hasil: terhadap pelaku pasien.
c. Jelaskan semua prosedur dan apa
a. Klien mampu mengidentifikasi dan
yang dirasakan selama prosedur.
mengungkapkan gejala cemas.
d. Temani pasien untuk memberikan
b. Mengidentifikasi, mengungkapkan
keamanan dan mengurangi takut
dan menunjukkan teknik untuk
e. Dengarkan penuh perhatian.
mengontrol cemas.
f. Identifikasi tingkat kecemasan
c. Vital sign dalam batas normal
g. Bantu pasien mengenal situasi yang
d. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa
menimbulkan kecemasan.
tubuh dan tingkat aktivitas h. Dorong pasien mengungkapkan
menunjukkan berkurangnya perasaan, ketakutan, persepsi.
kecemasan. i. Instruksikan pasien menggunakan
teknik relaksasi
j. Berikan obat untuk mengurangai
kecemasan.
3.4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana/intervensi keperawatan oleh
perawat terhadap pasien.

3.5. EVALUASI KEPERAWATAN


Evaluasi dilaksanakan berdasarkan tujuan dan outcome. Tahap evaluasi dalam proses
keperawatan mencakup pencapaian terhadap tujuan apakah masalah teratasi atau tidak, dan
apabila tidak berhasil perlu dikaji, direncanakan dan dilaksanakan dalam jangka waktu
panjang dan pendek tergantung respon dalam keefektifan intervensi
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Dispepsia adalah keluhan yang diasosiasikan sebagai akibat dari kelainan saluran
makanan bagian atas yang berupa nyeri perut bagian atas, perih, mual, yang kadang-kadang
disertai rasa panas di dada dan perut, lekas kenyang, anoreksia, kembung, regurgitasi,
banyak mengeluarkan gas asam dari mulut
Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan
kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkomsumsi makanan yang
berkadar asam tinggi, cabai, alkohol, dan pantang rokok, bila harus makan obat karena
sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu
fungsi lambung.
Diagnosa keperawatan untuk pasien dyspepsia yaitu Nausea b.d. iritasi lambung ,
Nyeri Akut b.d. agen pencedera fisiologis , Hipovolemia b.d. kehilangan cairan aktif ,
Defisit Nutrisi b.d. ketidakmampuan mencerna makanan dan mengabsorbsi nutrien, Defisit
Pengetahuan b.d. ketidaktahuan menemukan sumber informasi dan kurang terpapar
informasi, Ansietas b.d. krisis situasional
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart.2002. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC

Doengoes. E. M, et al.2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: EGC

Hadi, S.1995. Gastroenterologi Edisi 4. Bandung: Alumni


Herdman, T.H dan Kamitsuru. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015 –

2017 Edisi 10. EGC : Jakarta

Manjoer, A, et al.2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta: Medika


aeusculapeus
Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W.L, dan Setiowulan, W.1999. Kapita
Selekta Kedokteran. Jilid 1. Edisi 1. Jakarta: Media Aesculapius
Price & Wilson.1994. Patofisiologi, Edisi 4, Jakarta: EGC

Suryono Slamet, et al.2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2. Jakarta: FKUI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Warpadji Sarwono, et al.1996. Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: FKUI

Anda mungkin juga menyukai