OLEH :
KELOMPOK 2
DOSEN PEMBIMBING:
PRODI S1 KEPERAWATAN
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami. Sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dispepsia”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala usaha kita. Amin.
Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN TEORITIS
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani (Dys) berarti sulit dan Pepse berarti
pencernaan. Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari
rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan
keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan
regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III,
2000 hal : 488).
Dyspepsia merupakan kumpulan/gejala klini yang terdiri dari rasa tidak enak /
sakit di perut bagian atas yang menetap / mengalami kekambuhan
(arif,2000).Dispepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari
nyeri uluhati, mual, muntah, kembung, rasa penuh, atau cepat kenyang dan sendawa.
(dahrmika,2001).
Dyspepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri ulu
hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh, atau cepat kenyang, sendawa (Dharmika,
2001). Sedangkan menurut Aziz (1997), sindrom dyspepsia merupakan kumpulan
gejala yang sudah dikenal sejak lama, terdiri dari rasa nyeri epigastrium, kembung,
rasa penuh, serta mual-mual.Batasan dispepsia terbagi atas dua yaitu:
a. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai
penyebabnya. Sindroma dyspepsia organik terdapat keluhan yang nyata
terhadap organ tubuh misalnya tukak (luka) lambung, usus dua belas
jari,radang pancreas, radang empedu, dan lain – lain.
b. Dispepsia non organik, atau dispepsia fungsional, atau dispepsia non ulkus
(DNU), bila tidak jelas penyebabnya. . Dyspepsia fungsional tanpa
disertai kelainan atau gangguan struktur organ berdasarkan pemeriksaan
klinis, laboratorium, radiologi, endoskopi ( teropong saluran pencernaan)
2.2. Etiologi Dispepsia
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-
zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan
makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung
dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding
lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang
akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di
medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik
makanan maupun cairan.
2.5. WOC Dispepsia
DISPEPSIA
Perubahan pada
Muntah Nyeri status kesehatan
a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan untuk
menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti: pankreatitis kronik, diabets
mellitus, dan lainnya. Pada dispepsia fungsional biasanya hasil laboratorium
dalam batas normal.
b. Radiologis
Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit di saluran
makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan radiologis terhadap
saluran makan bagian atas, dan sebaiknya menggunakan kontras ganda.
c. Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)
Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia fungsional, gambaran
endoskopinya normal atau sangat tidak spesifik.
d. USG (ultrasonografi)
Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin banyak
dimanfaatkan untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu penyakit,
apalagi alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat digunakan setiap saat
dan pada kondisi klien yang beratpun dapat dimanfaatkan
2.9. Pencegahan
Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang
dengan kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak
mengkomsumsi makanan yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol, dan
pantang rokok, bila harus makan obat karena sesuatu penyakit, misalnya sakit
kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu fungsi lambung.
BAB III
a. Pengkajian
Menurut Suddarth (2010), pengkajian pada klien dengan dispepsia adalah
sebagai berikut:
1. Biodata
a) Identitas Pasien : nama, umur, jenis kelamin, suku / bangsa, agama,
pekerjaan,pendidikan, alamat.
b) Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin,
agama, pekerjaan,hubungan dengan pasien, alamat.
2. Keluhan Utama
Alasan pasien masuk dan di bawa ke Rumah Sakit , biasanya pasien
datang dengan keluhan Nyeri/pedih pada epigastrium disamping atas
dan bagian samping dada depan epigastrium, mual, muntah dan tidak
nafsu makan, kembung, rasa kenyang
b. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum: sakit/nyeri, status gizi, sikap, personal hygiene dan
lain-lain.
2. Data sistemik
1) Sistem persepsi sensori: pendengaran, penglihatan,
pengecap/penghidu,peraba, dan lain-lain
2) Sistem penglihatan: nyeri tekan, lapang pandang,
kesimetrisan mata, alis, kelopak mata, konjungtiva, sklera,
kornea, reflek pupil, respon cahaya, dan lain-lain.
3) Sistem pernapasan: frekuensi, batuk, bunyi napas, sumbatan
jalan napas, dan lain-lain. Sistem kardiovaskular: tekanan
darah, denyut nadi, bunyi jantung, kekuatan,pengisian kapiler,
edema, dan lain-lain.
4) Sistem saraf pusat: kesadaran, bicara, pupil, orientasi waktu,
orientasi tempat, orientasi orang, dan lain-lain.
5) Sistem gastrointestinal: nafsu makan, diet, porsi makan,
keluhan, bibir, mual dan tenggorokan, kemampuan
mengunyah, kemampuan menelan, perut, kolon dan rektum,
rectal toucher, dan lain-lain.
6) Sistem muskuloskeletal: rentang gerak, keseimbangan dan
cara jalan, kemampuan memenuhi aktifitas sehari-hari,
genggaman tangan, otot kaki,akral, fraktur, dan lain-lain.
7) Sistem integumen: warna kulit, turgor, luka, memar,
kemerahan, dan lain-lain.
8) Sistem reproduksi: infertil, masalah menstruasi, skrotum, testis,
prostat,payudara, dan lain-lain.
9) Sistem perkemihan: urin (warna, jumlah, dan pancaran),
BAK, vesika urinaria.
- Hypovolemia management
a. Monitor status cairan termasuk
intake dan output cairan
b. Pelihara IV line
c. Monitor tingkat Hb dan hematokrit
d. Monitor tanda vital
e. Dorong pasien untuk menambah
intake oral
4.1. Kesimpulan
Dispepsia adalah keluhan yang diasosiasikan sebagai akibat dari kelainan saluran
makanan bagian atas yang berupa nyeri perut bagian atas, perih, mual, yang kadang-kadang
disertai rasa panas di dada dan perut, lekas kenyang, anoreksia, kembung, regurgitasi,
banyak mengeluarkan gas asam dari mulut
Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan
kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkomsumsi makanan yang
berkadar asam tinggi, cabai, alkohol, dan pantang rokok, bila harus makan obat karena
sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu
fungsi lambung.
Diagnosa keperawatan untuk pasien dyspepsia yaitu Nausea b.d. iritasi lambung ,
Nyeri Akut b.d. agen pencedera fisiologis , Hipovolemia b.d. kehilangan cairan aktif ,
Defisit Nutrisi b.d. ketidakmampuan mencerna makanan dan mengabsorbsi nutrien, Defisit
Pengetahuan b.d. ketidaktahuan menemukan sumber informasi dan kurang terpapar
informasi, Ansietas b.d. krisis situasional
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart.2002. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC
Suryono Slamet, et al.2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2. Jakarta: FKUI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI