Laporan auditor yang menyatakan bahwa pemeriksaan telah dilakukan sesuai dengan norma
pemeriksaan akuntan, disertai dengan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan
perusahaan yang diperiksa; jenis pendapat yang dikenal ialah wajar tanpa syarat (unqualified clean),
wajar dengan syarat (qualified), menolak dengan memberikan pendapat (adverse), dan menolak
tanpa memberikan pendapat sama sekali (disclaimer) (audit report).
Otoritas Jasa Keuangan
1. Laporan audit harus membuat laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
2. Laporan audit harus menunjukkan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi
dalam penyusunan laporan keuangan periode terkini, dibandingkan dengan periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus memadai, kecuali jika dinyatakan
lain dalam laporan audit.
4. Laporan audit harus memuat pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara
keseluruhan atau suatu asersi bahwa terdapat pernyataan yang tidak dapat diberikan. Jika pendapat
secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.
Click to tweet
Laporan keuangan dikatakan opini wajar tanpa pengecualian jika editor tidak menemukan
kesalahan yang material secara keseluruhan dari laporan keuangan,dan laporan keuangan dibuat
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.
Laporan keuangan akan mendapatkan Opini wajar tanpa pengecualian jika memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
d. Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang diberikan,yang ditetapkan
juga dengan secara konstisten pada laporan-laporan sebelumnya.
Opini ini diberikan jika auditor yakin akan laporan keuangan telah disajikan secara wajar,tetapi
karena ada pembatasan ruang lingkup atau tidak ditaatinya standar akuntansi yang berlaku
umum,maka terdapat pengecualiaan terhadap ruang lingkup dan pendapatan atau hanya pada
pendapatan.Dari pengecualian tersebut yang bisa terjadi,apabila :
Opini ini diberikan jika auditor yakin laporan keuangan tidak disajikan secara wajar atau tidak
sesua GAAP (Generally Accepted Accounting Principles) dan memuat salah saji
material.Sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan,hasil usaha,perubahan
ekuitas,dan arus kas perusahaan klien.
Opini ini diberikn jika auditor tidak berhasil menyakinkan dirinya,karena kurangnya
pengetahuan auditor.Bahwa keseluruhan laporan keuangan yang disajikan secara
wajar.Penolakan ini timbul karena pembatasan.
5. Opini Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelas (Modified Unqualified Opinion)
Opini ini diberikan jika terdapat keadaan tertentu yang mengaruskan auditor menambahkan
paragraf penjelas (bahasa penjelasan yang lain). Dalam laporan Audit meskipun tidak
mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian yang dinyatakan oleh auditor.
Auditor memerlukan bukti audit sebelum melakukan proses audit untuk menghasilkan pelaporan
audit yang kompeten. Bukti audit kompeten harus didapatkan lewat inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan
yang diaudit.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor seputar kelayakan bukti audit, yaitu:
1. Relevansi (Relevance). bukti audit yang relevan haruslah sesuai jika digunakan untuk
maksud tertentu, yang dalam ini berarti harus berhubungan dengan tujuan auditor. Jika
tujuan auditor adalah untuk menentukan keberadaan suatu persediaan, auditor bisa
mendapatkan buktinya dengan melakukan observasi langsung pada persediaan tersebut.
2. Sumber Perolehan (Sources), sumber informasi sangat berpengaruh pada kompetensi bukti
audit. Sumber informasi yang dapat mempengaruhi kompetensi bukti adalah sbb: 1) Jika
sumber informasi didapatkan dari sumber independen di luar perusahan, 2) Semakin efektif
struktur pengendalian internal perusahaan, maka semakin besar jaminan yang diberikan
atas keandalan data akuntansi dan laporan keuangan, 3) Pengetahuan auditor secara
pribadi dan secara langsung dari pemeriksaan fisik, pengamatan, penghitungan, dan
inspeksi lebih meyakinkan daripada informasi yang didapat secara tidak langsung.
3. Ketepatan Waktu (Timeliness), ketepatan waktu berhubungan dengan tanggal penggunaan
bukti audit. Kriteria ini menjadi penting khususnya untuk memverifikasi aktiva lancar, utang
lancar, dan akun surplus-defisit karena bisa mengecek apakah cut off sudah dilakukan
dengan tepat.
4. Objektivitas (Objectivity), bukti audit yang objektif dipandang lebih kompeten jika
dibandingkan dengan bukti audit yang bersifat subjektif. Untuk menilai objektivitas bukti
audit, diperlukan juga penilaian atas kualifikasi personal yang memberikan bukti tersebut.
1. Pengujian fisik (physical examination), merupakan bukti yang diperoleh lewat pemeriksaan
secara fisik atau lewat perhitungan oleh auditor terhadap harta perusahaan. Misalnya, uang
tunai, surat berharga, barang persediaan.
2. Konfirmasi, merupakan bukti yang didapatkan lewat penegasan dari pihak ketiga sebagai
jawaban atas permintaan informasi yang berkaitan dengan asersi manajemen dan tujuan
audit. Umumnya auditor lebih memilih konfirmasi tertulis karena mudah di-review oleh
supervisor audit dan memberikan dukungan keandalan.
3. Dokumentasi, merupakan pemeriksaan atau penyelidikan oleh auditor atas dokumen dan
catatan klien guna mendukung informasi yang telah tersaji. Dokumentasi digunakan secara
luas sebagai bukti audit karena biayanya yang relatif rendah dan pada banyak kesempatan
menjadi satu-satunya bukti audit yang tersedia dan layak.
4. Prosedur analitis, dengan cara menggunakan perbandingan dan hubungan untuk menilai
apakah saldo akun atau data lainnya tampak wajar. Misalnya, auditor melakukan
perbandingan total beban gaji dengan jumlah tenaga kerja untuk menunjukkan apakah ada
pembayaran gaji yang tidak semestinya.
5. Wawancara dengan klien, merupakan upaya untuk memperoleh informasi secara lisan
ataupun tertulis dari klien yang menjadi bukti respon atas pertanyaan dari auditor.
6. Perhitungan ulang, merupakan pengujian atas keakuratan hasil perhitungan klien.
7. Observasi, merupakan penggunaan alat indera untuk menilai aktivitas klien. Misalnya,
auditor melakukan kunjungan ke lokasi pabrik untuk mengamati proses produksi.
Mereka diidentifikasi dan diterapkan pada tahap perencanaan audit setelah menentukan tujuan
audit, ruang lingkup, pendekatan, dan risiko yang terlibat.
1. Penyelidikan
Penyelidikan adalah proses meminta klien untuk penjelasan tentang proses atau transaksi yang
terkait dengan laporan keuangan. Jenis prosedur audit ini biasanya melibatkan pengumpulan
bukti verbal. Demikian juga, auditor menggunakan prosedur penyelidikan untuk berbagai macam
proses audit.
Misalnya, auditor dapat meminta klien untuk memahami lingkungan bisnis dan kontrol atau
mereka mungkin bertanya tentang transaksi atau saldo item baris laporan keuangan.
Bukti yang dikumpulkan oleh penyelidikan formal atau informal umumnya tidak bisa berdiri
sendiri meyakinkan. Oleh karena itu, auditor biasanya melakukan prosedur lain bersama dengan
penyelidikan seperti memeriksa dokumen pendukung untuk memastikan bahwa penjelasan yang
diberikan oleh klien dapat diandalkan.
Pemeriksaan catatan atau dokumen adalah proses pengumpulan bukti dengan memeriksa catatan
atau dokumen. Jenis prosedur audit ini dapat dilakukan dengan menjamin catatan transaksi ke
dokumen pendukung atau menelusuri dokumen pendukung ke catatan transaksi.
Sebagai contoh, auditor dapat menggunakan prosedur inspeksi untuk menguji pernyataan
terjadinya transaksi pengeluaran dengan menjamin mereka untuk menerima laporan, faktur
pemasok, dan pesanan pembelian.
Pernyataan audit biasanya diuji dengan memeriksa dokumen untuk mendukung transaksi
akuntansi dalam catatan perusahaan (vouching). Dan pernyataan kelengkapan biasanya diuji
dengan memilih dokumen dan melacaknya kembali ke catatan perusahaan (penelusuran) dengan
memastikan apakah sesuai atau tidak.
3. Perhitungan ulang
Perhitungan ulang adalah proses menghitung kembali pekerjaan yang telah dilakukan klien untuk
melihat apakah ada hasil yang berbeda antara pekerjaan auditor dan pekerjaan klien.
Jenis prosedur audit ini biasanya digunakan untuk menguji penilaian dan alokasi pernyataan
keuangan.
4. Prosedur analitik
Prosedur analitik adalah proses mengevaluasi informasi keuangan melalui analisis tren, rasio
atau hubungan antara data termasuk data keuangan dan non-keuangan. Auditor biasanya
melakukan jenis prosedur audit ini dengan membangun harapan mereka tentang transaksi khas
atau saldo akun dan membandingkannya dengan catatan klien.
Jika auditor menemukan bahwa catatan klien tidak konsisten. Maka auditor akan menyelidiki
lebih lanjut tentang varian yang ada. Sebagai contoh, auditor dapat melakukan prosedur analitik
pada akun beban bunga dengan mengalikan tingkat bunga rata-rata dengan saldo rata-rata
pinjaman. Kemudian, auditor akan menggunakan hasilnya untuk membandingkan dengan jumlah
yang dicatat oleh klien.
5. Tes Penilaian
Menghitung aset berwujud dapat memberi auditor bukti nilai. Auditor dapat mengonfirmasi
jumlah peralatan atau produk tertentu untuk menentukan bahwa nilainya sesuai dengan
pernyataan perusahaan.
dimaksudkan untuk meningkatkan koordinasi dan bagian-bagian pemeriksa. Integrasi semua Kegunaan
dari audit program adalah untuk memperoleh gambaran menyeluruh atas audit proses yang telah
dilakukan. Pembuktian yang cukup harus diperoleh melalui pengamatan, tanya jawab dan teknik lainnya
sebagai dasar yang layak untuk pemberian pendapat atas ikhtisar keuangan yang diperiksanya.
Dalam audit, adalah auditor melakukan berbagai macam pengujian (test) yang secara garis besar
dapat dibagi menjadi 3 (tiga) golongan, oleh Mulyadi dalam buku Akuntansi Biaya dan Penentuan Harga
Pokok (2002, 15) yairu :
Pengujian analitik ini dilakukan oleh auditor dengan cara mempelajari perbandingan dan hubungan
antara data yang baru dengan data yang lain. Pengujian analitik di maksudkan untuk menentukan
auditor dalam memahami bisnis kliem dan dalam mengemuka bidang yang memerlukan audit lebih
intensif.
Pengujian pengendalian merupakan prosdur audit yang dirancang untuk memverifikasi efektivitas
struktur dalam pengendalian intern kliem. Pengujian pengendalian terutama ditujukan untuk
mendapatkan informasi mengenai frekuensi pelaksanaan aktivitas pengendalian yang ditetapkan, suatu
aktivitas pengembalian dan karyawan yang melaksanakan aktivitas pengendalian tersebut.
3. Pengujian Substantif
Pengujian Substantif adalah merupakan prosedur aulit yang dirancang untuk menemukan kemungkinan
kesalahan monoter yang secara langsung mempengaruhi kewajaran penyajian laporan keuangan.
9. Audit Sampling adalah penerapan prosedur audit terhadap kurang dari 100% (seratus persen) unsur
dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik
saldo akun atau kelompok transaksi tertentu (Pernyataan Standar Audit (PSA) N0. 26).
Sedangkan pengertian sampling adalah salah satu metode yang digunakan menarik kesimpulan
terhadap populasi yang diteliti didasarkan pada hasil pengujian terhadap sampel. Populasi adalah
kumpulan yang lengkap dari kelompok data yang menjadi objek penelitian. Sampel adalah bagian dari
populasi, yang di pilih untuk diteliti, berfungsi sebagai perwakilan dari seluruh anggota populasi.
10. Risiko audit adalah saat dimana auditor mengeluarkan opini bahwa laporan keuangan bebas dari
salah saji tetapi sebenarnya terdapat salah saji yang material.
11. Proses audit ini merupakan prosedur yang digunakan sering organisasi karena dalam hasil dari
proses ini cukup efektif dalam menemukan kemacetan dan pemborosan, sehingga dapat membantu
untuk meningkatkan produktivitas dalam suatu perusahaan.
12. Tujuan audit adalah untuk mendapatkan keyakinan memadai bahwa Laporan Keuangan suatu
entitas bebas dari Kesalahan Penyajian Material dan Memberikan Laporan atas Laporan Keuangan
sesuai dengan temuan auditor. Audit ini independen dan pemeriksaan sistematis atas Laporan
Keuangan dan investigasi rinci Laporan Pendapatan dan Beban, catatan Akuntansi seperti Penjualan,
Pembelian, dll.
Auditor harus mengingat tujuan audit pada saat Pemeriksaan laporan keuangan dan menyelesaikan
harga pasar Aktiva saat ini. Mereka adalah jenis audit berbasis variabel.