Anda di halaman 1dari 16

EKONOMI

Makalah

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Seminar Pendidikan Agama Islam
yang diampu oleh Drs. H. Zulkabir, M.Pd.

disusun oleh:
Naufal Ahmad Firsan Mulyawan (1700247)
Khairul Fikri (1700371)
Hasna Kurnia (1703254)
Irfan Ripandi (1700818)
Karina Asih M (1700895)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
menciptakan manusia dan memuliakannya di atas ciptaan yang lain. Juga tidak
lupa salawat dan salam atas pemimpin umat islam yakni Baginda Nabi
Muhammad SAW, beserta sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Alhamdulillah berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang singkat ini tepat pada waktunya. Makalah ini terdiri
dari bahasan materi sejarah pasar menurut Iman Al-Ghazali, dan pandangan
mekanisme pasar menurut Imam Al-Ghazali. Materi ini disajikan secara ringkas
yang penulis kutip dari beberapa sumber referensi terpilih.
Penulis ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Seminar
Pendidikan Agama Islam yang telah membimbing dalam penyusunan makalah ini.
Selain itu, penulis ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan sekelompok maupun
tidak yang telah membantu dalam menyusun makalah. Adapun tujuan dari
pembuatan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas mata kuliah yang
bersangkutan. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi kita semua.

Bandung, 16 Desember 2019


Penulis

i
DAFTAR IS
KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1. Latar Belakang..........................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................1

1.3. Tujuan........................................................................................................1

1.4. Manfaat......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

2.1. Pasar Islam................................................................................................3

2.2. Riba era globalisasi...................................................................................4

2.3. Halal Haram..............................................................................................6

BAB III PENUTUP.................................................................................................7

3.1. Kesimpulan................................................................................................7

3.2. Saran..........................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................8

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ekonomi dalam islam tidak hanya didasari dari undang-undang pemerintah
tetapi juga dilandasi dari ajaran-ajaran islam yang terkandung dalam kitab al
quran, dan diterangkan dalam syariah islam. Peranan ekonomi islam dalam pasar
menyumbangkan andil yang penting di tengah kondisi perekonomian suatu
bangsa. Dalam praktek ekonomi, pasar sejatinya harus ditampilkan nilai-nilai
yang sesuai dengan norma dan nilai yang dibenarkan. Dua paham ekonomi yang
selama ini menjadi acuan dan barometer dunia, yaitu ekonomi kapitalis dan
ekonomi sosialis ternyata tidak dapat mengatur mekanisme kegiatan pasar saat ini
yang serba tidak menentu dan tidak jelas, malah semakin memperparah keadaan.
Pasar adalah tempat bertemunya antara penjual dan pembeli dan melakukan
transaksi barang atau jasa. Pasar merupakan sebuah mekanisme pertukaran barang
dan jasa yang alamiah dan telah berlangsung sejak awal peradaban manusia. Pasar
yang selama ini berkembang hanya tertuju pada upaya pemaksimalan untuk
mencari keuntungan sebesar-besarnya semata dan cenderung terfokus pada
kepentingan sepihak. Sistem tersebut nampaknya kurang tepat dengan sistem
ekonomi dalam islam yang menekankan konsep manfaat yang lebih luas pada
kegiatan ekonomi termasuk di dalamnya mekanisme pasar dan pada setiap
kegiatan ekonomi itu mengacu pada konsep maslahat dan menjunjung tinggi asas-
asas keadilan.
Dalam ekonomi terdapat kegiatan jual beli antara dua pihak yang saling
membutuhkan. Jual beli berarti membalas suatu harta benda seimbang dengan
harta benda yang lain, yang keduanya boleh dikendalikan dengan ijab qabul
menurut cara yang dihalalkan oleh syara.
Pada dasarnya hukum jual beli dibolehkan dan mengharamkan riba.
Pengertian riba di dalam kamus adalah kelebihan atau peningkatan atau surplus.
Dari berbagai definisi, dapat disimpulkan bahwa riba adalah suatu kegiatan
pengambilan nilai tambah yang memberatkan dari akad perekonomian, seperti
jual beli atau utang piutang, dari penjual terhadap pembeli atau dari pemilik dana
2

kepada peminjam dana, baik diketahui bahkan tidak diketahui, oleh pihak kedua.
Riba dapat pula dipahami hanya sebatas pada nilai tambah dari nilai pokok dalam
suatu akad perekonomian.

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang diuraikan, dirumuskan rumusan masalah sebagai
berikut
1. Bagaimana pasar dalam islam?
2. Bagaimana riba pada era globalisasi?
3. …

1.3. Tujuan
Dari rumusan masalah yang diangkat, terdapat tujuan yang hendak dicapai
sebagai berikut:
1. Mengetahui pasar dalam islam;
2. Mengetahui riba pada era globalisasi;
3. Mengetahui
3

1.4. Manfaat
Manfaat dari makalah ini diharapkan bisa sebagai sumber informasi baik
untuk proses pembelajaran maupun dalam pengamalannya di masyarakat.
Sehingga terciptanya suasana pasar yang harmonis di lingkungan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pasar Islam
Sistem ekonomi adalah sebuah organisasi yang mencakup sejumlah lembaga
dan organisasi yang mencakup sejumlah lembaga dan pranata (ekonomi, sosial,
politik, ide) yang bertugas memecahkan masalah-masalah, barang-barang dan jasa
yang akan dihasilkan, bagaimana barang atau jasa tersebut dihasilkan dan
bagaimana cara membagi barang atau jasa yang hasilkan kepada masyarakat.
Sistem ekonomi yang dipakai di dunia antara lain kapitalis, komunis, sosialis,
negara sejahtera, dan ekonomi Islam.
Ekonomi islam adalah sebuah sistem ekonomi yang menjelaskan segala
fenomena tentang perilaku pilihan dan pengambilan keputusan dalam setiap unit
kegiatan atau aktivitas ekonomi dengan mendasarkan pada tata aturan moral dan
etika syariah. Pasar adalah bertemunya permintaan dan penawaran atas satu
macam barang/ jasa. Pengertian pasar tidak terbatas pada suatu tempat tertentu
tetapi meliputi suatu daerah, negara, dan bahkan dunia.
Ekonomi islam secara mendasar berbeda dari sistem ekonomi yang lain
dalam hal tujuan, bentuk, dan coraknya. Islam tidak pernah memisahkan ekonomi
dengan etika, sebagaimana tidak pernah memisahkan ilmu dengan ahlak, politik
dengan etika, perang dengan etika, dan kerabat sedarah daging dengan kehidupan
islam.
Pandangan pasar dalam konsep Islam akan tercermin prinsip syariah dalam
bentuk nilai-nilai yang secara umum dapat dibagi dalam dua perspektif yaitu
makro dan mikro. Nilai syariah dalam perspektif mikro menekankan aspek
kompetensi/ profesionalisme dan sikap amanah, sedangkan dalam perspektif
makro nilai-nilai syariah menekankan aspek distribusi, pelarangan riba, dan
kegiatan ekonomi yang tidak memberikan manfaat secara nyata kepada sistem
perekonomian.
Dalam pandangan Al Ghazali pasar harus berfungsi berdasarkan etika dan
moral para pelakunya. Kemudian mekanisme harga barang atau jasa menurut Al
Ghazali. Imam Al Ghazali juga berpendapat dalam pemenuhan kebutuhan dan
menekankan mengkomsumsi yang halal dan baik, selanjutnya untuk

4
meningkatkan kemakmuran ekonomi dan menegakkan keadilan, kedamaian, dan
keamanan, serta stabilitas negara.

5
6

Islam menempatkan pasar pada kedudukan yang penting dalam


perekonomian. Praktik ekonomi pada masa Rasul dan Khulafaur Rasyidin
menunjukkan adanya peranan pasar yang besar dalam pembentukan masyarakat
islam pada masa itu. Rasul sendiri sangat menghargai harga yang dibentuk oleh
mekanisme pasar sebagai harga yang adil dan menolak adanya suatu intervensi
harga.
Ketentuan perdagangan dalam Islam di antaranya sebagai berikut:
1. Dagang Sesuai Syariat Islam Dianjurkan oleh Allah
Tentang dagang di dalam Alquran dengan jelas disebutkan bahwa dagang
atau perniagaan merupakan jalan yang diperintahkan oleh Allah untuk
menghindarkan manusia dari jalan yang bathil atau curang seperti hukum
mengurangi timbangan dalam islam dalam pertukaran sesuatu yang menjadi milik
di antara sesama manusia. Seperti yang tercantum dalam Surat An-Nisa’ 29. Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
suka sama-suka di antara kamu.
2. Jika Tiba Waktu Ibadah (Shalat), Dagang Harus Ditinggalkan
Dalam melakukan perniagaan, Allah juga telah mengatur adab yang perlu
dipatuhi dalam dagang, di mana apabila telah datang waktunya untuk beribadah,
aktivitas perdagangan perlu ditinggalkan untuk beribadah kepada Allah seperti
larangan dalam hukum tidak shalat jumat karena bekerja, surat Al-Jum’ah 11.
Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk
menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah).
Katakanlah: “Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan
perniagaan”, dan Allah sebaik-baik pemberi rezki.
3. Dagang Harus Dengan Niat Ibadah Agar Jauh dari Lalai
Dan dalam ayat lain seperti di surat An-Nur 37, dijelaskan bagaimana orang
tidak lalai dalam mengingat Allah hanya karena perniagaan dan jual beli atau
hukum perjanjian jual beli dalam islam. Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh
perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari)
mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada
suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.
7

4. Dagang Harus Dilakukan Sesuai Aturan Islam


Demikian pula tata tertib dalam dagang juga telah digariskan di dalam
Alquran, baik itu dagang yang bersifat tidak tunai dengan tata aturannya, maupun
cara berdagang tunai atau adab bekerja dalam islam, seperti yang tercantum
dalam surat Al-Baqarah 282 berikut : Hai orang-orang yang beriman, apabila
kamu bermu’amalah[179] tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan,
hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya
sebagaimana Allah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah
orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi
sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya
atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka
hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua
orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki,
5. Mengambil Keuntungan yang Wajar
Adab tentang perniagaan dengan jelas pula diatur, bahwa manusia tidak
boleh berlebihan dalam melakukan dagang sehingga melupakan kewajibannya
terhadap Allah, seperti dijelaskan dalam Surat At-Taubah 24 berikut : Katakanlah:
“Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu,
harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari
Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan Keputusan NYA”. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang fasik.
6. Dagang Harus Jujur dan Adil
Dalam melakukan transaksi dagang Allah memerintahkan agar manusia
melakukan dengan jujur dan Adil. Tata tertib perniagaan ini dijelaskan Allah
seperti tercantum dalam Surat Hud 84-85. Demikian pula dalam Surat Al-An’am
152, yang mengatur tentang takaran dan timbangan dalam perniagaan.
8

Dan kepada (penduduk) Mad-yan (Kami utus) saudara mereka, Syu’aib. ia


berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain
Dia. dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, Sesungguhnya Aku
melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan Sesungguhnya Aku
khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat).”
7. Dilarang Dagang Barang Haram (Alkohol, Babi, dan sebagainya)
Dalam perdangan Islam, dilarang apabila yang diperdagangkan secara zatnya
adalah Haram, seperti Khamar. Hal ini diriwayatkan oleh Aisyah ra. Hadis
riwayat Aisyah ra., ia berkata: ketika turun beberapa ayat terakhir surat Al-
Baqarah, Rasulullah saw. Keluar lalu membacakannya kepada orang-orang,
kemudian beliau mengharamkan dagang khamar. (HR. Bukhari dan Muslim).
2.2. Riba Era Globalisasi
Pengertian riba di dalam kamus adalah kelebihan atau peningkatan atau
surplus. Tetapi dalam ilmu ekonomi, riba merujuk pada kelebihan dari jumlah
uang pokok yang dipinjamkan oleh si pemberi pinjaman dari si peminjam. Dalam
Islam, riba secara khusus menunjuk pada kelebihan yang diminta dengan cara
yang khusus.
Kata riba dalam bahasa Arab dapat berarti tambahan meskipun sedikit di atas
jumlah uang yang dipinjamkan, hingga mencakup sekaligus riba dan bunga. Riba
dalam hal ini semakna dengan kata usury dalam bahasa Inggris yang berarti suku
bunga yang lebih dari biasanya atau suku bunga yang mencekik.
Dari berbagai definisi, dapat disimpulkan bahwa riba adalah suatu kegiatan
pengambilan nilai tambah yang memberatkan dari akad perekonomian, seperti
jual beli atau utang piutang, dari penjual terhadap pembeli atau dari pemilik dana
kepada peminjam dana, baik diketahui bahkan tidak diketahui, oleh pihak kedua.
Riba dapat pula dipahami hanya sebatas pada nilai tambah dari nilai pokok dalam
suatu akad perekonomian. Setelah mengetahui definisi riba, maka penting untuk
mengetahui macam-macam riba dan pengertiannya.
Menurut Subekti (2001), pengertian asuransi adalah suatu perjanjian yang
termasuk dalam jenis perjanjian untung-untungan dimana perjanjian ini dengan
sengaja didasarkan atas kejadian yang belum tentu terjadi di kemudian hari,
kejadian mana yang akan menentukan untung ruginya salah satu pihak. Menurut
9

Emmy Pangaribuan (1992), pengertian asuransi adalah suatu perjanjian dimana


penanggung dengan menikmati suatu premi mengikatkan dirinya terhadap
tertanggung untuk membebaskan diri dari kerugian karena kehilangan, kerugian
atau ketiadaan keuntungan yang diharapkan yang akan dapat diderita olehnya
karena suatu kejadian yang belum pasti.
Menurut KUHD pasal 246, pengertian asuransi adalah suatu perjanjian
dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung,
dengan menerima suatu premi, untuk penggantian kepadanya karena suatu
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan
dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tentu.
Menurut Dewan Syariah Nasional (DSN-MUI), asuransi syariah adalah
sebuah usaha untuk saling melindungi dan saling tolong menolong di antara
sejumlah orang, di mana hal ini dilakukan melalui investasi dalam bentuk aset
(tabarru) yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu
melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan hukum syariah. Jadi bisa
disimpulkan bahwa asuransi syariah adalah salah satu bentuk pengendalian risiko
yang dilakukan dengan cara sharing of risk atau saling menanggung risiko sesama
nasabah atau peserta.
Unsur-unsur asuransi :
1. at-takaful(Tolong menolong),
2. tabarru’(hibah/dana kebijakan),
3. aqad(akad).
Secara garis besar, riba dikelompokkan menjadi dua, yakni riba utang-
piutang dan riba jual beli. Lalu riba utang-piutang ini sendiri terbagi lagi menjadi
dua, yaitu:
a. Riba Qardh
Riba Qardh maksudnya adalah suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang
disyaratkan terhadap yang berutang (muqtaridh).
b. Riba Jahiliyah
Riba Jahiliyah yaitu utang dibayar lebih dari pokoknya, karena si peminjam tidak
mampu membayar utangnya pada waktu yang ditetapkan.
Adapun riba jual-beli juga terbagi menjadi dua, yaitu:
10

c. Riba Fadhl
Riba Fadhl adalah pertukaran antara barang sejenis dengan kadar atau takaran
yang berbeda, sedangkan barang yang dipertukarkan itu termasuk dalam jenis
barang ribawi.
d. Riba Nasi’ah
Pada Riba Nasi’ah, penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang
ribawinya dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya. Riba dalam nasi’ah
ini muncul karena adanya perbedaan, perubahan, atau tambahan antara yang di
serahkan saat ini dengan yang diserahkan kemudian.
Pelarangan riba dalam Islam tidak hanya merujuk pada Al-qur’an, melainkan
juga Al-Hadits. Hal ini dikarenakan posisi umum dari hadits itu sendiri berfungsi
untuk menjelaskan lebih lanjut mengenai perkara yang telah di jelaskan Al-
qur’an.
Di sini pelarangan riba dalam hadits lebih terperinci. Sebagaimana hadits yang
tertera di bawah ini:
“Ingatlah bahwa kamu akan menghadap tuhanmu dan dia pasti akan menghitung
amalanmu. Allah telah melarangmu mengambil riba. Oleh karena itu, utang akibat
riba harus dihapuskan. Modal (uang pokok) kamu adalah hak kamu. Kamu tidak
akan menderita atau pun mengalami ketidakadilan.”
Diriwayatkan oleh Abu Said al-khudri bahwa Rasulullah Saw, bersabda : “Emas
hendaklah dibayar dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum,
tepung dengan tepung, kurma dengan kurma, garam dengan garam, bayaran harus
dari tangan ke tangan (cash). Barang siapa memberi tambahan atau menerima
tambahan, sesungguhnya ia telah berurusan dengan riba. Penerima dan pemberi
sama-sama bersalah.” (HR. Muslim no.2971, dalam Kitab Al-Masaqqah).
Rasulullah SAW. juga menegaskan perkara ini dengan menggunakan kata-
kata yang lebih jelas, bukan saja mereka yang mengambil riba, tetapi mereka yang
memberikan riba dan para penulis yang mencatat transaksi atau para saksinya.
Bahkan beliau menyamakan dosa orang yang mengambil riba dengan dosa orang
11

yang melakukan zina 36 kali lipat atau setara dengan orang yang menzinahi
ibunya sendiri.
Merujuk pada penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa, bunga Bank
sama dengan riba. Mengapa demikian? Karena secara real kegiatan operasional
dalam perbankan konvensional menggunakan bunga yang dibayarkan oleh
nasabah peminjam kepada pihak atas, pinjaman yang dilakukan ini jelas
merupakan tambahan.
2.3. Halal Haram
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Setelah dilakukan kajian dalam pembahasan yang diambil dari rumusan
masalah, maka simpulan dari makalah ini yaitu:

1. Ketentuan perdagangandalam islam yaitu dagang sesuai syariat islam


dianjurkan oleh allah, jika tiba waktu ibadah (shalat), dagang harus
ditinggalkan, dagang harus dengan niat ibadah agar jauh dari lalai, dagang
harus dilakukan sesuai aturan islam, mengambil keuntungan yang wajar,
dagang harus jujur dan adil, dan dilarang dagang barang haram.
2. Riba merupakan suatu kegiatan pengambilan nilai tambah yang memberatkan
dari akad perekonomian, seperti jual beli atau utang piutang, dari penjual
terhadap pembeli atau dari pemilik dana kepada peminjam dana, baik
diketahui bahkan tidak diketahui, oleh pihak kedua.
3.

3.2. Saran
Kajian Imam Al Ghazali dapat dijadikan sebagai acuan untuk memperbaiki
sistem ekonomi yang ada pada zaman sekarang agar terhindar dari perbuatan riba
dan perniagaan kita menjadi berkah. Dalam melakukan transaksi di pasar
hendaklah memerhatikan dan mengedepankan unsur moralitas dan tolong-
menolong.

12
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, E. (2013). Mekanisme Pasar. Al Iqtishad.


Churiyah, M. (2011). Mengenal Ekonomi Syariah. Malang: Surya Pena Gemilang.
Irawan, M. (2015). Mekanisme Pasar Islami. Jebis.
Muhamad. (2013). Tinjauan Sejarah Mekanisme Pasar dalam Islam. Telaah
Bisnis.
Nasution, Y. S. (2018). Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam. At
Tawassuh.
Rahmi, A. (2015). Mekanisme Pasar dalam Islam. Ekonomi Bisnis dan
Kewirausahaan.
Saddam, M. (2003). Ekonomi Islam. Jakarta: Taramedia.
Suryawan, R. (2013). Pemikiran Imam Al-Ghozali. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

Arby, S. (2018, September 12). Hukum Perdagangan Islam. Diambil kembali dari
dalamislam.com: http://www.google.com/amp/s/dalamislam.com/hukum-
islam/hukum-dagang-dalam-islam/amp

13

Anda mungkin juga menyukai