Anda di halaman 1dari 4

BAB II

2.1 Definsi Tsunami


Tsunami adalah suatu bencana alam yang menciptakan gelombang ombak raksasa
yang timbul akibar pergeseran di dasar laut akibat gemba bumi. Selain karena gempa
bumi tsunami terjadi kerana adanya longsor, jatuh nya benda-benda langit (meteor),
letusan gunung berapi dibawah laut dan letusan (exploison) di dekat muka air (Ferad
Puturuhu, 2015 dalam Hariyanti, 2020). Sementara itu, Djunire (2009) mengatakan
bahwa tsunami adalah salah satu jenis bencana alam yang sering terjadi di Indonesia.
Tsunami adalah gelombang besar terjadi karena adanya gempa bumi di bagian dasar
samudera, longsoran massa batuan, letusan gunung api di sekitar kawasan basin
samudera.

Menurut Depkominfo (2008 dalam Hariyanti, 2020) ada empat tanda-tanda


terjadinya tsunami, yaitu :

1) Diawali dengan dempa bumi yang sakat besar dan kuat dengan skala
rigther lebih dari 6. Biasanya pusat gempa terjadi dibawah laut/dasar
laut. Gempa dirasakan bila seseorang dekat dengan pusat gempa, akan
tetapi bisa tetap terjadi meskipun seseorang tidak merasakan
goncangan.
2) Permukaan laut turun secara tiba-tiba, maka waspadalah karena itu
merupakan tanda gelombang raksasa akan datang.
3) Munculnya buih-buih air sangat banyak di pantai secara tiba-tiba.
Tercium hembusan angin berbau air laut yang kersa seperti bau garam
yang menyengat secara tiba-tiba.
4) Laut menjadi berwarna gelap dan mendengar suara gemuruh lebih
keras dari biasanya, itu berarti gelombang tsunami sedang mendekat.

Kecepatan tsunami tergantung pada kedalaman laut, begitu juga dengan tinggi
gelombang nya. Semakin dalam lautnya semakin besar panjang gelombang nya dan
semakin tinggi pula kecepatan gelombang tsunami nya. Sebaliknya amplitudo tsunami di
laut dalam lebuh kecil dibanding di laut dangkal. Ilustrasi keceoatan dannketinggian
suatu tsunami bergantung pada kedalaman launya (Hariyanti, 2020).

Gambar 1

2.2 Aspek Kesehatan Dalam Bencana Tsunami

Maslah kesehatan yang terjadi pada bencana tsunami seperti penyakit infeksi
saluran pernapasan akut, diare, gangguan kulit, ditambah kualitas air bersih yang tidak
memadai udara di pengungsian yang tidak tertata, sangat mungkin menyebabkan
permasalahan kesehatan jangka panjang bagi korban setelah bencana (Isman et al., 2012).

Pusponegoro (1990) dan Skeet (1988 dalam Isman et al., 2012) masalah
kesehatan akibat bencana alam diantaranya:

1. Peningkatan Angka Kesakitan (Morbiditas) Tingginya angka kesakitan saat


terjadinya bencana dibagi dalam dua kategori yaitu sebagai berikut.

a. Kesakitan primer, yaitu kesakitan yang terjadi sebagai akibat langsung


dari kejadian bencana tersebut. Kesakitan ini dapat disebabkan trauma,
baik secara fisik, termis, kimiawi, maupun psikis.
b. Kesakitan sekunder, yaitu kesakitan yang terjadi sebagai efek samping
usaha penyelamatan terhadap korban bencana. Hal ini dapat disebabkan
sanitasi lingkungan yang buruk, dan kekurangan makanan.

2. Tingginya Angka Kematian Kematian akibat bencana alam dibagi dalam dua
kategori, yaitu sebagai berikut :

a. Kematian Primer, yaitu kematian langsung akibat terjadi bencana. Pada


bencana tsunami penyakit primer yang terjadi adalah trauma fisik, psikis
dan termis.

b. Kematian sekunder, yaitu kematian yang tidak langsung disebabkan


oleh bencana, melainkan diperngaruhi oleh factor – factor penyelamatan
terhadap penderita cedera berat, seperti kurangnya persediaan darah dan
obat-obatan. Pada bencana tsunami penyakit sekunder yang terjadi adalah
infeksi pencernaan, defisiensi gizi, penyakit kulit, infeksi saluran
pernapasan.

3. Masalah Kesehatan Lingkungan

Mencakup masalah – masalah yang berkaitan erat dengan sanitasi lingkungan,


tempat penampungan yang tidak memenuhi syarat, penyediaan air bersih, tempat
pembuangan tinja, tempat pembuangan sampah, kelengkapam tenda
penampungan, dan kepadatan dari tempat penampungan.

4. Suplai Bahan Makanan dari Obat-obatan Kekurangan suplai bahan makanan


dan obat-obatan untuk membantu korban bencana akan menimbulkan berbagai
masalah, di antaranya sebagai berikut:

a) Kekurangan gizi dari berbagai lapisan umur.

b) Penyakit infeksi dan wabah, diantaranya infeksi pencernaan, infeksi


pernapasan akut, seperti influenza, dan penyakit kulit.

Gelombang tsunami telah menimbulkan tercampumya air laut dengan air tawar
pada beberapa lokasi. Pencampuran ini menjadikan badan air berubah payau, kondisi ini
mendukung bagi perkembangbiakan nyamuk An. sundaicus, yang pada beberapa lokasi
telah ditemukan pada badan air dalam bentuk pradewasa dan bentuk dewasanya
ditemukan di dalam rumah, di luar rumah, istirahat di dinding dalam rumah dan di sekitar
kandang. Kondisi lingkungan fisik terutama struktur rumah yang tidak dilengkapi dengan
kasa pada jendela dan lubang ventilasi memperbesar peluang terjadinya kontak antara
manusia dengan nyamuk, demikian juga kondisi lingkungan biologi juga memberikan
peluang bagi terjadinya penularan penyakit yang ditularkan oleh vektor. Untuk
mempertahankan dan meningkatkan status kesehatan masyarakat di lokasi bencana
tsunami perlu dilaksanakan pendidikan kesehatan masyarakat, pembagian kelambu bagi
penduduk beresiko tinggi terhadap penularan malaria dan upaya pengendalian vektor
(Sugianto dkk., 2009 dalam Isman et al., 2012).

Anda mungkin juga menyukai