POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2020/2021 I. IDENTIFIKASI PASIEN o Nama: Agustinus Aji Kusnanto o Usia: 18 Tahun o Status perkawinan: Belum Menikah o Jenis kelamin: Laki-Laki o Pekerjaan: Kuli Bangunan o Agama: Islam o Alamat: Ngawi, Jawa Timur o Info singkat tentang lingkungan, situasi rumah atau tempat tinggal Lingkungan Rumah: Pasien adalah anak satu-satunya dari kedua orang tuanya, tinggal bersama ibunya seorang dikarenakan bapak beliau sudah tiada. Pasien berkata jika ia sering dijenguk oleh kerabatnya dan diberikan motivasi untuk bisa sembuh dan pulang kembali. Untuk sang ibu, pasien berkata jarang menjenguknya tetapi pernah dan memotivasinya juga untuk sembuh dan kembali kerumah. Lingkungan Sekolah: Dikarenakan ekonomi yang menimpa keluarga pasien, pasien hanya bersekolah sampai Sekolah Dasar (SD) lalu membantu ibunya mencari uang dengan bekerja sebagai kuli bangunan. Lingkungan RSJ: Pasien berkata bahwa ia nyaman di RSJ dan bangsalnya serta hampir mengenal semua teman bangsalnya. Akan tetapi akhir-akhir ini pasien sedih dikarenakan banyak teman bangsalnya yang sudah dipulangkan dikarenakan kesembuhan teman-teman bangsalnya. o Multiaksial diagnosis: Aksis I: F 20.6 ( Pasien mengalami gangguan skizofrenia simpleks) Aksis II: - Aksis III: - Aksis IV: Pasien Masuk kedalam RSJ dikarenakan mengamuk setelah memecahkan kaca tetangganya (Masalah Yang Berkaitan Dengan Lingkungan Sosial). Aksis V: GAF 40-31 (Beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi). Sehingga terapi yang diberikan berupa INJ Lodomer 1 AMP, Delladryl 1cc 1m, Clozapin 1x25 Mg, Haloperidol 2x1,5 Mg, dan THP 2X2 Mg.
II. GARIS BESAR STATUS MENTAL PASIEN
a. Deskripsi Umum Penampilan: Pasien bertubuh kurus dan tinggi, Rambut pasien dicukur hingga botak, akan tetapi bulu didaerah wajah cukup berantakan seperti tidak dicukur dan dirapikan, secara kesulurah penampilan pasien rapih dan bersih. Perilaku: Pasien sepertinya orang yang pendiam dan agak murung terlihat dari sikap pasien menjawab pertanyaan yang sedang diberikan. b. Mood dan afek Saat diwawancara sepertinya mood pasien sedang dalam tahap tidak baik sehingga berpengaruh kepada afeknya saat bercerita hanya sepotong-potong seperti orang bosan dan tidak ingin ditanya lagi. Dan saat selesai pun pasien berkata bahwa ia keliyengan setelah diwawancara. c. Pembicaraan Kuantitas: Sejauh wawancara yang dilakukan pasien bisa menjawab pertanyaan yang diberikan terapis walau hanya sepotong-sepotong dan terkesan malas, akan tetapi terapis dapat menangkap inti yang diharapkan. Kualitas: Pasien hanya menjawab ketika ditanya dan seperlunya saja tanpa banyak bercerita. d. Persepsi Pasien dapat mengalami halusinasi jika ia sedang kambuh, seperti mendengarkan bisikan-bisikan yang menyuruhnya untuk mengamuk ketika penyakitnya kambuh. e. Isi pikir dan proses pikir Untuk isi pikir pasien mengalami halusinasi dimana ia selalu mendengar bisikan-bisikan untuk mengamuk dan tidak bisa menahannya, dikarenakan pasien berkata jika ia mengamuk maka ia akan merasa lega. Dan untuk proses berpikir pasien tidak mengalami gangguan dikarenakan ketika ditanya pasien bisa menjawabnya dengan lancar dan tanpa hambatan. f. Sensorium dan Kognisi Kesadaran: Tingkat kesadaran pasien normal dan dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh terapis. Orientasi: Pasien mengetahui bahwa ia berada di RSJ dan mengenal teman-teman yang sebangsal dengannya. Daya Ingat: Daya ingat pasien rendah, dikarenakan beberapa pertanyaan terapis yang ia jawab tidak tahu atau lupa ketika ditanyakan padanya. Konsentrasi: Pasien dapat berkonsentrasi dnegan cukup baik dikarenakan pasien mampu mendengarkan dan menjawab semua yang ditanyakan oleh terapis. Perhatian: Pasien mampu menempatkan perhatiannya pada terapis walau terkadang melamun. Daya Pikir Abstrak: Daya berpikir abstrak pasien bagus dikarenakan pasien mampu mencerna informasi dari pertanyaan yang diberikan dan menjawabnya. g. Impuls Pengendalian impuls pasien baik, dikarenakan ketika wawancara pasien tidak menunjukka gejala akan mengamuk serta menangis. h. Judgment dan insight Insight pasien berada di level 5 dimana pasien mengakui dan menceritakan bahwa ia masuk ke rsj dikarenakan memecahkan kaca dan mengamuk. i. Reliability (taraf dapat dipercaya) Taraf yang dapat dipercaya dari pasien sekitar 75% dikarenakan ada beberapa pertanyaan yang ditanyakan kepada pasien memiliki jawaban berbeda hingga akhirnya memiliki jawaban yang sebenarnya ketika ditanya beberapa kali.
III. KELUHAN UTAMA
Asal muasal pasien dikirim ke RSJ diceritakan dari pasien yaitu pasien memecahkan kaca jendela tetangganya dan dilaporkan ke pihak polisi, lalu saat di kantor polisi pasien mengamuk dan akhirnya pasien dibawa oleh pihak polisi ke RSJ. Untuk kinerja okupasi pasien, pasien mengatakan bahwa ia tak mengalami kendala ketika kehidupan sehari-hari, akan tetapi hanya memiliki kendala saat berkomunikasi.
IV. RIWAYAT PENYAKIT/KONDISI SEKARANG
Pasien mengalami penyakit skizofrenia simpleks, dimana penyakit ini masih sulit ditemukan dan ditentukan diagnosisnya. Gangguan ini juga kurang jelas psikotiknya dibandingkan dengan skizofrenia lainnya. Saat penyakit pasien kambuh, pasien akan mengamuk karena pasien mendengar suara-suara yang mebisikkan telinga pasien yang memerintahkan pasien untuk mengamuk.
V. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien dilahirkan dari keluarga yang memiliki krisis ekonomi dimana pasien haru memutuskan untuk berhenti sekolah saat ia menginjak sekolah dasar. Menurut pasien masa-masa SD-nya sangat menyenangkan. Lalu pasien mulai bekerja sebagai kuli bangunan. Pasien belum menikah dan beragama islam. Pasien mulai dibawa ke rsj ketika pasien tidak sengaja memecahkan kaca rumah tetangganya dan mengamuk. Pada saat di RSJ pasien lebih sering mengamuk atau meluapkan emosinya karena beliau mendengar bisikan- bisikan yang mempengaruhinya untuk mengamuk ketika gejala muncul. Menurut pasien kehidupan di RSJ cukup nyaman, pasien juga mempunya sahabat yang berinisial “AG” Pasien tidak memiliki Riwayat seksual dan trauma di masa mudanya, pasien juga tidak memiliki Riwayat penyalahgunaan NAPZA. Oleh karena itu pasien tidak memerlukan pembedahan untuk kesembuhan penyakitnya
VI. RIWAYAT SINGKAT KELUARGA
Hubungan dan sikap anggota keluarga dengan pasien cukup baik, dimana saudara dan ibunya pernah menjenguk pasien saat di RSJ. Anggota keluarga pasien pernah memberikan motivasi kepada pasien agar cepat sembuh dan cepat kembali ke rumah seperti “kamu jangan nakal ya Aji, supaya kamu cepat pulang ke rumah” REFERENSI Direktorat Jendral Pelayanan Medik DEPKES RI. (1993). Pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia-III. Jakarta: Dep Kes. RI http://grhasia.jogjaprov.go.id/berita/106/insight