Anda di halaman 1dari 15

RUMAH SAKIT KARTINI

Jl. Sunan Kalijaga No. 325 Blok Papanggo Cijoro Pasir Kecamatan
Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten

Telp: (0252) 204333 – 5551 333

PANDUAN PRAKTIK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN MATA
KATARAK
2021

RS KARTINI
1. No. ICD 10 H. 25 (Katarak Senilis), H.26 ( Katarak lainnya)
2. Diagnosis Katarak Senilis, Katarak Lainnya
3. Pengertian Katarak adalah kekeruhan lensa kristalin yang menyebabkan turunnya
tajam penglihatan dan menyebabkan keluhan gangguan penglihatan
lainnya seperti gangguan kontras sensitivitas, silau dan tidak nyaman.
Kekeruhan ini dapat diakibatkan oleh gangguan metabolisme serat lensa
akibat proses degenerasi, trauma, obat-obatan, penyakit sistemik dan
lain-lain
4. Anamnesis Penurunan tajam penglihatan perlahan, silau di siang hari dan tidak
nyaman
5. Pemeriksaan Fisik Visus, Kontras Sensitivity test, pemeriksaan segmen anterior dengan slit-
lamp, pemeriksaan tekanan intra okular (TIO), pemeriksaan funduskopi
jika masih memungkinkan, Anel test, Keratometri, Biometri dan
Retinometri.
6. Kriteria Diagnosis 1. Subyektif:
Penurunan tajam penglihatan perlahan tanpa tanda radang, silau dan
tidak nyaman
2. Obyektif: jika TIO dalam batas normal (kurang dari 21 mmHg)
dilakukan dilatasi pupil dengan tetes mata Tropicamide 0,5 %.
Setelah pupil cukup lebar dilakukan pemeriksaan dengan slit lamp
untuk melihat derajat kekeruhan lensa apakah sesuai dengan visus
pasien
a. Derajat 1 : nukleus lunak, visus biasanya masih lebih baik dari
6/12, tampak sedikit kekeruhan dengan warna agak keputihan.
Reflek fundus masih mudah diperoleh. Usia penderita biasanya
kurang dari 50 tahun.
b. Derajat 2 : nukleus dengan kekeruhan ringan, biasanya visus
diantara 6/12-6/30, tampak nukleus mulai sedikit kekuningan.
Reflek fundus masih mudah diperoleh dan sering memberikan
gambaran seperti katarak subkapsularis posterior
c. Derajat 3 : nukleus dengan kekeruhan medium, biasanya visus
antara 6/30-3/60, tampak nukleus berwarna kuning disertai

1
RUMAH SAKIT KARTINI

Jl. Sunan Kalijaga No. 325 Blok Papanggo Cijoro Pasir Kecamatan
Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten

Telp: (0252) 204333 – 5551 333

korteks yang berwarna keabu-abuan


d. Derajat 4 : nukleus keras, biasanya visus antara 3/60-1/60,
tampak nukleus berwarna kuning kecoklatan. Reflek fundus sulit
dinilai
e. Derajat 5 : nukleus sangat keras, biasanya visus hanya 1/60 atau
lebih buruk. Usia penderita sudah diatas 65 tahun. Nukleus
berwarna kecoklatan bahkan sampai kehitaman. Katarak ini
sangat keras dan disebut juga sebagai Brunescence cataract atau
Black cataract
Pemeriksaan tambahan berupa Retinometri untuk mengetahui prognosis
tajam penglihatan setelah operasi dan Biometri untuk mengukur power
IOL jika pasien akan dioperasi katarak
7. Diagnosa Banding Kekeruhan badan kaca, endoftalmitis, ablasio retina
8. Pemeriksaan 1. USG untuk menyingkirkan adanya kelainan lain pada mata selain
Penunjang katarak
2. Laboratorium sesuai kondisi penyakit dalam.
9. Konsultasi Geriatri / penyakit dalam sesuai kondisi
10. Perawatan Rumah Bila ada indikasi penyakit dalam / geriatri 2 – 4 hari.
Sakit
11. Terapi / tindakan 1. Penatalaksanaan non bedah untuk visus lebih baik atau sama dengan
(ICD 9-CM) 6/12 yaitu pemberian kacamata dengan koreksi terbaik
2. Jika visus masih lebih baik dari 6/12 tetapi sudah mengganggu
aktivitas berkaitan dengan pekerjaan pasien atau ada indikasi medis
lain, pasien dapat dilakukan operasi katarak
3. Tata laksana pasien katarak dengan visus terbaik kurang dari 6/12
adalah operasi katarak berupa EKEK+IOL atau Sics + IOL atau
fakoemulsifikasi+IOL dengan mempertimbangkan ketersediaan alat,
derajat kekeruhan katarak dan tingkat kemampuan ahli bedah.
4. Operasi katarak dilakukan menggunakan mikroskop operasi dan
peralatan bedah mikro, dimana pasien dipersiapkan untuk implantasi
IOL
5. Ukuran IOL dihitung berdasarkan data keratometri serta pengukuran
Biometri A-scan
6. Apabila tidak tersedia peralatan keratometri dan dan biometri,
ukuran IOL dapat ditentukan berdasarkan anamnesis ukuran
kacamata yang selama ini dipakai pasien. IOL standar power 20.00
dioptri. Jika pasien menggunakan kacamata, power IOL standar
dikurangi ukuran kacamata
Operasi katarak bilateral sangat tidak dianjurkan berkaitan dengan risiko
pasca operasi yang berdampak kebutaan, tetapi dapat dipertimbangkan
jika ada keadaan khusus
12. Tempat Pelayanan Poliklinik, Ruang Operasi (jika dilakukan tindakan), Ruang rawat inap

2
RUMAH SAKIT KARTINI

Jl. Sunan Kalijaga No. 325 Blok Papanggo Cijoro Pasir Kecamatan
Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten

Telp: (0252) 204333 – 5551 333

13. Penyulit Jika ada komplikasi pasca operasi harus diperhatikan: luka yang tidak
sempurna menutup, edema kornea, inflamasi dan uveitis, atonik pupil,
papillary captured, masalah berkaitan dengan IOL, kekeruhan kapsul
posterior, TASS (Toxic Anterior Segment Syndrome), capsular bag
distention syndrome, sisa massa lensa / korteks, cystoids macular edema,
choroidal detachment, ablasio retina dan endoftalmitis
14. Informed Concent Tertulis dan lisan
15. Tenaga Standar DPJP, Dokter Umum dan Internship
16. Lama Perawatan 2-4 hari jika dilakukan tindakan
17. Masa Pemulihan 2-3 minggu setelah operasi
18. Hasil Baik
19. Patologi -
20. Otopsi -
21. Prognosis Dubius ad bonam
22. Tindak Lanjut Jika ada tindakan operasi:
1. Frekuensi pemeriksaan pasca bedah ditentukan berdasarkan tingkat
pencapaian visus optimal yang diharapkan.
2. Pada pasien dengan risiko tinggi, seperti pada pasien dengan satu
mata, mengalami komplikasi intraoperasi dan riwayat penyakit mata
lain sebelumnya, pemeriksaan harus dilakukan satu hari setelah
operasi.
3. Pada pasien yang dianggap tidak bermasalah serta diduga tidak akan
mengalami komplikasi, maka mengikuti petunjuk pemeriksaan
lanjutan sebagai berikut:
a. Kunjungan pertama: dalam kurun waktu 48 jam setelah operasi
(mendeteksi dan mengatasi komplikasi dini seperti kebocoran
luka, hipotonus, peningkatan tekanan intraokuler, edema kornea
atau tanda-tanda peradangan)
b. Kunjungan kedua: hari 4-7 setelah operasi jika tidak dijumpai
masalah pada kunjungan pertama (mendeteksi dan mengatasi
kemungkinan endoftalmitis)
c. Kunjungan ketiga: dijadwalkan sesuai kebutuhan pasien dimana
bertujuan untuk memberikan kacamata sesuai dengan refraksi
terbaik
Obat-obatan yang digunakan pasien pasca operasi bergantung pada
kondisi mata serta disesuaikan dengan kebutuhan. Tetapi penggunaan
tetes mata kombinasi antibiotic dan steroid harus diberikan pada pasien
dan digunakan setiap hari paling tidak selama minimal 4 minggu pasca
operasi
23. Tingkat Evidens & 1b dan A
Rekomendasi

3
RUMAH SAKIT KARTINI

Jl. Sunan Kalijaga No. 325 Blok Papanggo Cijoro Pasir Kecamatan
Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten

Telp: (0252) 204333 – 5551 333

24. Indikator Medis Pengelihatan pulih kembali


25. Edukasi Pasien mendapat penjelasan mengenai penyebab dan tata laksana
katarak. Selanjutnya dijelaskan juga mengenai indikasi operasi dan
perawatan operasi
26. Kepustakaan 1. Kepustakaan: American Academy of Ophthalmology Staff. 2011-
2012. Lens and Cataract. United State of America: American
Academy of Ophthalmology. p. 43-196
2. Panduan Praktik Klinik RSCM Kirana. 2012

PANDUAN PRAKTIK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN MATA
GLAUKOMA
2021

RS KARTINI
1. No. ICD 10 H.40.2
2. Diagnosis Glaukoma akut (primer atau sekunder)
3. Pengertian Glaukoma yang diakibatkan peningkatan tekanan intraokuler secara
mendadak dapat berupa primer atau sekunder. Primer adalah glaukoma
akut yang timbul dengan sendirinya. Pada orang yang memiliki bakat
bawaan glaukoma. Glaukoma akut sekunder timbul akibat penyakit mata
lain maupun sistemik

4. Anamnesis Penglihatan kabur mendadak, nyeri, mata merah, berair, dapat disertai
mual muntah. Riwayat penyakit glaukoma dalam keluarga, riwayat
penyakit mata lain
5. Pemeriksaan Fisik Visus, pemeriksaan segmen anterior, segmen posterior (apabila
memungkinkan), tekanan intra okuler (TIO), gonioskopi.
6. Kriteria Diagnosis 1. Subjektif:
a. Penglihatan kabur mendadak
b. Sakit pada bola mata yang menyebar ke kepala di sisi yang
sama.
c. Melihat halo (warna warni) di sekitar bola lampu dan silau
d. Mata merah dan berair
e. Pusing , mual dan muntah
f. Badan terasa keringat dingin dan bradikardi
2. Objektif:
a. Kelopak mata bengkak
b. Konjungtiva hiperemis, mix injection
4
RUMAH SAKIT KARTINI

Jl. Sunan Kalijaga No. 325 Blok Papanggo Cijoro Pasir Kecamatan
Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten

Telp: (0252) 204333 – 5551 333

c. Tekanan inra okuler (TIO) tinggi (diatas 50 mmHg)


d. Kornea edema
e. Bilik mata depan dangkal
f. Pupil yang lebar iriguler dan tidak bereaksi terhadap sinar
g. Lensa tampak keruh Katarak Fog
Ada kasus yang menyebabkan kenaikan TIO
7. Diagnosa Banding 1. Konjungtivitis akut
2. Keratitis / Ulkus kornea akut
3. Uveitis akut
8. Pemeriksaan Lapang Pandangan (perimetri Goldman/Humprey), OCT, CCT
Penunjang
9. Konsultasi -
10. Perawatan Rumah Ya
Sakit
11. Terapi / tindakan 1. Pasien dirawat, kecuali keadaan umum baik
(ICD 9-CM) 2. Turunkan TIO segera, dengan obat-obatan dan evaluasi selama 24
jam.
a. Karbonik anhidrase oral 500 mg selanjutnya 3-4 kali 250 mg
b. KCl tablet 2x500 mg
c. Pilocarpin 2% tiap 2 jam 1 tetes pada mata yang serangan dan 3x
pada mata sebelahnya
d. Timolol 0,5% 2x1 tetes
e. Hiperosmotik oral atau infus bila diperlukan, dosis gliserim oral
505 1,5-3 ml/kgBB sedangkan manitol i.v 20% 2,5-7 mL/kgBB
dengan cara pemberian 60 tetes per menit bila dilakukan operasi
dengan TIO >30 mmHg.
3. Obat yang menurunkan reaksi radang dan edem kornea, steroid
topikal 6x1 tetes
4. Iridektomi perifer dengan laser atau gonioplasty
5. Bila perlu parasintesis (konsultan)
6. Bila TIO sudah turun mata tenang, dilakukan iridektomi perifer
dengan operasi atau laser
7. Bila iridektomi telah dilakukan, TIO belum turun dilakukan
trabekulektomi
8. Bila ada katarak, ekstraksi dilakukan 6 bulan kemudian, bila endotel
kornea telah membaik
9. Untuk fellow eye, dilakukan iridektomi perifer laser atau surgikal
preventif
10. Pasca bedah diberikan antibiotik, dan steroid tetes mata 6x1
3. Follow up dievaluasi TIO, gonioskopi, perimetri dan OCT
12. Tempat Pelayanan SMF Mata

5
RUMAH SAKIT KARTINI

Jl. Sunan Kalijaga No. 325 Blok Papanggo Cijoro Pasir Kecamatan
Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten

Telp: (0252) 204333 – 5551 333

13. Penyulit 1. Katarak


2. Biik mata depan flat
3. Endoftalmitis
Suprachoroid hemorrhage
14. Informed Concent Tertulis dan Lisan
15. Tenaga Standar DPJP dokter umum dan internship
16. Lama Perawatan 4-6 hari
17. Masa Pemulihan 4-6 hari
18. Hasil Stabil bila TIO terkontrol
19. Patologi
20. Otopsi
21. Prognosis Dubius ad bonam
22. Tindak Lanjut Follow up dievaluasi TIO, gonioskopi, perimetri dan OCT
23. Tingkat Evidens & 1b dan A
Rekomendasi
24. Indikator Medis TIO terkontrol
25. Edukasi Kepatuhan pemakaian obat, kontrol sesuai anjuran, untuk pemeriksaan
TIO, papil n.II, lapang pandangan, risiko serupa dapat terjadi pada
keluarga (disarankan juga untuk memeriksakan diri), pengobatan bila
ada penyakit sistemik, misal diabetes melitus
26. Kepustakaan 1. American Academy of Ophthalmology Staff. 2011-2012. Glaucoma.
Section 10. United State of America: American Academy of
Ophthalmology.
Panduan Praktik Klinik RSCM Kirana. 2012

PANDUAN PRAKTIK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN MATA
ULKUS KORNEA
2021

RS KARTINI
1. No. ICD 10 H16.0
2. Diagnosis Ulkus Kornea Sentral
3. Pengertian Subjektif:
Mata merah, sakit, silau, berair, penglihatan kabur

6
RUMAH SAKIT KARTINI

Jl. Sunan Kalijaga No. 325 Blok Papanggo Cijoro Pasir Kecamatan
Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten

Telp: (0252) 204333 – 5551 333

Obyektif:
1. Pemeriksaan visus dengan kartu Snellen atau chart projector dengan
koreksi terbaik serta menggunakan pinhole
2. Bila memungkinkan, lakukan pemeriksaan tekanan intraokular (TIO)
dengan tonometer non-contact, tapi bila tidak memungkinkan,
periksa TIO secara palpasi
3. Pemeriksaan dengan slit-lamp untuk melihat segmen anterior ada
tidaknya reaksi peradangan bilik mata depan hingga hipopion
4. Pemeriksaan sensibilitas kornea, fluorescein dan tes fistel bila
dicurigai adanya perforasi
5. Dinilai tingkat keparahan ulkus:
a. Apakah ulkus masih sedalam 1/3 stroma anterior
b. Apakah ulkus sudah melewati 1/3 stroma anterior
c. Apakah sudah sampai terjadi desemetokel
d. Apakah sudah perforasi
e. Apakah sudah disertai endoftalmitis
Nilai segmen posterior dengan menggunakan oftalmoskopi indirek
4. Anamnesis 1. Konjungtivitis
2. Uveitis akut
3. Glaukoma akut
5. Pemeriksaan Fisik Visus, pemeriksaan segmen anterior, TIO dengan non contact
6. Kriteria Diagnosis Subjektif:
Mata merah, sakit, silau, berair, penglihatan kabur
Obyektif:
6. Pemeriksaan visus dengan kartu Snellen atau chart projector dengan
koreksi terbaik serta menggunakan pinhole
7. Bila memungkinkan, lakukan pemeriksaan tekanan intraokular (TIO)
dengan tonometer non-contact, tapi bila tidak memungkinkan,
periksa TIO secara palpasi
8. Pemeriksaan dengan slit-lamp untuk melihat segmen anterior ada
tidaknya reaksi peradangan bilik mata depan hingga hipopion
9. Pemeriksaan sensibilitas kornea, fluorescein dan tes fistel bila
dicurigai adanya perforasi
10. Dinilai tingkat keparahan ulkus:
a. Apakah ulkus masih sedalam 1/3 stroma anterior
b. Apakah ulkus sudah melewati 1/3 stroma anterior
c. Apakah sudah sampai terjadi desemetokel
d. Apakah sudah perforasi
e. Apakah sudah disertai endoftalmitis
Nilai segmen posterior dengan menggunakan oftalmoskopi indirek

7
RUMAH SAKIT KARTINI

Jl. Sunan Kalijaga No. 325 Blok Papanggo Cijoro Pasir Kecamatan
Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten

Telp: (0252) 204333 – 5551 333

7. Diagnosa Banding 4. Konjungtivitis


5. Uveitis akut
6. Glaukoma akut
8. Pemeriksaan 1. Pemeriksaan pewaarnaan gram dan KOH 10% dengan mengambil
Penunjang specimen dari kerokan kornea
2. Juga dilakukan pemeriksaan kultur agar darah, tioglikolat dan agar
sabouraud dekstrosa
3. Pemeriksaan ultrasonografi bila segmen posterior tidak bisa dinilai
9. Konsultasi
10. Perawatan Rumah Tidak dirawat, bila tanpa penyulit
Sakit
11. Terapi / tindakan Medikamentosa:
(ICD 9-CM) 1. Terapi topikal sesuai dengan penyebab
2. Bila pada pemeriksaan Gram (+) atau (-), maka berikan antibiotika
topikal dengan spektrum tersebut atau spektrum luas
3. Bila pada pemeriksaan KOH 10% ditemukan hifa, maka diberikan
tetes mata anti jamur (seperti natamisin 5%)
4. Berikan tetes mata sikloplegik (sulfas atropine 1%) dan air mata
buatan
5. Bila hasil kultur telah didapatkan dan menunjuk pada hasil bakteri,
maka berikan antibiotika yang sesuai dengan tes sensitivitas
6. Bila hasil kultur didapatkan jamur, maka untuk golongan
filamentosa dapat diteruskan dengan natamisin atau diganti dengan
amfoterisin B atau vorikonazol. Dan bila didapatkan golongan ragi,
maka dapat ditambahkan atau diganti dengan flukonazol
7. Pemberian antibiotika atau anti jamur peroral, disesuaikan dengan
tingkat keparahan ulkus kornea
8. Pemberian anti glaukoma bila ulkus telah melewati 1/3 stroma
9. Bila telah terjadi desemetokel atau perforasi, maka diperlukan
tindakan bedah seperti keratoplasti, fascia lata graft, periosteal graft,
membrane amnion graft, flap konjungtiva
12. Tempat Pelayanan Poliklinik
13. Penyulit 1. Perforasi kornea
2. Endoftalmitis
14. Informed Concent Tertulis dan lisan
15. Tenaga Standar DPJP dokter umum dan internship
16. Lama Perawatan Tidak dirawat, bila tanpa penyulit
17. Masa Pemulihan Tidak dirawat, bila tanpa penyulit
18. Hasil Dubius ad bonam bila tanpa penyulit

8
RUMAH SAKIT KARTINI

Jl. Sunan Kalijaga No. 325 Blok Papanggo Cijoro Pasir Kecamatan
Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten

Telp: (0252) 204333 – 5551 333

19. Patologi
20. Otopsi
21. Prognosis Dubius ad malam
22. Tindak Lanjut Sesuai penyulit
23. Tingkat Evidens & 1b dan A
Rekomendasi
24. Indikator Medis Sembuh, sembuh dengan sikatrik
25. Edukasi Eye toilet, menghindari mengucek mata, menggunakan kacamata
pelindung, istirahat untuk memperbaiki daya tahan tubuh, menggunakan
obat dan kontrol sesuai anjuran.
26. Kepustakaan 1. American Academy of Ophthalmology Staff. Infectious Diseases of
the External Eye Microbial and Parasitic Infections. In: External
Disease and Cornea. Basic and Clinical Science Course. Section 8.
California: American Academy of Ophthalmology 2011;p.211-6
2. Panduan Praktik Klinik RSCM Kirana. 2012

PANDUAN PRAKTIK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN MATA
UVEITIS ANTERIOR
2021

RS KARTINI
1. No. ICD 10 H20.0
2. Diagnosis Uveitis Anterior
3. Pengertian Radang pada jaringan iris (iritis), bagian anterior badan siliar (siklitis
anterior) atau kedua struktru (iridosiklitis)

4. Anamnesis 1. Mata merah


2. Nyeri
3. Fotofobia (silau bila terkena cahaya)
4. Mata berair
5. Penglihatan kabur
6. Unilateral (satu mata) / bilateral (dua mata)
5. Pemeriksaan Fisik 1. Visus biasanya menurun

9
RUMAH SAKIT KARTINI

Jl. Sunan Kalijaga No. 325 Blok Papanggo Cijoro Pasir Kecamatan
Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten

Telp: (0252) 204333 – 5551 333

2. Kelopak mata spasme atau disertai edema ringan


3. Hiperemi konjungtiva dan perikorneal
4. Keratic presipitat (KP), biasanya ditemukan pada bagian inferior.
Macam KP yaitu fine KP dan stellate ditemukan pada uveitis non
granulomatous, sedangkan bentuk mutton fat dan polymorphous
terdapat pada uveitis granulomatous
5. Pada uveitis kronis, bisa didapatkan band keratopathy
6. Flare dan cells pada bilik mata depan
7. Pada iris bisa didapatkan gambaran atrofi, heterokromia, atau nodul
pada uveitis granulomatosa. Nodul dapat ditemukan di tepi pupil
(Koeppe nodul), di stroma iris (Busacca nodul), atau pada sudut
(Berlin nodule).
8. Sinekia anterior maupun posterior, hingga mencapai 3600 atau tanpa
membrane (oklusio / seklusio pupil)
9. Pupil miosis, irregular
10. Pada kondisi yang berat dapat disertai hipopion
11. Tekanan intraokuli dapat menurun atau meningkat
12. Glaukoma sekunder, edema makula kistoid, dan katarak komplikata
dapat ditemukan sebagai penyerta
Harus dilakukan pemeriksaan funduskopi dengan pupil lebar untuk
mengevaluasi segmen posterior
6. Kriteria Diagnosis 1. Visus biasanya menurun
2. Mata merah dan fotofobia
3. Keratic precipitate (KP) baik fine KPs/stellate/mutton
fat/polymorphous
4. Flare-cells pada bilik mata depan
5. Bisa didapatkan sinekia anterior maupun posterior
6. Pupil miosis, bisa juga ireguler
Bisa didapatkan perubahan iris (nodul iris / atrofi)
7. Diagnosa Banding 1. Keratouveitis
2. Sclerouveitis
3. Fuch’s heterochrome iridocyclitis
4. Drug-induced uveitis (rifabutin, cidofovir, sulfonamide,
pamidronate)
5. Uveitis intermediate dengan spill over ke BMD
6. Posner-Schlossman syndrome
Masquerade syndrome
8. Pemeriksaan Pemeriksaan penunjang pada mata:
Penunjang 1. USG mata (B-scan) pada pasien dengan oklusio / seklusio pupil
untuk menilai segmen posterior.

10
RUMAH SAKIT KARTINI

Jl. Sunan Kalijaga No. 325 Blok Papanggo Cijoro Pasir Kecamatan
Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten

Telp: (0252) 204333 – 5551 333

2. Anterior chamber parasintesis untuk mengetahui penyebab secara


pasti. PCR (Polymerase Chain Reaction) dan / atau Goldmann
Witmer Coefficient (GWC) bila fasilitas tersedia
3. OCT (Ocular Coherence Tomography) untuk menilai komplikasi
CME (Cystoid Macular Edema).
Pada penderita yang tidak memberi respon terhadap pengobatan non-
spesifik, kasus yang rekurens (berulang), berat, bilateral atau
granulomatus, dilakukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut:
1. Pemeriksaan penunjang inti:
a. Darah lengkap
b. Laju endap darah (LED)
c. Foto rontgen thoraks PA
2. Profil sifilis (VDRL, FTA-ABS)
3. Kecurigaan tuberkulosis: Mantoux test dan / atau Interferon Gamma
Release Assay (IGRA) bila fasilitas tersedia
4. Pada kasus dengan arthritis penderita muda : tes ANA
5. Kelainan autoimun : HLA-B27 bila fasilitas tersedia
Pemeriksaan laboratorium tidak diperlukan pada kasus:
1. Penderita dengan serangan uveitis pertama kali dengan derajat
ringan, unilateral, non granulomatus dengan riwayat dan
pemeriksaan yang tidak mengarah pada penyakit sistemik
2. Uveitis dengan penyebab sistemik yang sudah terdiagnosa atau
akibat penggunaan obat-obatan
3. Tanda klinis yang khas pada penyakit tertentu (misalnya herpetic
keratouveitis)
Konsultasi dengan bagian terkait untuk mencari kemungkinan adanya
penyakit sistemik.
9. Konsultasi Dokter Spesialis Penyakit Dalam, THT, Gigi
10. Perawatan Rumah Perlu bila menggunakan imunosupresan intravena
Sakit
11. Terapi / tindakan 1. Methotrexate : dimulai dosis oral 7,5-10 mg/minggu, secara bertahap
(ICD 9-CM) dinaikkan sampai dosis maintenance 15-20 mg/minggu. Tambahkan
suplemen asam folat 1 mg/hari diperlukan. Evaluasi : LFT
2. Azathioprine : 1-3 mg/kgBB/hari per oral (dosis max; 2,5-4
mg/kgBB/hari). Evaluasi : DL, diff. count, LFT
3. MMF : 1-3 gr/hari per oral : 2x1000 mg (1 bulan I)  2x500 mg
(bulan berikutnya). Evaluasi : DL, diff.count, LFT, RFT, SE
4. Cyclosporin : 2,5-5 mg/kgBB/hari (dosis awal 2,5 mg/kgBB/hari).
Evaluasi : TD, LFT, RFT
Pada behcet disease, agen imunosupresif (cyclosporine,
azathioprine) lebih dianjurkan daripada steroid oral

11
RUMAH SAKIT KARTINI

Jl. Sunan Kalijaga No. 325 Blok Papanggo Cijoro Pasir Kecamatan
Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten

Telp: (0252) 204333 – 5551 333

5. Pada VKH dan SO dibutuhkan pemberian steroid sistemik dengan


tapered dose atau agen imunosupresif minimal selama 9 bulan,
bahkan 1 tahun / lebih.
12. Tempat Pelayanan Poli mata, ruang rawat inap
13. Penyulit Glaukoma, katarak, sikatrik kornea
14. Informed Concent Lisan
15. Tenaga Standar DPJP dokter umum dan internship
16. Lama Perawatan Menggunakan imunosupresan intravena : 3 hari
17. Masa Pemulihan 3 bulan – 1 tahun
18. Hasil Stabil bila tidak ada peradangan
19. Patologi
20. Otopsi
21. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad functionam : dubia ad bonam/malam
22. Tindak Lanjut Operasi bila terjadi penyulit
23. Tingkat Evidens & Ib dan A
Rekomendasi
24. Indikator Medis Keluhan membaik, tanpa penyulit
25. Edukasi 1. KIE prognosis visus baik jika pengobatan dimulai secara dini dan
dosis memadai
2. KIE untuk evaluasi berkala, karena rekuken cukup tinggi
26. Kepustakaan 1. American Academy of Ophthalmology Staff. Endopthalmitis. In:
Intraocular Inflammation dan Uveitis. Basic and Clinical Science
Course 9. California: American Academy of Ophthalmology 2011-
2012; p. 82-83, 172-196
2. Kanski J. Clinical Ophthalmology A systematic Approach. Seventh
edition. Elsevier Saunders. 2011, p.422-436

PANDUAN PRAKTIK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN MATA
RETINOPATI DIABETIK
2021

RS KARTINI

12
RUMAH SAKIT KARTINI

Jl. Sunan Kalijaga No. 325 Blok Papanggo Cijoro Pasir Kecamatan
Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten

Telp: (0252) 204333 – 5551 333

1. No. ICD 10 H. 36.0


2. Diagnosis Retinopati Diabetik
3. Pengertian Komplikasi diabetes mellitus berupa mikroangiopati yang mengenai
pembuluh darah retina sehingga menyebabkan kebocoran dan oklusi
mikrovaskuler
4. Anamnesis 1. Umumnya tidak ada gejala awal (sekalipun pada pemeriksaan fundus
sudah ada gangguan pembuluh darah retina)
2. Umumnya penglihatan buram bila terjadi edema macula
3. Floaters terjadi akibat adanya bercak-bercak perdarahan vitreus
4. Penglihatan buram mendadak bila terjadi perdarahan vitreus yang
lebih masif.
5. Pemeriksaan Fisik 1. Tajam penglihatan
2. Tekanan Bola Mata
3. Oftalmoskopi dalam kondisi pupil dilatasi:
a. Oftalmologi direk, indirek
b. Oftalmologi dengan condensing lenses, baik lensa kontak
(contohnya three mirror Goldmann Mainster lens) dan lensa non
kontak (78D, 90D, dll)
c. Fotografi Fundus
6. Kriteria Diagnosis Subyektif:
1. Adanya penurunan tajam penglihatan yang terjadi perlahan-lahan
pada mata tenang
2. Terdapat riwayat menderita diabetes mellitus
Obyektif:
1. Visus menurun
2. Funduskopi: ada mikroaneurisma, perdarahan flame shape, eksudat
dot/ cotton wool, ada pembentukan pembuluh darah baru
(neovaskularisasi)
3. Ada edema makula
Pembagian:
1. Non-Ploriferative Diabetic Retinopathy (NPDR):
a. Mild: Hanya didapatkan mikroaneurisma
b. Moderate: Lebih dari mild NPDR, namun tidak seberat severe
NPDR
c. Severe: tanda-tanda moderate NPDR dengan adanya
mikroaneurisma di keempat kuadran, venous beading di dua
kuadran dan intra retinal mikrovascular abnormalty (IRMA) di
satu kuadran
2. PDR: tanda-tanda NPDR disertai ploriferasi neovascular berupa
neovascularization on the disc (NVD), neovascularization elsewhere
(NVE), beserta komplikasi berupa perdarahan

13
RUMAH SAKIT KARTINI

Jl. Sunan Kalijaga No. 325 Blok Papanggo Cijoro Pasir Kecamatan
Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten

Telp: (0252) 204333 – 5551 333

preretina dan / atau perdarahan vitreous (VH), traction retinal


detachment (TRD), rubeosis iridis, dan glaucoma neovascular.

3. Edema macula dapat ditemukan pada setiap tahap diatas


7. Diagnosa Banding 1. Retinopati hipertensi
2. Oklusi vena retina
8. Pemeriksaan 1. Foto Fundus
Penunjang 2. Fundus Flourescein Angiography (FFA)
3. Optical coherence tomography (OCT) terutama untuk edema macula
diabetik
4. Ultrasonografi bila ada perdarahan vitreus, elektroretinografi bila
perlu
9. Konsultasi Dokter Spesialis Penyakit Dalam
10. Perawatan Rumah Tidak perlu
Sakit
11. Terapi / tindakan 1. Skrining retinopati diabetik dilakukan segera setelah diagnosis DM
(ICD 9-CM) ditegakkan pada tipe II DM dan 5 tahun setelah diagnosis DM
ditegakkan pada tipe I DM
2. Manajemen faktor risiko sistemik, bekerja sama dengan ahli
penyakit dalam / endokrin
3. Fotokoagulasi laser fokal / grid diindikasikan pada edema macula
diabetik
4. Fotokoagulasi laser panretina diindikasikan pada NPDR berat dan
PDR
5. Fotokoagulasi laser dapat dipertimbangkan pada penderita NPDR
dan edema macula dengan katarak, penderita dengan kontrol
diabetes yang tidak baik, NPDR yang pada mata satunya mengalami
progresivitas, adanya komplikasi lain termasuk gagal ginjal,
penderita berkediaman jauh atau penderita tak disiplin
Anti VEGF dapat diindikasikan pada edema macula diabetik
12. Tempat Pelayanan Poliklinik
13. Penyulit 1. Perdarahan retina, ablasio retina
2. Oklusi vena retina sentral atau cabang
3. Proliferatif vitreus retinopati
14. Informed Concent Tertulis dan lisan
15. Tenaga Standar DPJP dokter umum dan internship
16. Lama Perawatan
17. Masa Pemulihan
18. Hasil Progresifitas tergantung kontrol gula darah
19. Patologi

14
RUMAH SAKIT KARTINI

Jl. Sunan Kalijaga No. 325 Blok Papanggo Cijoro Pasir Kecamatan
Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten

Telp: (0252) 204333 – 5551 333

20. Otopsi
21. Prognosis Dubius, tergantung terkontrolnya gula darah, konstan, HT
22. Tindak Lanjut Vitrektomi diindikasikan pada PDR dengan perdarahan vitreus non-
clearing (setelah 1-6 bulan), perdarahan pre-retina masif, tractional
retinal detachment, epiretinal membrane macula dan ploriferasi
fibrovaskular berat yang tidak responsif tehadap tindakan laser.
23. Tingkat Evidens & 1a dan A
Rekomendasi
24. Indikator Medis Sembuh
25. Edukasi Menjaga kadar gula darah, gaya hidup, diet dan exercise.
26. Kepustakaan 1. Kepustakaan: American Academy of Ophthalmology Staff. 2011-
2012. Retinal vascular disease: Diabetic Retinopathy. In: Retina dan
vitreus. United State of America: American Academy of
Ophthalmology. p. 109-131
2. Panduan Praktik Klinik RSCM Kirana. 2012

15

Anda mungkin juga menyukai