Anda di halaman 1dari 20

PRODUKSI BUAH-BUAHAN TROPIKA DI LUAR MUSIM

MATERI KULIAH TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN


HORTIKULTURA
SITI ZUBAIDAH
PRODI AGROTEKNOLOGI
SEMESTER GANJIL 2020-2021
Pengertian dan Dasar Pemikiran

Produksi buah diluar musim (off season) merupakan pengaturan pembuahan dengan tujuan
untuk mendapatkan buah diluar musim panen atau di luar masa berbuah normal (on season)
melalui perentangan periode pembuahan, yaitu mempercepat awal musim atau memerlambat
akhir musim buah.
Hal ini dilakukan dengan mengatur waktu mulainya berbunga sedemikian rupa agar tidak
semua pohon berbuah pada saat yang sama, sehingga keseimbangan penawaran dengan
permintaan untuk buah yang bersangkutan dapat terjadi dalam rentang waktu yang lebih
panjang.
Upaya untuk menghasilkan satu jenis buah tertentu sepanjang tahun di satu lokasi kebun
memang masih sangat sulit dicapai. Saat ini praktik pembuahan di luar musim masih terbatas
pada usaha memajukan atau memundurkan masa berbuah dalam selang waktu tidak lebih
dari sebulan sampai 3 bulan dari masa berbuah normal.
Namun tidak menutup kemungkinan bahwa dengan semakin majunya teknologi budidaya dan
intensifnya penelitian tentang teknologi produksi buah diluar musim, hal tersebut pada
saatnya akan terwujud, bahkan mungkin bisa melakukan panen buah sepanjang tahun dalam
satu lokasi kebun.
Pengembangan teknologi industri diluar musim itu penting karena di
Indonesia sebagian besar buah dipanen secara musiman

Pada saat musim panen, umumnya berlangsung singkat sekitar 2-3 bulan, ketersediaan buah
melimpah. Sebaliknya pada saat tidak musim, buah tidak tersedia dipasaran.
Keadaan seperti itu menyebabkan fluktuasi harga sangat tajam.Dengan penerapan teknologi
produksi diluar musim, yaitu mempercepat awal dan memperlambat akhir musim buah, maka
perentangan periode panen menjadi lebih panjang sehinga fluktuasi harga menjadi tidak
terlalu tinggi.
Permintaan pasar dunia untuk buah tropika seperti manggis mangga, dan yang lain sangat
tinggi. Peluang tersebut harus dimanfaatkan dengan baik karena potensi Indonesia memang
sangat besar. Namun sifat musiman merupakan kendala serius dalam memenuhi kontinuitas
ketersediaan.
Dalam dunia perdagangan, kontinuitas pasokan merupakan syarat penting yang harus
diperhatikan dalam rangka memelihara dan merebut pangsa pasar.
Produk segar bebuahan tidak tahan lama (perishable). Karena itu penen musiman dengan
puncak produksi pendek merupakan kendala tersendiri dalam agribisnis buah- buahan.
Ekspor bisa saja dalam bentuk buah awetan atau bahan olahan dan beku, tetapi teknologi
untuk kebutuhan itu juga belum berkembang dengan baik di negara kita.
Penerapan teknologi produksi di luar musim dapat digunakan untuk
mengatasi sifat alternate bearing atau biannual bearing pada pohon
buah-buahan.

Alternate bearing adalah suatu fenomena dimana kultivar tertentu berbuah


banyak pada suatu tahun kemudian pada tahun berikutnya tidak berbuah atau
hanya berbuah sedikit.Tahun pada saat berbuah banyak disebut on year dan
saat pohon tidak berbuah disebut off year.
Terjadinya alternate bearing diduga disebabkan oleh tiga faktor.
Pertama, adanya produksi hormon giberelin yang tinggi pada saat off year.
Kedua, tingginya kompetisi dalam memperoleh karbohidrat antara buah
dengan tunas bunga yang menyebabkan gugurnya tunas bunga (flower bud
abscision).
Ketiga ada kaitannya dengan sedikitnya pertumbuhan vegetatif setelah
tanaman berbuah lebat, dimana secara tidak langsung akan menurunkan
produksi bunganya.
Teknik dan Praktik Budidaya untuk Mengatur Pembungaan dan Pembuahan
Buah-buahan Tropika di Luar Musim

Titik kritis proses pembungaan terletak pada tahap induksi bunga, yaitu saat
terjadi transisi dari fase vegetatif ke fase reproduktif.
Pengaturan pembungaan sangat mungkin dilakukan bilamana mengacu pada
dua teori universal tentang pembungaan seperti yang dikemukaan oleh
Bernier, et al., (1985) yaitu: inisiasi bunga pada tanaman tidak akan terjadi
kecuali bila dirangsang (diinduksi),tanaman yang berada pada kondisi yang
kurang sesuai untuk pembungaan menghasilkan satu atau beberapa zat
penghambat pembungaan dan inisiasi bunga akan terjadi bila produksi zat
tersebut dicegah.Berdasarkan teori tersebut, pengaturan pembungaan pohon
buah-buahan dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan
stress air, mengatur suhu udara dan tanah, pemberian nutrisi, aplikasi teknik
ringing/girdling dan strangulasi, dan pemberian zat pengatur tumbuh.
2.1 Strees Air

Salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap pemunculan bunga
buah-buahan tropika adalah curah hujan. Di Indonesia pada umumnya induksi
bunga pada pohon buah- buahan terjadi secara alamiah pada musim kemarau,
karena mengalami stress air dan bunga muncul menjelang musim hujan.Kondisi
kering memacu pertumbuhan generatif tanaman, sedangkan kondisi basah
menyebabkan pertumbuhan lebih mengarah ke vegetatif. Agar bunga dan buah
muncul, pertumbuhan vegetatif perlu ditekan dengan mengatur pemberian
air.Dilakukan penelitian berdasarkan pengaruh alami dari adanya periode kering
terhadap pembungaan, dan hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa stres air
dapat mempercepat induksi bunga.Beberapa perubahan yang terjadi selama
induksi bunga akibat stres air adalah:terjadinya hidrolisis pati menjdai gula
sederhana sebagai sumber energi untuk pembentukan calon mata tunas
generatif.Terjadinya hidrolisis protein asam amino seperti prolin, triptopan dan
phenilalanin yang diperkirakan berperan dalam induksi bungaTerjadi penurunan
sintesis protein atau aktivias hormon giberelin sehingga merangsang induksi bunga.
2.1 Strees Air

Pengaruh stres air tidak langsung menyebabkan tanaman berbunga, tetapi


menyebabkan terjadinya induksi bunga atau transisi dari fase vegetatif ke
reproduktif.Agar primordia bunga dapat berkembang dan tumbuh menghasilkan
bunga sempurna, tanaman memerlukan lingkungan yang sesuai untuk
pertumbuhannya. Stres air dapat menginduksi pembungaan karena adanya
perubahan perimbangan produksi hormon giberelin, sitokinin, dan ABA serta
meningkatkan nisbah karbon dan nitrogen pada pucuk.Stres air menyebabkan
produksi hormon giberelin dan sitokinin menurun, sebaliknya kandungan ABA
menigkat. Partisi asimilat pada tanaman yang diberi stress air juga berperan
penting dalam induksi pembungaan. Dalam keadaan stres air terjadi alokasi
asimilat dengan proporsi yang lebih besar untuk memulai pertumbuhan organ
reproduktif.Pada jeruk perlakuan stres air sedang cukup untuk mendorong
terjadinya induksi pembungaan. Bunga sudah terinduksi 2 mingu setelah perlakuan
stres air, tetapi pertumbuhan bunga yang cepat dan berembangnya bunga aksilar
baru terjadi setelah pengairan kembali (re-watering)
2.1 Strees Air

Peluang keberhasilan panen diluar musim dengan manipulasi stes air menjadi lebih besar
kalau kondisi lingkungan mendukung perlakuan yang diberikan. Kondisi yang dimaksud adalah
selama periode manipulasi stres air berlangsung, tanaman tidak digangu oleh turunnya hujan
dengan maksud agar tanaman mendapat periode kering yang cukup sehingga meminimalisasi
resiko kegagalan.Di wilayah Indonesia bagian barat yang umumnya beriklim basah dengan
curah hujan cukup banyak, aplikasi teknik manipulasi stres air berbeda dengan wilayah
Indonesia bagian timur yang curah hujannya lebih sedikit.Didaerah iklim kering tanaman sulit
tumbuh, dibutuhkan air irigasi untuk menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal. Pemberian air dapat diatur dengan teknik mikroirigasi sepertio sistem irigasi tetes
(drip irigation) dan irigasi curah (sprinkle irrigation) sehingga resiko gagalnya pembungaan
dan pembuahan diluar musim akibat turunya hujan sangat kecil.Didaerah basah, agar bunga
dan buah muncul, pertumbuhan vegetatif dihambat. Saluran drainase diatur dengan
membuat parit-parit agar air dapat segera dijauhkan deri pohon. Teknik tersebut perlu
dikombinasikan dengan teknik budidaya yang lain sperti pemangkasan tunas dan
pemangkasan akar agar seluruh asimilat yang terbentuk dari proses fotosintesis dapat
dialokasikan untuk menginisiasi pembentukan bunga dan buah
2.1 Strees Air

Manipulasi pembungaan diluar musim dengan stres air juga bisa dilakukan
dimusim hujan. Hal itu tergambar dari hasil percobaan Pusat Kajian Buah-
buahan Tropika IPB pada tanaman jeruk di Purwerejo (Poerwanto, 2003).
Manipulasi stres air pada musim hujan dilakukan dengan membuat parit
drainase sekeliling tanaman dan lahan di bawah tajuk ditutup dengan mulsa
plastik hitam perak. Mulsa tersebut dibuka 2 bulan setelah perlakuan.
Hasil yang diperoleh, tanaman yang mendapat perlakuan segera berbunga
sedangkan tanaman kontrol tetap tidak berbunga. Tanaman yang diberi
perlakuan tadi menghasilkan 52 tunas bunga dan 48 tunas vegetatif,
sedangkan tanaman kontrol hanya menghasilkan 0,25 tunas bunga dan 58
tunas vegetatif.
2.2 Ringing/Girdling dan Strangulasi

Ringing atau girdling adalah pembuatan kulit kayu dengan menguliti atau membuat pelukaan
melingkar pada kulit pohon atau cabang yang akan diinduksi pembungaannya sehingga
menyerupai cincin selebar 2-5mm, tergantung jenis tanaman dan besar pohon.
Sedangkan strangulasi adalah melilit batang atau cabang dengan kawat. Diameter kawat yang
digunakan sesuai dengan tebal kulit pohon buah yang akan diinduksi pembungaannya.
Perlakuan ringing dan strangulasi dapat menginduksi pembungaan terkait dengan
terhambatnya translokasi fotosintat dari tajuk keakar untuk sementara waktu sehingga
terjadi penumpukan karbohidrat pada bagian tajuk tanaman.Disisi lain terhambatnya
translokasi karbohidrat ke akar menyebabkan akar kekurangan fotosintat (hungry root) dan
respirasi akar menurun sehingga mengganggu aktivitas akar dalam hal absorbsi air (tanaman
mengalami stres air) dan absorbsi mineral.
Berkurangnya absorsi hara terutama nitrogen akan meningkatkan nisbah C:N pada pucuk.
Disamping itu akar yang mengalami kekurangan fotosintat mengganggu sintesa hormon,
diantaranya giberelin.
Stres air, penurunan giberelin dan peningkatan C:N pada pucukdapat menginduksi
pembungaan. Kandungan giberelin yang rendah dapat menyebabkan tanaman berbunga.
2.2 Ringing/Girdling dan Strangulasi

Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan penghambatan translokasi karbohidrat kebagian


bawah tanaman sperti ringing dan strangulasi mampu meningkatkan akumulasi karbohidrat di bagian
atas tanaman sehingga merangsang pembungaan.
Secara umum dari hasil-hasil penelitian yang ada menunjukan bahwa ringing mengahambat
pertumbuhan vegetatif, merangsang dan mempercepat pembentukan tunas bunga serta
meningkatkan akumulasi pati pada daun.
Keberhasilan strangulasi dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain waktu/saat dilakukan
strangulasi, kondisi tanaman, prosedur dan teknik strangulasi seperti lama waktu strangulasi
dibiarkan, kedalaman strangulasi, posisi strangulasi, (pada batang atau cabang), dan kondisi iklim
pada saat stragulasi dilakukan.
Demikian juga dengan keberhasilan ringing, disamping dipengaruhi oleh waktu/saat dilakukan
ringing, kondisi tanaman, dan prosedur atau teknik ringing, hal terpenting yang harus
dipertimbangkan adalah lebar ringing.
Menurut Goren & Monselise (1971) ringing pada jeruk hanya baik dilakukan pada tanaman sehat,
karena periode waktu yang diperlukan untuk membentuk jembatan kalus baru untuk
menghubungkan kembali daerah luka yang di-ringing cukup lama, yaitu selama setahun.Untuk
menghindari efek merusak dari perlakuan ringing dan strangulasi, perlakuan sebaiknya dilaksanakan
sebelum musim kemarau saat kambium lateral aktif membelah dan kulit mudah dihilangkan.
2.3 Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh

Penggunaan zat pengatur tumbuh merupakan salah satu cara yang paling
memungkinkan untuk mengatur pembungaan. Terdapat banyak hasil penelitian
menunjukan bahwa pemakaian hormon eksogen ini mampu merangsang
pembungaan. Jenis zat pengatur tumbuh yang paling sering digunakan untuk
memacu pembungaan pada tanaman buah-buahan adalah
paklobutrazol.Paklobutrazol merupakan zat pengahambat tumbuh (growth
retardant), bersifat menghambat biosintesis giberelin yang sudah banyak
dibuktikan sangat efektif menurunkan pertumbuhan vegetatif tanaman sehingga
penggunaan zat tersebut dapat merangsang terjadinya pembungaan.Zat
penghambat tumbuh adalah suatu senyawa organik yang mampu menghambat
pemanjangan batang, meningkatkan warna hijau daun secara tidak langsung
mempengaruhi pembungaan, mengahambat pembelahan dan pembesaran sel pada
meristem sub-apikal, tanpa menyebabkan pertumbuhan yang abnormal.Zat
penghambat tumbuh berfungsi menurunkan aktivitas enzim proteolitik sehingga
degradasi protein menjadi terhambat, menekan laju respirasi tetapi meningkatkan
RNA, protein, sukrosa, pati dan klorofil yang semuanya menunjang terjadinya
pembungaan.
2.3 Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh

Paklobutrazol dengan rumus empiris C15H20CIN3O menghambat biosintesis


giberelin pada oksidasi entkaurena untuk menjadi asam ent-kaurenoid
(Sponsel, 1995).Selain paklobutrazol, ada beberapa jenis zat penghambat
tumbuh yang diketahui dapat menghambat biositesis giberelin seperti
ancimidol, uniconazol, AMO-1618 dan cyclocel. Mehouachi, et al., (1996)
mendapatkan bahwa giberelin menstimulasi pertumbuhan dan meningkatkan
suplai karbon di pucuk, tetapi sebaliknya paklobutrazol menghambat
pertumbuhan dan meningkatkan jumlah gula tersimpan di pucuk.Disamping
giberelin, zat pengatur tumbuh sitokinin juga berperan penting dalam
pembungaan. Periode kering merangsang ujung akar mengalirkan sitokinin
kepucuk yang terinduksi sehingga terjadi peningkatan konsentrasi sitokinin
pada tahap diferensiasi. Arteca (1996) melaporkan bahwa pada tanaman
Pharbitis nil, sitokonin berpengaruh secara tidak langsung dalam mendorong
pembungaan dengan meningkatkan translokasi asimilat dari daun ke pucuk
yang terinduksi.
2.3 Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh

Paklobutrazol dapat diserap oleh tanaman melalui daun, batang, dan akar yang selanjutnya
dialokasikan secara akropetal melalui xylem kebagian tanaman yang lain. Menurut Weaver
(1972), paklobutrazol menghambat produksi giberelin pada meristem sub- apikal kemudian
menyebabkan penurunan laju pembelahan sel sehingga menghambat pertumbuhan vegetatif
dan secara tidak langsung akan mengalihkan asimilat ke pertumbuhan reproduktif yang
dibutuhkan untuk membentuk bunga, buah dan perkembangan buah.
Paklobutrazol dapat diaplikasi pada tanaman melalui dua cara, yaitu dengan penyemprotan
melalui daun (foliar spray) dan melalui tanah (soil drenching). Aplikasi lewat tanah lebih
efektif dibanding lewat daun dan pengaruhnya dapat bertahan lebih lama.
Efek lain dari aplikasi paklobutrazol dapat meningkatkan kandungan karbohidrat dalam
jaringan kayu, akan tetapi secara tidak langsung dapat meningkatkan biosintesis ABA yang
menyebabkan terjadinya dormansi tunas (Lang, 1994), sehingga aplikasi paklobutrazol dengan
maksud menstimulasi pembungaan perlu dikombinasikan dengan pemberian zat pemecah
dormansi.
Tanaman yang dorman tidak dapat menginisiasi bunga walaupun tunas bunganya terinduksi.
Untuk mengatasi hal tersebut, tanaman yang sudah terinduksi harus diberi zat pemecah
dormansi sehingga dapat mempercepat munculnya tunas bunga.
2.3 Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh

Kalium Nitrat (KON3) juga diloakukan dapat digunakan untuk merangsang produksi buah di
luar musim. Keberhasilan penggunaan kalium Nitrat dalam memproduksi buah diluar musim
telah dilaporkan oleh Efendi (1994) pada mangga.
Etepon (asam 2-kloroetil fosfonat) adalah salah satu zat pengatur tumbuh sintesis yng dikenal
dengan nama dagang ethrel. Zat tersebut larut dalam air, membentuk senyawa etilen, ion
klor dan fosfat dlam larutan, juga dalam jarngan tanaman. Proses pembentukan etilen
tersebut adalah hasil degradasi atau dekomposisi etepon melalui reaksi hidrolisis pada pH
netral (Moore 1979).Etilen adalah zat pengatur tumbuh endogen atau eksogen yang dapat
menimbulkan berbagai respons fisiologis dan morfologis tanaman, antara lain mendorong
pemecahan dormansi tunas, menghambat pembentukan buah, pembentukan umbi, inisiasi
akar, penuaan, mengontrol ekspresi seks tanaman, merngsang eksudasi (pengeluran getah)
dan mengahambat perluasan daun (Moore, 1979).
Etilen dapat memecahkan dormansi karena dapat meningkatkan sintesis enzim amilase,
selulase, PEP karboksilase dan mengiduksi sintesis mRNA (Salisbury dan Ross, 1992).
Peningkatan sintesis enzim amilase dan selulase menyebabkan gula pentosa meningkat,
sedangkan peningkatan enzim, PEP karboksilase menyebabkan glikolisis meningkat sehingga
glukosa dan RNA juga meningkat.
2.4 Pemangkasan

Pemangkasan merupakan praktik budidaya hortikultura tradisional yang dapat digunakan


untuk merangsang pembungaan.
Pemangkasan untuk merangsang pembungaan dilakukan dengan penjarangan cabang atau
ranting agar sinar matahari dapat masuk secara merata mengenai seluruh bagian
tajuk/kanopi tanaman.Daun yang ternaungi n(shaded) atau tumpang tindih (overlap) antara
yang satu dengan yang lain merupakan daun “parasit” sehingga daun tersebut tidak berfungsi
sebagai penghasil fotosintat, malah mengambil fotosintat dari daun-daun yang mendapatkan
cahaya matahari.
Membuang cabang atau ranting yang tidak bermanfaat akan merangsang terjadinya transisi
dari pertumbuhan vegetatif ke reproduktif, sekaligus dapat mengendalikan pertumbuhan
tanaman yang berlebihan dan mendukung kontinuitas produksi.
Pada prinsipnya pemangkasan untuk merangsang pembungaan akan berhasil apabila
pemangkasan yng dilakukan dapat meningkatkan akumulasi fotosintat pada tajuk tanaman
sehingga nisbah C:N meningkat. Tinggi rendahnya hasil fotosintesis dan akumulasi fotosintat
ditentukan oleh kapasitas sumber (source strenght) dan kapasitas sink (sink strenght).
Sumber pada umumnya adalah daun, merupakan organ tanaman yang mampu mengekspor
sebagian fotosintat yng dihasilkan.
2.4 Pemangkasan

Sedangkan sink adalah organ tanaman yang memakai dan/atau menampung hasil
fotosintat, misalnya tunas baru, akar, bunga, buah dan daun yang ternaungi.
Kapasitas sumber meliputi dua aspek yaitu:aspek kuantitatif (source size)
berkaitan dengan banyak sumber, ditunjukan oleh jumlah daun atau luas daun.
Aspek kualitatif (source activity), berkaitan dengan mutu sumber, yaitu kecepatan
berfotosintesis per satuan waktu per satuan luas daun.
Kapasitas sink juga terdri dari dua aspek yaitu:aspek kuantitaif (sink size)
berkaitan dengan kemampuan ruang tersedia untuk menampung aspek kualitatif
(sink activity) berkaitan dengan kecepatan sink untuk menampung hasil
fotosintesis per satuan waktu.
Pemangkasan cabang, ranting dan daun ternaungi di satu sisi mengurangi source
size sekaligus sink size tetapi di sisi lain menigkatkan source activity sehingga pada
akhirnya meningkatkan akumulasi fotosintat yang terbentuk. Akumulasi fotosintat
ini dapat digunakan sebagai sumber energi untuk merngsang pembungaan.
2.5 Pemupukan

Ada tiga unsur hara esensial utama bagi tanaman yaitu nitrogen fosfor dan kalium. Tanaman
yang kekurangan unsur hara tersebut akan mengalami hambatan pertumbuhan dan produksi,
baik kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.
Pengamatan bahwa pohon yang vegetatifnya vigor dan memproduksi bunga sedikit mendorong
kraus dan kraybill (1918) meneliti peran nitrogen dalam pembentukan bunga pada tomat.
Ditemukan bahwa tomat berbunga berhubungan dengan karbohidrat/nitrogen (nisbah C:N)
yang tinggi.Ryugo (1988) membuat model hubungan antar karbohidrat dan nitrogen pada
pohon apel.
Pohon apel termasuk kelas I jika karbohidrat kurang, vegetatif lemah, nitrogen cukup, dan
tidak berbentuk bunga;
kelas II jika karbohidrat agak kurang, vegetatif agak vigor karena pemupukan nitrogen, tidak
berbunga.
Kelas III jika karbohidrat cukup, nitrogen cukup, pohon memproduksi bunga banyak dan
membentuk buah;
Kelas IV jika pohon kekurangan nitrogen, memproduksi bunga sedikit yang jarang membentuk
buah.Berdasarkan model yang dikembagnkan oleh ryugo (1988) tersebut, pohon buah-buahan
dapat diatur pembungaannya dengan mengatur pemupukan nitrogen secara tepat.
5.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan
Produksi Buah di Luar Musim

Dua hal penting dalam mengatur pembungaan diluar musim.


Pertama, identifikasi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penerapan teknik
atau metode yang digunakan.
Kedua, menghindari efek buruk yang ditimbulkan oleh perlakuan pebuahan di luar musim.
Kesesuaian iklim merupakan syarat mutlak bagi optimalnya pertumbuhan dan produksi tanaman.
Secara teori tanaman dapat berhasil baik bila tanaman sudah melampaui masa juvenil serta kondisi
pertumbuhannya sehat dan vigor sehingga dapat optimal menerima perlakuan.
Kondisi tanaman yang sehat dan vigor diperoleh apabila tanaman mendapatkan linkungan tumbuh
yang sesuai dan pemeliharaan kebun dilakukan secara benar.
Masalahnya, kebun buah-buahan di Indonesia merupakan kebun rakyat yang secara umum tidak
mendapat pemeliharaan secara memadai, dicampur dengan tanaman lain di perkarangan rumah
dengan jarak tanam tidak teratur yang sangat tergantung pada kondisi alam.
Kondisi tersebut dapat dipastikan pertumbuhannya kurang optimal. Syarat terpenting bagi tanaman
agar penerapan teknologi pembuahan di luar musim dapat berhasil dengan memuaskan adalah
kondisi tanaman harus sehat dan vigor sehingga secara metabolis dan fisiologis mendukung
terjadinya perubahan atau transisi dari pertumbuhan pucuk vegetatif ke pucuk reproduktif.
5.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Produksi
Buah di Luar Musim

Semua jenis perlakuan yang bertujuan untuk memproduksi buah diluar musim
bersifat menginduksi terjadinya stress atau penghambatan pertumbuhan vegetatif.
Stres yang berlebihan mengakibatkan kondisi pohon setelah diperlakukan akan
memburuk.Tanda-tanda memburuknya pertumbuhan pohon manggis diberi
perlakuan pembuahan di luar musim dengan paklubutrazol secara visual terlihat
dari memendeknya ruas tunas baru.
Maka keberhasilan membuat tanaman berbuah di luar musim perlu di tindak
lanjuti dengan upaya mempertahankan kondisi pohon agar setalah diberi perlakuan
pembungaan diluar musim tetap vigor.
Persyaratan teknis seperti cara, dosis, waktu yang tepat dalam menerapkan teknik
merangsang pembungaan juga harus diperhatikan dengan sebaik-baiknya.
Kesalahan kecil saja, disamping mengakibatkan gagalnya program pembungaan dan
pembuahan, juga dapat merusak pertumbuhan tanaman setelah diberi perlakuaan.

Anda mungkin juga menyukai