Anda di halaman 1dari 20

Konsep Pemikiran Niccolo Machiavelli Terkait dengan Berbagai

Persoalan Ekonomi, Sosial, dan Politik yang Terjadi di


Masyarakat
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori Sosiologi Klasik

Dosen Pengampu : Dra. Anita Damayantie, M.H

Disusun oleh :
Komang Ariyanto
1916011053

JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Dalam makalah ini kami mengakui masih
banyak kekurangan karena pengalaman dan wawasan yang kami miliki masih
kurang. Maka kami sangat mengharapkan kritikan dan saran yang membangun
guna perbaikan untuk pembuatan makalah pada waktu yang akan datang.
Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan harapan semoga makalah sederhana
ini dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pembaca. Atas tersusunnya makalah
ini kami mengucapkan terimakasih bagi semua pihak yang telah ikut membantu
dalam menyelesaikan makalah ini.

Bandar Lampung, Maret 2020

penulis,

i
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR………………………………………………………i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………...1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………..1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………...2
1.4 Manfaat Penulisan…………………………………………………….2

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………3
2.1 Sejarah singkat riwayat hidup dan kerangka berpikir
Niccolo Machiavelli…………………………………………………..3
2.2 Relevansi antara kerangka berpikir Niccolo Machiavelli terhadap
berbagai persoalan ekonomi, sosial, dan politik di
masyarakat…………………………………………………………….8

BAB III PENUTUP………………………………………….......................13


3.1 Kesimpulan……………………………………………......................13
3.2 Saran…………………………………………………........................13

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Charles A. Ellwood, di dalam bukunya yang terkenal A History of Social
Philosophy1 menyebut adanya sebuah teori yang dikenal dengan “the
crisis theory of thought” atau teori krisis pemikiran. Menurut teori ini,
orang hanya akan berpikir bilamana timbul persoalan-persoalan, bilamana
kebiasaan-kebiasaan lama kita tidak lagi berfungsi dan kita membutuhkan
kebutuhan-kebutuhan baru
Alam pikiran mengenai masyarakat sesungguhnya sama tuanya dengan
alam pikiran ilmiah itu sendiri. Masyarakat selalu dikenal dalam
pengalaman dan masyarakat selalu mengedepankan pada persoala-
persoalan yang diikhtiarkan oleh manusia itu untuk menjawabnya. Karena
dia selalu menghadapkan manusia pada persoalan-persoalan dan masalah-
masalah praktis inilah sebabnya masyarakat selalu menjadi buah pikiran.
Masalah sosial pertama kali muncul oleh karena adanya pandangan yang
bersifat normatif dan finalist. Finalist artinya mencita-citakan organisasi
sosial politik yang sempurna; sedangkan normatif artinya menegakkan
norma-norma untuk kehidupan kolektif yang dianggap terbaik. Dalam
masa perubahan masyarakat, banyak sekali timbul masalah sosial, yang
mengakibatkan perubahan-perubahan pula terhadap nilai-nilai
kemasyarakatan lama yang dianggap tidak sesuai lagi dengan tuntutan
zaman. Tidak hanya masalahsosial yang muncul, tetapi permasalahan
ekonomi dan politik pun muncul. Namun, melalui salah satu konsep teori
sosiologi klasik dari tokoh Niccolo Machiavelli ini kita akan belajar lebih
jauh lagi.
Oleh karena itu, kami mengambil judul dalam makalah ini yaitu “Konsep
Pemikiran Niccolo Machiavelli Terkait dengan Berbagai Persoalan
Ekonomi, Sosial, dan Politik yang Terjadi di Masyarakat”.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut.
1. Bagimana sejarah singkat riwayat hidup dan kerangka berpikir Niccolo
Machiavelli?
2. Bagaimana relevansinya antara kerangka berpikir Niccolo Machiavelli
terhadap berbagai persoalan ekonomi, sosial, dan politik di
masyarakat?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejarah singkat riwayat hidup dan kerangka berpikir
Niccolo Machiavelli.
2. Untuk mengetahui dan menganlisis relevansi antara kerangka berpikir
Niccolo Machiavelli terhadap berbagai persoalan ekonomi, sosial, dan
politik di masyarakat.

1.4 Manfaat Penulisan


Ada pun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk sumber referensi
atau bacaan guna keperluan studi pustaka, memberikan informasi dan
wawasan secara sistematis dan terstruktur kepada pembaca, serta sebagai
sumber komparatif bagi penulisan makalah lebih lanjut.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Singkat Riwayat Hidup Niccolo Machiavelli dan Kerangka


Berpikir Niccolo Machiavelli

Niccolo Machiavelli lahir di Florence, Italia, 3 Mei 1469; meninggal di


Florence, Italia, 21 Juni 1527 pada umur 58 tahun adalah diplomat dan
politikus Italia yang juga seorang filsuf. Sebagai ahli teori, Machiavelli
adalah figur utama dalam realitas teori politik, ia sangat disegai di Eropa
pada masa Renaisans. Dua bukunya yang terkenal, Discorsi sopra la
prima deca di Tito Livio (Diskursus tentang Livio) dan II Principe (Sang
Pangeran), awalnya ditulis sebagai harapan untuk memperbaiki kondisi
pemerintahan di Italia Utara, kemudian menjadi buku umum dalam
berpolitik pada masa itu. II Principe, atau Sang Pangeran menguraikan
tindakan yang bisa atau perlu dilakukan seseorang untuk mendapatkan
atau mempertahankan kekuasaan. Nama Machiavelli, kemudian
diasosiasikan dengan hal yang buruk, untuk mengahalalkan cara untuk
mencapai tujuan. Orang yang melakukan tindakan ini disebut makiavelis.

Niccolo Machiavelli adalah seorang pejuang yang hidup pada masa


renaissance (gerakan melawan gereja yang bersifat multidimensi) dimana
dalam masa tersebut segalanya tampak terlahir kembali. Pusat dari
pemerintahan yang dahulunya adalah gereja sebagai sebuah kekuasaan
yang independen dengan paus sebagai pimpinan utamanya dan Vatikan
adalah negara pusat (sebuah purwarupa negara Tuhan) pun mulai bergeser
dari “God or Jesus Center” ke “You or Us Center” hal tersebut berarti
pusat dari pemerintahan dan pimpinan bukanlah pada Tuhan dan gereja,
melainkan setiap individu-individu itu sendiri yang memiliki potensi untuk

3
menjadi pemimpin atau penguasa (memiliki kemampuan untuk
menjalankan pemerintahan yang ada didalam sebuah negara).

Dunia pun kemudian berubah menjadi memasuki masa dimana kekuasaan


dan juga agama yang kemudian dipisah. Dunia ini kemudain memasuki
masa sekularisme awal, yaitu harus ada pemisahan yang tegas antara
agama dan juga negara.

Machiavelli sendiri adalah merupaka seorang pemikir yang melihat bahwa


sifat dasar manusia itu sendiri adalah jahat dan juga realis. Negara menurut
Machiavelli haruslah menjadi perwujudan tertinggi dari kekuasaan politik
dan hubungan antara penguasa dan juga rakyatnya adalah seperti tuan dan
juga budaknya, untuk itulah penguasa yang ideal haruslah berasal dari
panglima militer perang karena memang negara mengakui keberadaan
militer sebagai sebuah kekuatan negara. Seorang pemimpin adalah harus
dapat menyeleksi orang-orang yang akan dipercayai untuk diberi
kekuasaan didalam melaksanakan fungsi-fungsi pemerintahan.
Machiavelli juga memiliki pemikiran bahwa seorang pemimpin haruslah
dapat menghalalkan segala cara yang bisa ia lakukan untuk melaksanakan
pemerintahan dan kekuasaannya adalah digunakan sebagai sebuah alat
untuk dapat menjaga dan mempertahankan eksistensi suatu negara
tersebut.

Sifat seorang penguasa menurut Machiavelli adalah diibaratkan dalam


sebuah analogi dan penggambaran sebagai seekor Singa dan Serigala “Fox
And Lion”. Sebagai seorang pemimpin yang memiliki sikap dan sifat
seperti singa, pemimpin haruslah kuat untuk dapat menghadapi musuh-
musuh lainnya yang dapat mengancam keeksistensian diri individunya.
Dan sebagai seekor singa, seorang pemimpin haruslah dapat bersikap
seperti bahwa dia adalah seorang pemimpin atau seorang penguasa bagi
seluruh yang akan dikuasainya.

4
Namun, dilain hal, menurut Machiavelli, seorang penguasa juga harus
memiliki sikap dan sifat sebagai seekor serigala yang dapat dengan cerdik
dan licik merencanakan sebuah taktik dan juga strategi serta memiiki
kemampuan untuk bermuka dua. Seekor serigala juga cukup cerdik untuk
mengidentifikasi perangkap yang disediakan untuk dirinya. Dalam analogi
ini Machiavelli memiliki pemikiran bahwa seorang penguasa haruslah
fleksibel didalam berbagai keadaan dan harus dapat selalu megetahui
situasi yang terjadi untuk dapat menyesuaikan dirinya sendiri sebagai
sebuah pemimpin dan penguasa didalam sebuah pemerintahan di dalam
negara.

Menurut Machiavelli, penguasa sebagai elemen pokok dalam


mempertahankan kekuasaan dan negara memiliki ajaran agama dan
moralitas dengan melemahkan kekuasaan dan tidak dapat menjadi alat
untuk mempertahankan kekuasaan maka perlu untuk dikesampingkan.
Apabila seorang penguasa memiliki kelemahan kekuasaan, maka akan
menjadi terlalu baik dengan mengedepankan moralitas dan agama tidak
cukup mampu mengatasi berbagai kesulitan yang ada dalam kehidupan
kenegaraan dan kekuasaan, meskipun termasuk dalam hal-hal yang baik
jika dinilai secara manusiawi dan juga dinilai secara moralitas. Dari sini
dapat kita pahami bahwa bagi Machiavelli, seorang penguasa
diperbolehkan melakukan apa saja dan menggunakan segala macam cara
untuk dapat memperoleh kekuasaan dan berkuasa serta dalam usahanya
untuk mempertahankan kekuatan negara. Sebab tujuan sebenarnya adalah
menciptakan satu wujud negara yang tangguh dan rakyat yang patuh demi
sebuah kebaikan bersama.

Dalam rangka memegang kendali atas rakyatnya tersebut, Machiavelli


beranggapan bahwa penguasa tidak perlu melakukan pertimbangan moral. 
Dikaitkan dengan perubahan zaman, dunia saat ini sudah dipenuhi oleh
orang-orang dengan pikiran licik. 

5
Seorang penguasa harus mampu mengimbangi permainan licik lawannya. 
Dalam pemerintahannya, seorang penguasa cerdas adalah yang dapat
menyingkirkan orang-orangnya yang berpotensi untuk menjadi saingannya
dan hanya mengisinya dengan orang-orang yang patuh dan setia saja.

Pemikiran Machiavelli tidak bisa terlepas dari kondisi Italia semasa


hidupnya. Kondisi itulah yang menjadi dasar-dasar refleksi yang kemudian
menentukan pandangan-pandangan Machiavelli tentang suatu negara,
kekuasaan dan penguasa. Italia saat itu adalah negara yang terpecah-pecah
akibat adanya gereja-gereja sebagai dominion atau pusat pemerintahan
masing-masing wilayah. Italia terbagi menjadi lima dominion yaitu
Naples, Venezia, Roma (Vatikan), Florence dan Milan. Perpecahan
kekuasaan ini dinilai Machiavelli sebagai faktor yang melemahkan Italia
secara keseluruhan di hadapan musuh-musuh di sekitarnya seperti Perancis
dan Spanyol yang mana masing-masing dari keduanya lebih dulu menjadi
negara kesatuan. Kesatuan suatu negara adalah hal mutlak yang harus
diwujudkan menurut Machiavelli, karena kekuatan negara terletak pada
tangan penguasa yang menguasai negara secara keseluruhan. Di tangan
penguasalah nasib negara ditentukan. Hakikat nilai yang harus selalu
dijunjung tinggi oleh penguasa dalam kehidupan ini adalah negara
(kekuasaan).
Machiavelli beranggapan bahwa untuk menjunjung tinggi sebuah simbol
negara, maka diperlukan cara-cara yang tidak boleh dikaitkan dengan asas
nilai atau moral. Menurutnya, penguasa berhak melakukan apapun, baik
atau buruk, cara halus atau cara kasar, untuk mempertahankan
kekuasaannya dari segala ancaman yang akan mereduksi legitimasinya
yang itu dikhawatirkan oleh Machiavelli akan menimbulkan disintegrasi
nasional.

6
Nilai-nilai keagamaan, moralitas adalah hal yang harus dipisahkan dari
unsur-unsur politik kenegaraan. Agama hanyalah sebagai penopang, atau
kendaraan yang mampu digunakan seperlunya, selama itu mendukung
pada kepentingan penguasa dalam berkuasa.

Pemikiran Machiavelli di atas memberikan suatu pandangan baru tentang


cara hidup berpolitik yang sebelumnya hanyalah dikuasai oleh pandangan-
pandangan yang mengaitkan etika dengan politik, agama dengan politik.
Hal ini dikarenakan pemikiran Machiavelli berdasarkan
pada analisa historis dan praktis, sesuai dengan kenyataan yang ia alami
dan amati. Karena kedekatannya dengan alam nyata (real world) tentang
politik dan manusia, pemikirannya banyak dianut oleh pemimpin-
pemimpin besar dunia seperti Mussolini, Napoleon Bonaparte, Stalin,
Lenin, Hitler. Resep yang praktis dan tidak terlalu teoritis dalam mencari
dan mempertahankan kekuasaan adalah hal yang mudah untuk
diimplementasikan. Inilah yang menjadi keunggulan dari pemikiran
seorang Machiavelli.

Sebagai Galileo of politics, ia pun mendapat banyak kecaman dari


kalangan masyarakat pada umumnya yang masih banyak terpengaruhi oleh
doktrin gereja. Cara pandang Machiavelli dianggap sangat amoral, tidak
menghargai nilai-nilai agama, dan hanya sebagai usaha untuk
membenarkan (justifikasi) perilaku kekerasan dalam politik (political
violence). Apabila Machiavelli beranggapan bahwa manusia itu adalah
manusia di satu sisi, dan binatang di sisi yang lain, maka anggapan ini pula
yang melemahkan justifikasi politik a la Machiavelli. Bukankah
kekuasaan yang tidak terbatas (ultimate) akan membawa manusia pada
kecerobohan dan keserakahan. Sebagaimana yang telah dikatakan oleh
Acton bahwa power tends to corrupt.

7
2.2 Relevansi Antara Kerangka Berpikir Niccolo Machiavelli Terhadap
Berbagai Persoalan Ekonomi, Sosial, dan Politik di Masyarakat

Pemikiran Machiavelli yang realis terungkap dalam filsafatnya yang


berbunyi demikian: “memang dalam penghidupan terdapat perbedaan
yang sangat besar antara yang ada dan yang seharusnya ada; barangsiapa
yang tidak mengindahkan yang ada dan semata-mata mengarahkan
pikirannya kepada yang seharusnya ada, dia itu menggali kuburannya
sendiri”.
Machiavelli mengemukakan lima cara bagi negara untuk memperbesar
kekuasaan yaitu:
1. Meningkatkan jumlah penduduk. Besarnya jumlah penduduk menurut
Machiavelli adalah merupakan sumber kekuasaan; untuk
meningkatkan jumlah penduduk ini dapat dilakukan melalui
peningkatan kelahiran.
2. Memperluas perdagangan dan komersialisasi
3. Mengadakan perjanjian atau persekutuan yang menguntungkan
dengan negara lain. Machiavelli yakni bahwa persekutuan merupakan
suatu bentuk yang tepat untuk memperbesar kekuasaan negara.
4. Membangun suatu tentara yang kuat (termasuk tentara sewaan)
5. Diplomasi. Menurut Machiavelli negara harus pandai melakukan
diplomasi. Sebab suatu diplomasi apabila dilakukan secara berhasil,
merupakan kekuatan yang lebih besar dari kekuatan tentara.
Permasalahan Ekonomi:
Kemiskinan terjadi karena beberapa faktor, yaitu rendahnya pendapatan yang
menyebabkan rendahnya daya beli. Selain itu karena rendahnya pendidikan
masyarakat sehingga masyarakat tidak mendapatkan hidup yang layak.
Kemiskinan menjadi masalah utama yang dihadapi pemerintah. Untuk
mengatasinya, beberapa program sudah dilakukan pemerintah, seperti Program
Inpres Desa Tertinggal.
Dengan metode yang dilakukan Machiavelli ini, maka ia dapat disebut
sebagai bapak dari militerisme modern, dan juga merupakan orang yang
pertama kali mengajarkan pentingnya suatu ekspansi politik perdagangan
dan juga politik imperialisme perdangangan.

8
Kemudian, kita kaji konsep pemikiran dari Niccolo Machaivelli terkait
dengan permasalahan sosial, ekonomi, dan politik. Upaya memperbesar
kekuasaan melalui peningkatan jumlah penduduk menimbulkan banyak
permasalahan dalam bidang ekonomi maupun sosial. Jika semakin
meningkatnya jumlah penduduk, terutama dalam negara berkembang
seperti Indonesia akan menimbulkan dampak semakin meningkatnya
kemiskinan, kesenjangan ekonomi, kesenjangan pembangunan,
pengangguran, meningkatnya jumlah ketergantungan hidup, kriminalitas
bunuh diri dan permasalahan sosial ekonomi lainnya.
Kemudian, terkait dengan peningkatan dan perluasan perdagangan dan
komersialiasi akan menimbulkan dampak yang besar pada perekonomian
negara maupun masyarakat. Upaya tersebut akan menimbulkan suatu pola
monopolisasi perdagangan dan sentralisasi produk yang akan
mempengaruhi sistem perdagangan dan menjadi sistem perdagangan bebas
yang sangat merugikan bagi masyarakat. Hal tersebut sejalan dengan
glonbalisasi ekonomi yang mengakibatkan membanjirnya produk luar
negeri dan meningkatnya budaya konsumtif. Kemudian, pada saat ini yang
sedang terjadi terkait dengan upaya komersialisasi berupa panic buying
atas masker, hand sanitizer dan alat kebersihan lainnya yang digunakan
untuk menghadapi pencegahan penularan COVID-19 jika dikaitan akan
sangat merugikan masyarakat dan menuntungkan para pemburu
keuntungan akibat prinsip komersialisasi tersebut.
Faktor ketiga, berkaitan dengan hubungan regional, lokal maupun
internasional yang saling menguntungkan. Hal tersebut akan sangat
berguna dan berdampak positif bagi perekonomian negara berkembang
untuk saling memberikan sumber daya yang saling menguntungkan kedua
belah pihak. Misalkan hubungan pertukaran barang antara Indonesia-
Amerika maupun hubungan lainnya dalam bidang ekonomi dan sosial.

9
Namun,disisi lain hal tersebut akan menimbulkan pola ketergantungan
antara negara berkembang dengan negara maju apabila tidak dapat
mengoptimalisasi pasokan dari negara lain untuk memajukkan Negara
sendiri. Sebenarnya hubungan tersebut memberikan pembelajaran bagi
negara berkembang untuk meningkatkan dan memacu produktifitas dan
kualias sumber daya manusia, terutama terkait dengan mentalias
kebudayaan bangsa.
Kemudian,pada faktor diplomasi sangat penting untuk menegakkan
persatuan dan kesatuan NKRI (integrasi) dan menghindari perpecahan
dalam bentuk peperangan baik dalam lingkup local, regional, nasional,
maupun dengan dunia internasional.
Selain beberapa faktor di atas, konsep pemikiran Machiavelli tentang
imperialisme perdagangan memberikan dampak pada perkonomian.
Pemerintahan kapitalis dirancang untuk memerintah dalam bidang
ekonomi, karena urusan ekonomiseluruhnya berada di tangan ekonomi
kapitalis yang dinamis yang dapat mengatur dirinya sendiri. Perekonomian
telah berubah dari ekonomi pasar laissez-faire yang terutama terdiri dari
kapitalis kecil dan pengusaha menjadi digantikan oleh sistem monopoli
yang terus berkembang oleh segelintir konglomerat yang sangat
bergantung pada dukungan dan campur tangan negara demi keuntungan
mereka sendiri. Imperialisme ini bertujuan untuk menanamkan pengaruh
pada semua bidang kehidupan negara yang bersangkutan dengan
mengajarkan bangsa yang dijajahnya untuk berbudaya dan memiliki cara
hidup yang sama dengan negara induk. Hal demikianlah yang sebenarnya
terjadi di negara kita tanpa kita sadari secara langsung. Negara kita telah
terjadi hal demikian namun berupa wujud transformasi yang agak berbeda
dengan semakin luasnya gejala globalisasi sehingga tanpa kita sadari kita
telah meniru segala unsur kebudayaan luar yang akan mengakibatkan
lunturnya identitas bangsa.

10
Machiavelli adalah perumus dari politik yang amoral, terutama dalam
usaha untuk memperoleh kekuasaan. Sebab dia yakin bahwa barangsiapa
mempunyai kekuasaan, akan mempunyai hukum dan barangsiapa yang
tidak mempunyai kekuasaan dia tidak akan pernah mempunyai hukum.

Di Indonesia, pemikiran Machiavelli dianut sampai pada ranah kekuasaan


di dalam institusi pemerintahan, sosial dan pendidikan seperti lurah,
camat, walikota, kepala sekolah, ketua DPRD Tingkat II dan seterusnya
untuk meraup keuntungan dan kepentingan pribadi.

Fenomena ini menunjukkan bahwa cara berkuasa ala Machivelli dianggap


sebagai dalil utama yang mendorong mereka untuk berbuat semena-mena
dalam menjalankan kekuasaan tanpa tahu apa dasar dan kronologi
terbentuknya pemikiran Machiavelli. Lebih lanjut lagi, tidak ada yang
memastikan apakah semua yang terjadi itu adalah yang memang
dimaksudkan oleh Machiavelli sendiri.

Masalah keamanan nasional, Machiavelli juga berpendapat bahwa


kekuatan nasional tidak boleh digantungkan kepada kekuatan pihak lain.
Garda bangsa haruslah terdiri dari warga negara itu sendiri, tidak dari
warga negara lain yang hanya bekerja sebagai tentara bayaran. Tentara
bayaran hanya bekerja sesuai dengan kontrak kerja yang disepakati, tidak
ada loyalitas yang murni terhadap seorang penguasa. Maka, negara yang
menggantungkan kekuatannya dari tentara bayaran dianggap masih lemah
dan akan hancur karena dirinya sendiri sebab terlalu banyaknya alokasi
dana yang digunakan dan tidak adanya loyalitas.
11

Karena pemikiran inilah, Machiavelli memiliki pemikiran yang


disalurkannya melalui karyanya yang berjudul The Prince, dimana ia
memiliki pemikiran bahwa seorang penguasa harus bisa memperjuangkan
ketertiban dan juga persatuan dengan cara apapun yang bisa ia lakukan
termasuk bahkan dengan mengabaikan mengenai masalah dan juga tujuan
etis. Machiavelli juga berpikir bahwa seorang pemimpin haruslah lebih
besar dari orang-orang yang kemudian akan dipimpinnya.

Untuk itulah Machiavelli mengatakan bahwa panglima perang adalah


merupakan pemimpin didalam medan perang dan pertempuran, karena
seorang panglima memiliki kecakapan didalam bidang militer untuk dapat
memimpin pertempuran.

Memang benar bahwa Machiavelli melegalkan segala cara untuk meraih


dan mendapatkan kekuasaan.  Namun sentuhan moral menurutnya juga
diperlukan pada saat-saat tertentu misalnya dalam rangka mengambil hati
dan menjaga agar rakyat tetap berada di sisinya. Contohnya adalah seorang
penguasa tidak boleh mencuri harta rakyatnya.  Seperti pernyataan
terkenal Machiavelli yakni, “…manusia lebih mudah melupakan kematian
ayahnya daripada kehilangan bagian warisannya”, apabila seorang
penguasa melakukan hal tidak bermoral seperti mencuri harta rakyatnya,
rakyat akan kehilangan kepercayaan dan sulit untuk patuh kembali kepada
penguasanya.  Seorang penguasa menurutnya harus terlihat seperti seorang
yang religius.  Hal ini dapat menciptakan citra di depan rakyat yang dapat
menyeimbangkan perbuatan licik yang penguasa perbuat di belakang
karena pada dasarnya sulit bagi rakyat untuk mengetahui bagaimana watak
asli penguasanya.  Machiavelli menambahkan bahwa sepatutnya seorang
penguasa membuat dirinya dicintai rakyat karena berdasarkan sifat
manusia, mematuhi orang yang dicintai lebih mudah daripada mematuhi
orang yang ditakuti.

Kasus Terkait Permasalahan Politik Zaman Sekarang:


Jakarta - Indonesia masih berada pada transisi jalan di tempat yang
berlarut-larut, bahkan di beberapa tempat mengalami kemunduran yang
membuat kita masih jauh dari harapan demokrasi terkonsolidasi.

Demokrasi Indonesia belum terkonsolidasi yang ciri-cirinya: 1) demokrasi


bisa berjalan dan berproses dalam masa waktu yang lama; 2) ada
penegakan hukum berjalan baik; 3) pengadilan yang independen; 4)
pemilu yang adil dan kompetitif; 5) civil society yang kuat; 6).
terpenuhinya hak-hak sipi, ekonomi, dan budaya warga negara.

Masalah demokrasi Indonesia yang terlihat krusial adalah absennya


masyarakat sipil yang kritis kepada kekuasaan, buruknya kaderisasi partai
politik, hilangnya oposisi, pemilu biaya tinggi karena masifnya politik
uang dalam pemilu, kabar bohong dan berita palsu, rendahnya keadaban
politik warga, masalah pelanggaran hak asasi manusia di masa lalu yang
belum tuntas hingga kini, kebebasan media dan kebebasan berkumpul, dan
berserikat, serta masalah masalah intoleransi terhadap kelompok minoritas.

Kita mengalami situasi krisis suara kritis kepada kekuasaan karena hampir
semua elemen masyarakat sipil dari mulai LSM, kampus, media dan
mahasiswa telah merapat dengan kekuasaan atau sekurang-kurangnya
memilih untuk diam demi menghindari "stigma" berpihak kepada
kelompok intoleran yang anti-Pancasila dan anti-demokrasi.

Sedikit-banyak ini disebabkan oleh polarisasi politik yang tajam yang


membelah Indonesia menjadi dua kubu, yang membuat setiap suara
mengkritik pemerintah segera dikelompokkan ke kubu anti-pemerintah.
Padahal absennya suara kritis adalah kehilangan besar untuk demokrasi
yang membutuhkan kekuatan yang sehat untuk mengontrol kekuasaan.

Kampus perlu mendapat catatan secara khusus karena baru kali ini sejak
era Reformasi kampus begitu berlomba-lomba merapat kepada kekuasaan,
terlihat dari maraknya praktik kooptasi ikatan alumni dengan orang-orang
di lingkaran istana yang jadi ketuanya, pemberian gelar doctor honoris
causa kepada elite politik yang tidak didasarkan kepada kontribusi
nyatanya kepada masyarakat dan ilmu pengetahuan melainkan lebih
karena pertimbangan politik, absennya gerakan mahasiswa yang
membawa gagasan bernas dan berani bersuara kritis kepada kekuasaan,
dan kekuasaan sangat besar yang dimiliki pemerintah untuk menentukan
rektor terpilih melalui kementerian dikti.

Pengawasan atau surveilance atas aktivitas dosen baik di media sosial


ataupun di dunia nyata merupakan gejala penghalang kebebasan akademik
lainnya yang semakin melemahkan suara kritis dari kampus.
Terkait dengan kasus berita di atas, jika kita kaji dengan teori Niccolo
Machiavelli yang disebut dengan "Teori Kekuasaan/Politik Praktis " yang
sesuai dengan ciri demokrasi yang terkonsolidasi. Politik yang
menggunakan segala macam cara untuk memperoleh kekuasaan. Hal
tersebutlah yang akan memperlemah terwujudnya konsolidasi demokrasi.
Kaderisasi politik yang buruk dan politik uang merupakan salah satu
politik praktis Machiavelli dalam memperoleh kekuasaan. Walaupun pada
hakikatnya dalam sistem tersebut masih mengaitkan partisipatif elit
terhadap masyarakat untuk memperoleh jalan menuju kekuasaan. Contoh
lainnya seperti cara memperoleh suara dalam pemilu antara di pedesaan
dan perkotaan. Hal tersebut jika kita bandingkan akan lebih mudah suara
dari masyarakat desa yang cenderung membutuhkan segala macam
kebutuhan yang belum terpenuhi. Oleh karena itu, hal inilah yang akan
menarik minat masyarakat untuk memberikan hak suara. Dan dengan lebih
dekat dengan masyarakat serta mendengarkan keluh kesah masyarakat.
 
12

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Machiavelli memang mengesampingkan nilai moral pada penguasa idealis
menurut pemikirannya.  Akan tetapi citra yang baik di mata rakyat tetap
diperlukan untuk menjaga rakyat tersebut tetap patuh pada penguasanya. 
Machiavelli pada intinya seorang penguasa negara haruslah mampu
mengontrol sifat manusiawinya serta rakyatnya.  Penguasa haruslah
mampu mengimbangi lawan dunia politiknya yang berbuat licik.  Oleh
karena itu, penguasa harus licik seperti seekor rubah yang dapat
mengelabui serigala, serta ganas seperti singa yang dapat menerkam
musuhnya.
Namun apabila diterapkan pada abad kini yaitu abad ke-20, dunia manusia
yang kini dipenuhi oleh manusia-manusia yang akan menghalalkan segala
cara untuk mencapai tujuannya dalam praktik-praktik perpolitikan dapat
dikatkan sejalan dengan pemikiran Machiavelli.  Demikian cara
Machiavelli yang membenarkan kekerasan militer, propaganda, maupun
peperangan masih relevan dijumpai di masa kini.

3.2 Saran
Ada pun saran terkait dengan penulisan makalah ini adalah sebagai
komparasi terhadap penelitian terkait konsep pemikiran Machiavelli dalam
persoalan dalam masyarakat. Selain itu, makalah ini masih banyak
kekurangan baik pada format maupun dari substansinya. Oleh karena itu,
segala bentuk kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat kami
harapkan dalam upaya kumulatifitas hasil makalah ini dan sebagai acuan
bagi kegiatan studi pustaka.
13
DAFTAR PUSTAKA
http://louis-embun-fisip13.web.unair.ac.id/artikel_detail-117798-Pemikiran
%20Politik%20BaratTugas%20Akhir%20Makalah%20Individu%20PPB
%20%20Niccolo%20Machiavelli.html
http://ni-putu-indah-fisip13.web.unair.ac.id/artikel_detail-120036-Pemikiran
%20Politik%20Barat-MAKALAH:%20Machiavelli%20dan%20Pandangannya
%20Mengenai%20Penguasa%20Negara%20.html
https://www.kompasiana.com/nailurrochman/550b90a0a33311b0142e3ac7/analis
a-pemikiran-niccolo-machiavelli
https://m.detik.com › news › kolom Hasil web Masalah-Masalah Demokrasi Kita
Hari Ini - detikNews
http://www.kompas.com/skola/image/2020/01/24/180000869/masalah-
pemerintah-di-bidang-ekonomi?page=1
Siahaan,M. Hotman.1986.Pengantar ke Arah Sejarah dan Teori Sosiologi.Jakarta:
Erlangga
14

Anda mungkin juga menyukai