Anda di halaman 1dari 28
PENDAHULUAN 1. Pengertian Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi Memang tidak semua orang menyadari bahwa setiap saat kita selalu melakukan pekerjaan evaluasi. Dalam beberapa kegiatan sehari-hari, kita jelas-jelas mengadakan pengukuran dan penilaian. Dari dua kalimat di atas kita sudah menemui tiga buah istilah, yaitu evaluasi, pengukuran, dan penilaian. Sementara orang memang lebih cenderung mengartikan ketiga kata tersebut sebagai suatu pengertian yang sama sehingga dalam penggunaannya hanya tergantung dari kata mana yang siap untuk diucapkannya dan sementara orang yang lainnya membedakan ketiga istilah tersebut. Dan untuk memahami apa persamaan, perbedaan, ataupun hubungan antara ketiganya, dapat dipahami melalui contoh-contoh di bawah ini: a. Apabilaada orang yang akan memberi sebatang pensil kepada kita, dan kita disuruh memilih antara dua pensil yang tidak sama panjangnya, maka tentu saja kita akan memilih yang “panjang”. Kita tidak akan memilih yang “pendek” kecuali ada alasan yang sangat khusus. b. Pasar merupakan suatu tempat bertemunya orang-orang yang akan menjual dan membeli. Sebelum menentukan barang yang akan dibeli, seorang pembeli akan memilih dahulu mana barang yang lebih “baik” menurut ukurannya. Apabila ia ingin membeli jeruk, dipilihnya jeruk yang besar, kuning, dan kulitnya halus. Semuanya itu dipertimbangkan karena menurut pengalaman sebelumnya, jenis jeruk-jeruk yang demikian ini rasanya akan manis, sedangkan jeruk yang masih kecil, hijau, dan kulitnya agak kasar, biasanya masam rasanya. Dari contoh-contoh di atas ini dapat kita simpulkan bahwa sebelum menentukan pilihan, kita melakukan penilaian terhadap benda-benda yang akan kita pilih. Pada contoh pertama kita memilih mana pensil yang lebih panjang, sedangkan pada contoh kedua kita menentukan dengan perkiraan kita atas jeruk yang baik, yaitu yang rasanya manis. Untuk dapat mengadakan penilaian, kita melakukan pengukurun terlebih dahulu. Jika ada penggaris, maka sebelum menentukan mana pensil yang lebih panjang, kita ukur dahulu kedua pensil tersebut, dan setelah mengetahui berapa panjang masing-masing pensil itu, kita melakukan penilaian dengan melihat bandingan panjang antara kedua pensil tersebut. Dapatlah kita menyatakan “Ini pensil panjang, dan ini pensil pendek”. Maka pensil yang panjang itulah yang kita ambil. Untuk menentukan penilaian mana jeruk yang manis, kita tidak menggunakan “ukuran manis”, tetapi menggunakan ukuran besar, kuning, dan halus kulitnya. Ukuran ini tidak mempunyai wujud seperti kayu penggaris yang sudah ditera, tetapi diperoleh berdasarkan pengalaman. Sebenarnya kita juga mengukur, yakni membandingkan jeruk-jeruk yang ada dengan ukuran tertentu. Setelah itu kita menilai dan menentukan pilihan, mana jeruk yang paling memenuhi ukuran itulah yang kita ambil, Dengan demikian kita mengenal dua macam ukuran, yakni ukuran yang terstandar (meter, kilogram, takaran, dan sebagainya) dan ukuran tidak terstandar (depa, jengkal, langkah, dan sebagainya), dan ukuran perkiraan berdasarkan hasil pengalaman (jeruk manis adalah yang kuning, besar, dan halus kulitnya). Dua langkah kegiatan yang dilalui sebelum mengambil barang untuk kita itulah yang disebut mengadakan evaluasi, yakni mengukur dan menilai. Kita tidak dapat mengadakan penilaian sebelum kita mengadakan pengukuran. © Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif. © Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif. © Mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah diatas, yakni mengukur dan menilai. Di dalam istilah asingnya, pengukuran adalah measurement, sedang penilaian adalah evaluation. Dari kata evaluation inilah diperoleh kata Indonesia evaluasi yang berarti menilai (tetapi dilakukan dengan mengukur terlebih dahulu). Di buku ini ketiga istilah tersebut digunakan bergantian tanpa mengubah makna. 2. Penilaian Pendidikan Meskipun kini memiliki makna yang lebih luas, namun pada awalnya pengertian evaluasi pendidikan selalu dikaitkan dengan prestasi belajar siswa. Definisi yang pertama dikembangkan oleh Ralph Tyler (1950). Ahli ini mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum dan apa sebabnya. Definisi yang lebih luas dikemukakan oleh dua orang ahli lain, yakni Cronbach dan Stufflebeam. Tambahan definisi tersebut adalah bahwa proses evaluasi bukan sekadar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan. Yang dibahas dalam buku ini terutama adalah evaluasi pendidikan dalam institusi pendidikan, tetapi mengkhususkan evaluasi_hasil belajar. Apabila disinggung sedikit tentang evaluasi hal-hal lain, tentu terkait dengan prestasi atau hasil belajar, baik langsung maupun tidak. ; ang lebih luas, disaj Bemmbicaraan ‘tentang evallias) oa Se iat tersebut den dalam buku lain, yaitu Evaluasi Program. a ad as ; menelusuri terjadinya prestag; secara panjang lebar bagaimana guru faltor laln Yang my a belajar siswa melalui latar belakang serta faktor-fa yang mungkin memengaruhinya. Dalam pembelajaran yang terjadi di sekolah atau Khususnya di kelas, guru adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas hasiinya Dengan demikian, guru patut dibekali dengan evaluasi Sebagal ilmu yang mendukung tugasnya, yakni mengevaluasi hasil belajar siswa. Dalam hal ini, guru bertugas mengukur apakah siswa sudah menguasai ilmu yang dipelajari oleh siswa atas bimbingan guru sesuai dengan tujuan yang dirumuskan. Menurut pengertian lama, pencapaian tujuan pembelajaran yang berupa prestasi belajar, merupakan hasil dari kegiatan belajar-mengajar semata. Dengan kata lain, kualitas kegiatan belajar-mengajar adalah satu- satunya faktor penentu bagi hasilnya. Pendapat seperti itu kini sudah tidak berlaku lagi. Pembelajaran bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan prestasi belajar, karena prestasi merupakan hasil kerja (barat sebuah mesin) yang keadaannya sangat kompleks. Apabila sekolah diumpamakan sebagai tempat mengolah sesuatu dan calon siswa diumpamakan sebagai bahan mentah maka lulusan dari sekolah itu dapat disamakan dengan hasil olahan yang sudah siap digunakan. Dalam istilah inovasi yang menggunakan teknologi maka tempat pengolah ini disebut transformasi. Jika digambarkan dalam bentuk dia; stam akan terlihat sebagai berikut: ¢ Input dahulu kemampuannya. Dengan penilaian itu ingin diketahui apakah kelak ia akan mampu mengikuti pelajaran dan melaksanakan tugas- tugas yang akan diberikan kepadanya, Output Yang dimaksud sebagai output atau keluaran adalah bahan jadi yang “ dihasilkan oleh transformasi. Yang dimaksud dalam pembicaraan ini adalah siswa lulusan sekolah yang bersangkutan. Untuk dapat menentukan apakah seorang siswa berhak lulus atau tidak, perlu diadakan kegiatan penilaian, sebagai alat penyaring kualitas. Input Transformasi Output _——_—_______ Umpan Balik Transformasi Transformasi dapat diibaratkan sebagai sebuah mesin yang berproses mengubah bahan mentah menjadi sesuatu agar berada dalam keadaan matang. Menurut kamus Inggris-Indonesia, kata transform terdiri dari dua kata, trans (terjemahan-perubahan) dan form (bentuk). Jadi transformasi dalam pembelajaran diartikan sebagai proses pergantian atau perubahan bentuk. Dengan kata lain, transformasi adalah sebuah proses pengubahan bentuk atau pengolahan sesuatu agar berubah menjadi bentuk lain. Transformasi yang sedang kita bicarakan ini adalah transformasi dalam arti umum sebagaimana yang dipahami oleh umum, yaitu pergantian bentuk antara sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan di sebuah lembaga pendidikan. Siswa yang sedang belajar diumpamakan sesuatu yang dimasukkan ke dalam pemrosesan untuk diubah dari “belum tahu atau belum dapat” agar menjadi “sudah tahu atau sudah dapat’. Ketika siswa pertama masuk sekolah, keadaannya masih “mentah”, yangakan diubahataudiproses agar menjadimatang, Dalam istilah transformasi, bahan mentah yang akan diolah tersebut dikenal sebagai “masukan’”, yang dalam bahasa Inggrisnya disebut input, Oleh karena keadaannya masih mentah, disebut “masukan mentah”, Bahasa Inggrisnya raw input. Sesudah diolah dan berubah bentuk menjadi matang, lalu dikeluarkan dari alat transformasi, disebut keluaran, dalam bahasa Inggris adalah output. Dalam keseluruhan transformasi, sebetulnya output saja belum mencerm inkan keluaran yang sesungguhnya. Ibarat dalam kelulusan, nilai siswa baik semua, bahkan mungkin cumlaude (Iulus dengan pujian), tetapi_masih diragukan, apakah nilai yang bagus tersebut sudah mencerminkan Kinerja yang bagus di masyarakat atau tidak, Untuk contoh, nilai siswa lulusan Sekolah Menengah Kejuruan Teknik Otomotif semua 8 bahkan 9, tetapi ketika diserahi sepeda motor rusak, tidak dapat menemukan apa penyebabnya. Siswa ini outputnya baik, tetapi tidak dapat menunjukkan kemampuannya dalam praktek. Kemampuan melaksanakan tugas di lapangan ini disebut keluaran nyata atau outcome. Jadi harapan lembaga pendidikan, siswa bukan hanya mempunyai nilai output baik, tetapi outcomenya harus baik. Dalam proses transformasi, selain siswa sebagai bahan yang diolah, masih ada 2 (dua) masu kan lain. Yang pertama berfungsi membantu atau memperlancar terjadinya proses, sedangkan yang kedua berupa lingkungan yang berpengaruh terhadap terjadinya proses. Masukan-masukan lain tersebut juga disebut input, tetapi berbeda_ peran. Agar tidak kacau dalam mengartikan, karena statusnya berbeda, namanya pun berbeda, a. Siswa yang akan diubah dalam proses, mentah menjadi matang, disebut “ bahasa Inggris disebut raw input. yang akan diubah dari masukan mentah”, yang dalam b. Masukan pendukung terjadinya proses ini disebut_masukan instrumental. Faktor-faktor yang termasuk dalam masukan instrumental ada 4 (empat), yaitu (1) guru, (2) materi, (3) sarana pendidikan, dan (4) pengelolaan, manajemen, atau pengaturan. Keempat masukan tersebut karena fungsinya membantu atau sebagai alat, disebut “masukan instrumental’, atau masukan pembantu. Dalam bahasa Inggris disebut instrumental input. c. Masukan lain lagi adalah lingkungan, baik berupa benda, alam, maupun manusia. Masukan lingkungan ini dalam bahasa Inggris disebut environmental input. Program Pemrosesan Pembelajaran Guru || Materi Sarana [_Pengelotan Lingkungan Pengertian rill dari transformasi sebenarnya bukan hanya “pengolahan” peserta didik dari masuk sampai lulus, tetapi meliputi semua bentuk proses, mulai dari proses yang paling sempit dan singkat, yaitu proses pembelajaran di Kelas, di laboratorium atau di tempat praktik selama satu penggalan jam pelajaran atau penggalan waktu tertentu. Di dalam proses pembelajaran di kelas atau di tempat lain, guru, instruktur, atau apapun namanya, bertugas membimbing peserta didik yang sedang belajar. Mereka melakukan usaha mengubah bentuk subjek yang dibimbing agar menjadi sebagaimana diinginkan, yaitu mencapai tujuan pembelajaran. Setiap guru atau instruktur harus memahami peran ON Yang penting tersebut, Jka ilmu pengetahuan atau kemampuan pos. Uidik sésudah keluar dari kelas atau laboratorium masih sama deng,, Ketika masuk (sebelum mulai Kegiatan), ini artinya mutu peserta gigi ‘asih sama dengan semula, tidak mengalami perubahan. Guru Kelas a, guru pembimbing laboratorium harus merasa bersalah jika peserta didi, tidak mengalamiperubahan, bahkan harus merasa berdasa karena Sudah menahan’peserta didik berlama-lama di kelas atau di laboratorium tetapj kemampuannya sama dengan ketika masuk. Dua masukan yang disebut belakangan, yaitumasukan instrumenta) dan masukan lingkungan, sama-sama berfungsi memengaruhi berprosesnya masukan mentah menjadi keluaran. Fungsiempat masukan instrumental, yaitu guru, materi kurikulum, alat-alat atau sarana pendidikan, dan Pengelolan atau-pengaturan, sudah jelas, yaitu secara aktif membanty terjadinya proses transformasi agar berlangsung dengan baik. Keempat faktor tersebut merupakan faktor utama atau penentu bagi mutu terjadinya proses transformasi. Berbeda dengan keempat faktor tersebut, masukan lingkungan ada yang dirancang agar berfungsi secara aktif untiik berpengaruh terhadap transformasi. Namun, ada yang meski tidak dirancang;-tetapi berpengaruh bagi mutu keluaran. Sebagai contoh yang berpengaruh,-misalnya kebersihan sekolah, perilaku kepala sekolah dan guru. Hal-Hal tersebut meski kadang tidak disadari atau tidak sengaja diatur, tetapi berpengaruh terhadap mutu keluaran, Sebaliknya, ada juga Tingkungan yang berpengaruh.negatif terhadap peserta didik. Sebagai contoh; kkamar kecit yang-berbau tidak sedap, jika dibiarkan saja oleh sekolah nanti akan ditirti oleh siswa. Kétika di rumah menjumpai kamar kecil berbau, mereka akan berpikir bahwa kamar kecil berbau adalah sah-sah saja karena di sekolah juga begitu, Ketika lulus dari sekolah, siswa dipandang sudah “matang”, karena sudah memiliki pengetahuan, keterampilan, dan yang diperoleh ketika mengikuti Pelajaran di sekol. bahwa yang terlibat dalam proses transformasi, yaitu pengubahan bentuk dari mentah menjadi matang, terdapat banyak faktor yang sikap-sikap tertentu lah. Dengan mengingat memengaruhi, maka mutu atau tingkat kematangan aspek-aspek yang digarap dalam transformasi sangat tergantung dari kinerja setiap faktor yang memengaruhi tersebut. Sebagai pemikiran logis dari uraian tersebut, maka dalam mengadakan penilaian terhadap tingkat keberhasilan pembelajaran, guru atau instruktur, harus selalu menyadari dan bermaksud mencapai tujuan pembelajaran, yaitu mengubah mutu peserta didik seperti yang diharapkan. Mestinya, guru yang menyaksikan ketika siswa keluar dari kelas tidak terjadi perubahan dibandingkan ketika masuk merasa sedih, karena tidak berhasil mengubah masukan mentah menjadi matang. Setiap guru yang sedang dan sudah terlibat dalam proses transformasi harus menyadari, jika mutu transformasi dalam satu pertemuan itu baik, rangkaian proses transformasi pembelajaran tentu juga baik, kemudian pada akhir pendidikan akan terkumpul proses transformasi yang baik. Untuk lebih jelasnya, perlu kita sepakati lagi pengertian penilaian pendidikan, yaitu suatu upaya untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan kegiatan pendidikan, dengan maksud untuk mengetahui peran masing-masing input. Oleh karena masing-masing sudah ditentukan bagaimana kondisi harapannya, maka dalam mengevaluasi, kita membandingkan antara kondisi yang ada dengan kondisi yang diharapkan. Agar evaluasi dapat berperan aktif memperbaiki mutu pendidikan, marilah kita cermati masing-masing. a. Masukan Mentah (Raw Input) Meskipun masukan instrumental penting sekali kedudukannya sebagai penentu mutu keberhasilan keluaran, akan tetapi masukan mentah itu sendiri berperan sangat penting dan menentukan. Dalam kegiatan penilaian, penilai ingin mengetahui apakah ketika mengikuti proses transformasi mereka bersungguh-sungguh dan aktif berpikir sehingga setelah selesai mengikuti proses transformasi, masukan tersebut sudah berubah menjadi keluaran yang berbeda dari semula dalam arti kondisinya lebih baik dan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. on Die et i= - >. Masukan Instrumental (Instrumental Input) Dalam penilaian, penilai ingin mengetahui apakah unsur-unsur yang ada dalam masukan tersebut sudah berfungsi sebagaimana yang seharusnya, Oleh karena ada beberapa unsur dalam masukan instrumental, yaity guru, materi kurikulum, sarana pendidikan, dan pengelolaan, maka dalam penilaian perlu dicermati kinerja masing-masing unsur tersebut Penilaian harus dilakukan terhadap masing-masing faktor tersebut secara Tinci. Hasil dari penilaian rinci tersebut didasarkan atas kondisi yang diharapkan, artinya yang baik untuk masing-masing bagian dari faktor- faktor itu. Untuk kondisi guru yang diharapkan, sudah ada pedoman dari Kementerian Pendidikan Nasional yang dikenal dengan persyaratan guru profesional. Ada sepuluh persyaratan guru profesional, yaitu: 1) Menguasai materi yang diajarkan, 2) menguasai teori kependidikan, 3) dapat menguasai pengelolaan kelas, 4) menguasai interaksi belajar- mengajar, 5) mampu memilih dan menggunakan metode mengajar, 6) mampu memilih dan menggunakan alat pelajaran, media pembelajaran, dan alat peraga, 7) mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar, 8) mampu melaksanakan bimbingan dan konseling, no. 9 dan 10 belum ada. 1) Masukan guru Penilaian terhadap masukan guru dilakukan untuk mengetahui apakah kinerja guru ketika menyajikan materi di laboratorium sudah baik, artinya menggunakan meto: Penjelasan yang diberikan kepada siswa dapat diterim, kelas atau di de yang tepat, ‘a dan dipahami MELD disease vais Pendiciton 2) Masukan materi kurikulum Dalam menilai masukan materi kurikulum, penilai bermaksud mengetahui apakah materi kurikulum yang diberikan kepada siswa cukup lengkap, sesuai dengan tingkat kematangan siswa dan kebutuhan peserta didik ketika hidup di masyarakat, apakah urutan materi kurikulum sudah baik sehingga tidak meloncat-loncat ketika disajikan, dan sebagainya. 3) Masukan sarana dan prasarana Dalam menilai masukan sarana dan prasarana, penilai bermaksud mengetahui apakah sarana dan prasarana yang memang dibutuhkan untuk mendukung terselenggaranya proses pembelajaran sudah tersedia dengan lengkap dan sudah siap digunakan, apakah mutu atau kualitas sarana atau peralatan yang ada cukup memadai, dalam arti meningkatkan mutu pembelajaran jika dibandingkan dengan tanpa peralatan, apakah sarana atau peralatan yang tersedia sudah dapat dimanfaatkan dengan baik, melibatkan siswa sehingga siswa menjadi aktif, dan pertanyaan yang relevan lainnya. 4) Masukan pengelolaan Dalam menilai masukan pengelolaan, penilai bermaksud mengetahui apakah pengelolaan yang mendukung pembelajaran sudah baik, misalnya jadwal pelajaran yang disusun oleh pengelola sudah tepat, penugasan atau penunjukan guru yang bertugas sudah sesuai dengan keahlian atau latar belakang pendidikan personil yang bersangkutan, dan sebagainya. c. Masukan Lingkungan (Environmental Input) Dalam kegiatan penilaian, penilai ingin mengetahui apakah hal-hal yang merupakan unsur dalam lingkungan yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran sudah berfungsi dengan baik atau belum. Berbicara tentang lingkungan yang berpengaruh terhadap pembelajaran, kita dapat memisahkan atas tiga lingkup lingkungan yang sae age neat Pa siswa. Tiga lingkup dimaksud dapat dipisahkan menja i ingkungan fisi, (non manusia) dan yang berupa manusia adalah sebagai berikut, 1) 2) 3) Lingkungan di dalam keluarga Dalam melakukan penilaian, penilai bermaksud mengetahuj aD akah siswa di rumah disediakan tempat belajar yang nyaman, deng,, keluasan ruang, penerangan dan ventilasi yang cukup, apakah ways, belajar tidak terganggu dengan kegiatan lain di rumah, apakah by, buku yang diperlukan oleh siswa disediakan oleh orang tua, den lain sebagainya. Yang berupa manusia, apakah ada ayah, ibu, kakak, paman, atau saudara yang dapat memberikan bantuan kepada sisy, ketika sedang belajar? Apakah lingkungan keluarga cukup nyaman, keadaan tenteram sehingga memungkinkan siswa dapat belajar dengan tenang dan tenteram. Lingkungan di sekolah Dalam melakukan penilaian, penilai bermaksud mengetahui apakeh ruang-ruang kelas yang ada di sekolah tersedia dengan baik untuk kepentingan belajarsiswa,dalamartikondisiruangan nyaman, tenang, bersih sehingga memberikan suasana belajar yang menyenangkan Yang berbentuk manusia, apakah guru kelas (guru mata pelajarar), atau guru lain, serta kepala sekolah, dapat memberikan bantuat kepada siswa ketika mereka memang memerlukan? Ketika siswa menjumpai kesulitan, apakah ada orang membantu? Lingkungan bermain dan bergaul di masyarakat Dalam melakukan penilaian, penilai bermaksud untuk mengetabul apakah di sekitar rumah siswa, di tempat bermain, di tempat berg! dengan teman, atau di tempat yang sering dikunjungi ada saranaya"® dapat mendukung keberhasilan belajar, misalnya air terjun, gu" gamping, kebun bibit, jembatan timbang, jembatan Baley, hu” dan lain-lain, baik yang bersifat alami maupun buatan manus? yang dapat membanty menambah wawasan siswa dalam pelaié™ MEER bist ar Brains penaiaan Di samping benda-benda atau alam yang mendukung keberhasilan belajar, lingkungan di luar sekolah dan rumah diharapkan ada juga lingkungan manusia, antara lain pejabat setempat, teman belajar kelompok, teman aktif di masjid atau gereja, teman kelompok seni, olahraga, dan lain-lain kegiatan. Apabila guru sudah selesai melakukan penilaian atau evaluasi terhadap transformasi, dan memperoleh data yang lengkap dari berbagai masukan, secara tidak langsung guru yang bersangkutan tahu unsur mana dari masukan-masukan tersebut, yang belum berfungsi sebagaimana yang telah direncanakan semula. Harapannya, sesudah semua unsur dalam masukan direncana dengan baik dan berjalan sesuai dengan rencana, pasti proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Akibat berikutnya, jika proses pembelajaran sudah baik, pasti hasil belajar siswa pun akan baik. Dalam proses transformasi, data yang terkumpul dari kegiatan evaluasi atau penilaian tersebut dikenal dengan nama yang lebih umum, yaitu balikan atau umpan balik, yaitu sesuatu yang berfungsi memberikan gambaran tentang hal-hal yang sudah dan sedang dikerjakan. Dengan adanya balikan, maka guru dapat mengetahui dengan pasti, apa kelemahan dari kegiatan yang telah dilakukan. Cara-cara yang digunakan oleh guru dapat bermacam-macam, antara lain yang sudah banyak diperoleh dari pengalaman adalah melalui tes tertulis atau lisan. Dengan hadirnya kebijakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang mengarahkan pembelajaran pada kepemilikan kompetensi yang lengkap pada diri siswa, maka guru dapat melakukan bermacam-maca cara penilaian, karena sasaran atau objek yang dinilai juga bermacam-macam. Penjelasan lebih Janjut tentang hal ini disampaikan pada bab-bab lain. Umpan balik (feedback) Yang dimaksud sebagai umpan balik atau balikan adalah segala informasi baik yang menyangkut output maupun transformasi. baiki input may Ji untuk memper! Pun ik ini diperlukan sekal Umpan alikin| iH n yang kurang bermutu atau yang belum, transformasi. Lulusal menggugah semua pihak untuk Mengambj, akan bab kurang bermutuny, !) arapan, ican pagan dengan penye! lulusan. Penyebab-penyebab tersebut antara lain: Input yang kurang baik kualitasnya. Guru dan personal yang kurang tepat. . Materi yang tidak atau kurang cocok. d. Metode mengajar dan sistem evaluasi yang kurang memadai, e, f. ae Kurangnya sarana penunjang. Sistem administrasi yang kurang tepat. Oleh karena itu, penilaian di sekolah meliputi banyak segi, yang secara garis besar dilihat dari calon siswa, lulusan, dan proses Pendidikan secara menyeluruh. 3. Mengapa Menilai? Jika sebelum membeli jeruk kita tidak memilih dahulu mana jeruk yang baik dibandingkan dengan yang kurang baik, maka kita akan memperoleh jeruk seadanya, Mungkin baik, tetapi ada juga kemungkinan tidak baik, Yang jelas, kita belum tentu memperoleh jeruk yang berkualitas baik jika tidak didahului dengan kegiatan menilai. Dalam dunia pendidikan, khususnya dunia persekolahan, penilaian mempunyai makna ditinjau dari berbagai segi. a. Makna bagi Siswa Dengan diadakannya penilaian, maka siswa dapat mengetahui sejauh mana telah berhasil mengikuti Pelajaran yang diberikan oleh guru. Hasil yang diperoleh siswa dari pekerjaan menilai iniada2 (dua) kemungkinan: HEE dasabasar bvaluasi Pendiditan 1) Memuaskan Jika siswa memperoleh basil yang memuaskan dan hal itu menyenangkan, tentu kepuasan itu ingin diperolehnya lagi pada kesempatan lain waktu. Akibatnya, siswa akan mempunyai motivasi yang cukup besar untuk belajar lebih giat, agar lain kali mendapat hasil yang lebih memuaskan lagi. Keadaan sebaliknya dapat terjadi, yakni siswa sudah merasa puas dengan hasil yang diperoleh dan usahanya kurang gigih untuk lain kali. 2) Tidak memuaskan Jika siswa tidak puas dengan hasil yang diperoleh, ia akan berusaha agar lain kali keadaan itu tidak terulang lagi. Maka ia akan belajar lebih giat. Namun demikian, keadaan sebaliknya dapat terjadi. Ada beberapa siswa yang lemah kemauannya, akan menjadi putus asa dengan hasil kurang memuaskan yang telah diterimanya, b. Makna bagi Guru 1 Dengan hasil penilaian yang diperoleh, guru akan dapat mengetahui siswa mana yang bisa melanjutkan pelajarannya karena sudah berhasil menguasai materi, maupun siswa-siswa yang belum berhasil menguasai materi, Dengan petunjuk ini guru dapat lebih memusatkan perhatiannya kepada siswa-siswa yang belum berhasil. Apalagi jika guru tahu akan sebab-sebabnya, ia akan memberikan perhatian yang memusat dan memberikan perlakuan yang lebih teliti sehingga keberhasilan selanjutnya dapat diharapkan. 2 Guru akan mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat bagi siswa sehingga untuk memberikan pengajaran di waktu yang akan datang tidak perlu diadakan perubahan. 3) Guru akan mengetahui apakah metode yang digunakan sudah tepat atau belum. Jika sebagian besar dari siswa memperoleh nilai jelek Pada penilaian yang diadakan, mungkin hal ini disebabkan oleh pendekatan atau metode yang kurang tepat. Apabila demikian oy halnya, maka guru harus mawas diri dan mencoba mencay; Fe lain dalam mengajar. © Makna bagi Sekolah 1) Apabila guru-guru mengadakan penilaian dan diketahui baga; basil belajar siswa-siswanya, dapat diketahui pula apakah 4," belajar yang diciptakan oleh sekolah sudah sesuai dengan hay atau belum. Hasil belajar merupakan cermin kualitas sesuaty Sekolah 2) Informasi dari guru tentang tepat tidaknya kurikulum untuk Sekola itu dapat menjadi bahan pertimbangan bagi perencanaan Sekolah untuk masa-masa yang akan datang. 3) _Informasi hasil penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun, dap, digunakan sebagai pedoman bagi sekolah. Apakah yang dilakykay oleh sekolah sudah memenuhi standar atau belum. Pemenuhay standar akan terlihat dari bagusnya angka-angka yang diperoley siswa. Secara rinci dan sesuai dengan urutan kejadiannya, dalam prose, transformasi ini penilaian dibedakan atas tiga jenis, yakni sebelum, selama, dan sesudah terjadi proses dalam kegiatan sekolah. Dalam hal ini para pelaksana pendidikan selalu berorientasi pada tujuan yang akan dicapai dan tinjauannya selalu diarahkan pada siswa secara perseorangan (individual) maupun secara kelompok (per kelas atau per angkatan), Sehubungan dengan perincian ini, yang bisa dilakukan oleh pendidik adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai satu ungkapan penilaian yang akan dicari jawabnya. Sebelum Kegiatan Pengajaran Sebelum guru memulai dengan memberikan pelajaran di awal tahun, pertanyaan yang dilontarkan adalah: 1. “Apakah yang akan dicapai oleh siswa, melalui pelajaran saya ini?” 2, “Untuk mengarah ke pencapaian tujuan, apakah siswa sudah mempunyai bekal berupa kemampuan ataupun sebagian dari yang akan dicapai sehingga guru tidak perlu memberikan bahan seluruhnya?” a. “Bagaimana kemampuan siswa secara individual dan siapa saja yang sudah menguasai sebagian tujuan, serta seberapa?” (tinjauan individual). b. “Bagaimana kemampuan kelompok siswa yang diajar secara umum?” (tinjauan kelompok). Selama Kegiatan Pengajaran Yang dimaksud dengan “selama kegiatan pengajaran” adalah satu jarak waktu mulai pengajaran berlangsung hingga saat berakhirnya pemberian pengajaran oleh guru. Jarak waktu dapat dilihat dalam satu satuan waktu pendek, yakni satu pertemuan atau satu satuan waktu panjang, seperti satu semester. Selama satu penggalan waktu tersebut guru harus secara terus-menerus mengajukan beberapa pertanyaan: 1. “Apakah yang akan dicapai oleh siswa melalui pelajaran saya ini?” (pertanyaan ini selalu harus diingat agar menjiwai setiap langkah kegiatan). 2. “Apakah langkah yang saya ambil sudah benar, tidak salah langkah? Penilaian terhadap benar-salahnya langkah ini dilihat dari individu siswa secara perseorangan maupun kelompok.” a, “Apabila langkah saya betul, pencapaian tujuan oleh siswa secara individual maupun kelompok sudah sejauh mana?” b, “Apabila langkah saya salah, apa sebabnya? Kesalahan ini menyangkut semua orang (kelompok) atau hanya beberapa individu saja?” Sesudah Kegiatan Pengajaran Jika guru sudah selesai memberikan pelajaran (satu peftentuar atau satu Semester), ia mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1. “Dengan selesainya pelajaran saya ini, apakah tujuan yang ingin dicapai oleh siswa sudah tercapai?” a. “Seberapa jauh pencapaian tiap siswa?” b. “Berapa orangkah yang sudah dapat mencapai?” 2. “Seandainya belum tercapai, bagian dari tujuan yang mana sajakah yang belum tercapai itu?” (baik oleh individu maupun kelompok). i, faktor-faktorapakahyangmenyebabkan?” (penghambat bagi individu maupun kelompok). 4. Tujuan atau Fungsi Penilaian Dengan mengetahui makna penilaian ditinjau dari berbagai segi dalam sistem pendidikan, maka dari itu terdapat beberapa tujuan atau fungsi penilaian, yaitu: a. Penilaian Berfungsi Selektif Dengan cara mengadakan penilaian guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau penilaian terhadap siswanya. Penilaian itu sendiri mempunyai berbagai tujuan, antara lain: 1) Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu, 2) Untuk memilih siswa yang dapat naik kelas atau tingkat berikutnya. 3) Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa, 4) Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah, dan sebagainya. b. Penilaian Berfungsi Diagnostik Apabila alat yang digunakan dalam penilaian cukup memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan siswa. Di samping itu, diketahui pula penyebabnya. Jadi dengan mengadakan penilaian, sebenarnya guru melakukan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya. Dengan diketahuinya sebab-sebab kelemahan ini, akan lebih mudah mencari cara untuk mengatasinya. ¢. Penilaian Berfungsi sebagai Penempatan Sistem baru yang kini banyak dipopulerkan di negara barat, adalah sistem belajar sendiri, Belajar sendiri dapat dilakukan dengan cara mempelajari sebuah paket belajar, balk itu berbentuk modul maupun paket belajar yang lain. Sebagai alasan dari timbulnya sistem ini adalah adanya pengakuan yang besar terhadap kemampuan individual. Setiap siswa sejak lahirnya telah membawa bakat sendiri-sendiri sehingga pelajaran akan lebih efektif apabila disesuaikan dengan pembawaan yang ada, Akan tetapi disebabkan karena keterbatasan sarana dan tenaga, pendidikan yang bersifat individual kadang-kadang sukar sekali dilaksanakan. Pendekatan yang lebih bersifat melayani perbedaan kemampuan, adalah pengajaran secara kelompok. Untuk dapat menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang siswa harus ditempatkan, digunakan suatu penilaian. Sekelompok siswa yang mempunyai hasil penilaian yang sama, akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar. d. Penilaian/Berfungsi sebagai Pengukur Keberhasilan Fungsi keempat dari penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan. Telah disinggung pada bagian sebelum ini, keberhasilan program ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu faktor guru, metode mengajar, kurikulum, sarana, dan sistem administrasi. jam Pendidikan itu? Seorang siswa YANG Pandy a at dengan mudah dibedakan hati siswa Laing ge ait anak tersebut. Ki Sn idee Sis pandai atau siswa bodoh. Kepandaian itu tidak dapat dis a ati ian n siswa mana yang lebih pandaj dari yang lain, maka bukan kepandaiannya yang nan Kita dapay mengukur kepandaian melalui gejala yang ae . ‘memancay dari kepandaiannya. Salah satu contoh adalah bal wa eee Pandaj biasanya dapat menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru, indalam pendidikan,antara lain adalah sebagai berikut, 5. Ciri-Ciri Penilaian da! Apakah sebenarnya kepandaian Untuk dapat menentuka! Ciri-ciri penilaia i a dari penilaian dalam pendidikan, yaitu bahwa penilajay a. Ciripertam: ini h ini, akan mengukyr dilakukan secara tidak langsung. Dalam conto ; kepandaian melalui ukuran kemampuan menyelesaikan soal-soal, Sehubungan dengan tanda-tanda anak yang pandai atau inteligen, seorang abli ilmu Jiwa Pendidikan bernama Carl Witherington, mengemukakan pendapatnya sebagai berikut. ‘Anak yang inteligen adalah anak yang mempunyai: 1) Kemampuan untuk bekerja dengan bilangan. 2) Kemampuan untuk menggunakan bahasa dengan baik. 3) Kemampuan untuk menangkap sesuatu yang baru (cepat mengikuti pembicaraan orang lain). 4) Kemampuan untuk mengingat-ingat. 5) Kemampuan untuk memahami hubungan (termasuk menangkap kelucuan). 6) Kemampuan untuk berfantasi. Dalam kenyataannya ada orang yang memiliki kemampua? umum rata-rata tinggi, rata-rata rendah, dan ada yang memiliki kemampuan khusus tinggi. Misalnya, kemampuan rata-rata rendab tetapi kemampuan berfantasi tinggi dan menjadi seniman ulung- Meskipun aspek-aspek inteligensi yang dikembangkan oleh Carl Witherington tersebut masih berlaku, dalam arti masih ada yang mengakui kebenarannya, namun ada penemuan yang lebih mutakhir yang dikemukakan oleh David Lazear dalam bukunya Seven Ways of Teaching tentang aspek-aspek yang menunjukkan tingkat kecerdasan seseorang. Memang ketika kita memahami teori yang dikemukakan oleh Witherington, kita merasakan kurang lengkapnya bukti bahwa seseorang menunjukkan kelebihan dalam kecerdasan. Menurut David Lazear ada 7 (tujuh) indikator atau aspek yang dapat dikategorikan sebagai petunjuk tentang tinggi-rendahnya inteligensi seseorang, yaitu 1) kemampuan verbal, 2) kemampuan mengamati dan rasa ruang, 3) _kemampuan gerak kinetis-fisik, 4) kemampuan logika/matematika, 5) kemampuan dalam hubungan intra-personal, 6) kemampuan dalam hubungan inter-personal, dan 7) kemampuan dalam musik/irama. Mengingat bahwa aspek-aspek tersebut perlu dikenal oleh semua guru yang harus berperan mengembangkan pribadi siswa melalui rincian aspek-aspek indikator tersebut dan sekaligus mengevaluasi. Penulis berpendapat bahwa teori baru tersebut perlu juga diketahui dan dipelajari oleh para guru sehingga disajikan dalam buku ini. Adapun rincian dari aspek-aspek atau indikator inteligensi dimaksud adalah sebagai berikut. 1) Kemampuan verbal (verbal linguistic), meliputi: a) _analisis linguistik b)_ mengenal kembali dan mengingat c)_ memahami dan menciptakan kelucuan atau humor d)_ menjelaskan sesuatu dalam proses belajar-mengajar e) _meyakinkan seseorang agar bersedia melakukan sesuatu f) memahami perintah dengan tepat 2) Kemampuan mengamati dan rasa ruang, meliputi: a) khayalan b) menyusun kerangka pikir ©) menemukan jalan dalam konsep ruang d) memanipulasi imajinasi e) menginterpretasikan grafik/bagian/model f) _mengenal hubungan objek dalam ruang 8) memiliki persepsi yang cermat melalui berbagai sudut Ppandangan 3) Kemampuan gerak kinetis-fisik, meliputi: a) mengatur/mengelola gerak refleks b) mengatur/mengelola gerak terencana c) memperluas kesadaran melalui tubuh d) peduli hubungan antarbagian tubuh e) meningkatkan fungsi tubuh 4 Kemampuan logika/matematika, meliputi: a) pengenalan pola-pola abstraksi b)_pertimbangan induktif ©) pertimbangan deduktif d) cerdas dalam menangkap hubungan dan kaitan e) menyelesaikan kalkulasi kompleks f) _pertimbangan ilmiah 5) Kemampuan dalam hubungan intra-personal, meliputi: a) konsentrasi dalam berpikir b) keberhati-hatian c)_ melakukan metakognisi d)_kesadaran dan ekspresi berbagai perasaan e) kesadaran atas dirinya f) _ tingkat pemikiran-penalaran 6) Kemampuan dalam hubungan inter-personal, meliputi: a) mencipta dan mengelola sinergi b) daya melampaui perspektif orang lain c) bekerja sama dalam kelompok d) mengenal dan membuat sesuatu yang berbeda dengan lainnya e) komunikasi verbal dan nonverbal 7) Kemampuan dalam musik/irama, meliputi: a) struktur musik b) _skematis dalam mendengarkan musik ©) sensitif terhadap suara d) kreatif dalam melodi dan irama e) sensitif dalam nada Selanjutnya tentang macam tingkat inteligensi dibandingkan dengan kelompok besar umat manusia digambarkan sebagai berikut: © 1%luar biasa, mempunyai IQ antara 30 hingga 70 © 5% dungu, mempunyai IQ antara 70 hingga 80 © 14% bodoh, mempunyai IQ antara 80 hingga 90 © 60% normal, mempunyai IQ antara 90 hingga 110 © 14% pandai, mempunyai IQ antara 110 hingga 120 © 5% sangat pandai, mempunyai IQ antara 120 hingga 130 © 1% genius, mempunyai IQ lebih dari 130 SS Yang dikatakan 1% luar biasa masih terbagi lagi atas: * Idiot yang mempunyai IQ antara 0 sampai 25 * Imbesil yang mempunyai IQ antara 26 sampai 50 * Debil yang mempunyai IQ antara 51 sampai 70 Apabila digambarkan dengan kurva, maka akan tampak lebih jelag Seperti berikut: 1% 30 30 1 70 80 90 100 10 120~—S—«t30 Distribusi Intelligence Quotient (IQ) dari sekelompok besar orang yang diambil tanpa memilih. Ciri Kedua dari penilaian pendidikan, yaitu penggunaan ukuran Kuantitatif. Penilaian pendidikan bersifat kuantitatif artinya menggunakan simbol bilangan sebagai hasil pertama pengukuran, Setelah itu diinterpretasikan ke bentuk kualitatif. Contoh: Dari hasil pengukuran, Tiko mempunyai IQ 125, sedangkan IQ Tini 105. Dengan demikian, maka Tiko dapat digolongkan sebagai anak sangat pandai sedangkan Tini sebagai anak normal, Ciri ketiga dari penilaian pendidikan, yaitu bahwa_penilaian pendidikan menggunakan, unit-unit atau satuan-satuan yang tetap karena IQ 105 termasuk anak normal. Anak lain yang hasil pengukuran IQ-nya 80, menurut unit ukurannya termasuk anak dungu. Ciri keempat dari penilaian pendidikan adalah bersifat relatif, artinya tidak sama atau tidak selalu tetap dari satu waktu ke waktu yang lain. Contoh: Hasil ulangan matematika yang diperoleh oleh Miranti hari Senin adalah 80. Hasil hari Selasa 90. Tetapi hasil ulangan hari Sabtu hanya 50. Ketidaktepatan hasil penilaian Miranti disebabkan karena banyak faktor. Mungkin pada hari Sabtu Miranti sedang risau hatinya menghadapi malam Minggu. Ciri kelima dalam penilaian pendidikan adalah bahwa dalam penilaian pendidikan itu sering terjadi kesalahan-kesalahan. Adapun sumber kesalahan dapat ditinjau dari berbagai faktor, yaitu: 1) Terletak pada alat ukurnya Alat yang digunakan untuk mengukur haruslah baik. Sebagai contoh, kita akan mengukur panjang meja tetapi menggunakan pita ukuran yang terbuat dari bahan elastis, dan cara mengukurnya ditarik-tarik. Tentu saja pita ukuran itu tidak dapat kita golongkan sebagai alat ukur yang baik karena gambaran tentang panjangnya meja tidak dapat diketahui dengan pasti. Tentang bagaimana syarat-syarat alat ukur yang digunakan dalam pendidikan, akan dibicarakan di bagian lain secara lebih lengkap. SR pecan eee ie 2) Terletak pada orang yang melakukan penilaian Hal ini dapat berupa: a) b) Kesalahan pada waktu melakukan penilaian kareng fakto, | Subjektif penilai telah memengaruhi_hasil Pengukuray, Tulisan yang jelek dan tidak jelas, mau tidak MAU seri Mmemengaruhi subjektivitas penilai, Jika pada Wakey mengerjakan koreksi, penilai itu sendiri sedang risay, Itulay Sebabnya pendidik harus sejauh mungkin dari hal ini, Kecenderungan dari penilai untuk memberikan nilaj Secarg “murah” atau ‘mahal’. Ada guru Yang memberi nilai 2 (dy, untuk siswa yang menjawab salah dengan alasan untuk upah menulis, Tetapi ada yang memberikan 0 (nol) untuk jawaban yang serupa, Adanya hallo-effect, siswa. Kesan-kesan it dari guru itu sendi pelajaran lain, yakni adanya kesan penilai tethadap itu dapat berasal dari guru lain maupun iri pada kesempatan memegang mata Kesalahan yang disebabka m oleh Kekeliruan menjumlah angka-angka hasil penilaian, 3) Terletak pada anak yang dinilai 4) a) b) 9 Siswa adalah manusia yang berperasaan dan bersuasana hati, Suasana hati seseorang akan sangat berpengaruh terhadap hasil penilaian. Misalnya, suasana hati yang kalut, sedih, atau tertekan, akan memberikan hasil kurang memuaskan. Sedang suasana hati gembira dan cerah, akan memberikan hasil yang baik. Keadaan fisik ketika siswa sedang dinilai. Kepala pusing, perut mulas atau pipi sedang membengkak karena sakit gigi, tentu saja akan memengaruhi cara siswa memecahkan persoalan. Pikirannya sangat sukar untuk konsentrasi. Nasib siswa kadang-kadang mempunyai peranan terhadap hasil penilaian. Tanpa adanya sesuatu sebab fisik maupun psikis, adakalanya seperti ada “gangguan” terhadap kelancaran mengerjakan soal-soal. Terletak pada situasi di mana penilaian berlangsung a) b) Suasana yang gaduh, baik di dalam maupun di luar ruangan, akan mengganggu konsentrasi siswa. Demikian pula tingkah laku kawan-kawannya yang sedang mengerjakan soal, apakah mereka bekerja dengan cukup serius atau tampak seperti hanya main-main akan memengaruhi diri siswa dalam mengerjakan soal. Pengawasan dalam penilaian. Tidak menjadi rahasia lagi bahwa pengawasan yang terlalu ketat tidak akan disenangi oleh siswa yang suka melihat ke kanan dan ke kiri. Namun adakalanya, keadaan sebaliknya, yaitu pengawasan yang longgar justru membuat jengkel bagi siswa yang mau disiplin dan percaya pada diri sendiri Bae CINE EET Seorang guru mengadakan ulangan harian kepada siswa-siswanya, Setelah beberapa kali ulangan diperoleh nilai rapor. Pada wakty kenaikan kelas, kepada siswa-siswa “pandai” diberi hadiah secara bertingkat menurut urutan prestasinya sedangkan kepada siswa. siswa yang “tidak naik”, diberi nasihat. % Coba pisahkan, manakah pekerjaan mengukur dan manakah pekerjaan menilai! Dapatkah kita mengategorikan anak yang “tidak naik” ini sebagai anak “bodoh”? Beri alasan! Apabila masukan siswa yang diterima dalam suatu sekolah tergolong baik karena dari tes inteligensi diketahui demikian, dapatkah siswa tersebut pada akhir tahun tidak naik kelas? Coba terangkan! Berdasarkan makna penilaian ditin sekolah, baikkah kiranya jika Coba tinjaulah dari berbagai kerugiannya! jau dari segi siswa, guru, dan guru memberikan ulangan tiap hari? segi tersebut, apa keuntungan dan Bandingkan antara aspek-aspek inteli igensi menurut Witherington dengan David Lazear! Cobalah mengenali lingkungan Anda untuk mendaftar orang- yang memiliki inteligensi tinggi secara umum dai yang hanya menonjol di aspek-aspek tertentu! orang in beberapa orang

Anda mungkin juga menyukai