ENDOKRIN
OLEH:
MERDAYANA
NIM.1910911320052
FAKULTAS KEDOKTERAN
BANJARMASIN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
susun dengan sistematis dan sebaik mungkin ini bertujuan untuk memenuhi
Dengan terselesainya laporan resmi praktikum ini, maka tidak lupa kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
Demikian laporan yang kami buat. Mohon maaf atas semua kekurangan
dalam penyusunan laporan ini. Serta penulis memohon kritik dan sarannya
atas segala kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak dan bagi kami selaku penulis.
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................3
2.1 Pembahasan......................................................................................3
3.1 Kesimpulan....................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Urin, air seni, atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan
oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui
sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis
cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin
pemeriksaan pada urin yaitu salah satunya di dalam urin masih ada
darah, bukan dikeluarkan melalui urine. Kondisi ini sering kali terjadi jika
seseorang memiliki kadar glukosa dalam darah yang tinggi atau disebut juga
electron seperti Cu2+ (dari CuSO4) akan terjadi reaksi oksidasi reduksi.
Cu2+ direduksi menjadi Cu+ (dalam bentuk endapan Cu2O yang berwarna
Sebagai indikator dalam reaksi ini bila reaksinya positif adalah terbentuknya
iv
endapan Cu2O yang berwarna merah bata. Warna yang terjadi tergantung
dari banyaknya endapan Cu2O yang berbaur warna dengan warna CuSO4
yang warnanya biru. Bila endapan Cu2Onya sedikit warna yang timbul
merupakan campuran sedikit warna merah bata dan biru hijau, dikatakan
positif 1 (+). Makin banyak warna merah batanya warna campuran kuning,
berubah menjadi Cu2O) sehingga yang terlihat adalah endapan merah bata
dan dikatakan positif 3 (+++). Dalam percobaan kali ini yang digunakan
terdapatnya glukosa, selain itu juga bisa dengan adanya protein yang
banyak. Proteinuria juga disebut albuminuria atau urin albumin adalah suatu
Kebanyakan protein terlalu besar untuk melewati filter ginjal ke dalam urin.
Namun, protein dari darah dapat bocor ke dalam urin ketika filter dari
normal berkisar 6-7 sedangkan p.i albumin berkisar antara 5-6 maka
Tujuannya adalah agar mudah terjadi koagulasi, sebab semua protein paling
v
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pembahasan
glukosa disintesis dari karbon dioksida dan air melalui fotosintesis dan
asam amino, tetapi sebagian besar karbohidrat hewan terutama berasal dari
dan gula lain diubah menjadi glukosa di hati. Glukosa adalah bahan bakar
metabolik utama pada mamalia (kecuali pemamah biak) dan bahan bakar
glukosa dalam filtrat glomerulus akan diserap kembali ke dalam darah oleh
tubulus ginjal pada individu sehat. Hanya sejumlah kecil glukosa yang
tersisa dalam urin, yang tidak dapat dideteksi dalam tes urin. Namun,
glukosa darah lebih dari 8,96-10,08 mmol L-1, sel epitel tubulus proksimal
vi
mencapai batas penyerapan glukosa dan dengan demikian glukosa tidak
glukosa, sumber energi dan zat antara metabolism(11). Sangat penting bagi
ginjal, kebutaan, dll(12). Oleh karena itu, sangat penting untuk memiliki akses
ke sensor yang cepat, andal, dan akurat untuk memantau glukosa dalam
dapat disebabkan oleh suatu kondisi yang disebut glikosuria ginjal (15).Dalam
kondisi ini, kadar glukosa urin mungkin lebih tinggi bahkan jika kadar
menjalani tes glukosa darah beberapa kali sehari, yang invasif dan
vii
diseases), dan intoleransi laktosa(21). Penilaian konsentrasi glukosa penting
(19)
dalam diagnosis dan pengobatan diabetes , yang dapat menyebabkan
kreatinin, dan nitrogen urin darah(5). Diabetes Mellitus atau diabetes adalah
penyakit metabolik yang menelan biaya 327 miliar dolar AS saja, termasuk
biaya medis langsung 237 miliar dolar dan pengurangan biaya produktivitas
sebesar 8,5% pada tahun 2014. Selain itu, diperkirakan 1,6 juta kematian
lebih dari 422 juta orang telah hidup dengan diabetes, yang pada gilirannya
viii
kronis yang sangat umum dan berbahaya, dapat menyebabkan banyak
ginjal yang secara serius merusak fungsi fisik pasien dan bahkan
Internasional (IDF) sekitar 415 juta orang dewasa (berusia 20-79 tahun)
menderita diabetes secara global pada tahun 2015. Di antara mereka, 5 juta
meninggal dan total pengeluaran kesehatan global adalah 673 miliar dolar
regulasi gula urin. Gangguan pembuluh urin yang lebih kecil dalam tubuh
dapat terjadi karena kadar gula urin yang tinggi. Ini menyebabkan retinopati
(penyakit mata), penyakit saraf dan nefropati (penyakit ginjal) dan juga
atas, pemantauan kadar glukosa urin menjadi sangat penting bagi pasien
diabetes untuk melacak kadar gula urin mereka. Dalam kondisi normal
tubuh manusia, tidak ada glukosa dalam urin. Kisaran kecil dari 0 hingga 15
mg / dL glukosa dalam urin adalah tanda kadar glukosa tinggi dan sering
secara fisik dan fung- sional kompleks yang melakukan beragam peran
penting (21).Protein yang memiliki struktur tersier yang stabil, seperti protein
ix
pengikat glukosa / galaktosa adalah protein larut yang ditemukan pada
utama bagi manusia, dan sangat erat kaitannya dengan asam amino karena
asam amino adalah unit terkecil dari molekul protein. Asam amino sangat
diperlukan untuk sintesis protein. Sebagian asam amino harus dipasok dari
mampu mensintesis asam amino tersebut. Jenis asam amino lain, atau asam
amino nonesensial, juga dipasok dari dalam makanan, tetapi jenis ini dapat
deaminasi, nitrogen amino yang berlebih akan dikeluarkan menjadi urea dan
merupakan hal yang esensial terutama bagi sistem saraf dan eritrosit (21).
x
Kebanyakan penyakit yang disebabkan oleh cacat metabolisme asam amino
yang ditandai dengan banyak sekali asam amino yang dibuang dalam kemih.
Salah satu contoh asiduria amino ialah fenilketonuria, yang dijumpai pada 1
perlukan alat dan bahan yaitu Alat yang digunakan meliputi tabung reaksi,
penjepit tabung, lapu spritus dan pipet ukur. Sementara itu bahan yang
dugunakan urin dan reagen benedict. Adapun cara kerjanya, Ambil tabung
reaksi dan isilah 2-3 ml reagen Benedict, kemudian tambahkan kurang lebih
xi
warna merah bata dan biru hijau) yang artinya hasil normal (Gambar 1).
Pada urin yang patologis, pada saat urin 1 ml dan reagen benedict 2-3 ml di
habis (karena telah berubah menjadi Cu2O), akan tetapi di gambar berwana
Pada praktikum pemeriksaan protein dalam urin di perlukan alat dan bahan
yaitu Alat yang digunakan meliputi alat-alat gelas dan Bunsen. Sementara
bahan yang digunakan urine dan asam asetat. Adapun cara kerjanya ambil
mendidih. Perhatikan apakah ada kekeruhan atau tidak. Bila perlu tambah
asam asetat encer 1-2 tetes melalui dinding tabung untuk mencapai p.i dari
albumin, sambil dipanaskan lagi. Bila terlihat keruh berarti ada koagulasi
albumin dan ini berarti urine tersebut mengandung protein dan dikatakan
Didapatkan hasil pada urin normal yaitu tidak terjadi koagulasi (positif 1)
(Gambar 3 ). Pada urin patologis, ketika urin 4 ml dan 2 tetes asam asetat di
xii
LAMPIRAN GAMBAR
Gambar 1 Gambar 2
Gambar 3 Gambar 4
xiii
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
urin. Pada kondisi normal, ginjal akan menyerap gula darah kembali dari
cairan apa pun yang melintasi organ tersebut ke dalam pembuluh darah.
Walaupun demikian, gula secara normal dapat lolos ke urine dalam batas
tertentu. Akan tetapi, ketika organ ginjal tidak dapat menyerap cukup
banyak gula darah dari urine sebelum dikeluarkan dari tubuh, maka ini
kondisi urin yang mengandung lebih banyak gula atau glukosa dari jumlah
normal. Glikosuria umum terjadi akibat kadar gula darah tinggi atau
itu juga pada kondisi normal ginjal akan bekerja dengan mengeluarkan
kelebihan air dan zat sisa dari darah menjadi urine. Substansi yang lebih
xiv
besar seperti protein tidak akan ikut tersaring di ginjal. Namun ketika
besar untuk melewati filter ginjal ke dalam urin. Namun, protein dari darah
dapat bocor ke dalam urin ketika filter dari ginjal, yang disebut glomeruli,
xv
DAFTAR PUSTAKA
1. Yin W, Qin W, Gao Y. Urine glucose levels are disordered before blood
glucose level increase was observed in Zucker diabetic fatty rats. Sci China
Life Sci. 2018;61(7):844–8.
5. Go A, Kim HT, Park YJ, Park SR, Lee M-H. Fabrication of Repeatedly Usable
Pt-Electrode Chip Coated With Solidified Glucose Oxidase and Ascorbate
Oxidase for the Quantification of Glucose in Urine. IEEE Sensors Lett.
2019;3(2):1–4.
7. Swain KP, Palai G. Triangular Photonic Crystal Structure. 2016 Int Conf
Signal Process Commun Power Embed Syst. 2016;1021–4.
xvi
10. Sahni N, Chaudhuri R, Hickey JM, Manikwar P, D’Souza A, Metters A, et al.
Preformulation Characterization, Stabilization, and Formulation Design for
the Acrylodan-Labeled Glucose-Binding Protein SM4-AC. J Pharm Sci.
2017;106(5):1197–210.
11. Darabdhara, G., Sharma, B., Das, M.R., Boukherroub, R., Szunerits, S. Sens.
Actuators B: Chem.2017;238, 842-851.
12. Lee, S., Lee, J., Park, S., Boo, H., Kim, H.C., Chung, T.D. Appl. Mater. Today
2018;10, 24-29.
14. Su, L., Xiong, Y., Yang, H., Zhang, P., Ye, F. J. Mater. Chem. B.2016; 4, 128-
134.
15. Wang, X., Hu, Y., Wei, H. Inorg. Chem. Front.2016; 3, 41-60.
16. Wang, Z., Dong, K., Liu, Z., Zhang, Y., Chen, Z., Sun, H., Ren, J., Qu, X.
Biomater.2017; 113, 145-157.
18. M. S. Kim and D.-Y. Lee, "Urinary Glucose Screening for Early Detection of
Asymptomatic Type 2 Diabetes in Jeonbuk Province Korean
Schoolchildren," Journal of Korean Medical Science, April 2018. vol. 32,
pp. 985-991.
19. Guo, J., Ma, X. Simultaneous monitoring of glucose and uric acid on a
single test strip with dual channels. Biosens Bioelectron. 2017. 94, 415-
419.
20. Chiu, N.-F., Fan, S.-Y., Yang, C.-D., Huang, T.-Y. Carboxyl-functionalized
graphene oxide composites as SPR biosensors with enhanced sensitivity
for immunoaffinity detection. Biosensors and Bioelectronics. 2017; 89,
370-376.
21. Murray, R. K., Granner, D. K., & Rodwell, V. W.Biokimia harper . Edisi
27. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2009.
xvii
23. H. Lee et al., "Wearable/disposable sweat-based glucose monitoring
device with multistage transdermal drug delivery module," Science
Advances, 2017,vol. 3, p. e1601314.
25. Y. Shu, Y. Yan, J. Chen, Q. Xu, H. Pang, and X. Hu, "Ni and NiO
Nanoparticles Decorated Metal–Organic Framework Nanosheets: Facile
Synthesis and High-Performance Nonenzymatic Glucose Detection in
Human Serum," ACS Applied Materials & Interfaces, July 2017, vol. 9, pp.
22342- 22349.
26. Ogurtsova K, et al. IDF Diabetes Atlas: global estimates for the prevalence
of dia- betes for 2015 and 2040. Diabetes Res Clin Pract 2017;128:40–50.
xviii