Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

BLOK KELUHAN SISTEM SENSORIS DAN INTEGUMENTUM


DIVISI MIKROBIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

NAMA : MERDAYANA
NIM : 1910911320052
KELOMPOK :9
JUDUL PRAKTIKUM : PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI MIKOLOGI
MNAMA ASISTEN PRAKTIKUM : MUHAMMAD HAKIM
ALAT DAN BAHAN :
- Isolat Penicillium sp pada media SDA+
- Mikroskop pembesaran 10X – 40X
- Isolat Candida albicans pada media SDA+
- Objek dan cover glass
- Media Sabauraud dekstrose agar +)
- Ose
- Nacl Fisiologis/ KOH
- Lampu spirtus
- Pewarna laktofenol caton blue (LPCB)/ LP
SDA + kloramfenikol 500mg/100ml
Bahan
1. Kalium hidroksida (KOH 10%) untuk pemeriksaan langsung
2. Kapas alcohol 70%
3. Pewarnaan LPCB (Lactophenol Cotton Blue) 0,05%
CARA KERJA :
A. Cara pemeriksaan jamur
1. Pemeriksaan mikroskopik.
a. Preparat natief (tanpa pengecatan), dengan menggunakan larutan garam fisiologi
b. Dengan pengecatan
-Sederhana :
a) Lachtophenol (LP) = coklat muda
b) Lachtopenal catton blue (LCBP) = biru
-Differential :
a) Gram : semua jamur akan tercat gram positif
b) ZN : jamur tercat ZN negative kecuali Nacordia sp
c) Gommoremethanamm silver nitrat (GS) di sini jamur berwarna hitam sedang warna
kontrasnya hijau.
d) Periodic Acid Shift (PAS) : jamur akan berwarna merah, kontras akan berwarna kuning/hijau
muda
e) Modifikasi Brown Brenn : jamur akan berwarna coklat, kontras kuning.
1) Special : - Tinta cina : kapsula mengkilat dasar hitam
- Mucicarmine : kapsula merah
2) Lain-lain : HE dan GIEMSA untuk pemeriksaan jaringan

B. Cara pembuatan preparat dan pengecatan


a) Cara membuat kerokan kulit dan cara pemeriksaannya :
1. Bersihkan kulit dengan alkohol 70%
2. Yang dikerok sebaiknya bagian tepi dari lesi yang paling aktif dan tertutup oleh aquama
3. Keroklah dengan scalpel, miring dengan membuat sudut 45° dengan arah ke atas
4. Hasil kerokan ditampung pada kertas bersih atau dengan obyek glas atau petri
5. Letakkan setetes larutan KOH 10 pada obyek glas
6. Basahkan ujung ose pada larutan tersebut, kemudian dikenakan pada kerokan kulit
7. Ambil beberapa squama letakkan pada larutan KOH, tutuplah dengan dekglas
8. Tunggulah kira-kira 10 menit atau lewatkan sediaan tersebut beberapa kali di atas api, jangan
sampai mendidih
9. Periksalah di bawah mikroskop dengan kondensor rendah, mula-mula dengan perbesaran
10x10, untuk mencari bagian kulit yang diperiksa, kemudian dengan peresaran 10x45 dan bila
perlu dengan pembesaran 10x10
b) Cara membuat sediaan rambut :
Seperti diketahui infeksi jamur pada rambut dikenal ada 2 type ;
1. Type Ectothrix:
Disini rambut patah di bagian atas kulit dan jamur tampak sebagai spora/hypa terutama di
bagian luar rambut. Penyebabnya :
a. Microsporum canis
b. Microsporum audoini
c. Microsporum gypseum
d. Trichophyton rubrum
e. Trichophyton ferruginum
f. Trichophton violaceum
g. Trichophyton mentagrophytes
2. Type endothrix :
Rambut patah pada kulit dan jamur tampak sebagai hypa/spora di dalam rambut.
Penyebabnya :
a. Trichophyton rosaseum
b. Trichophyton tonsurans
c. Trichophyton schoenleini
d. Trichophyton violaseum
Type 1 lebih sering diketemukan dari pada type 2.
Untuk infeksi jamur pada rambut kepala dengan Piedra hitam pada pemeriksaan mikroskopik
tampak sebagai benjolan hitam, keras dan tidak dapat dilepaskan dari rambut. Pada pemeriksaan
mikroskopik akan tampak anyaman hyphe yang padat dengan ascus di bagian iantarnya. Untuk
infeksi rambut ketiak dengan Trichomyosis axillaris, secara makroskopik tampak kelainan
sebagai dari rambut. Dalam sediaan tampak batang-batang halus.
Cara pembuatan preparat : Rambut yang dicurigai diambil dan dipotong-potong kemudian
diberi KOH 10% dan diperiksa seperti pada pemiksaan kulit.
c) Cara membuat sediaan kuku :
Dengan menggunkan scalpel. Kuku dikerok dan ditampung dengan petri. Bagian yang dikerok
adalah bagian distal pada bagian bawah kuku antara kulit dan kuku; sedangkan bagian proximal
adalah pada basis kuku dibawah kulit dengan sedikit diangkat.
Pada kuku dikenal 2 type infeksi :
1. Kelainan yang dimulai dari bagian proximal disebabkan oleh Dermatophyta.
2. Kelainan yang dimulai dari bagian proximal disebabkan oleh Candida
Pada kasus-kasus yang sudah lanjut sukar untuk dibedakan.
d) Pemeriksaan dengan biakan :
Media yang dipakai :
a. Sabouround’s dextrose agar (S)
b. Sabouround’s dextrose agar + chloramphenicol 0,5 gr/1 (S+).
Penanaman dilakukan pada temperature kamar.
Media lain yang sering digunakan :
a. Mycosel : untuk jamur golongan Dermatophyta.
b. Corn Meal Tween 80 agar CMT-agar) : untuk melihat chlamido spora pada Candida albicans.
e) Pembiakan jamur dan cara pemeriksaannya :
1. Bahan yang dicurigai digoreskan dan diratakan pada media yang sesuai
2. Cara pemeriksaan kultur jamur.
Sering disebut “tease mount method” Dengan menggunakan ujung jarum (ose) diambil obyek
glas, kemudian teteskan alkohol 96% untuk menghilangkan gelembung-gelembung udara.
Pisahkan jamur yang telah diambil menggunakan 2 ujung jarum (ose) untuk mendapatkan
sediaan yang cukup tipis. Kemudian teteskan Lachtopenol (LP) atau Lachtopenol Catton Blue
(LPCB). Tutuplah dengan dekglas dan periksa di bawah mikroskop.
3. Mikrokultur atau “Slude culture”
Dengan cara diatas sering gambaran mikroskopik yang didapat kurang jelas, untuk hal tersebut
maka cara ini perlu dilakukan. Di sini hypha, spora dan letak spora pada hypha dapat dilihat
lebih jelas, sehingga determinasi jamur mudah dilakukan misalnya : Mucor, Sp, Rhizopus Sp,
Aspergillus Sp, Penicillium Sp, Microsporum Sp, Trichophyton Sp, dll.
Caranya :
Ambil irisan medium S atau S+ seluas kira-kira 1 mm2 dan tebal 2 mm dan letakkan pada gelas
obyek yang steril. Inokulasikan jamur yang dimaksud pada ke empat sisi medium tersebut.
Letakkan pada petri yang telah diberi batang gelas dan masukkan sedikit air ke dalam petri
tersebut untuk menjaga agar suasana tetap lembab. Kemudian tutuplah. Biarkan pada udara
kamar, ikuti petumbuhan jamur selama 1x24 jam atau lebih. Jika pertumbuhan jamur tampak
jelas, bukalah dan medium diangkat.
Sediaan jamur baik pada dekglas maupun obyekglas diberi beberapa tetes alkohol 96%. Setelah
itu dicat dengan LP atau LPC, kemudian periksalah di bawah mikroskop.
HASIL PRAKTIKUM :

Trichophyton rubrum Tricophyton mentagrophytes Microsporum canis

Microsporum gypseum Epidermophyton floccosum Candida sp.

Gambar Jamur Keterangan Gambar


a. Gambar Mikroskopis Penicillium sp. Penicillium sp. Berbentuk seperti sapu,
berkembang biak secara aseksual dengan
membentuk konidium yang berada di ujung
hifa. Setiap konidium akan tumbuh menjadi
jamur baru. Konidia berdinding halus,
dinding konidiofor halus, konidiofor
bercabang, serta memiliki metulae,
sterigmata, branchia, serta fialid.

b. Gambar Mikroskopis Candida sp. Mikroskopik hifa tampak memiliki panjang


bervariasi, lebar 4µ, ujung membulat,
memiliki pseudohifa (hifa semu).
c. Gambar Kultur (makroskopis) Koloni Penicillium sp. memiliki tekstur pada
a) Penicillium sp
permukaan seperti kapas atau beludru dan
koloni yang terbentuk mempunyai alur
radial.. Koloni berwarna putih kekuningan.
Permukaan koloni yang terbentuk
mempunyai alur radial. Banyaknya
konidiofor menyebabkan koloni mirip kulit
yang keras. Menurut literatur, Penicillium sp.
memiliki bentuk koloni bulat berwarna putih,
sebagian besar terdiri dari konidiophores
yang padat.
b) Candida sp Koloni C.albicans berwarna putih
kekuningan, menimbul di atas permukaan
media, mempunyai permukaan yang pada
permulaan halus dan licin dan dapat agak
keriput dengan bau ragi yang khas.
Pertumbuhan pada SDA plate terlihat jamur
yang menunjukkan tipikal kumpulan
mikroorganisma yang tampak seperti krim
putih dan licin disertai bau khas/yeast odour.

PEMBAHASAN

Mikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang fungi. Terdapat lebih dari 50.000
spesies fungi, tetapi sebagian besar fungi bermanfaat bagi manusia[1]. Sedakngkan mikosis
adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur yang menyerang tubuh manusia dari kulit hingga
ke organ dalam. Pada praktikum kali ini, sesuai Blok yang sedang berlangsung yaitu Blok
Neurosensoris dan Integumentum, akan dibahas fungi atau jamur yang menyerang sistem
integumentum. Sistem integumen termasuk kulit sebagai organ pertahanan utamanya dan
serangkaian kelenjar dan elemen lain dari tubuh yang menyertainya. Sistem integumen
memainkan peran yang sangat penting dalam berbagai tugas yang dilakukan manusia dalam
bidang kebutuhan. Kulit sebagai jaringan penutup terluar tubuh adalah jaringan yang terlebar,
sel-selnya kontinue setelah aus, robek atau rusak, akan diganti langsung oleh yang baru.
Berbagai penyakit bisa menimbulkan gangguan kulit, iritasi, penyakit infeksi dan alergi
menimbulkan gejala yang berbeda-beda, bisa menimbulkan gangguan kosmetik dan gangguan
yang perlu layanan fisio-terapi. Sebelum berlanjut lebih dalam, perlu diketahui bahwa terdapat
lebih dari 50.000 spesies fungi, tetapi sebagian besar fungi bermanfaat bagi manusia. Fungi
terdapat dialam dan diperlukan dalam pemecahan serta daur ulang bahan organik. Beberapa
fungi meningkatkan kualitas hidup kita dengan ikut berperan dalam produksi makanan dan
minuman keras. Fungi lain berperan sebagai obat dengan menghasilkan metabolit sekunder
bioaktif yang berguna seperti antibiotik (misal, penisilin) dan obat-obatan imunosupresif
(misal, siklosporin). Para ahli genetika dan biologi molekular telah memanfaatkan fungi sebagai
sistem model untuk penelitian terhadap berbagai proses eukariot. Fungi mempunyai dampak
yang sangat besar terhadap ekonomi sebagai fitopatogen; setiap tahun, industri pertanian
menderita kerugian panen yang besar akibat penyakit fungi pada tanaman. Untungnya, hanya
beberapa ratus spesies fungi yang menyebabkan penyakit manusia dan 90% infeksi fungi pada
manusia dapat disebabkan oleh beberapa lusin spesies fungi[1]. Fungi menyebabkan rentang
penyakit yang luas, mulai dari infeksi dermatofita kulit sampai infeksi invasif pada passien
immunocompromised yang berat. Jamur (kapang, ragi, dan fungus) adalah organisme
eukariotik. Sel Jamur memiliki dua perbedaan kimia utama dari sel manusia. (1) Ergosterol,
bukan kolestrol, adalah sterol membran Jamur yang utama. Banyak obat antijamur yang toksin
secara selektif memanfaatkan perbedaan ini, yaitu : (a) Imidazol menghambat sintesis
ergosterol, (b) Amfoterisin B dan nistatin menyebabkan kebocoran sel setelah mengikat
ergosterol[1]. Jamur memiliki dinding sel berupa karbohidrat kompleks dan glikoprotein
(terutama kitin, glukan, dan manan), yang merupakan sasaran obat potensial dan terwarnai oleh
pewarna fluoresen kalkofluor-putih (sel manusia tidak berfluoresensi). Kemudian, Dinding sel
jamur biasanya mengandung 50–60% glukan, 20–30% glikoprotein, dan sebagian kecil kitin,
misalnya, 10–20% untuk A. fumigatus10,15. Glukan jamur mengandung ikatan β-1,3-linier
yang dominan dan sebagian kecil, biasanya 10% atau kurang, dari β-1,6- dan β-1,4-keterkaitan.
Perakitan supramolekul biomolekul ini tetap tidak jelas karena kurangnya teknik non-destruktif
dan resolusi tinggi untuk mengkarakterisasi biomolekul yang tidak larut, kompleks, dan amorf
di dalam dinding sel utuh16. Sampai saat ini, mikrofibril kitin diperkirakan disimpan di sebelah
membran plasma setelah biosintesis rantai individu dan proses pembentukan fibril melalui
ikatan hidrogen. Mikrofibril ini mungkin terkait secara kovalen dengan β-1,3-glukan17 yang
meluas melalui dinding sel dan menambatkan mannoprotein pada permukaan dinding sel
melalui jaringan bercabang dengan glukan terkait β-1,618. Pemahaman saat ini tentang
pengemasan spasial telah dibentuk oleh bukti dari pencernaan enzimatik, pelarutan fraksional,
dan isolasi komponen dinding sel diikuti oleh analisis gula. Metode kimiawi dan enzimatik ini,
bagaimanapun, merusak dan sering gagal untuk mengungkapkan perakitan polimer rumit yang
dihasilkan oleh mesin biosintesis[5]. jamur memiliki berbagai macam struktur dari mulai
filamen (hifa) atau organis ber sel tunggal sebagai berikut. Yang pertama hifa (sel filamentosa)
tumbuh untuk membentuk suatu jaringan yang disebut miselium. (pada permukaan,
pertumbuhan seperti bulu – bulu halus disebut mold atau miselium aerial). Juga terdapat
miselium di bawah permukaan atau vegetatif yang menembus substrat organik untuk
menguraikan dan menyerap nutrin. Hifa tumbuh ke arah apeks. Hifa juga membentuk fruiting
bodies yang kita sebut jamur. Yang kedua hifa nonseptata tidak memiliki dinding melintang
(septasi, sekat), lebar (7-15 m) dan regular, dan bercabang dengan sudut tumpul. Mucor dan
Rhizopus tidak bersepta. Yang ketiga hifa bersepta memiliki dinding melintang berkala dan
lebarnya lebih merata (garis tengah 2-5 m). Sebagian besar hifa bersepta dan tidak berwarna
(hialin); beberapa genus memiliki hifa gelap (dematiaceous), biasanya coklat sampai abu- abu.
Yang keempat ragi adalah sel oval sampai bulat yang bereplikasi dengan budding. Yang kelima
jamur dimorfik umumnya ditemukan pada suhu kamar atau dalam lingkungan sebagai Jamur
filamentosa (cold/mold), tetapi di dalam tubuh sebagi bentuk ragi atau mirip-ragi. Jamur
dimorfik yang penting adalah Histoplasma, Blastomyces, Coccidioides, dan Sporothrix. Yang
keenam pseudohifa dibentuk oleh Candida albicans bila pucuk tetap melekat dan memanjang;
tampak seperti hifa dengan penyempitan – penyempitan di tiap taut antarsel. Apabila ditanam
pada suhu 37oC (98oF) dalam medium kaya, sel – sel ragi Candida albicans membentuk
tonjolan mirip tunas yang disebut germ tuber sebagai bagian dari perubahan ke bentuk hifa.
Candida albicans mengkolonisasi permukaan terutama dalam bentuk ragi; saat melakukan
invasi, dijumpai bentuk ragi, pseudohifa, dan hifa sejati[2]. ada beberapa contoh-contoh spesies
jamur yang non-patogen dan juga pathogen. Spesies yang non-patogen sendiri itu ada
Saccharomyces cerevisiae atau ragi telah dihargai untuk dipanggang dan diseduh selama ribuan
tahun, tetapi dalam satu abad terakhir ini perhatian ilmiah khususnya terfokus pada S.
cerevisiae, ragi tunas oval berukuran 5–10 µm. Pertumbuhan pesat eukariota sederhana ini,
dikombinasikan dengan biakannya yang murah dan kemampuan genetiknya, telah
menjadikannya sistem model yang kuat dan populer. Studi tentang S. cerevisiae telah sangat
mempengaruhi bidang biologi dan genetika sel eukariotik, selain dampaknya terhadap
metabolisme dasar dan enzim yang disebutkan di atas. S. cerevisiae juga berkontribusi untuk
mendefinisikan enzim biosintesis prekursor lipid GPI. Proses kompleks ini, yang melibatkan
lebih dari 20 gen, menghadirkan tantangan biokimia yang signifikan bagi para peneliti di
lapangan. Namun, karena banyak langkah yang dilestarikan dari ragi ke mamalia, analisis
mutan S. cerevisiae menawarkan pendekatan yang saling melengkapi dan kuat untuk diseksi.
Mutan juga berguna untuk membedah proses spesifik ragi, seperti sintesis mannan; ini
dijelaskan dengan mengidentifikasi mnn mutan, yang menunjukkan antibodi menyimpang atau
pengikatan pewarna. Terlepas dari nilai luar biasa S. cerevisiae sebagai model, model ini
memiliki batasan tertentu. Sel-sel ini tidak mensintesis N-glycans kompleks, musin atau O-
glycans tipe musin, O-linked N-acetylglucosamine (O-GlcNAc), asam sialic, atau
glycosaminoglycans (GAGs) dari jenis yang ditemukan pada vertebrata. Namun, studi glikomik
dan pemetaan lokasi baru-baru ini menunjukkan bahwa sel S. cervisiae menggunakan O-
mannose pada protein nukleositoplasma mereka dengan cara yang serupa dengan O-GlcNAc
pada tumbuhan dan hewan. Seperti kebanyakan jamur lain, S. cerevisiae juga kekurangan
glikolipid rantai panjang (selain yang berpartisipasi dalam sintesis GPI) dan tidak mensintesis
asam sialat atau glikosphingolipid kompleks atau gangliosida seperti yang ditemukan pada
mamalia (meskipun masih berharga untuk mempelajari sphingosine dan metabolisme
sphingolipid). S. cerevisiae mengekspresikan keragaman glikan yang terbatas bahkan
dibandingkan dengan jamur lain, tanpa galaktosa, xilosa, atau asam glukuronat yang dilaporkan
dalam glycansnya. Ini harus diingat saat melakukan generalisasi dari model ini ke organisme
lain[3]. Salah satu jamur manusia terpenting patogen adalah Candida albicans, yang
menyebabkan jutaan kulit, mukosa (mulut, vagina, usus) dan mengancam jiwa infeksi sistemik
setiap tahun. Baru-baru ini menemukan bahwa C. albicans dalam bentuk invasif (hifa)
mengeluarkan racun peptida sitolitik, bernama candidalysin. Sebelumnya, patogen jamur
manusia tidak diketahui memiliki racun tersebut. Review ini akan focus tentang bagaimana
candidalysin ditemukan dan fungsinya peran candidalysin selama infeksi C. albicans, tetapi
pembaca juga dipandu ke ulasan lain secara umum patogenisitas dan mekanisme aktivasi
kekebalan selama Infeksi C. albicans[4]. Selain C. albicans dan S. cerevisiae terdapat tiga genus
spesifik jamur filamentosa yang menginfeksi kulit dan jaringan berkeratin lain. Yang pertama,
Trichophyton sp. menginfeksi kulit, rambut, dan kuku. Yang kedua Microsporum sp.
menginfeksi rambut dan kulit. Yang ketiga Epidermophyton sp. menginfeksi kuku dan kulit[2].
Infeksi tiga genus jamur tadi ditentukan berdasarkan lokasi. Sebagian besar tinea atau ringworm
diberi nama berdasarkan lokasi yaitu tinea kapitis (rambut dan kulit kepala), tinea barbe (daerah
berjanggut), tinea korporis (kulit glabrosa), tinea kruris atau jock itch (daerah perineum dan
lipat paha), dan tinea pedis (“athlete’s foot”)[2].
DAFTAR PUSTAKA

1. Brooks, G. F., Butel, J, S. & Morse, S. A., 2007. Mikrobiologi Kedokteran Jawedz,
Melnick dan Adelberg. Edisi 23. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2. Dra. Hj. Lia Yulia Budiarti, M.Kes ,.dr. Rahmiati, M.Kes, Sp.MK., dr.
Noormuthmainnah, M.Sc ,. Dispa Indriyawan Mirza, A.Md.AK ,.Nur Prapti .
2020.PENUNTUN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI BLOK KELUHAN TERKAIT
SISTEM DIGESTIF DAN SENSORIS INTEGUMENTUM. Banjarbaru. TIM
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran UNLAM
3. Doering, T., Cummings, R. and Aebi, M. Fungi. 2021.
4. Naglik J, Gaffen S, Hube B. Candidalysin: discovery and function in Candida albicans
infections. Current Opinion in Microbiology. 2019;52:100-109.
5. Kang, Xue; Kirui, Alex; Muszyński, Artur; Widanage, Malitha C. Dickwella; Chen,
Adrian; Azadi, Parastoo; Wang, Ping; Mentink-Vigier, Frederic; Wang, Tuo (2018).
Molecular architecture of fungal cell walls revealed by solid-state NMR. Nature
Communications. 2018 : 9(1) ; 2747.

LEMBAR PENGESAHAN

Banjarmasin, 5 Mei 2021


Asisten Praktikum Praktikan

Muhammad Hakim Merdayana


NIM. 1810911310005 NIM. 1910911320052
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai