Edi Arham 1*
1*
SD Negeri Lalowata
Desa Lalowata, Kecamatan Latoma, Kabupaten Konawe, Indonesia
*Email: ediarham@gmail.com
Received: 23th January, 2019; Revision 25th Februaryr, 2020; Accepted: 26th March, 2020
Abstrak
Media pembelajaran Mega Sigra merupakan media pembelajaran yang dikembangkan untuk tujuan
mendukung tercapainya tujuan pembelajaran pada materi gerhana, mata pelajaran IPA kelas VI Sekolah Dasar.
Pengembangan Mega Sigra melalui empat fase (4D) yaitu: fase define (mendefenisikan), fase design
(merancang), fase develop (mengembangkan) dan fase disseminate (menyebarkan). Perbedaan dan keunikan
Mega Sigra dibandingkan dengan media simulasi gerhana yang ada sebelumnya yaitu pada bola bumi dan bola
bulan dapat berotasi dan berevolusi secara otomatis akibat digerakkan oleh mesin jam dinding. Selain itu,
dilengkapi pula kamera yang dapat merekam gambar dan video simulasi terjadinya gerhana matahari dan
gerhana bulan. Gambar dan video dapat dicetak atau disaksikan melalui tampilan di layar komputer. Hasil uji
validitas secara keseluruhan sebesar 87,5 %, menunjukkan Mega Sigra sangat valid untuk digunakan. Hasil uji
kepraktisan observer sebesar 78,91 % menunjukkan Mega Sigra praktis digunakan, sedangkan uji kepraktisan
melalui respon siswa sebesar 92,50 % menunjukkan Mega Sigra sangat praktis untuk digunakan. Pada uji
efektifitas, Mega Sigra menunjukkan hasil yang sangat efektif penggunaannya. Hal ini berdasarkan pada rerata
nilai hasil belajar yang dicapai siswa pada kegiatan posttest, mencapai nilai 83,7. Nilai tersebut jauh meningkat
dari nilai pretest yang hanya mencapai nilai 37,5. Juga jauh melampaui KKM yang diharapkan yaitu nilai 70,00.
Nilai posttest juga sangat meningkat dari rerata hasil belajar yang diperoleh siswa kelas IV tahun 206 sebesar
63,5 dan tahun 2017 sebesar 67,5, pada materi pembelajaran yang sama.
Kata Kunci: Mega Sigra; Simulasi Gerhana. Gerhana Bulan, Gerhana Matahari.
Abstract
Mega Sigra learning media is a learning media that was developed for the purpose to supporting the
achievement of learning objectives on eclipse material, Natural Science subjects for Grade VI Elementary
Schools. Mega Sigra development through four phases (4D), they are: define phase, design phase, develop
phase and disseminate phase. The difference and uniqueness of Mega Sigra compared to the eclipse simulation
media that existed previously, namely the globe and the moon can rotate and evolve automatically due to being
driven by a wall clock. In addition, it is also equipped with a camera that can record images and video
simulations of solar and lunar eclipses. Images and videos can be printed or watched through a display on a
computer screen. The overall validity test results were 87.5%, indicating that Mega Sigra was very valid for use.
The practicality of the observer test results of 78.91% shows that Mega Sigra is practically used, while the
practicality test through student responses of 92.50% shows that Mega Sigra is very practical to use. In the
effectiveness test, Mega Sigra showed very effective results of its use. This is based on the average value of
learning outcomes achieved by students in posttest activities, reaching a value of 83.7. This value is much
increased from the pretest value which only reached 37.5. It also far exceeds the expected KKM of 70.00.
Posttest scores also greatly increased from the average learning outcomes obtained by class IV students in 206
at 63.5 and in 2017 at 67.5, on the same learning material..
Keywords: Mega Sigra; Eclipse Simulation. Lunar Eclipse, Solar Eclipse
20
Amanah: Jurnal Amanah Pendidikan dan Pengajaran
yang bertugas di salah satu sekolah terpencil, pembelajaran Mega Sigra dibandingkan dengan
telah melakukan beberapa pengembangan proses pembelajaran yang tidak menggunakan
media pembelajaran. Salah satu diantaranya media pembelajaran Mega Sigra. Demikian
yaitu Media Pembelajaran Simulasi Gerhana pula dengan hasil belajar siswa, terjadi
(Mega Sigra) ini, yang diperuntukkan bagi peningkatan rerata hasil belajar yang diperoleh
materi pembelajaran gerhana siswa kelas VI siswa baik itu antara rerata hasil belajar yang
Sekolah Dasar. Mega Sigra dikembangkan diperoleh siswa subyek penelitian, sebelum dan
menggunakan bahan sederhana yang mudah sesudah menggunakan media pembelajaran
diperoleh di lingkungan sekitar, tetapi diyakini Mega Sigra, maupun rerata hasil belajar antara
efektif dalam pembelajaran materi gerhana. siswa tahun sebelumnya yang tidak
Kondisi dan karakteristik sekolah yang kurang menggunakan media Mega Sigra dengan siswa
mendukung penggunaan media pembelajaran yang telah menggunakan media pembelajaran
berbasis teknologi tinggi, seperti komputer dan Mega Sigra.
internet, menjadi alasan sehingga Mega Sigra Tujuan yang ingin dicapai dari
dikembangkan sedemikian rupa sehingga bisa pengembangan media pembelajaran Mega Sigra
digunakan di sekolah terpencil. Namun meliputi:
demikian, media pembelajaran ini tetap dapat 1. Mendeskripsikan prosedur pengembangan
terkoneksi dengan teknologi komputer bila media pembelajaran Mega Sigra
digunakan di sekolah maju yang tersedia 2. Mendeskripsikan cara penggunaan media
fasilitas komputer dan jaringan listrik. pembelajaran Mega Sigra pada materi
Saat ini masih banyak guru dalam proses gerhana.
pembelajaran menyampaikan materi gerhana, 3. Mengetahui tingkat validitas, tingkat
menggunakan metode ceramah. Padahal kepraktisan dan tingkat efektifitas
disadari bahwa, karakteristik materi penggunaan media pembelajaran Mega
pembelajaran gerhana adalah materi yang harus Sigra pada materi gerhana.
bisa dideskripsikan dalam sebuah proses yang
dapat menunjukkan tahapan suatu kejadian, TINJAUAN PUSTAKA
sehingga menuntut guru harus menggunakan
media pembelajaran. Itupun bila berkembang, A. Pembelajaran dan Media Pembelajaran
pembelajaran hanya berakhir pada kegiatan Sebagai individu yang selalu ingin
tanya jawab antara siswa dan guru. Kondisi berkembang dan maju, manusia tidak akan
tersebut membuat siswa kurang tertarik dan lepas dari aktifitas belajar, baik itu secara
aktif mengikuti pembelajaran, karena sadar maupun di luar kesadarannya. Belajar
cenderung dipaksa untuk mengkongkritkan yang dimaksud, secara sederhana dapat
penjelasan guru yang disampaikan secara diinterpretasikan sebagai upaya seseorang
abstrak. Pada tahap yang lebih maju, guru yang untuk mengubah dirinya dari keadaan tidak
berusaha membantu siswa dalam memahami tahu beralih menjadi tahu. Dari kata dasar
materi gerhana, menggunakan gambar sebagai “belajar”, selanjutnya lahir istilah
media pembelajaran. Namun hal itu dirasa pembelajaran yang saat ini sering digunakan
belum cukup membantu, karena media yang dalam aktifitas sekolah dan pendidikan.
digunakan masih bersifat dua dimensi dan Menurut Noor (2013:4), Bila diurai lebih
belum bisa menggambarkan proses terjadinya khusus, pembelajaran dapat memiliki makna
gerhana. Dibutuhkan sebuah media beragam sesuai peruntukkannya. Harefa
pembelajaran yang dapat menggambarkan (2011:66-67) merinci bahwa pembelajaran
proses terjadinya gerhana secara kongkrit, memiliki makna beragam bila dilihat dari
bukan sekedar menggambarkan posisi matahari, sudut pandang berbeda.
bulan dan bumi pada saat terjadinya gerhana. Menurut Henich (dalam Daryanto,
Perbandingan pembelajaran materi 2012:4) secara bahasa, kata “media” bersumber
gerhana dengan menggunakan media dari kata “medium” (bahasa latin), yang dapat
pembelajaran dengan tanpa media pembelajaran diartikan sebagai sebuah perantara atau
sangat jauh perbedaanya, baik itu pada hasil penghubung terciptanya sebuah komunikasi
belajar maupun proses pembelajarannya. antara pengirim pesan dengan penerima pesan.
Berdasarkan pengalaman dan hasil observasi, Senada dengan Henich, Latuheru (dalam Arsyad
aktifitas dan minat siswa sangat berbeda antara 2007:8) menyebutkan bahwa media merupakan seluruh
proses pembelajaran yang menggunakan media alat perantara yang dipakai manusia saat menyampaikan
pendapat, gagasan, ide atau buah pikiran sehingga pembelajaran semester II bab 11 materi pokok
pendapat, gagasan, ide atau buah pikiran yang dimaksud Bumi dan Gerakannya. Merupakan satu sub
dapat diterima dengan baik oleh orang lain. Dengan materi pembelajaran selain materi pembelajaran
demikian, disimpulkan bahwa media dalam Gerakan Bumi, Gerakan Bulan dan materi
pembelajaran adalah sarana perantara untuk pembelajaran Penentuan Penanggalan Kalender
menyampaikan ilmu pengetahuan dan keterampilan Berdasarkan Gerak Bumi dan Bulan.
dalam kegiatan pembelajaran. Selanjutnya, garis besar materi gerhana yaitu: 1)
Nurhidayati (2017:2) mengungkapkan Penjelasan tentang bumi dan bulan yang tidak
bahwa, kegiatan pembelajaran pada prinsipnya memiliki cahaya; 2) Keadaan bumi dan
juga adalah tahapan komunikasi. Untuk menarik bulansaat mendapat cahaya dari matahari; 3)
perhatian dan minat siswa terhadap Ukuran bulan, bumi dan matahari yang berbeda;
pembelajaran, beberapa jenis media 4) Proses terjadinya gerhana matahari dan bulan,
pembelajaran dapat digunakana. Gagne dan dan 5) Bayangan yang membentuk umbra dan
Briggs (dalam Arsyad 2007:4) menyebutkan, penumbra.
berdasarkan fisiknya beberapa jenis media Pembahasan pokok pada materi
pembelajaran dapat digunakan, diantaranya: gerhana yaitu bagaimana menggambarkan posisi
Komputer, grafik, buku, gambar, foto, kaset, matahari, posisi bumi dan posisi bulan pada saat
televisi, film, tape recorder, video recorder, penomena gerhana terjadi. Ibayati (2008:152)
kamera, dan slide. Dari ragam jenis alat mengungkapkan bahwa terjadinya gerhana bulan
pembelajaran yang disampaikan Gagne dan disebabkan oleh posisi bumi berada diantara
Briggs tersebut, guru dapat menggunakannya matahari dan bulan.Menurut Suyadi (2012:56),
secara tersendiri atau menggabungkan beberapa berdasarkan bayangan yang dibentuk bumi pada
jenis media pembelajaran. Memadukan dua atau permukaan bulan, gerhana bulan dibagi dalam
lebih media pembelajaran tentu akan lebih baik dua jenis meliputi gerhana bulan total ataua
bila hanya menggunakan satu jenis media gerhana penuh serta gerhana bulan separuh atau
pembelajaran. Namun demikian, bukan berarti sebagian. Posisi ketiga benda langit masing-
semakin banyak media yang digunakan dalam masing bulan, bumi dan matahari saat terjadinya
satu pembelajaran maka akan semakin baik pula gerhana bulan total dan gerhana bulan sebagian
tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran. disajikan dalam gambar 1 dan gambar 2 berikut.
Seorang guru harus menyadari bahwa
siswa Sekolah Dasar berada pada usia anak-anak
sehingga kecenderungannya adalah senang
dengan bermain. Viruru (1997) dalam Brooker
(2017: 35) menyatakan bahwa bermain adalah
hak suci dan mendasar yang dimiliki anak usia
dini sehingga orang tua, guru termasuk praktisi
pendidikan harus mendukung konsep bermain Gambar 1. Gerhana bulan total
untuk diimplementasikan dalam pembelajaran. (sumber: Suyadi, 2012:2)
Selanjutnya, Vygotsky (1976) dalam brooker
(2017:43) yang telah mengembangkan model
tahapan perkembangan anak yang disebut zona
perkembangan ZPD (zona of proximal
development) mengakui bahwa untuk
mengembangkan proses mental luhur (higher
mental processes) anak atau belajar anak, harus
didukung oleh teman pendamping bermain serta
alat-alat budaya atau permainan yang tersedia.. Gambar 2. Gerhana bulan sebagian (sumber:
B. Materi Pembelajaran Gerhana Suyadi, 2012:2)
Proses terjadinya fenomena alam Sedangkan gerhana matahari
gerhana menjadi salah satu materi pembelajaran dibedakan menjadi tiga meliputi: gerhana
yang termuat dalam mata pelajaran IPA (Ilmu matahari penuh (total), gerhana matahari cincin
Pengetahuan Alam) kelas 6 SD, baik itu pada serta gerhana matahari parsial (Suyadi, 2012:3).
KTSP maupun Kurikulum 2013. Sulistiyanto
(2008:127) menguraikan, materi pembelajaran
gerhana dalam KTSP masuk dalam
Gambar 3. Gerhana matahari total Gambar 5. Posisi umbra dan penumbra saat
gerhana. (sumber: Prasetya, 2018:2)
(sumber:
http://www.pelajaran.co.id/2017/24/pengertian- C. Hasil Belajar
. Hamalik (2007:30) menyebutkan
gerhana-dan-macam-macam-gerhana-matahari-
bahwa hasil belajar dilihat dari terbentuknya
dan-gerhana-bulan.html)
peralihan tingkah laku pada diri seseorang.
Peralihan tersebut dapat diukur dan diamati
secara pasti dalam bentuk perubahan sikap,
peningkatan pengetahuan, dan bertambahnya
keterampilan. Namun perlu ditekankan bahwa,
perubahan yang dimaksud harus menuju pada
peningkatan dan pengembangan kearah yang
lebih baik, dari keadaan tidak tahu menjadi tahu
dan dari tidak baik menjadi baik.
Lebih khusus, Slameto (2008:67)
mengemukakan, hasil belajar dapat
diinterpretasikan sebagai sesuatu yang didapat
Gambar 4. Gerhana matahari cincin melalui proses dan usaha dalam bentuk kegiatan
(sumber: belajar. Hasil tersebut yang harus dapat diukur
http://www.pelajaran.co.id/2017/24/pengertian- dengan memakai perangkat tes sehingga dapat
gerhana-dan-macam-macam-gerhana-matahari- mendeskripsikan keberhasilan dan kemajuan
dan-gerhana-bulan.html) belajar peserta didik. Selanjutnya, Poerwanti
(2008:22) menekankan bahwa, tes yang
digunakan sebagai penilaian hasil belajar
hendaknya mencakup semua unsur atau aspek
dalam pembelajaran yaitu pengetahuan, sikap
serta keterampilan. Kedua pendapat tersebut
menekankan bahwa untuk mengetahui hasil
belajar yang dicapai siswa harus dilakukan uji
atau tes. Tes tersebut harus secara konprehensif
mengukur seluruh kemapuan siswa yang
meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Nurhidayati (2017:2) mengungkapkan
Gambar 5.Gerhana matahari parsial
bahwa, esensi dari kegiatan pembelajaran tidak
(sumber:
terlepas dari proses komunikasi itu sendiri.
http://www.pelajaran.co.id/2017/24/pengertian-
Dengan demikian, untuk meningkatkan kualitas
gerhana-dan-macam-macam-gerhana-matahari-
komunikasi tersebut diperlukan tahapan evaluasi
dan-gerhana-bulan.html)
pada media yang digunakan. Dengan demikian,
Pada proses terjadinya gerhana dikenal
pada aktifitas pembelajaran, media komunikasi
istilah umbra dan penumbra. Menurut Prasetya
yang dimaksud adalah media pembelajaran yang
(2018:2), peristiwa gerhana terjadi akibat adanya
digunakan untuk meningkatkan hasil belajar
bayangan besar yang dihasilkan bumi dan bulan.
siswa.
Daerah yang masuk dalam kerucut terbalik
tersebut diberi nama umbra negatif. Posisi
2. Bagian Penggerak berputarnya bola bumi - Pada saat digunakan nanti, as jarum
dan bulan penunjuk detik dan pipet air mineral
- Untuk menggerakkan bola bumi dan gelas dipasang pada sumbu detik mesin
bulan dibutuhkan mesin jam dinding jam. Selanjutnya bola bumi dan batang
yang jarum menitnya berputar stabil, tinta polpen dipasang pada pipet air
bukan yang berdetak. mineral gelas (buka pasang).
- Memasang satu buah baterai jenis AA
pada mesin jam dinding.
- Pada saat digunakan nanti, mesin jam
dinding dipasang menggunakan moor
dari bawah permukaan dasar Mega
Sigra melalui lubang yang ada
sebelumnya pada dasar Mega Sigra.
Skor
3
terkait permasalahan pembelajaran materi
gerhana, sebelum. Data kuisioner diperoleh dari 2 validator 1
lembar validasi ahli (validator), lembar 1
validator 2
pengamatan dari observer dan lembar angket 0
respon dari siswa. Sedangkan uji efektifitas
diperoleh dari hasil belajar siswa.
Uji validitas dilakukan oleh dua guru
yang dinilai memiliki kapasitas melakukan
validasi yaitu masing-masing Bapak Andang
Masnur, S.Pd.,M.Pd sebagai validator 1 yang Gambar 3.9. Diagram batang hasil uji validitas
juga sebagai ketua KKG Rayon Kecamatan Mega Sigra
Latoma, dan Rahwayani ultra, S.Pd., M.Pd Dari diagram diatas diperoleh hasil skor
sebagai validator 2, yang juga sebagai ketua persentase validasi sebagai berikut:
K3S Kabupaten Konawe. Untuk menghitung - Skor persentase validator 1 =
skor persentase validitas media pembelajaran
= 88,33 %
Mega Sigra digunakan rumus berikut:
Skor persentase = - Skor persentase validator 2 =
= 86,66 %
Skor persentase validitas didapat dari hasil - Skor persentasi validasi secara
penilaian validator terhadap 12 indikator kriteria
yang berasal dari dua aspek validasi yaitu aspek keseluruhan = = 87,5 %
yang berhubungan dengan materi dan aspek Uji kepraktisan diperoleh melalui hasil
yang berhubungan dengan kinerja media pengamatan dua observer terhadap aktifitas
pembelajaran. Setiap indikator dinilai masing-masing siswa saat proses pembelajaran,
menggunakan skor 1 sampai 5. Riduwan menggunakan lembar observasi yang berisi 10
(2015:53) mengasumsikan bahwa skor 1 indikator penilaian. Sama dengan penilaian uji
bermakna buruk sekali, skor 2 bermakna buruk, validasi, skor penilaian yaitu 1 sampai 5. Untuk
skor 3 bermakna sedang, skor 4 bermakna baik menghitung skor persentase kepraktisan media
dan skor terakhir 5 bermakna baik sekali. pembelajaran Mega Sigra juga menggunakan
Sedangkan hasil skor persentase diasumsikan rumus berikut:
bahwa persentase respon ≤25% - 40% Skor persentase =
dinyatakan tidak valid, 41% - 55% dinyatakan .
kurang valid, 56% - 70% dinyatakan cukup
valid, 71% - 85% dinyatakan valid, dan 86%-
100% dinyatakan sangat valid. Hasil skor persentase diasumsikan bahwa
persentase respon ≤25% - 40% dinyatakan tidak
praktis, 41% - 55% dinyatakan kurang praktis,
56% - 70% dinyatakan cukup praktis, 71% -
85% dinyatakan praktis, dan 86%-100%
dinyatakan sangat praktis.
- Skor persentase uji kepraktisan observer
1 =
= 0,796 x 100 % = 79,66 %
- S
kor persentase uji kepraktisan observer
1 =
pembelajaran
= 0,7816 xMega Sigra
100 % sangat
= 78,16 % baik digunakan
- Skor persentasi validasi secara dalam pembelajaran materi gerhana. Hal ini
terlihat saat proses pembelajaran, seluruh siswa
keseluruhan = = 78,91 %
aktif, tertarik dan fokus mengikuti seluruh
Selain itu melalui hasil penilaian rangkaian pembelajaran.
observer, uji kepraktisan juga dilakukan melalui Dibuktikan pula dengan hasil uji
skala respon siswa. Skala respon siswa diperoleh validitas secara keseluruhan sebesar 87,5 %.
dari jawaban siswa terhadap kuisioner yang Angka ini berada di atas 85 % yang
berisi 10 pertanyaan tertutup, dengan jawaban menunjukkan bahwa media pembelajaran Mega
“ya” untuk respon positif atau “tidak” untuk Sigra sangat valid untuk digunakan. Demikian
respon negatif. Skala respon siswa dihitung pula pada uji kepraktisan yang dilakukan
menggunakan rumus berikut: melalui hasil pengamatan dua orang observer,
Persentase respon siswa = diperoleh nilai persentase uji kepraktisan sebesar
78,91 %. Ini menunjukkan bahwa media
X 100 %
pembelajaran Mega Sigra, praktis digunakan
pada pembelajaran materi gerhana. Didukung
pula persentase hasil uji kepraktisan yang
Dari tabel di atas diperoleh hasil uji kepraktisan berasal dari respon siswa, yaitu sebesar 92,50 %,
dari respon siswa sebegai berikut: yang menunjukkan bahwa media pembelajaran
Persentase respon siswa = Mega Sigra sangat praktis untuk digunakan.
Selanjutnya pada uji efektifitas, hasil belajar
X 100 %
siswa yang menjadi tolok ukur, juga
menunjukkan hasil yang sangat positif. Rata-rata
= X 100 % = 92,5 %
hasil belajar siswa sebesar 83,7 yang dicapai
pada kegiatan posttest, jauh melampaui nilai
Sedangkan hasil uji efektifitas pretest sebesar 37,5 dan nilai KKM yang
diperoleh melalui dua indikator yaitu: ditetapkan sebesar 70,00. Nilai tersebut juga
1) Perolehan rata-rata hasil belajar siswa kelas jauh melampaui rerata capaian belajar siswa
VI tahun dua tahun sebelumnya pada materi kelas VI di tahun 2016 yaitu sebesar 63,5 dan
gerhana dan rerata hasil belajar kelas VI pada tahun 2017 sebesar 67,5 nila. Pencapaian
yang memakai Mega Sigra. Sedangkan hasil belajar ini menunjukkan bahwa media
rerata hasil belajar kelas VI pada materi pemeblajaran Mega Sigra sangat efektif
gerhana di tahun 2016 yaitu sebesar 63,5 digunakan dalam pembelajaran gerhana.
dan di tahun 2017 sebesar 67,5. Hasil
belajar tersebut tidak mencapai 70,00, yang
merupakan KKM mata pelajaran IPA. .KESIMPULAN
2) Perolehan hasil belajar siswa pada tahun
2018 ini, yaitu peningkatan capaian hasil Seluruh tahapan penelitian dan
belajar siswa usai menjalani aktifitas pengembangan media pembelajaran Mega Sigra,
pembelajaran yang memakai media masing-masing: fase mendefenisikan (Define),
pembelajaran Mega Sigra. Rata-rata hasil fase merancang (Design), fase mengembangkan
belajar saat pretest, sebelum pembelajaran (Develop) dan fase menyebarkan (Disseminate)
materi gerhana sebesar 37,5. Sedangkan telah dilaksanakan dengan baik, sesuai rencana
rata-rata hasil belajar saat posttest, sesudah dan harapan awal penulis. Berdasarkan seluruh
pembelajaran menggunakan media tahaapan tersebut, dapat disimpulkan hal-hal
pembelajaran Mega Sigra, rata-rata hasil sebagai berikut:
belajar siswa sebesar 83,3, jauh melampaui 1. Media pembelajaran Mega Sigra
nilai KKM mata pelajaran IPA. merupakan media pembelajaran yang
dikembangkan untuk tujuan mendukung
D. Analisis Hasil Implementasi Praktis Media tercapainya tujuan pembelajaran materi
Pembelajaran Mega Sigra gerhana, mata pelajaran IPA kelas VI
Berpijak dari hasil observasi penulis Sekolah Dasar.
serta hasil uji validitas, uji kepraktisan dan uji 2. Hasil uji validitas yang dilakukan dua
efektifitas penggunaan media pembelajaran validator, secara keseluruhan sebesar 87,5
Mega Sigra, disimpulkan bahwa media %. Angka ini berada diatas nilai 85 % yang