Preseptor Pendidikan
A. Data fokus
1. Primary survey
a. Airway
Kontrol Tulang BelakangMembuka jalan napas menggunakan teknik ‘head tilt chin
lift’ atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah benda asing
yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas. Muntahan, makanan, darah atau
benda asing lainnya.
b. Breathing
Ventilasi Yang Adekuat Memeriksa pernapasan dengan menggunakan cara ‘lihat-
dengar-rasakan’ tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan apakah ada napas atau
tidak, Selanjutnya lakukan pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan
adekuat tidaknya pernapasan).
c. Circulating
Kontrol Perdarahan Hebat Jika pernapasan korban tersengal-sengal dan tidak
adekuat, maka bantuan napas dapat dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi,
lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas
dalam RJP adalah 15 : 2 (15 kali kompresi dada dan 2 kali bantuan napas).
2. Secondary Survey
a. Keluhan Utama
Pasien merasa nyeri di bagian perut.
- Nyeri-Kolik
Obstruksi usus halus : kolik dirasakan disekitar umbilicus
Obstruksi kolon : kolik dirasakan disekitar suprapubik.
- Muntah
Stenosis Pilorus : Encer dan asam
Obstruksi usus halus : Berwarna kehijauan
Obstruksi kolon : onset muntah lama.
- Perut Kembung (distensi)
- Konstipasi
Tidak ada defekasi
Tidak ada flatus
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang ke rumah sakit..dengan keluhan nyeri di bagian perut, badan terasa
panas dan sering mual-mual.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu klien pernah menderita kista ovarium
d. Riwayat penyakit dahulu
1. Kemungkinan pasien sebelumnya pernah menderita gangguan jiwa.
2. Apakah pasien menderita penyakit asthma atau diabetesmellitus dan gangguan
faal hemostasis.
e. Pemeriksaan Fisik
a) Strangulasi
Adanya strangulasi ditandai dengan adanya lokal peritonitis seperti:
- Takikardia
- Pireksia (demam)
- Lokal tenderness dan guarding
- Rebound tenderness
- Nyeri lokal
- Hilangnya suara usus lokal
- Untuk mengetahui secara pasti hanya dengan laparotomi.
b) Obstruksi
- Inspeksi
Perut distensi, dapat ditemukan kontur dan steifung. Benjolan pada regio
inguinal, femoral dan skrotum menunjukkan suatu hernia inkarserata. Pada
Intussusepsi dapat terlihat massa abdomen berbentuk sosis. Adanya adhesi
dapat dicurigai bila ada bekas luka operasi sebelumnya.2 3
- Auskultasi
Hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi, borborhygmi. Pada fase lanjut
bising usus dan peristaltik melemah sampai hilang.3 5
- Perkusi
Hipertimpani
- Palpasi
Kadang teraba massa seperti pada tumor, invaginasi, hernia.
- Rectal Toucher
Isi rektum menyemprot : Hirschprung disease
Adanya darah dapat menyokong adanya strangulasi, neoplasma
Feses yang mengeras : skibala
Feses negatif : obstruksi usus letak tinggi
Ampula rekti kolaps : curiga obstruksi
Nyeri tekan : lokal atau general peritonitis
- Radiologi
Foto Polos:
Pelebaran udara usus halus atau usus besar dengan gambaran anak tangga
dan air-fluid level. Penggunaan kontras dikontraindikasikan adanya perforasi-
peritonitis. Barium enema diindikasikan untuk invaginasi, dan endoskopi
disarankan pada kecurigaan volvulus.
- Paralitik
Pada ileus paralitik ditegakkan dengan auskultasi abdomen
berupa silent abdomen yaitu bising usus menghilang. Pada gambaran foto
polos abdomen didapatkan pelebaran udara usus halus atau besar tanpaair-
fluid level.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Resiko infeksi
3. Hipertermi
C. Rencana Tindakan
Evidance Base
11. Lakukan manajemen sentuhan 11. Manajemen sentuhan pada
(Mumpuni, 2014) saat nyeri berupa sentuhan
dukungan psikologis dapat
membantu menurunkan nyeri..
12. Ajarkan tekhnik relaksasi (tarik nafas 12. Istirahatkan secara fisiologis
dalam) ketika nyeri muncul akan menurunkan kebutuhan
(Stania, 2014) oksigen untuk memenuhi
metabolisme basal.
13. Berikan terapi nonfarmakologi 13. Musik dan nyeri mempunyai
mendengarkan musik klasik persamaan penting yaitu
(Deivi, 2015) bahwa keduanya bisa
digolongkan sebagai input dan
output. Sensori input berarti
bahwa ketika music terdengar,
sinyal dikirm keotak ketika
rasa sakit dirasakan. Jika
getaran music dapat dibawa
kedalam resonansi dekat
dengan getaran rasa sakit,
maka persepsi psikologis rasa
sakit akan diubah dan
dihilangkan.
2.
Risiko infeksi (NANDA) (00004) Setelah diberikan intervensi NIC: Kontrol Infeksi
keperawatan selama 3 x 24 jam, Aktivitas keperawatan: 1. Mencegah infeksi sekunder
Dengan faktor risiko : risiko infeksi teratasi dengan: 1. Batasi pengunjung 2. Mencegah HAIs
□ penyakit kronis (mis., NOC : 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah
diabetes mellitus) merawat pasien 3. Meningkatkan daya tahan tubuh
gangguan integritas kulit Keparahan Infeksi 3. Tingkatkan masukan gizi yang cukup 4. Membantu relaksasi dan
penurunan Hb □ Dipertahankan pada level 4 4. Anjurkan pasien istirahat yang cukup membantu proteksi infeksi
1 Berat 5. Mencegah terjadinya infeksi
2 Cukup berat 5. Pastikan penanganan aseptic daerah IV 6. Meningkatkan pengetahuan
3 Sedang 6. Berikan penkes tentang risiko infeksi pasien
7. Meminimalkan risiko infeksi
4 Ringan 7. Bersihkan lingkungan setelah dipakai
5 Tidak ada klien lain 8. Untuk mengetahui keadaan luka
8. Monitor karakteristik, warna, ukuran, dan perkembangannya
cairan dan bau luka 9. Dengan diberikan penjelasan,
Dengan KriteriaHasil: 9. Berikan penjelasan kepada pasien dan pasien dan keluarga dapat
□ (4)Kemerahan keluarga mengenai tanda dan gejala dari mencegah infeksi lebih lanjut
□ (4)Vesikel yang tidak infeksi
mengeras permukaannya
□ (4)Cairan luka yang
berbau busuk
□ (4)Drainase purulen
□ (4)Hipertermia
□ (4)Nyeri
□ (4)Hilang nafsu makan
□ (4)Depresi jumlah sel
darah putih
□ (4)Malaise
□ (4)Menggigil