ACARA 11
IDENTIFIKASI KOMODITAS PENGHASIL MINYAK
Fitra Tinnajizah
201710301028
Asisten Praktikum
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui karakteristik
minyak nabati dari komoditas hasil pertanian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Minyak
Minyak merupakan trigliserida yang merupakan senyawa ester dari
gliserol dan berbagai macam asam lemak, baik jenuh maupun tidak jenuh. Asam-
asam lemak berbeda satu sama lain dalam hal panjang rantai, jumlah ikatan
rangkap, posisi ikatan rangkap dan isomernya. Perbedaan ini menyebabkan
keanekaragaman sifat fisik asam lemak dan lemak yang terbentuk (Lioe, dkk.,
2018).
Lemak nabati atau minyak nabati adalah sejenis minyak yang terbuat dari
tumbuhan dan banyak digunakan dalam makanan, sebagai perisai rasa (flavor),
untuk menggoreng dan memasak. Beberapa jenis minyak nabati yang biasa
digunakan ialah minyak kelapa sawit, minyak jagung, minyak zaitun, minyak
kedelai, dan minyak biji bunga matahari. Berdasarkan kegunaannya, minyak
nabati terbagi atas dua golongan. Pertama, minyak nabati yang dapat digunakan
dalam industri makanan (edible oils) dan dikenal dengan nama minyak goreng
meliputi minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak zaitun, minyak kedelai,
minyak kanola dan sebagainya. Kedua, minyak yang digunakan dalam indutri non
makanan (non edible oils), misalnya minyak kayu putih, minyak jarak, dan
minyak intaran (Hermanto, dkk., 2010).
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa perbedaan komposisi asam
lemak penyusun dapat berpengaruh terhadap karakteristik sensori beberapa
produk pangan tertentu. Asam lemak jenuh (SFA) seperti asam butirat (C4:0) dan
asam kaproat (C6:0) berkorelasi positif dengan karakteristik keju pada rasa dan
aroma keju Limburger, Provolone dan Romano. Sebaliknya asam butirat (C4:0)
diketahui menghasilkan flavor rancid dan asam kaproat (C6:0) menghasilkan
flavor pungent, sedangkan asam kaprilat (C8:0) menghasilkan flavor musty pada
keju. Sementara itu, asam lemak jenuh (SFA) seperti asam laurat (C12:0) dapat
meningkatkan aroma pada produk margarin. Asam palmitat (C16:0) dan asam
stearat (C18:0) adalah komponen utama yang menentukan konsistensi pada
margarin. Salah satu asam lemak tidak jenuh tunggal (MUFA), yaitu asam oleat
(C18:1) dapat memberikan rasa pahit (bitterness) pada keju karena senyawa ini
dapat berikatan dengan komponen hidrofobik peptida (Lioe, dkk., 2018).
2.2.4 Canola
Canola dikenal dengan kandungan nutrisinya yang diketahui mengandung
asam Iemak jenuh -vang sangat rendah dibandingLan dengan min-vak nabati
lainnya. Canola mengandung asam lemak tunggal tak jenuh yang telah
dibuktitkan mengurangi kolesterol dalam darah, dan memiliki kandungan asam
Iemak tak jenuh cukup banyak yang diperlukan oleh tubuh. Seperti minyak nabati
lainnya, minyak canola adalah minyak bebas kolesterol (Wiguno dan Prani,
2005).
Minyak canola mengandung asam lenoleat (omega-3) dan asam lenoleat
(omega-6). Asam lemak omega-3 dapat mencegah rusaknya sel-sel darah,
menambah kekebalan tubuh, mengurangi resiko stroke dan penyakit jantung
koroner, sedangkan asam lemak omega-6 adalah komponen penting pembentukan
otak dan membran sel yang diperlukan untuk pertumbuhan bagi bayi. Jika asam
lemak omega-6 sedikit dalam tubuh dapat mengakibatkankan sistem organ
rnenjadi merugikan. Minyak canola juga mengandung vitamin A., D' terutama
vitamin E dan vitamin K. Vitamin E dapat digunakan sebagai antioksidan dan
dapat digunakan untuk melawan kanker dan penyakit hati, sedangkan vitamin K
digunakan untuk pembentukan darah (Wiguno dan Prani, 2005).
Minyak kanola merupakan salah satu jenis minyak nabati terbuat dari biji
bunga kanola yang rendah lemak jenuh dan mengandung omega 3. Lemak jenuh
yang terdapat dalam minyak kanola sekitar 7% sedangkan lemak tak jenuh sekitar
93% sehingga minyak kanola dapat mengurangi risiko penyakit jantung (Busia,
dkk., 2016).
2.2.5 Sawit
Sistematika nama ilmiah kelapa sawit adalah (Apriyansyah, 2016) :
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Liliopsoda
Ordo ; Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Elaeis Jack.
Spesies : Elaeis quineensis Jack
Kelapa sawit (Elaeis) merupakan tumbuhan industri penghasil minyak
terbesar, baik itu minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar. Pohon
kelapa sawit termasuk kedalam famili Palma atau Arecaceae yang terdiri dari dua
spesies, yaitu pohon kelapa sawit Afrika; Elaeis guineensis, yang berasal dari
Afrika barat di antara Angola dan Gambia; serta pohon kelapa sawit Amerika,
Elaeis oleifera, berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan (Hermawati,
2010).
Minyak sawit dan minyak inti kelapa sawit terdiri dari trigliserida, asam
lemak, serta gliserol. Dalam keduanya kaya akan konsentrasi asam lemak yang
berkisar antara 50% dan 80% masing‐masingnya. Kandungan minyak sawit
sebagian besar terdiri atas senyawa trigliserida dengan asam lemak palmitat dan
oleat (Hermawati, 2010).
Kelapa sawit adalah bibit minyak yang paling produktif di dunia. Satu
hektar kelapa sawit dapat menghasilkan 5.000 kg minyak mentah, atau hampir
6.000 liter minyak mentah menurut data dari Journey to Forever. Sebagai
pembanding, kedelai dan jagung hanya menghasilkan sekitar 446 dan 172 liter per
hektar. Produktifitasnya yang tinggi menyebabkan harga produksi menjadi lebih
ringan, selain itu masa produksi kelapa sawit yang cukup panjang (22 tahun) juga
akan turut mempengaruhi ringannya biaya produksi yang dikeluarkan oleh
pengusaha kelapa sawit (Supraniningsih, 2012).
Kelapa sawit juga merupakan tanaman yang paling tahan hama dan
penyakit dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Sawit memang
tidak dapat ditandingi dengan kedelai maupun minyak bunga matahari. Sawit
banyak memiliki keunggulan daripada kedelai, misalnya dari segi harga, sawit
relatif lebih rendah ketimbang kedelai. Hal ini lebih dikarenakan kedelai sebagai
tanaman semusim, membutuhan biaya produksi terus-menerus, karena seusai
panen, kemudian dilakukan pengolahan tanah kembali dengan menerapkan sistem
mekanisasi ditambah faktor iklim dan serangan hama yang terkadang dapat
menyebabkan tanaman kedelai gagal panen. Berbeda dengan Sawit, sebagai
tanaman tahunan, hanya membutuhkan biaya besar pada saat awal penanaman.
Berikutnya hanya biaya pemeliharaan,termasuk pemupukan yang pembiayaannya
sudah diperhitungkan sejak awal (Supraniningsih, 2012).
Selain biofuel, kelapa sawit juga dipakai untuk beribu-ribu kegunaan lain
dari bahan-bahan makanan ke pelumas mesin hingga dasar kosmetik. Bagian yang
paling utama untuk diolah dari kelapa sawit adalah buahnya, yang dagingnya
menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku
minyak goreng serta bahan baku margarin. Kelebihan minyak nabati dari sawit
adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten
tinggi. Berbagai penelitian telah membuktikan, minyak sawit mengandung
kolestrol yang sangat rendah, sekitar 3 mg /kg, sementara minyak nabati lain di
atas itu, apalagi lemak hewani, yang mengandung kolestrol antara 50 – 100 kali
minyak sawit. Dalam hal kandungan kalori dan vitamin minyak sawit dikenal
sebagai minyak nabati yang kaya dengan vitamin A dengan kandungan
betakarotennya mencapai 1.000 mg/kg. Minyak inti sawit diolah menjadi bahan
baku minyak alkohol dan industri kosmetika. Sisa pengolahan buah sawit sangat
potensial menjadi bahan campuran makanan ternak dan difermentasikan menjadi
kompos (Supraniningsih, 2012).
2.3 Metode Mendapatkan Minyak Nabati
Ada 2 metode untuk mendapatkan minyak mentah/kasar (crude oil) dari
sumber minyak nabati yaitu dengan press dan ekstraksi.
2.3.1 Pengepresan ( Press )
Pengepresan merupakan suatu cara memperoleh minyak terutama untuk
bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan memisahkan minyak dari
bahan yang berkadar minyak tinggi (30-70 persen). Pada pengepresan ini
diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak atau lemak dipisahkan dari
bijinya.Perlakuan pendahuluan tersebut mencakup pembuatan serpih,perajangan
dan penggilingan serta tempering atau pemasakan (Ketaren, 1986). Ada dua cara
dalam pengepresan, yaitu :
1. Pengepresan hidraulik (hydraulic pressing)
Pada cara hidraulik pressing, bahan dipress dengan tekanan 2000
pound/inch2 (140,6 kg/cm = 136 atm). Banyaknya minyak yang dapat diekstrasi
tergantung dari lamanya pengepresan, tekanan yang dipergunakan, serta
kandungan minyak dalam bahan asal. Sedangkan banyaknya minyak yang tersisa
dalam bungkil bervariasi sekitar 5-7 persen tergantung dari lamanya bungkil
ditekan dibawah tekanan hidraulik. Komponen utama pada mesin press hidrolik
ini adalah dongkrak hidrolik, dan didukung oleh komponen-komponen lain yaitu
tabung pengepressan, plat penekan (piston pengepress), handle, frame dan tempat
penampung minyak.
5.1 Jarak
Tanaman jarak merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati.
Bagian tanaman jarak yang mengandung banyak minyak dan dapat diolah untuk
diambil minyaknya adalah pada bijinya. Biji jarak pagar dan jarak kepyar
mengandung senyawa curcin dan ricin yang beracun sehingga pemanfaatan
minyak dari biji jarak tidak digunakan untuk pangan melainkan untuk keperluan
non pangan dalam industri.
Menurut Fitria dan Yani (2018), Tanaman jarak pagar merupakan salah
satu tanaman yang paling prospektif untuk diproses menjadi biodiesel karena
selain relatif mudah ditanam, toleransinya tinggi terhadap berbagai jenis tanah dan
iklim, produksi minyak tinggi, serta minyak yang dihasilkan tidak dapat
dikonsumsi oleh manusia sehingga tidak mengalami persaingan dengan minyak
untuk pangan.
Tanaman jarak memiliki kandungan minyak yang relatif besar, yaitu 30-
35% berat (www.jatropha.de). Minyak jarak (Jatropha oil) tergolong minyak yang
tidak mengering meskipun terkena oksidasi. Umumnya seluruh bagian dari pohon
jarak beracun, sehingga tanaman ini hampir tidak mempunyai hama serta
merupakan tanaman non pangan dengan nilai ekonomi rendah yang akan
menguntungkan proses pembuatan biodiesel jika ditinjau dari harga bahan
mentahnya (Widyastuti, 2007).
Adapun sifat fisik dan kimia minyak jarak dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.1 Sifat Fisik Dan Kimia Minyak Jarak (Ricinus Communis)
5.3 Jagung
Pemanenan dapat dilakukan setelah tanaman memasuki usia 2 bulan atau
60 hari. Panen jagung manis dilakukan setelah hari ke-63. Ini bertujuan agar biji
jagung terisi penuh. Dengan umur panen tersebut, maka akan didapatkan hasil
optimum jumlah biji jagung, yaitu saat biji jagung terisi penuh sehingga dapat
memproduksi minyak dari biji jagung dengan kuantitas yang maksimal.
minyak jagung memiliki kualitas yang lebih baik daripada minyak nabati
lainnya. Komposisi minyak jagung mencakup asam lemak jenuh dan tidak jenuh
seperti palmitoleat (11,67%), stearat (1,85%), oleat (25,16%), linoleat (60,60%),
linolenat (0,48%), dan arachidic (0,24%). Selain itu, minyak jagung mengandung
asam lemak kaprilat, kaprat, dan miristat (Setiawan, dkk., 2019).
Asam lemak yang menyusun minyak jagung terdiri dari asam lemak jenuh
dan asam lemak tidak jenuh (Ketaren, 1986). Jumlah asam lemak jenuh dalam
minyak jagung sekitar 13 persen. Golongan asam lemak jenuh yang menyusun
trigliserida minyak jagung adalah: asam miristat, asam palmitat dan asam stearat.
Golongan asam lemak tidak jenuh yang menyusun trigliserida minyak jagung
berjumlah sekitar 86 persen yang terdiri dari: asam oleat dan asam linoleat.
Komposisi asam lemak dalam minyak jagung dan komposisi minyak jagung
berturut-turut disajikan dalam tabel 5.3.1 dan tabel 5.3.2 berikut ini.
Tabel 5.3.1 Komposisi Asam Lemak Dalam Minyak Jagung
6.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, didapatkan kesimpulan bahwa setiap jenis
komoditas penghasil minyak memiliki karakteristik fisik maupun kimia yang
berbeda. Setiap jenis komoditas menghasilkan minyak yang memiliki
karakteristik fisik dan kandungan kimia serta pemanfaatan yang berbeda-beda.
Minyak yang berasa dari tanaman jarak mengandung senyawa yang
bersifat racun sehingga pemanfaatannya untuk industri non pangan seperti
dijadikan minyak pelumas dan bahan bakar biodiesel. Minyak dari biji jagung, biji
bunga matahari, biji canola, dan biji sawit mengandung asam lemak tak jenuh dan
rendah kolesterol sehingga dapat dimanfaatkan untuk industri pangan. Selain
dijadikan minyak goreng, minyak inti sawit juga dapat diolah menjadi bahan baku
minyak alkohol dan industri kosmetika.
Adapun minyak nabati secara umum yaitu sejenis minyak yang terbuat
dari tumbuhan dan banyak digunakan dalam makanan, sebagai perisai rasa
(flavor), untuk menggoreng dan memasak. Berdasarkan kegunaannya, minyak
nabati terbagi atas dua golongan. Pertama, minyak nabati yang dapat digunakan
dalam industri makanan (edible oils) dan dikenal dengan nama minyak goreng
meliputi minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak kanola dan sebagainya.
Kedua, minyak yang digunakan dalam indutri non makanan (non edible oils),
misalnya minyak jarak. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa perbedaan
komposisi asam lemak penyusun dapat berpengaruh terhadap karakteristik sensori
beberapa produk pangan tertentu.
6.2 Saran
Adapun saran dari kegiatan praktikum ini yaitu, mahasiswa diharapkan
dapat mengembangkan lagi pengetahuan dengan melakukan penelitian tentang
komoditas penghasil minyak nabati di Indonesia sehingga dapat memperkaya
wawasan dan pustaka yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia N. R. 2015. Uji Efek Penyembuhan Gel Ekstrak Daun Jarak Merah
(Jatropha gossypifolia Linn.) Terhadap Luka Sayat Pada Kelinci
(Oryctolagus cuniculus). Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan, Farmasi, UIN
Alauddin Makassar: Makassar.
Busia S., Durri M. F., Lintong P. M. 2016. Pengaruh Pemberian Minyak Kanola
Terhadap Gambaran Histopatologik Aorta dan Kadar Kolesterol Tikus
Wistar Dengan Diet Tinggi Lemak. Jurnal e-Biomedik. 4(2) : 1-8.
Hidayah N., Istiani A. N., Septiani A. 2020. Pemanfaatan Jagung (Zea Mays)
Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Keripik Jagung Untuk Meningkatkan
Perekonomian Masyarakat Di Desa Panca Tunggal. Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat. 1(1) : 42-48.
Katja D. G. 2012. Kualitas Minyak Bunga Matahari Komersial Dan Minyak Hasil
Ekstraksi Biji Bunga Matahari (Helianthus annuus L.). Jurnal Ilmiah Sains.
12(1) : 59-64
Permatasari L., Waluyo B., Kuswanto. 2019. Karakteristik Biji Tanaman Jarak
Kepyar (Ricinus communis L.) akibat Perlakuan Kolkisin. Jurna Produksi
Tanaman. 7(2) : 268-273.
Renilailli. 2008. Ekstraksi Minyak Jarak Sebagai Bahan Bakar Alternatif.
Jurnal Ilmiah MATRIKS. 195(12) : 1-20.
Sutan S. M., Hendrawan Y., Tripdani D. A. 2018. Kajian Pemanasan Pada Proses
Ekstraksi Minyak Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.) Menggunakan Hydraulic
Press. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem. 6(1) : 63-71.
Widyastuti L. 2007. Reaksi Metanolisis Minyak Biji Jarak Pagar Menjadi Metil
Ester Sebagai Bahan Bakar Pengganti Minyak Diesel Dengan Menggunakan
Katalis KOH. Skripsi. FMIPA, Kimia, Universitas Negeri Semarang:
Semarang.
Wiguno J. A., dan Prani B. E. 2005. Perencanaan Pabrik Minyak Canola Dengan
Metode Cold Pressed. Tugas Perencanaan Pabrik. Fakultas Teknik, Teknik
Kimia, Universitas Katolik Widya Mandala: Surabaya.