Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGETAHUAN BAHAN AGROINDUSTRI

ACARA 11
IDENTIFIKASI KOMODITAS PENGHASIL MINYAK

Fitra Tinnajizah
201710301028

Asisten Praktikum

1. Tommy Eka Chandra


Firmansyah
2. Riski Mulya Setyawati
3. Dwi Indah Lestari
4. Triana Oktaviani Nurhadiningsih

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam rangka antisipasi krisis energi berbasis fosil yang melanda dunia
maka perlu dicari sumber alternatif energi berbahan baku nabati. Pengembangan
alternatif sumber BBN di dalam negeri didukung oleh Inpres No. 1 tahun 2006
tentang "Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (biofuel) sebagai
bahan bakar lain" dan Perpres No. 5 tahun 2006 tentang "Kebijakan Energi
Nasional". Minyak nabati adalah minyak yang terbuat dari tumbuhan. Beberapa
jenis minyak nabati terbuat dari tumbuhan jarak, bunga matahari, kelapa sawit,
jagung, canola, dll. Minyak nabati dapat diperoleh dari proses ekstraksi. Minyak
yang dapat digunakan adalah minyak kelapa sawit, jarak, jagung, canola, dan
bunga matahari.
Minyak nabati terdapat dua golongan yaitu minyak nabati yang dapat
digunakan dalam industri makanan dan minyak yang digunakan dalam industri
bukan pangan. Minyak nabati yang dapat digunakan dalam industri makanan
(edible) atau biasanya dikenal dengan minyak goreng meliputi minyak kelapa
sawit, zaitun, kedelai, dsb. Minyak yang digunakan dalam industri bukan
makanan (non edible oil) misalnya, minyak kayu putih dan minyak jarak pagar.
Setiap jenis minyak nabati yang berasal dari komoditas berbeda tentu
memiliki karakteristik baik fisik maupun kimia yang berbeda pula sehingga
pemanfaatannya pun juga harus disesuaikan dengan karakteristik setiap jenis
minyak tersebut agar dapat diproduksi secara optimal. Oleh karena itu, pada
praktikum kali ini yaitu identifikasi karakteristik minyak nabati komoditas hasil
pertanian. Dengan praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat mengetahui
karakteristik setiap jenis minyak nabati hasil pertanian sehingga selanjutnya dapat
mengoptimalkan pemanfaatan komoditas penghasil minyak nabati di Indonesia.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui karakteristik
minyak nabati dari komoditas hasil pertanian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak
Minyak merupakan trigliserida yang merupakan senyawa ester dari
gliserol dan berbagai macam asam lemak, baik jenuh maupun tidak jenuh. Asam-
asam lemak berbeda satu sama lain dalam hal panjang rantai, jumlah ikatan
rangkap, posisi ikatan rangkap dan isomernya. Perbedaan ini menyebabkan
keanekaragaman sifat fisik asam lemak dan lemak yang terbentuk (Lioe, dkk.,
2018).
Lemak nabati atau minyak nabati adalah sejenis minyak yang terbuat dari
tumbuhan dan banyak digunakan dalam makanan, sebagai perisai rasa (flavor),
untuk menggoreng dan memasak. Beberapa jenis minyak nabati yang biasa
digunakan ialah minyak kelapa sawit, minyak jagung, minyak zaitun, minyak
kedelai, dan minyak biji bunga matahari. Berdasarkan kegunaannya, minyak
nabati terbagi atas dua golongan. Pertama, minyak nabati yang dapat digunakan
dalam industri makanan (edible oils) dan dikenal dengan nama minyak goreng
meliputi minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak zaitun, minyak kedelai,
minyak kanola dan sebagainya. Kedua, minyak yang digunakan dalam indutri non
makanan (non edible oils), misalnya minyak kayu putih, minyak jarak, dan
minyak intaran (Hermanto, dkk., 2010).
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa perbedaan komposisi asam
lemak penyusun dapat berpengaruh terhadap karakteristik sensori beberapa
produk pangan tertentu. Asam lemak jenuh (SFA) seperti asam butirat (C4:0) dan
asam kaproat (C6:0) berkorelasi positif dengan karakteristik keju pada rasa dan
aroma keju Limburger, Provolone dan Romano. Sebaliknya asam butirat (C4:0)
diketahui menghasilkan flavor rancid dan asam kaproat (C6:0) menghasilkan
flavor pungent, sedangkan asam kaprilat (C8:0) menghasilkan flavor musty pada
keju. Sementara itu, asam lemak jenuh (SFA) seperti asam laurat (C12:0) dapat
meningkatkan aroma pada produk margarin. Asam palmitat (C16:0) dan asam
stearat (C18:0) adalah komponen utama yang menentukan konsistensi pada
margarin. Salah satu asam lemak tidak jenuh tunggal (MUFA), yaitu asam oleat
(C18:1) dapat memberikan rasa pahit (bitterness) pada keju karena senyawa ini
dapat berikatan dengan komponen hidrofobik peptida (Lioe, dkk., 2018).

2.2 Bahan Yang Digunakan


Beberapa penelitian yang telah dilakukan dalam pemanfaatan energi
alternatif terbaharukan, diantaranya adalah pemanfaatan biodiesel dari minyak
nabati. Minyak nabati yang dapat digunakan dalam pembuatan biodiesel
contohnya, minyak sawit, minyak jarak pagar, minyak biji karet, minyak kelapa,
minyak kedelai, minyak jagung, minyak biji bunga matahari, dan bahkan minyak
goreng bekas (minyak jelantah) (Fitria dan Yani, 2018).

2.2.1 Tanaman Jarak


Jarak merupakan tanaman tahunan yang tahan kekeringan, mampu tumbuh
cepat dan kuat di lahan yang beriklim panas, tandus, dan berbatu. Kondisi pH
tanah yang sesuai dengan tanaman ini berkisar antara 5 – 6,5. Pohon jarak dapat
tumbuh pada semua jenis tanah, di lahan yang tidak digenangi air, merupakan
tempat yang cocok bagi tanaman untuk tumbuh dan berproduksi secara optimal
(Sarimole, dkk., 2014).
Di Indonesia terdapat berbagai jenis jarak, antara lain jarak kepyar
(Ricinus communis L.), jarak ulung (J. gossypifoli L.), jarak Bali (J. podagrica
H.), dan jarak pagar (J. curcas L.) yang berpotensi sebagai tanaman obat
tradisional (Sarimole, dkk., 2014).
2.2.1.1 Jarak Pagar
Tanaman jarak pagar merupakan tanaman semak berkayu yang banyak
ditemukan di daerah tropik. Tanaman jarak pagar dapat ditanam pada lahan bekas
tambang untuk reklamasi lahan, dan termasuk tanaman alternatif paling potensial
untuk biodiesel. Tanaman tersebut dikenal tahan terhadap kekeringan dan mudah
diperbanyak dengan stek. Walaupun telah lama dikenal sebagai bahan
pengobatan, saat ini semakin mendapat perhatian sebagai sumber bahan bakar
nabati karena kandungan minyak pada bijinya (Fatah dan Soebandi, 2016).
Tanaman jarak pagar memiliki habitus dengan tajuk yang rindang, batang
yang kokoh, dan sistem perakaran yang dalam sehingga memberikan harapan baik
sebagai tanaman yang berfungsi ganda di samping sebagai tanaman konservasi
untuk merehabilitasi lahan-lahan kritis juga dapat menghasilkan minyak dari
bijinya sebagai bahan baku biodiesel yang potensial. Tanaman jarak pagar
merupakan tanaman potensial penghasil minyak nabati, ramah lingkungan, dapat
diperbaharui (renewable) sehingga terjamin keberlanjutannya (sustainability).
Disamping itu tanaman tersebut mempunyai perakaran yang cukup baik untuk
dapat menahan erosi, sehingga baik untuk konservasi. Daun tanaman yang rimbun
sangat bermanfaat sebagai penyerap CO2 dari atmosfir (carbon credit) yang akan
menjadikan udara semakin bersih dan ramah lingkungan (Fatah dan Soebandi,
2016).
Menurut Sutan, dkk. (2018), minyak Jarak Pagar dihasilkan dengan cara
ekstraksi biji jarak pagar. Minyak jarak pagar mengandung komponen asam
lemak dengan jumlah ikatan rangkap yang berbeda. Jumlah ikatan rangkap akan
berpengaruh terhadap karakteristik fisik dan kimia minyaknya, sehingga minyak
jarak pagar digolongkan sebagai minyak semi-mengering (semidrying oil) seperti
halnya minyak kapuk dan kemiri. Karakteristik fisikokimia minyak jarak pagar
dijelaskan dalam Tabel berikut.
Tabel 1. Karakteristik Fisikokimia Minyak Jarak Pagar

Sumber : Sutan, dkk. (2018)

2.2.1.2 Jarak Kepyar


Tanaman jarak kepyar merupakan salah satu anggota dari famili
Euphorbiaceae yang berasal dari Afrika Timur khususnya di daerah Ethiopia,
yang tersebar ke seluruh daerah tropis di dunia, salah satunya Indonesia. Pada
tahun 1942 di Amerika, jarak kepyar dimanfaatkan sebagai bahan baku
peperangan. Hingga saat ini tanaman jarak kepyar masih dimanfaatkan sebagai
sumber bahan baku minyak yang berasal dari biji untuk kebutuhan industri cat,
pelumas, bahan baku kosmetik, bahan baku tinta printer, tekstil, obat-obatan,
pertanian, dan sebagainya. Jarak kepyar merupakan tanaman yang dimanfaatkan
pada bagian bijinya. Biji jarak kepyar mengandung sekitar 60% minyak, yang
disebut dengan minyak kastor. Minyak kastor sering digunakan pada berbagai
kepentingan industri (Permatasari, dkk., 2019).
Biji jarak terdiri dari 75% kernel (biji) dan 25% kulit. Minyak jarak kepyar
(ricinus communis) dihasilkan dari biji buah jarak dengan proses ekstraksi
menggunakan mesin pengepres atau menggunakan pelarut. (Dewi, 2015). Adapun
komposisi kimia dari biji jarak seperti pada Tabel 2.1 sedangkan kandungan asam
lemak pada minyak jarak kepyar (ricinus communis) seperti pada Tabel 2.2
berikut.
Tabel 2.1 Komposisi Kimia Biji Jarak

Sumber : Dewi (2015)


Tabel 2.2 kandungan asam lemak minyak jarak kepyar (Ricinus communis)

Sumber : Dewi (2015)


Minyak jarak kepyar (ricinus communis) berwarna kuning pucat, tetapi
setelah dilakukan proses refining dan bleaching warna tersebut hilang sehingga
menjadi hampir tidak berwarna. Minyak jarak kepyar ini tidak mudah tengik.
Minyak jarak kepyar larut dalam alkohol, eter, klorofom, dan asam asetat glasial.
Minyak jarak kepyar tidak larut dalam minyak mineral. Minyak jarak kepyar
hampir keseluruhan berada dalam bentuk trigliserida, terutama resinolenin dengan
asam risinoleat sebagai komponen asam lemaknya (Dewi, 2015). Adapun sifat
fisik dan kimia minyak jarak kepyar disajikan dalam tabe berikut.
Tabel 2.3 Sifat Fisik Dan Kimia Minyak Jarak (Ricinus Communis)

Sumber : Dewi (2015)


2.2.1.3 Jarak Wulung
Klasifikasi Jarak Merah (Hariana, 2008; Amalia, 2015).
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiceae
Genus : Jatropha
Spesies : Jatropha gossypifolia Linn
Nama Daerah Jarak Merah :
Sumatera : Jarak ulung (Lampung)
Jawa : Jarak cina (Jawa Tengah)
Madura : Kaleke Jarak
Sulawesi : Yodium (Bugis), Abiotik (Makassar) (Hariana, 2008; Amalia, 2015)
Jatropha gossypifolia L. merupakan tanaman perdu, tinggi ± 2 m, batang
berkayu, bulat, coklat, bercabang, berambut. Daun tunggal, bertangkai, bulat telur,
ujung rompang,berbagi 3-5, panjang 7-22 cm, lebar 6-20 cm,tepi rata , ungu
kemerahan. Bunga majemuk, bentuk malai, diujung batang dan di ketiak daun,
benang sari banyak, mengelopak, tangkai putik tiga, kepala putik bentuk tapak
kuda,kelopak bentuk corong,daun panjang 4-5 mm, merah tua. Buah kendaga,
bulat telur, hitam. Biji bulat, coklat kehitaman. Akar tunggang, putih (Amalia,
2015).
Daun Jatropha gossypifolia L. mengandung antrakuinon, flavonoid,
phlobatannin, fenolat,saponin, tanin dan terpenoid. Hasilskrining
fitokimiaditemukan bahwa ekstrak petroleum eter mengandung steroid, lemak dan
minyak tetap; ekstrak air terkandung karbohidrat, asam amino, steroid,flavonoid,
alkaloid, glikosida, dantanin.Ekstrak etanol juga menunjukkan hasil yang hampir
sama dengan ekstrak air (Amalia, 2015).
Anggota famili Euphorbiaceae bersifat koagulan. Getah batang berkhasiat
untuk menghentikan pendarahan dan gatal-gatal dari luka dan goresan. Sementara
itu daunnya digunakan untuk mengobati luka, keseleo, ruam dan rasa sakit.
Ekstrak dari daun segar diaplikasikan dengan cara menghancurkan daun lalu
digunakan untuk menghentikan pendarahan pada hidung dan kulit. Daun jarak
merah digunakan untuk pengobatandari sejumlah penyakit termasuk pembersih
darah,antiseptik, borok, bisul, eksim, dan padaluka di lidah anak-anak, serta
daunnya digunakan untuk mengobati payudara yang bengkak dan sebagai obat
penurun panas. Daun efektifsebagai obat pencahar dan obat perut,dan
daundigunakan dalam demam intermiten. Berbagai penelitian telah dilakukan
dengan daun dan organ lainnya dari Jatropha gossypifoliaLinn.sebagai antibakteri,
anti-koagulan, antiinflamasi, analgesik (Amalia, 2015).
2.2.1.4 Jarak Bali
Tanaman jarak bali adalah tumbuhan perdu tegak dengan tinggi antar 0,5-1,5
meter. Jarak bali memiliki getah berwarna putih, batang tunggal atu sedikit
bercabang dengan pangkal batang yang membesar dan melembung seperti umbi.
Jarak bali memiiki daun bertangkai yang panjangnya 20-30cm, bentuknya bulat
telur melebar dengan ukuran penampang 20-40cm, bercangap 3 atau 5, taju
runcing atau membulat. Jarak bali memiliki bunga dalam mali rata dan bertangkai
panjang, dengan bunga betina dan bunga jantan daam satu tangkai, warnanya
merah oranye. Buah jarak bali berbentuk elips melebar, berkendaga 3, biji lonjong
atau bulat panjang.
2.2.2 Tanaman Bunga Matahari
Bunga matahari (Helianthus annuus L.) termasuk famili
compositae.Tanaman bunga matahari berasal dari Meksiko dan Peru Amerika
Latin. Di Indonesia, bunga matahari sudah di teliti sejak tahun 1970. Pada
mulanya tanaman bunga matahari dikenal sebagai tanaman hias, kini manfaatnya
semakin luas. Salah satu produk utama bunga matahari adalah biji-bijinya yang
diolah sebagai bahan baku industri makanan berupa kwaci dan penghasil minyak
nabati yang dibutuhkan dalam isdustri minyak (Katja, 2012).
Bunga matahari (Helianthus annuus L), merupakan tanaman semusim dari
suku kenikir-kenikiran (Asteraceae). Bunga matahari dapat tumbuh dengan baik
di daerah pegunungan, daerah yang memiliki kelembaban yang cukup banyak
mendapatkan sinar matahari secara langsung. Tanah yang sesuai untuk
pertumbuhan bunga matahari adalah tanah berpasir hingga tanah liat, dengan yang
baik dan pH yang berkisar antara 6,5 sampai 7,5 (Rohana, 2018).
Batang bunga matahari berbentuk tegak, agak melengkung pada tanaman
yang dewasa, batang ini tidak bercabang, tinggi sekitar 90-400 cm, batang
berdiameter relatif kecil kurang dari 5 cm dan batang memiliki berbulu kasar.
Daun bunga matahari memiliki daun tunggal yang berbentuk jantung, berdiameter
terpanjang 15 cm dan 12 cm, tangkai daun relatif panjang berpangkal pada batang
pokok dengan susunan berhadapan. Daun yang tumbuh kemudian berukuran lebih
besar dan berbentuk oval, tepi daun bergerigi dan kedua permukaan daun di lapisi
rambut-rambut halus yang berkelenjar maupun tidak berkelenjar, serta letak daun
secara berseling dan tersusun spiral (Rohana, 2018).
Bunga matahari merupakan sumber minyak sayur utama di seluruh dunia.
Hampir seluruh bagian tanaman bunga matahari dapat di manfaatkan sebagai
kebutuhan pangan, industri, tanaman hias, dan sebagai tanaman obat. Sehingga
bunga matahari dapat dikelompokkan berdasarkan kegunaannya sebagai berikut :
Kultivar penghasil minyak dari bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan berupa
biji bunga matahari, jenis ini memiliki cangkang biji yang tipis dan memiliki
kandungan minyak biji matahari berkisar antara 48% hingga 52%, sebagai
penghasil minyak biji bunga matahari menganduing asam oleat hingga 80%
sampai 90% (Rohana, 2018).
Biji bunga matahari dapat di kelompokkan dan di budidayakan sebagai
penghasil bahan baku makanan ringan seperti kuaci. Selain itu tanaman bunga
matahari dapat di kelompokkan sebagai tanaman hias yang memiliki variasi
ukuran dan warna helaian mahkota bunga yang sangat menarik dan umumnya
memiliki banyak cabang yang menghasilkan bunga. Setiap bagian bunga matahari
dapat di manfaatkan sebagai tanaman herba untuk mengobati penyakit seperti flu,
batuk, demam, sakit tenggorokan, menurunkan kolestrol tinggi dan sakit paru-
paru (Rohana, 2018).
Tanaman bunga matahari (Helianthus annuus L) diklasifikasikan menurut
(CAB International (2005); dalam Rohana (2018 )) sebagai berikut:
Divisi : Plantae
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Asterales
Family : Asteraceae
Genus : Helianthus
Spesies : Helianthus annuus Linnaeus
Beberapa industri di Indonesia masih harus mengimpor minyak biji bunga
matahari, tingginya impor minyak biji bunga matahari di Indonesia disebabkan
kurangnya pasokan dari dalam negeri, kualitas yang belum memadai, dan
kontinuitas hasil yang belum dapat diandalkan. Komposisi minyak biji bunga
matahari berkisar antara 23-45%. Minyak biji bunga matahari mengandung asam
linoleat 44-72% dan asam oleat 11,7%. Minyak biji bunga matahari digunakan
untuk berbagai keperluan seperti minyak goreng, pembuatan margarine bahan
baku kosmetik, dan obat-obatan, selain itu bungkil atau ampas hasil pemerasan
minyak mengandung 13-20% protein, yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan
ternak. Misalnya biji bunga matahari termasuk golongan minyak rendah kolesterol
menyaingi minyak jagung, minyak kacang tanah dan minyak kadelai, sehingga
sangat baik untuk kesehatan (Katja, 2012).
2.2.3 Jagung
Jagung (Zea mays,L.) merupakan tanaman serealia termasuk family
poaceae, ordo Poales yang merupakan tanaman berumah satu ( monoius) dimana
letak bunga jantan terpisah dengan bunga betina tetapi masih dalam satu tanaman.
Jagung adalah tanaman protandrus, yaitu mekarnya bunga jantan pelepasan
tepung sari biasanya terjadi satu atau dua hari sebelum munculnya bunga betina
(Warrier dan Tripathi, 2011). Tanaman jagung adalah tanaman multifungsi
memiliki banyak kegunaan, dan hampir seluruh bagian tanaman dapat
dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan, oleh karena itu jagung
mempunyai arti penting dalam pengembangan industri di Indonesia karena
merupakan bahan baku untuk industri pangan (Sulemana, dkk., 2019).
Kedudukan tanaman jagung dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan,
diklasifikasikan sebagai berikut (Hidayah, dkk., 2020) :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae Ordo :
Poales Famili : Poaceae (Graminae)
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
Tinggi tanaman jagung pada umumnya berkisar antara 60-300 cm,
tergantung dari varietas. Salah satu jenis tanaman jagung adalah Jagung manis
yang merupakan komoditas palawija dan termasuk dalam keluarga (famili)
rumput-rumputan (Gramineae) genus Zea dan spesies Zea mays saccharata.
Batang tanaman jagung padat, ketebalan sekitar 2 – 4 cm tergantung pada
varietasnya.. Tinggi tanaman yang sangat bervariasi ini merupakan karakter yang
sangat berpengaruh pada klasifikasi karakter tanaman jagung. Biji jagung
merupakan jenis serealia dengan ukuran biji terbesar dengan berat ratarata 250-
300 mg. biji jagung memiliki bentuk tipis dan bulat melebar yang merupakan
hasil pembentukan dari pertumbuhan biji jagung. Biji jagung diklasifikasikan
sebagai kariopsis. Hal ini disebabkan biji jagung memiliki struktur embrio yang
sempurna. Serta nutrisi yang dibutuhkan oleh calon individu baru untuk
pertumbuhan dan perkembangan menjadi tanaman jagung (Hidayah, dkk., 2020)
Tongkol pada jagung adalah bagian dalam organ betina tempat bulir duduk
menempel. Istilah ini juga dipakai untuk menyebut seluruh bagian jagung betina
(buah jagung). Bongkol terbungkus oleh kelobot (kulit buah jagung). Secara
morfologi, tongkol jagung adalah tangkai utama malai yang termodifikasi. Malai
organ jantan pada jagung dapat memunculkan bulir pada kondisi tertentu.
Bongkol jagung muda, disebut juga babycorn, dapat dimakan dan dijadikan
sayuran. Tongkol yang tua ringan namun kuat, dan menjadi sumber furfural,
sejenis monosakarida dengan lima atom karbon. Tongkol jagung tersusun atas
senyawa 44 kompleks lignin, hemiselulose dan selulose . Masing-masing
merupakan senyawasenyawa yang potensial dapat dikonversi menjadi senyawa
lain secara biologi. Selulose merupakan sumber karbon yang dapat digunakan
mikroorganisme sebagai substrat dalam proses fermentasi untuk mengahasilkan
produk yang mempunyai nilai ekonomi tinggi (Hidayah, dkk., 2020)
Kandungan zat gizi pada jagung dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.2.3 Kandungan zat gizi jagung biasa
dan jagung manis (tiap 100 gr bahan)

Sumber : Hidayah, dkk. (2020)


Minyak jagung merupakan trigliserida yang disusun oleh gliserol dan
asam-asam lemak. Komposisi trigliserida yang tinggi membuat minyak jagung
juga cocok digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Karena
komposisi dan karakteristiknya yang baik, minyak jagung termasuk dalam
kelompok minyak berkualitas tinggi. Mengandung asam lemak esensial dan
tokoferol, minyak jagung memiliki kualitas yang lebih baik daripada minyak
nabati lainnya. Komposisi minyak jagung mencakup asam lemak jenuh dan tidak
jenuh seperti palmitoleat (11,67%), stearat (1,85%), oleat (25,16%), linoleat
(60,60%), linolenat (0,48%), dan arachidic (0,24%). Selain itu, minyak jagung
mengandung asam lemak kaprilat, kaprat, dan miristat (Setiawan, dkk., 2019).

2.2.4 Canola
Canola dikenal dengan kandungan nutrisinya yang diketahui mengandung
asam Iemak jenuh -vang sangat rendah dibandingLan dengan min-vak nabati
lainnya. Canola mengandung asam lemak tunggal tak jenuh yang telah
dibuktitkan mengurangi kolesterol dalam darah, dan memiliki kandungan asam
Iemak tak jenuh cukup banyak yang diperlukan oleh tubuh. Seperti minyak nabati
lainnya, minyak canola adalah minyak bebas kolesterol (Wiguno dan Prani,
2005).
Minyak canola mengandung asam lenoleat (omega-3) dan asam lenoleat
(omega-6). Asam lemak omega-3 dapat mencegah rusaknya sel-sel darah,
menambah kekebalan tubuh, mengurangi resiko stroke dan penyakit jantung
koroner, sedangkan asam lemak omega-6 adalah komponen penting pembentukan
otak dan membran sel yang diperlukan untuk pertumbuhan bagi bayi. Jika asam
lemak omega-6 sedikit dalam tubuh dapat mengakibatkankan sistem organ
rnenjadi merugikan. Minyak canola juga mengandung vitamin A., D' terutama
vitamin E dan vitamin K. Vitamin E dapat digunakan sebagai antioksidan dan
dapat digunakan untuk melawan kanker dan penyakit hati, sedangkan vitamin K
digunakan untuk pembentukan darah (Wiguno dan Prani, 2005).
Minyak kanola merupakan salah satu jenis minyak nabati terbuat dari biji
bunga kanola yang rendah lemak jenuh dan mengandung omega 3. Lemak jenuh
yang terdapat dalam minyak kanola sekitar 7% sedangkan lemak tak jenuh sekitar
93% sehingga minyak kanola dapat mengurangi risiko penyakit jantung (Busia,
dkk., 2016).

2.2.5 Sawit
Sistematika nama ilmiah kelapa sawit adalah (Apriyansyah, 2016) :
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Liliopsoda
Ordo ; Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Elaeis Jack.
Spesies : Elaeis quineensis Jack
Kelapa sawit (Elaeis) merupakan tumbuhan industri penghasil minyak
terbesar, baik itu minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar. Pohon
kelapa sawit termasuk kedalam famili Palma atau Arecaceae yang terdiri dari dua
spesies, yaitu pohon kelapa sawit Afrika; Elaeis guineensis, yang berasal dari
Afrika barat di antara Angola dan Gambia; serta pohon kelapa sawit Amerika,
Elaeis oleifera, berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan (Hermawati,
2010).
Minyak sawit dan minyak inti kelapa sawit terdiri dari trigliserida, asam
lemak, serta gliserol. Dalam keduanya kaya akan konsentrasi asam lemak yang
berkisar antara 50% dan 80% masing‐masingnya. Kandungan minyak sawit
sebagian besar terdiri atas senyawa trigliserida dengan asam lemak palmitat dan
oleat (Hermawati, 2010).
Kelapa sawit adalah bibit minyak yang paling produktif di dunia. Satu
hektar kelapa sawit dapat menghasilkan 5.000 kg minyak mentah, atau hampir
6.000 liter minyak mentah menurut data dari Journey to Forever. Sebagai
pembanding, kedelai dan jagung hanya menghasilkan sekitar 446 dan 172 liter per
hektar. Produktifitasnya yang tinggi menyebabkan harga produksi menjadi lebih
ringan, selain itu masa produksi kelapa sawit yang cukup panjang (22 tahun) juga
akan turut mempengaruhi ringannya biaya produksi yang dikeluarkan oleh
pengusaha kelapa sawit (Supraniningsih, 2012).
Kelapa sawit juga merupakan tanaman yang paling tahan hama dan
penyakit dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Sawit memang
tidak dapat ditandingi dengan kedelai maupun minyak bunga matahari. Sawit
banyak memiliki keunggulan daripada kedelai, misalnya dari segi harga, sawit
relatif lebih rendah ketimbang kedelai. Hal ini lebih dikarenakan kedelai sebagai
tanaman semusim, membutuhan biaya produksi terus-menerus, karena seusai
panen, kemudian dilakukan pengolahan tanah kembali dengan menerapkan sistem
mekanisasi ditambah faktor iklim dan serangan hama yang terkadang dapat
menyebabkan tanaman kedelai gagal panen. Berbeda dengan Sawit, sebagai
tanaman tahunan, hanya membutuhkan biaya besar pada saat awal penanaman.
Berikutnya hanya biaya pemeliharaan,termasuk pemupukan yang pembiayaannya
sudah diperhitungkan sejak awal (Supraniningsih, 2012).

Selain biofuel, kelapa sawit juga dipakai untuk beribu-ribu kegunaan lain
dari bahan-bahan makanan ke pelumas mesin hingga dasar kosmetik. Bagian yang
paling utama untuk diolah dari kelapa sawit adalah buahnya, yang dagingnya
menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku
minyak goreng serta bahan baku margarin. Kelebihan minyak nabati dari sawit
adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten
tinggi. Berbagai penelitian telah membuktikan, minyak sawit mengandung
kolestrol yang sangat rendah, sekitar 3 mg /kg, sementara minyak nabati lain di
atas itu, apalagi lemak hewani, yang mengandung kolestrol antara 50 – 100 kali
minyak sawit. Dalam hal kandungan kalori dan vitamin minyak sawit dikenal
sebagai minyak nabati yang kaya dengan vitamin A dengan kandungan
betakarotennya mencapai 1.000 mg/kg. Minyak inti sawit diolah menjadi bahan
baku minyak alkohol dan industri kosmetika. Sisa pengolahan buah sawit sangat
potensial menjadi bahan campuran makanan ternak dan difermentasikan menjadi
kompos (Supraniningsih, 2012).
2.3 Metode Mendapatkan Minyak Nabati
Ada 2 metode untuk mendapatkan minyak mentah/kasar (crude oil) dari
sumber minyak nabati yaitu dengan press dan ekstraksi.
2.3.1 Pengepresan ( Press )
Pengepresan merupakan suatu cara memperoleh minyak terutama untuk
bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan memisahkan minyak dari
bahan yang berkadar minyak tinggi (30-70 persen). Pada pengepresan ini
diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak atau lemak dipisahkan dari
bijinya.Perlakuan pendahuluan tersebut mencakup pembuatan serpih,perajangan
dan penggilingan serta tempering atau pemasakan (Ketaren, 1986). Ada dua cara
dalam pengepresan, yaitu :
1. Pengepresan hidraulik (hydraulic pressing)
Pada cara hidraulik pressing, bahan dipress dengan tekanan 2000
pound/inch2 (140,6 kg/cm = 136 atm). Banyaknya minyak yang dapat diekstrasi
tergantung dari lamanya pengepresan, tekanan yang dipergunakan, serta
kandungan minyak dalam bahan asal. Sedangkan banyaknya minyak yang tersisa
dalam bungkil bervariasi sekitar 5-7 persen tergantung dari lamanya bungkil
ditekan dibawah tekanan hidraulik. Komponen utama pada mesin press hidrolik
ini adalah dongkrak hidrolik, dan didukung oleh komponen-komponen lain yaitu
tabung pengepressan, plat penekan (piston pengepress), handle, frame dan tempat
penampung minyak.

Sumber : Suhendri (2013)


Tahap-tahap yang dilakukan pada proses pemisahan minyak dengan cara
ini adalah sebagai berikut:

Sumber : Nasution (2015)


2. Pengepresan Berulir (Expeller Pressing)
Cara expeller pressing memerlukan perlakuan pendahuluan untuk
penghilangan kotoran yang terdiri dari proses pemasakan atau tempering. Proses
pemasakan berlangsung pada temperature 240oF (115,5oC) dengan tekanan sekitar
15-20 ton/inch2. Kadar air minyak yang dihasilkan berkisar sekitar 2,5-3,5 %.
Sedangkan bungkil yang dihasilkan masih mengandung minyak sekitar 4-5.
2.3.2 Ekstraksi dengan Pelarut (Solvent Extraction)
Cara ekstraksi ini dapat dilakukan dengan menggunakan pelarut dan
digunakan untuk bahan yang kandungan minyaknya rendah. Lemak dalam bahan
dilarutkan dengan pelarut. Tetapi cara ini kurang efektif, karena pelarut mahal dan
lemak yang diperoleh harus dipisahkan dari pelarutnya dengan cara diuapkan.
Selain itu, ampasnya harus dipisahkan dari pelarut yang tertahan, sebelum dapat
digunakan sebagai bahan makanan ternak (Winarno,1991).
Prinsip dari proses ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam pelarut
minyak dan lemak. Pada cara ini dihasilkan bungkil dengan kadar minyak yang
rendah yaitu sekitar 1 persen atau lebih rendah, dan mutu minyak kasar yang
dihasilkan cenderung menyerupai hasil dengan cara expeller pressing, karena
sebagaian fraksi bukan minyak akan ikut terekstraksi. Pelarut minyak yang biasa
dipergunakan dalam proses ekstraksi dengan pelarut menguap adalah petroleum
eter, gasoline karbon disulfide, karbon tetraklorida, benzene dan n-heksan. Perlu
diperhatikan bahwa jumlah pelarut menguap atau hilang tidak boleh lebih dari 5
persen. Bila lebih, seluruh sistem solvent extraction perlu diteliti lagi.
Proses Memperoleh Crude Palm Oil dan Crude Palm Kernel Oil

Sumber : Cakidur (2012).


BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1. Alat
Adapun aat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
1. Laptop
2. Jaringan internet
3. Alat tulis
4. Kamera dan sejenisnya
3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
1. Aneka jenis tanaman jarak
2. Tanaman bunga matahari
3. Jagung
4. Canola
5. Kelapa sawit

3.2 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan


3.2.1 Skema Kerja
3.2.2 Fungsi Perlakuan
1. Praktikum identifikasi karakteristik komoditas penghasil minyak
nabati dimulai dengan mengetahui langkah-langkah yang harus
diakukan dalam meakukan praktikum. Hal ini bertujuan agar
memudahkkan praktikan dalam melakukan praktikum dan juga untuk
menghindari terjadinya kesalahan dalam praktikum.
2. Jenis komoditas penghasil minyak, menyiapkan bahan yang
diperlukan yaitu berbagai jenis komoditas penghasil minyak nabati.
Hal ini bertujuan agar memudahkan praktikan dalam melakukan
praktikum karena semua bahan maupun alat yang diperlukan telah
tersedia.
3. Identifikasi komoditi penghasil minyak, mengidentifikasi aneka jenis
komoditas penghasil minyak nabati untuk dapat menemukan
karakteristik dari setiap jenis komoditas penghasil minyak nabati.
4. Pengamatan dan pencatatan hasil pengamatan, melakukan pengamatan
terhadap karakteristik fisik dan kimia setiap jenis komoditas penghasil
minyak sehingga dapat memperoleh data karakteristik komoditas
penghasil minyak. Kemudian hasil pengamatan dicatat untuk
dijadikan data hasil pengamatan.
5. Anaisa data dan pembahasan, data yang didapat dari pengamatan
dianalisis dan dibahas. Hal ini dilakukan untuk lebih memahami lagi
tentang karakteristik fisik maupun kimia dari setiap jenis komoditas
penghasil minyak.
6. Laporan hasil, pembuatan laporan hasil praktikum sebagai output dari
praktikum identifikasi karakteristik komoditas penghasil minyak
nabati. Laporan hasil praktikum dibuat sebagai hasil dan kesimpulan
dari keseluruhan praktikum yang telah dilakukan.
7. Selesai. Praktikum identifikasi karakteristik komoditas penghasil
minyak nabati diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang
karakteristik komoditas penghasil minyak nabati.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

4.1 Tabel Hasil Pengamatan


No. Jenis Gambar Bagian yang Karakteristik fisik dan
dimanfaatkan kimia
1. Jarak minyak Jarak - Biji berbentuk bulat
a. Pagar Pagar lonjong dan bewarna
dihasilkan coklat kehitaman. Biji
dengan cara inilah yang banyak
ekstraksi biji mengandung minyak
jarak pagar sekitar 35-45%. Biji
jarak pagar
mengandung protein
curcin yang beracun
- Tanaman jarak pagar
(Jatropha curcas) mulai
berbunga setelah umur
3 - 4 bulan, sedangkan
pembentukan buah
mulai pada umur 4 - 5
bulan. Pemanenan
dilakukan jika buah
telah masak, dicirikan
kulit buah berwarna
kuning dan kemudian
mulai mengering.
Biasanya buah masak
setelah berumur 5 - 6
bulan.
- Warna minyak jarak
pagar adalah berwarna
kuning.
- Minyak jarak yang
dikenal dengan ricinus
oil merupakan
trigliserida dari
berbagai asam lemak
yang terdiri dari
risinoleat (87%), oleat
(7%), linoleat (3%),
palmitat (2%), stearat
(1%) dan dihidroksi
stearat.
b. Kepyar Minyak jarak - Biji berbentuk bulat
kepyar lonjong, berwarna
(ricinus coklat kehitaman dan
communis) mengandung banyak
dihasilkan dari minyak
biji buah jarak - Biji jarak kepyar
dengan proses mengandung sekitar
ekstraksi 60% minyak, yang
disebut dengan minyak
kastor. Biji jarak yang
berasal dari tanaman
jarak kepyar
mengandung senyawa
protein beracun yang
disebut ricin.
- Tanaman jarak kepyar
termasuk kedalam
golongan tanaman
semusim dimana pada
umur 4 bulan sudah
dapat dipanen.
- Minyak jarak kepyar
mengandung asam
lemak 90% terdiri dari
risinoleat, sedikit
mengandung asam
dihidroksi stearat,
ninoleat, oleat, dan
stearat. Bahan yang
tidak terseponifikasi
terdiri atas β-sitosteron.
Asam risinoleat adalah
asam lemak yang
tersusun dari 18 atom
karbon, satu ikatan
rangkap (tak jenuh),
dan mempunyai gugus
fungsional hidroksil
pada atom C ke-12.
Gugus fungsional ini
menyebabkan minyak
jarak kepyar bersifat
polar

c. Wulung Biji buah jarak - Biji buah jarak wulung


wulung banyak mengandung
banyak minyak, sama seperti
mengandung biji buah jarak pagar.
minyak, sama - Tanaman jarak dapat
seperti biji dipanen ketika sudah
buah mulai berbunga setelah
jarak pagar. umur 3 – 4 bulan,
sedangkan
pembentukan buah
mulai dari umur 4 – 5
bulan. Pemanenan
tanaman jarak ini dapat
dilakukan dengan cara
menguncang atau
memukul dahan
berulag kali hingga
buah terlepas dari
dahan dan berjatuhan.
Adapun cara yang lebih
efektif yaitu dengan
cara memetiknya
langsung dengan baik
dan tepat sehingga
tanpa merusak buah
yang di hasilkan.
- buah memiliki
kandungan senyawa
metabolit sekunder
sebagai berikut,
alkaloid sebanyak 2,36
%, tannin 3,52 %,
flavonoid 2,26 %,
saponin 2,37 %, dan
fenol 0,18%.
d. Bali Bagian yang - Biji berbentuk Lonjong
dimanfaatkan - Tanaman jarak bali
adalah bijinya dapat dipanen buahnya
untuk yang berisi biji saat
pembuatan berumur 4-5 bulan
minyak. - Minyak berwarna
Bening Kandungan
asam lemak pada
minyak jarak 90%
terdiri dari asam
risinoleat, hanya sedikit
mengandung asam
dihidroksi stearat,
linoleat,oleat dan
stearat.
2. Matahari Biji bunga - Cara menentukan
matahari dapat kesiapan panen yaitu
diolah menjadi periksa kepala bunga
minyak nabati untuk tanda-tanda
kematangan. Sisi
sebaliknya berubah dari
hijau menjadi kuning-
cokelat. Kepala besar
akan mengangguk ke
bawah. Pandangan
yang dekat akan
mengungkapkan
kelopak-kelopak kecil
yang menutupi benih
yang sedang
berkembang telah
mengering dan
sekarang rontok dengan
mudah memperlihatkan
benih matang yang
penuh sesak.
- Minyak yang telah
dimurnikan
akan berwarna jernih
dan sedikit kekuningan.
- Minyak bunga matahari
kaya akan asam
linoleat (C18:2),
suatu asam lemak tak
jenuh yang baik bagi
kesehatan manusia.
Kepentingan teknik
menginginkan minyak
dengan kadar asam
oleat yang lebih tinggi
dan terdapat pula
kultivar bunga
Matahari yang
menghasilkan minyak
dengan kualitas
demikian (mengandung
80% hingga 90% asam
oleat, sementara
kultivar untuk pangan
memiliki hanya 25%
asam oleat).
3. Jagung Minyak - Pembungaan terlihat
jagung ketika tanaman telah
diperoleh dari memasuki umur sekitar
bagian bakal 42 hari. Setelah
biji dari pembungaan, barulah
butiran- disusul dengan
butiran jagung pengisian biji secara
penuh. Pemanenan
dapat dilakukan setelah
tanaman memasuki
usia 2 bulan atau 60
hari. Panen jagung
manis dilakukan
setelah hari ke-63. Ini
bertujuan agar biji
jagung terisi penuh.
- Minyak jagung
berwama merah gelap
dan setelah dimurnikan
akan berwarna kuning
keemasan
- Komposisi minyak
jagung mencakup asam
lemak jenuh dan tidak
jenuh seperti
palmitoleat (11,67%),
stearat (1,85%), oleat
(25,16%), linoleat
(60,60%), linolenat
(0,48%), dan arachidic
(0,24%). Selain itu,
minyak jagung
mengandung asam
lemak kaprilat, kaprat,
dan miristat
4. Canola Minyak canola - biji antara 20 dan 30
terbuat dari butir. Biji kecil, non-
biji endospermik, dengan
tanaman diameter sekitar 1mm
canola dibalut cangkang
berwarna hitam
(terdapat mutan yang
berwarna kuning).
- Mulai dari bunga
mekar hingga bijinya
siap panen memerlukan
waktu lebih kurang 2
bulan.
- Canola adalah salah
satu jenis minyak sayur
dengan kadar
eicosenoic dan asam
erucic yang rendah.
Minyak canola atau
kanola mengandung
63% lemak tak jenuh
tunggal dan asam alfa-
linoleat, turunan dari
omega-3.
5. Sawit Daging buah - Tanaman kelapa sawit
kelapa sawit baru berbuah pada
(juga dikenal umur 3-4 tahun setelah
sebagai tanam, ketika buah
mesokarp) satuan mulai jatuh dari
diekstrak tandan buah segar, itu
menjadi berati sudah siap
minyak sawit, panen. Jika buah sawit
dan inti di tidak dipanen pada saat
bagian tengah yang tepat, maka buah
buah sawit tersebut akan terlalu
juga dapat matang dan banyak
diolah menjadi tandan yang turun
minyak inti maka kualitas menjadi
kelapa sawit. kurang baik.
Minyak sawit - Minyak yang berasal
dan minyak dari daging buah
inti kelapa (mesokarp) berwarna
sawit merah. Jenis minyak ini
digunakan di dikenal sebagai minyak
banyak produk kelapa sawit kasar atau
rumah tangga, Crude Palm Oil (CPO).
mulai dari Sedangkan minyak
minyak yang kedua adalah
goreng hingga berasal dari inti kelapa
detergen. sawit, tidak berwarna
dikenal sebagai minyak
inti kelapa sawit atau
Palm Kernel Oil
(PKO).
- Minyak kelapa sawit
tersusun atas lemak dan
minyak alam yang
terdiri atas trigliserida,
digliserida dan
monogliserida, asam
lemak bebas, moisture,
pengotor dan
komponen-komponen
minor bukan
minyak/lemak yang
secara umum disebut
dengan senyawa yang
tidak dapat disabunkan.
Asam lemak yang
paling dominan pada
minyak kelapa sawit
adalah asam palmitat
(C16:0 asam lemak
jenuh) dan asam oleat
(C18:1 asam lemak tak
jenuh).
BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Jarak
Tanaman jarak merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati.
Bagian tanaman jarak yang mengandung banyak minyak dan dapat diolah untuk
diambil minyaknya adalah pada bijinya. Biji jarak pagar dan jarak kepyar
mengandung senyawa curcin dan ricin yang beracun sehingga pemanfaatan
minyak dari biji jarak tidak digunakan untuk pangan melainkan untuk keperluan
non pangan dalam industri.
Menurut Fitria dan Yani (2018), Tanaman jarak pagar merupakan salah
satu tanaman yang paling prospektif untuk diproses menjadi biodiesel karena
selain relatif mudah ditanam, toleransinya tinggi terhadap berbagai jenis tanah dan
iklim, produksi minyak tinggi, serta minyak yang dihasilkan tidak dapat
dikonsumsi oleh manusia sehingga tidak mengalami persaingan dengan minyak
untuk pangan.
Tanaman jarak memiliki kandungan minyak yang relatif besar, yaitu 30-
35% berat (www.jatropha.de). Minyak jarak (Jatropha oil) tergolong minyak yang
tidak mengering meskipun terkena oksidasi. Umumnya seluruh bagian dari pohon
jarak beracun, sehingga tanaman ini hampir tidak mempunyai hama serta
merupakan tanaman non pangan dengan nilai ekonomi rendah yang akan
menguntungkan proses pembuatan biodiesel jika ditinjau dari harga bahan
mentahnya (Widyastuti, 2007).
Adapun sifat fisik dan kimia minyak jarak dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.1 Sifat Fisik Dan Kimia Minyak Jarak (Ricinus Communis)

Sumber : Dewi (2015)


5.2 Bunga Matahari
Biji bunga matahari selain dijadikan produk kuaci juga dapat diolah
menjadi minyak karena kandungan minyak pada biji bunga matahari yang cukup
tinggi. Menurut Katja (2012), Komposisi minyak biji bunga matahari berkisar
antara 23-45%. Minyak biji bunga matahari yang telah dimurnikan
akan berwarna jernih dan sedikit kekuningan. Warna minyak yang jernih
kemungkinan disebabkan oleh rendahnya kandungan karotenoid pada minyak biji
bunga matahari yang telah dimurnikan. Menurut Widarta (2008), karotenoid
merupakan kelompok pigmen yang berwarna kuning, orange, merah orange, serta
larut dalam minyak (lipida).
Minyak biji bunga matahari mengandung asam linoleat 44-72% dan asam
oleat 11,7%. Minyak biji bunga matahari digunakan untuk berbagai keperluan
seperti minyak goreng, pembuatan margarine bahan baku kosmetik, dan obat-
obatan, selain itu bungkil atau ampas hasil pemerasan minyak mengandung 13-
20% protein, yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Misalnya biji bunga
matahari termasuk golongan minyak rendah kolesterol menyaingi minyak jagung,
minyak kacang tanah dan minyak kadelai, sehingga sangat baik untuk kesehatan
(Katja, 2012).
Cara menentukan siap panen biji bunga matahari yaitu dengan memeriksa
kepala bunga untuk tanda-tanda kematangan. Sisi sebaliknya berubah dari hijau
menjadi kuning-cokelat. Kepala besar akan mengangguk ke bawah. Pandangan
yang dekat akan mengungkapkan kelopak-kelopak kecil yang menutupi benih
yang sedang berkembang telah mengering dan sekarang rontok dengan mudah
memperlihatkan benih matang yang penuh sesak. Tanda-tanda tersebut
menunjukkan biji bunga matahari siap panen dan dapat diambil minyaknya.

5.3 Jagung
Pemanenan dapat dilakukan setelah tanaman memasuki usia 2 bulan atau
60 hari. Panen jagung manis dilakukan setelah hari ke-63. Ini bertujuan agar biji
jagung terisi penuh. Dengan umur panen tersebut, maka akan didapatkan hasil
optimum jumlah biji jagung, yaitu saat biji jagung terisi penuh sehingga dapat
memproduksi minyak dari biji jagung dengan kuantitas yang maksimal.
minyak jagung memiliki kualitas yang lebih baik daripada minyak nabati
lainnya. Komposisi minyak jagung mencakup asam lemak jenuh dan tidak jenuh
seperti palmitoleat (11,67%), stearat (1,85%), oleat (25,16%), linoleat (60,60%),
linolenat (0,48%), dan arachidic (0,24%). Selain itu, minyak jagung mengandung
asam lemak kaprilat, kaprat, dan miristat (Setiawan, dkk., 2019).
Asam lemak yang menyusun minyak jagung terdiri dari asam lemak jenuh
dan asam lemak tidak jenuh (Ketaren, 1986). Jumlah asam lemak jenuh dalam
minyak jagung sekitar 13 persen. Golongan asam lemak jenuh yang menyusun
trigliserida minyak jagung adalah: asam miristat, asam palmitat dan asam stearat.
Golongan asam lemak tidak jenuh yang menyusun trigliserida minyak jagung
berjumlah sekitar 86 persen yang terdiri dari: asam oleat dan asam linoleat.
Komposisi asam lemak dalam minyak jagung dan komposisi minyak jagung
berturut-turut disajikan dalam tabel 5.3.1 dan tabel 5.3.2 berikut ini.
Tabel 5.3.1 Komposisi Asam Lemak Dalam Minyak Jagung

Sumber : Kataren (1986)


Tabel 5.3.2 Komposisi Minyak Jagung

Sumber : Blachard (1992)


Minyak Jagung diperoleh dengan mengekstrak bagian lembaga dari biji
jagung. Minyak jagung mempunyai nilai gizi yang sangat tinggi yaitu sekitar 250
kilo kalori/ons. Selain itu juga minyak jagung lebih disenangi konsumen karena
mengandung sitosterol sehingga para konsumen dapat terhindar dari gejala
atherosclerosis(endapan pada pembuluh darah) yang mengakibatkan terjadinya
ikatan kompleks antara sitosterol dan Ca++ dalam darah (Ketaren, 1986).
5.4 Canola
Pada awal tahun 1960an, para peneliti Canada menemukan bahwa minyak
dari biji Canola adalah salah satu jenis minyak sayur dengan kadar eicosenoic dan
asam erucic yang rendah, sehingga akhimya minyak ini direkomendasikan
penggunaannya sebagai rninyak pangan oleh Health and Welfare Department
dengan surat pada tanggal 1 Desember 1973. Pada tahun 1974, Dr. Baldur
Stefansson, seorang pengembang tanaman dari Universitas Manitoba,
mengembangkan varietas baru dengan kadar asam erucic dan glukosinolat sangat
rendah yang tlisebut dengan Brassica napus yang akhirnya dikenal dengan nama
Canola. Pengembangan produksi Canola di Canada, Jepang, Arnerika, Australia
dan beberapa negara yang lain, telah membuktikan bahwa Canola telah menjadi
salah satu usaha pangan dunia. Dengan kandungan asam erucic dan glukosinolat
yang rendah, Canola pantas disebut sebagai superior edible vegetable oil
(Wiguno, 2005).
Rendabnya kadar glukosinolat mengakibatkan minyak canola aman untuk
dikonsumsi karena tidak menimbulkan kanker colon (usus besar), pembesaran
kelenjar g'1lldok, berkurangnya level honnon tiroid, tidak sempumanya kerja hati
dan jantung dan juga dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan
perkembangan reproduksi. Sedangkan asam erucic adalah rantai panjang
komponen asam lemak tak jenuh ttmggal, dengan rendaImya kadar asam erucic
maka dapat disimpulkan baIlwa minyak canola tidak akan meyebabkan kolestrol
sehingga minyak canol a dapat dikonsumsi dengan aman Canola baik dan sangat
stabil untuk proses memasak dan mempunyai banyak zat yang essensiaI bagi
tubuh seperti asam lemak linoleic, asam alfa linolenoic (Wiguno, 2005).
5.5 Sawit
Minyak sawit telah luas digunakan sebagai bahan baku produk pangan dan
non pangan. Untuk aplikasi menjadi beberapa produk, minyak sawit harus
memiliki mutu yang baik dan disesuaikan dengan karakteristiknya. Produk pangan
lebih dititikberatkan pada titik leleh dan kandungan lemak padat sedangkan
produk non pangan pada komposisi asam lemak (Hasibuan, 2012).
Bagian yang dimanfaatkan untuk menghasilkan minyak pada tanaman
kelapa sawit yaitu bagian daging buah dan inti di bagian tengah buah sawit. Hal
ini dikarenakan bagian tersebut yang paling banyak mengandung minyak.
Buah kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak. Minyak yang berasal
dari daging buah (mesokrap) berwarna merah. Jenis minyak ini dikenal sebagai
minyak kelapa sawit kasar atau Crude Palm Oil (CPO). Sedangkan minyak yang
kedua adalah berasal dari inti kelapa sawit, tidak berwarna, dikenal sebagai
minyak inti kelapa sawit atau Palm Kernel Oil (PKO).
Minyak sawit kasar (Crude Palm Oil) mengandung pigmen karetenoid
dengan kandungan beta karoten sekitar 500-700 ppm, yang dapat digunakan
sebagai sumber provitamin A yang dibutuhkan oleh tubuh dan merupakan bahan
pangan sumber karoten alami terbesar. Oleh karena itu, CPO berwarna merah
jingga. Disamping itu jumlahnya juga cukup tinggi. Minyak sawit ini diperoleh
dari mesokrap buah kelapa sawit melalui ekstraksi dan mengandung sedikit air
serta serat halus, yang berwarna kuning sampai merah dan berbentuk semi solid
pada suhu ruang. Adanya serat halus dan air pada sawit kasar tersebut
menyebabkan minyak sawit kasar tidak dapat dikonsumsi langsung sebagai bahan
pangan maupun non pangan (Ketaren, 2005).
Asam lemak yang paling dominan pada minyak kelapa sawit adalah asam
palmitat (C16:0 asam lemak jenuh) dan asam oleat (C18:1 asam lemak tak jenuh).
Berikut komposisi asam lemak minyak kelapa sawit.
Tabel 5.5 Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit

Sumber : Allen (1992)


Tandan buah segar (TBS) dipanen saat kematangan tercapai dengan
ditandai oleh sedikitnya 1 berondolan telah lepas per kg TBS. Dengan kriteria
panen ini, diharapkan kandungan minyak dalam TBS optimal dengan kandungan
ALB yang sangat rendah dan biaya panen yang relatif ekonomi. 7 Kematangan ini
ditandai oleh warna buah. Buah sawit bewarna hitam bila masih muda, dan
berubah menjadi orange-merah pada saat matang. Buah di bagian dalam janjangan
buah relatif gepeng, lebih kecil dan kurang berpigmen dibanding buah bagian
luar.
Pada minggu-minggu terakhir proses pematangan buah, pada saat produksi
minyak meningkat, warna buah berubah dengan cepat dari kuning menjadi lebih
kemerahan. Agar kadar ALB minimum, transpor buah panen harus dilakukan
sesegera mungkin. Selain itu juga perlu dijamin bahwa hanya buah yang cukup
matang yang dipanen. Siklus panen yang pendek (7hari atau kurang) dapat
diterapkan untuk menjamin bahwa buah yang dipanen tidak lebih dari 3 hari dari
saat matang optimum.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, didapatkan kesimpulan bahwa setiap jenis
komoditas penghasil minyak memiliki karakteristik fisik maupun kimia yang
berbeda. Setiap jenis komoditas menghasilkan minyak yang memiliki
karakteristik fisik dan kandungan kimia serta pemanfaatan yang berbeda-beda.
Minyak yang berasa dari tanaman jarak mengandung senyawa yang
bersifat racun sehingga pemanfaatannya untuk industri non pangan seperti
dijadikan minyak pelumas dan bahan bakar biodiesel. Minyak dari biji jagung, biji
bunga matahari, biji canola, dan biji sawit mengandung asam lemak tak jenuh dan
rendah kolesterol sehingga dapat dimanfaatkan untuk industri pangan. Selain
dijadikan minyak goreng, minyak inti sawit juga dapat diolah menjadi bahan baku
minyak alkohol dan industri kosmetika.
Adapun minyak nabati secara umum yaitu sejenis minyak yang terbuat
dari tumbuhan dan banyak digunakan dalam makanan, sebagai perisai rasa
(flavor), untuk menggoreng dan memasak. Berdasarkan kegunaannya, minyak
nabati terbagi atas dua golongan. Pertama, minyak nabati yang dapat digunakan
dalam industri makanan (edible oils) dan dikenal dengan nama minyak goreng
meliputi minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak kanola dan sebagainya.
Kedua, minyak yang digunakan dalam indutri non makanan (non edible oils),
misalnya minyak jarak. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa perbedaan
komposisi asam lemak penyusun dapat berpengaruh terhadap karakteristik sensori
beberapa produk pangan tertentu.

6.2 Saran
Adapun saran dari kegiatan praktikum ini yaitu, mahasiswa diharapkan
dapat mengembangkan lagi pengetahuan dengan melakukan penelitian tentang
komoditas penghasil minyak nabati di Indonesia sehingga dapat memperkaya
wawasan dan pustaka yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Amalia N. R. 2015. Uji Efek Penyembuhan Gel Ekstrak Daun Jarak Merah
(Jatropha gossypifolia Linn.) Terhadap Luka Sayat Pada Kelinci
(Oryctolagus cuniculus). Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan, Farmasi, UIN
Alauddin Makassar: Makassar.

Anggela A. 2019. Karakterisasi Morfologi Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis


guineensis Jacq.) Varietas Dumpy dan Bibit Asal Sapuan Di Perkebunan
Rakyat Kabupaten Dharmasraya. Skripsi. Fakultas Pertanian, Budidaya
Perkebunan, Universitas Andalas: Dharmasraya.

Apriyansyah. 2016. Identifikasi Hama Serangga Pada Tanaman kelapa Sawit


(Elaeis guineensis Jacq.) dan Pengajaran Di SMA Negeri 2 Babat Supat.
Skripsi. FKIP, Pendidikan Biologi, Universitas Muhammadiyah Palembang:
Palembang.

Busia S., Durri M. F., Lintong P. M. 2016. Pengaruh Pemberian Minyak Kanola
Terhadap Gambaran Histopatologik Aorta dan Kadar Kolesterol Tikus
Wistar Dengan Diet Tinggi Lemak. Jurnal e-Biomedik. 4(2) : 1-8.

Dewi D. C. 2015. Produksi Biodiesel Dari Minyak Jarak(Ricinus communis)


Dengan Microwave. Skripsi. Fakultas Teknik, Teknik Kimia, Universitas
Negeri Semarang: Semarang.

Fatah G. S. A., dan Soebandi M. 2016. Pengolahan dan Pemanfaatan Biodiesel


Minyak Jarak Pagar (Jatropha Curcas) Pada Mesin Pertanian. Prosding
Seminar Nasional.
http://eprints.umpo.ac.id/1733/1/PROSIDING%20SEMINAR%20NASION
AL%28Univ.%20brawijaya%29.pdf. 28 April 2021.
Fitria dan Yani A. 2018. Pembuatan Bahan Bakar Alternatif Dari Minyak Biji
Jarak Menggunakan Gelombang Mikro. TURBO. 7(2) : 174-184.

Hermanto S., Muawanah A., Wardhani P. 2010. Analisis Tingkat Kerusakan


Lemak Nabati dan Lemak Hewani Akibat Proses Pemanasan. JURNAL
KIMIA Valensi. 1(6) : 262-268.

Hernawati B. D. 2010. Isolasi Lipase Ekstrak Kasar Dari Pseudomonas


aeruginosa Sebagai Biokatalisator Dalam Studi Pendahuluan Reaksi
Esterifikasi Antara Asam Emak Minyak Sawit Dengan Sukrosa. Skripsi.
FMIPA, Kimia, Universitas Indonesia: Depok.

Hidayah N., Istiani A. N., Septiani A. 2020. Pemanfaatan Jagung (Zea Mays)
Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Keripik Jagung Untuk Meningkatkan
Perekonomian Masyarakat Di Desa Panca Tunggal. Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat. 1(1) : 42-48.

Hasibuan H. A. 2012. Kajian Mutu dan Karakteristik Minyak Sawit Indonesia


serta Produk Fraksinasinya. Jurnal Standarisasi. 14(1) : 13-21.

Katja D. G. 2012. Kualitas Minyak Bunga Matahari Komersial Dan Minyak Hasil
Ekstraksi Biji Bunga Matahari (Helianthus annuus L.). Jurnal Ilmiah Sains.
12(1) : 59-64

Lioe H. N., Andarwulan N., Rahmawati D. 2018. Karakteristik Fisikokimia dan


Sensori Mayonnaise pada Berbagai Komposisi Asam Lemak dari
Penggunaan Minyak Nabati Berbeda. Jurnal Mutu Pangan, Vol. 5(1): 1-9.

Permatasari L., Waluyo B., Kuswanto. 2019. Karakteristik Biji Tanaman Jarak
Kepyar (Ricinus communis L.) akibat Perlakuan Kolkisin. Jurna Produksi
Tanaman. 7(2) : 268-273.
Renilailli. 2008. Ekstraksi Minyak Jarak Sebagai Bahan Bakar Alternatif.
Jurnal Ilmiah MATRIKS. 195(12) : 1-20.

Rohana P. D. 2018. Pengaruh Antara Waktu Penyerapan Terhadap Konsentrasi


Cemaran Pb Pada Daun Tanaman Bunga Matahari (Helianthus annuus L.).
Skripsi. Fakultas Biologi, Universitas Medan Area: Medan.

Sarimole E., Martosupono M., Semangun H., Mangimbulude C. 2014. Manfaat


Jarak Pagar (Jatropha curcas) Sebagai Obat Tradisional. Prosding Seminar
Nasiona Raja Ampat. file:///C:/Users/hp/Downloads/M01588%20(1).pdf. 29
April 2021.

Setiawan W., Hidayat T., Ramadhan A. Z. 2019. Analisa Penggunaan Biodiesel


Minyak Jagung Sebagai Campuran Bahan Bakar Alternatif Mesin Diesel.
JURNAL INOVTEK POLBENG. 9(2) : 280-288.

Sulemana R., Kandowangkoa N. Y., Abdula A. 2019. Karakterisasi Morfologi


dan Analisis Proksimat Jagung (Zea mays, L.) Varietas Momala Gorontalo.
Jambura Edu Biosfer Journal. 1 (2): 72-81

Supraniningsih Y. 2012. Pengembangan Kelapa Sawit Sebagai Biofuel dan


Produksi Minyak Sawit Serta Hambatannya. WIDYA. 2(1) : 10-18.

Sutan S. M., Hendrawan Y., Tripdani D. A. 2018. Kajian Pemanasan Pada Proses
Ekstraksi Minyak Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.) Menggunakan Hydraulic
Press. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem. 6(1) : 63-71.

Widyastuti L. 2007. Reaksi Metanolisis Minyak Biji Jarak Pagar Menjadi Metil
Ester Sebagai Bahan Bakar Pengganti Minyak Diesel Dengan Menggunakan
Katalis KOH. Skripsi. FMIPA, Kimia, Universitas Negeri Semarang:
Semarang.

Wiguno J. A., dan Prani B. E. 2005. Perencanaan Pabrik Minyak Canola Dengan
Metode Cold Pressed. Tugas Perencanaan Pabrik. Fakultas Teknik, Teknik
Kimia, Universitas Katolik Widya Mandala: Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai