KIMIA TEKSTIL
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Maksud
Melakukan proses pencapan kain kapas dengan zat warna reaktif metode satu tahap.
1.2 Tujuan
Mengetahui pengaruh metoda fiksasi terhadap ketuaan, kerataan, dan ketajaman motif hasil pencapan
kain kapas dengan zat warna reaktif dingin.
BAB II
DASAR TEORI
Kain kapas merupakan kain yang berasal dari serat kapas 100%. Serat kapas sendiri berasal dari
biji tanaman jenis Gossypium. Analisa serat kapas menunjukan bahwa serat kapas tersusun atas
selulosa. Selulosa merupakan polimer yang tersusun dari kondensasi molekul-molekul glukosa. Derajat
polimerisasi selulosa pada kapas kira-kira 10.000. Morfologi dari serat kapas pada penampang
membujurnya adalah seperti pita yang terpuntir atau pita berpilin, sementara penampang melintang
seperti ginjal dengan bulatan kosong di tengahnya.
Tahan alkali
Tidak tahan asam
Tidak tahan oksidator
2.2 Pencapan
Pencapan adalah suatu proses pemberian warna pada kain secara tidak merata sesuai dengan
motif yang telah ditentukan dan hasilnya memiliki ketahanan luntur warna. Untuk mencapai hasil
pencapan yang baik pada proses pencapan dibutuhkan kondisi yang spesifik, peralatan khusus dan
desain yang sempurna, desain memiliki nilai seni yang tinggi dan biasanya diciptakan sebagai hasil karya
seni.
Motif yangakan diperoleh pada kain cap nantinya harusnya dibuat dulu gambar pada
kertas.Kemudian dari gambar ini masing-masing warna dalam komponen gambar yang akan dijadikan
motif dipisahkan dalam kertas film. Dari kertas film inilah motif dipindahkan ke screen, di mana dalam
screen ini bagian-bagian yang tidak ada gambarnya akan tertutup oleh zat peka cahaya sedangkan untuk
bagian-bagian yang merupakan gambar akan berlubang dan dapat meneruskan pasta capke bahan yang
akan dicap.
Beberapa alat yang digunakan dalam proses pencapan, antara lain :
- Kasa / screen
Kasa / screen adalah kain yang berfungsi sebagai sarana pembentuk corak gambardi atas
benda - benda yang dicap (sablon). Kasa terbuat dari serat sintetis, seperti Nylon dan
Poliester yang memiliki sifat Hidrofobik sehingga kestabilan tegangan kasa terjaga, tidak
mudah mulur ataupun mengkeret.
- Rakel (squeeqee)
Rakel berguna untuk menekan tinta dari kain screen (saring) ke atas kertas atau bahan lain
yang akan disablon. Biasanya terbuat dari karet atau plastik sintetik. Pada bahan yang lunak
dan tumpul biasanya mengalirkan lebih banyak tinta pada media cetak. Sedangkan bahan
yang keras dan tajam mengalirkan lebih sedikit tinta,sehingga mempercepat pengeringan.
Ujung bundar untuk memindahkan tintadalam jumlah banyak, misalnya untuk mencetak
warna terang diatas latar belakang gelap diatas objek datar. Juga digunakan untuk mencetak
tinta fluorescent. Satu sisi miring, untuk menyablon diatas gelas atau plastik keras seperti
kaca,pelat nama dan lain-lain yang datar dengan permukaan halus. Jumlah tinta yang
dijumlahkan sedikit.
- Meja Cetak
Meja cetak yang digunakan khusus untuk sablon, yaitu daun meja dibuat dari kaca dengan
ketebalan 5 mm. Rancangan dibuat khusus untuk sablon dengan posisi kedudukan engsel
penyekat (catok) sejajar dengan permukaan kaca.
2.3 Zat Warna Reaktif
Zat warna reaktif adalah suatu zat warna yang dapat mengadakan reaksi dengan serat sehingga
zat warna tersebut merupakan bagian dari serat. Oleh karena itu, hasil celupan zat warna reaktif
mempunyai ketahanan cuci yang sangat baik. Demikian pula karena berat molekul zat warna reaktif kecil
maka kecerahan warnanya akan lebih baik daripada zat warna direk.
Menurut reaksi yang terjadi, zat warna reaktif dapat dibagi menjadi 2 golongan:
Golongan 1: zat warna reaktif yang mengadakan reaksi subtitusi dengan serat dan membentuk ikatan
pseude ester, misalnya : zat warna procion, cibanon, drimaren dan levafix.
Golongan 2: zat warna reaktif yang dapat mengadakan reaksi adisi dengan serat dan membentuk
ikatan ester, misalnya : zat warna remasol dan remalan.
Secara umum struktur zat warna yang larut dalam air dapat digambarkan sebagai berikut :
S–K–P–R–X
S : gugus pelarut misalnya gugus asam sulfonat dan karboksilat.
K : khromofor misalnya sistem yang mengandung gugus azo dan akinon.
P :gugus penghubung antara kromofor dan sistem yang reaktif misalnya gugus amina dan amida.
R : sistem yang reaktif misalnya pirimidin dan vinil.
X :gugus reaktif yang mudah terlepas dari sistem yang reaktif misalnya gugus khlor dan sulfat.
Khromofor zat warna reaktif mempunyai berat molekul yang kecil agar daya serap terhadap serat
tidak besar sehingga zat warna yang tidak bereaksi dengan serat mudah dihilangkan. Gugus
penghubung dapat mempengaruhi daya serap dan ketahanan zat warna terhadap asam atau basa. Agar
reaksi dapat berjalan dengan baik diperlukan penambahan alkali misalnya Natrium Silikat dan KOH
karena apabila telah dikerjakan dengan alkali bahan akan tahan pencucian dan penyabunan. Disamping
terjadi reaksi antara zat warna dengan serat yang membentuk ikatan pseude ester dan eter, molekul air
juga dapat mengadakan reaksi hidrolisa dengan molekul zat warna, dengan memberikan komponen zat
warna yang tidak reaktif lagi. Reaksi hidrolisa tersebut akan bertambah cepat dengan penaikan
temperatur.
2.4 Pencapan Dengan Zat Warna Reaktif
Secara umum pencapan dengan zat warna reaktif dapat dilakukan dengan dua buah cara, seperti
berikut ini:
• Larutan atau pastanya telah mengandung zat warna, alkali, dan zat lainnya. Kemudian pasta tersebut
dicapkan pada bahan, selanjutnya bahan dikeringkan, dibiarkan proses fiksasi dengan waktu yang
tertentu. Setelah itu dilakukan pencucian dan dievaluasi. Hal tersebut dilakukan untuk metode air-
hanging.
• Larutan atau pastanya hamya mengandung zat warna, pengental dan zat pembantu lainnya,
kemudian dicapkan pada bahan. Setelah kering kemudian dicapkan pada motif tersebut yaitu pasta
yang mengandung Na.Silikat dan NaOH untuk fiksasinya. Setelah dibiarkan dengan waktu yang
tertentu kemudian bahan dicuci, disabun dan dievaluasi. Hal ini dilakukkan untuk metode batching
atau blok Na.silikat.
BAB III
METODOLOGI
Alat : Bahan :
1. Screen Pencapan 1. Kain Kapas Contoh Uji
2. Rakel 2. Zat Warna Reaktif
3. Gelas Ukur 3. Zat Anti Reduksi
4. Ember Kecil 4. Urea
5. Neraca Analitik 5. NaHCO3
6. Wadah Pasta Cap 6. Pengental
7. Mixer 7. Na2CO3
8. Pengaduk 8. Teepol
9. Stenter 9. Air
3.3 Fungsi Zat
• Zat Warna Reaktif = Bereaksi dengan serat selulosa dan memberikan motif pada bahan.
• Zat Anti Reduksi = Menghindarkan zat warna reaktif dari proses reduksi yang dapat mengakibatkan
zat warna rusak dan tidak terfiksasi pada kain.
• Urea = Zat higroskois yang berfungsi untuk menjaga kelembaban kain (mencegah terjadinya over
drying yang menimbulkan pergerakan zat warna dipermukaan kain).
• NaHCO3 = Sebagai pemberi suasana alkali dan membantu proses fiksasi zat warna pada serat.
• Pengental = Meningkatkan kekentalan pasta cap, melekatkan zat warna pada bahan tekstil, dan
sebagai pengatur viskositas.
• Na2CO3 = Sebagai pemberi suasana alkali dan mengurangi kesadahan air ketika proses
pencucian.
• Teepol = Menyabunkan atau melepaskan zat-zat yang tidak terfiksasi pada serat dan berada
dipermukaan kain.
• Air = Sebagai medium pelarut.
Sebanyak 50 gram
10 𝑔𝑟𝑎𝑚
• Zat Warna Reaktif : 1000 𝑚𝑙
𝑥 50 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,5 gram
20 𝑔𝑟𝑎𝑚
• Zat Anti Reduksi : 1000 𝑚𝑙
𝑥 50 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1 gram
100 𝑔𝑟𝑎𝑚
• Urea : 1000 𝑚𝑙
𝑥 50 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 5 gram
30 𝑔𝑟𝑎𝑚
• NHCO3 : 1000 𝑚𝑙
𝑥 50 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1,5 gram
600 𝑔𝑟𝑎𝑚
• Pengental : 1000 𝑚𝑙
𝑥 50 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 30 gram
240 𝑔𝑟𝑎𝑚
• Air : 1000 𝑚𝑙
𝑥 50 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 12 gram
50 gram
3.5.2 Pencucian
• Na2CO3 : 2 g/L
• Teepol : 1 mL/L
• Suhu : 90°C
• Waku : 10-15 menit
BAB IV
DATA PENGAMATAN
1 Menit 3 19,8 cm
3 Menit 5 19,0 cm
5 Menit 7 19,8 cm
7 Menit 8 19,8 cm
9 Menit 9 19,8 cm
5.1 Pembahasan
Proses fiksasi penting karena terjadi ikatan kovalen antara serat dengan zat warna reaktif. Waktu
proses fiksasi yang terlalu lama dari ya ng dibutuhkan akan menyebabkan turunnya hasil pewarnaan
yang disebabkan ketidakstabi lan ikatan kovalen serat dengan zat warna dibawah kondisi alkali.
Oleh karena itu kondisi fiksasi yang tepat sangatlah penting baik ditinjau dari segi ekonomis juga hasil
pewarnaan yang tinggi. Penentuan kondisi fiksasi bergantung pada tingkat kereaktifan zat warna.
Zat warna dengan kereaktifan tinggi dapat dikerjakan dengan proses fiksasi cepat, namun bila zat warna
yang dipakai mempunyai kereaktifan rendah, lebih aman bila menggunakan suhu dan waktu pengukusan
normal.
Fiksasi dengan pengukusan untuk mayoritas zat w arna reaktif efektif dilakukan dengan uap jenuh
(satur ated steam) pada suhu 100-103°C selama 3-10 menit.
Lama waktu pengukusan bergantung pada tingkat kereaktifan zat warna.
Zat pembantu yang diperlukan selama proses pencapan pada dasarnya untuk meningkatkan mutu
proses dan hasil pencapan seperti motif warna yang tajam, warna yang cerah, warna yang rata, ketuaan
warna dan tahan luntur warna yang baik.
Sehingga dapat dilihat dari data pengamatan diatas bahwa waktu prses steaming sangat
berpengaruh terhadap hasil dari pencapan khusus nya untuk ketuaan nya semakin lama proses steaming
maka semakin tua warna yang dihasilkan namun variasi waktu steaming tidak terlalu berpengaruh pada
ketajaman motif nya, karena ketajaman motif lebih dipengaruhi dari penambahan zat pembantu
5.2 Kesimpulan
Pada proses pencapan kain kapas dengan zat warna reaktif metode satu tahap dengan variasi
waktu steaming menghasilkan hasil pencapan yang dapat disimpulkan bahwa semakin lama waktu
steaming maka semakin tua warna yang dihasilkan, dengan proses waktu steaming 9 menit
menghasilkan nilai ketuaan maksimal di 9 tetapi waktu steaming tidak mempengaruhi dari ketajaman
motif dapat dilihat bahwa hasil nya hamper semua mendaptkan ketajaman sama dan baik, karena
ketajaman motif dipengaruhi dari variasi penambahan zat pembantu nya, jadi dapat disimpulkan bahwa
variasi waktu steaming hanya mempengaruhi pada ketuaan warnanya saja
DAFTAR PUSTAKA
Djufri, Rasjid., dkk. 1976. Teknologi Pengelantangan, Pencelupan, Dan Pencapan. Bandung:
Institut Teknologi Tekstil.
Lubis, Arifin., dkk. 1998. Teknologi Pencapan Tekstil. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
Bandung.
Suprapto, Agus., dkk. 2006. Bahan Ajar Teknologi Pencapan 1. Bandung: Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil.