Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan Vol. 10, No.

2, Desember 2017 ISSN : 1693-6868

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL BERISIKO HIV AIDS PADA GAY DI
KECAMATAN CENGKARENG TAHUN 2016
1)
Eti Supriati dan 2)Hadi Siswanto
Universitas Respati Indonesia, Jl. Bambu Apus I No 3 Cipayung - 13890
Hadisis_viva@yahoo.com

ABSTRAK

Salah satu sub-populasi yang berisiko tinggi terhadap penularan HIV-AIDS adalah Gay. Berdasarkan
data Survei terpadu biologis dan perilaku (STBP 2015) pada gay yaitu berganti ganti pasangan dengan cara
menjual seksual mengalami kenaikan cukup significan dari 1,6% pada tahun 2007 menjadi 11,79% pada
tahun 2015 kenaikannya 10,09%. Persentase Faktor Penularan HIV Pada gay mengalami peningkatan 4,8%
dari tahun 2015 pada triwulan satu sampai tahun 2016 pada triwulan satu. Tujuan penelitian untuk
mengetahui dan menjelaskan distribusi frekuensi perilaku seksual berisiko pada gay dan faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku berisiko HIV/AIDS pada gay di wilayah Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat
Tahun 2016. Penelitian ini kuantitatif dengan rancangan Cross Sectional. Penelitian dilakukan di wilayah
Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat, Bulan Juli - Agustus tahun 2016. Responden total populasi sebanyak
67 orang.Analisis univariat dan bivariat dengan Chi Square. Hasil univariat perilaku berisiko HIV/AIDS pada
gay kategori berisiko 36 responden (53,7%) dan sisanya mempunyai perilaku tidak beriko. Berdasarkan uji
statistik variabel yang tidak berhubungan dengan perilaku berisiko HIV adalah pengetahuan, sikap,
pekerjaan, perolehan informasi pendidikan seks, dan dukungan petugas kesehatan sedangkan variabel yang
berhubungan dengan perilaku berisiko terhadap HIV/AIDS adalah umur p 0,021, OR 4,478, 95%CI 1,371-
14,626, dan pendidikan p 0,046, OR 0,046, OR 0,035, 95%CI 0,106-0,875. Simpulan sebagian besar gay
berisiko terhadap HIV/AIDS, faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual berisko HIV/AIDS adalah
umur dan pendidikan gay. Saran : kegiatan promosi kesehatan tentang HIV/AIDS perlu dilaksanakan lebih
intensif, berkelanjutan dan melakukan kerjasama lintas sektor terkait bersama dengan organisasi berbasis
masyarakat, lembaga swadaya, tokoh masyarakat dan kalangan media massa.

Kata Kunci : Perilaku Seksual beresiko, Gay, HIV AIDS, umur,pendidikan.

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang gay ada peningkatan dari 20,2% pada Triwulan 1
Homoseksual adalah individu yang secara 2015 menjadi 25% pada Triwulan 1 2016.
emosional dan seksual tertarik terhadap sesame Proporsi penderita paling banyak ditemukan pada
jenisnya, yang terdiri dari gay dan lesbian. Istilah kelompok umur 25-49 tahun (69,7%), disusul
Gay untuk laki-laki, dan Lesbian untuk kelompok umur 20-24 tahun (16,6%), dan
perempuan yang secara seksual tertarik terhadap kelompok umur > 50 tahun (7,2 %) (Kemenkes
perempuan. (Bailey,1996). RI,2016).
Homoseksualitas telah ada sejak zaman Situasi epidemi HIV/AIDS di dunia maupun di
dahulu kala dan telah tercatat sejak zaman Indonesia memang tergolong memprihatinkan.
Yunani kuno (Bailey,1996). HIV/AIDS di Indonesia sejak ditemukan pertama
fenomena percintaan sesama jenis ini mulai kali pada tahun 1987 hingga kini jumlah
banyak diketahui dan ditemukan ditengah penderitanya semakin meningkat.
kehidupan. Saat ini Gay mulai berani menunjukan Di Indonesia Secara kumulatif jumlah
jati diri dengan membentuk komunitas. penderita HIV/AIDS dari 1 April 1987 s/d Maret
Persentase Faktor Penularan kasus HIV tertinggi 2016 mencapai 198.292 penderita HIV dan
pada bulan Januari - Maret 2015 terjadi melalui 78.292 penderita AIDS, dengan jumlah tertinggi
heteroseksual (51.9%), gay (20.2%) pada kasus HIV adalah Jakarta (40.500) diikuti Jawa
pengguna NAPZA suntik/penasun (5.1%). Pada Timur (26.052), Papua (21.474), jawa Barat

625
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan Vol. 10, No. 2, Desember 2017 ISSN : 1693-6868

(18.727) dan Jawa Tengah (13.547) (Ditjen P2P komunitas gay, memberikan layanan kesehatan
Kemenkes RI,2016). pada gay terutama untuk penyakit yang terkait
Kasus HIV AIDS pada Komunitas Gay tiap dengan dampak perilaku seksual pada gay.
tahun menunjukan kenaikan. Tahun 2010 Adanya Puskesmas yang bisa diakses oleh
berumlah 506 Orang, Tahun 2011 = 1046 orang, komunitas gay, menunjukan ada akses kesehatan
Tahun 2012 = 1514 orang, dan Tahun 2013 = yang mudah untuk komunitas gay melakukan
3287 Orang, tahun 2014 = 3858 orang dan tahun pemeriksaan dan pengobatan terkait dengan
2015 = 4241 (Ditjen P2P Kemenkes RI,2016). perilaku seksual yang dilakukannya.
Kementrian Kesehatan mencatat beberapa Perkembangan teknologi komunikasi menjadi
faktor penyebab AIDS, yaitu: heteroseksual salah satu alasan terciptanya kemudahan bagi
(53%), homo-biseksual (3%), injecting drug user komunitas gay, untuk mendapatkan wadah
(IDU) (38%), dan transmisi perinatal (3%) (Ditjen berkomunikasi atau saling bertukar pikiran
PPM & PL Kemkes RI, 2011). Faktor-faktor yang bahkan pasangan.
menyebabkan kasus HIV/AIDS terus melonjak,
disebabkan karena adanya perilaku menyimpang 2. Tujuan Penelitian
dari perilaku Waria, homoseks, dan pengguna Untuk mengetahui faktor-faktor yang
narkoba suntik yang saling bergantian berhubungan dengan perilaku Seksual HIV/AIDS
(Adisasmito, 2010). pada gay di Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat
Salah satu sub-populasi yang juga berisiko Tahun 2016.
tinggi terhadap penularan HIV-AIDS adalah Gay,
Berdasarkan data Survei terpadu biologis dan 3. Metode Penelitian
perilaku (STBP) salah satu perilaku seksual pada Penelitian ini menggunakan metode
gay yaitu berganti ganti pasangan dengan cara kuantitatif dengan Rancangan Cross sectional,
menjual seksual mengalami kenaikan pada tahun menggunakan data primer, data sekunder,
2007 = 1,6%, tahun 2011 = 2,90% dan tahun 2015 responden dalam penellitian seluruh populasi gay
11,79%. Dari STBP 2015 diketahui bahwa upaya sebanyak 67 responden dilalukan wawancara
pencegahan penularan kasus HIV pada gay dengan kuesioner skala linkert dengan analisis
dengan cara memakai Kondom mengalami univariat dan bivariat dengan chi square.
kenaikan dari 24,4 % menjadi 33 %. (Data STBP
2015). 3.1. Tempat dan Waktu
Salah satu Puskesmas yang melayani Tempat : Puskesmas Kecamatan Cengkareng
Komunitas gay adalah Puskesmas Kec. Jakarta Barat,
Cengkareng yang berada di Jakarta Barat. Waktu : Agustus 2016.
Puskesmas ini sudah banyak diketahui oleh

626
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan Vol. 10, No. 2, Desember 2017 ISSN : 1693-6868

4. HASIL dan PEMBAHASAN


HASIL PENELITIAN
4.1. Analisis Univariat
Tabel 1. Hasil Analisis Univariat
No. Variabel Kategori Frekuensi Persentase
1 Perilaku berisiko -berisiko 36 53.7
HIV/AIDS -tidak berisiko 31 46.3
Jumlah 67 100.0
2 Tingkat pengetahuan -baik 41 61.2
-kurang baik 26 38.8
Jumlah 67 100.0
3 Sikap gay -positif 38 56.7
-negatif 29 43.3
Jumlah 67 100.0
4 Umur -muda 49 73.1
-tua 18 26.9
Jumlah 67 100.0
5 Pekerjaan -kerja 50 74.6
-tidak kerja 17 25.4
Jumlah 67 100.0
6 Pendidikan -tinggi 23 34.3
-rendah 44 65.7
Jumlah 67 100.0
7 Perolehan informasi -media 47 70.1
pendidikan sex informasi 20 29.9
-orang terdekat
Jumlah 67 100.0
8 Dukungan tenaga -mendukung 46 68.7
kesehatan -tidak 21 31.3
mendukung
Jumlah 67 100.0

627
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan Vol. 10, No. 2, Desember 2017 ISSN : 1693-6868

4.2. Analisis Bivariat

Tabel 2. Analisis Bivariat pada Gay di Kecamatan Cengkareng Tahun 2016


Perilaku berisiko HIV/AIDS pada gay Total P value OR
No Variabel Berisiko Tidak berisiko 95% CI
N % N % N %
1 Tk. Pengetahuan
-baik 25 61,0 16 39,0 41 100 0.214 2,131
-kurang 11 42,3 15 57,7 26 (0,784 – 5,789)
Total 36 53,7 31 46,3 67 100
2 Sikap gay
1,153
-positif 21 55,3 17 44,7 38 100 0,968
(0,437 – 3,039)
-negatif 15 51,7 14 48,3 29
Total 36 53,7 31 46,3 67 100
3 Umur
4,478
-muda 31 63,3 18 36,7 49 100 0,021
(1,371 – 14,626)
-tua 5 27,8 13 72,2 18
Total 36 53,7 31 46,3 67 100
4 Pekerjaan
0,758
-kerja 26 52,0 24 48,0 50 100 0,837
(0,249 – 2,310)
-tidak kerja 10 58,8 7 41,2 17
Total 36 53,7 31 46,3 67 100
5 Pendidikan
0,305
-tinggi 8 34,8 15 65,2 23 100 0,046
(0,106 – 0,875)
-rendah 28 63,6 16 36,4 44
Total 36 53,7 31 46,3 67 100
6 Peroleh informasi
pendidi seks 1,238
26 55,3 21 44,7 47 100 0,895
-media informasi (0,434 – 3,532)
10 50,0 10 50,0 20
-orang terdekat
Total 36 53,7 31 46,3 67 100
7 Dukungan tenaga
kesehatan 0,679 1,430
26 56,5 20 43,5 46 100
-mendukung (0,507-4,029)
10 47,6 11 52,4 21
-tidak mendukung
36 53,7 31 46,3 67 100

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa: 2. Hubungan sikap gay dengan Perilaku
1. Hubungan pengetahuan dengan Perilaku Berisiko HIV/AIDS pada Gay adalah:
berisiko HIV/AIDS pada Gay adalah: Tidak ada hubungan. Dimana sikap positif
Tidak ada hubungan. Dimana pengetahuan yang dengan perilaku berisiko sebanyak 21 responden
baik dengan perilaku berisiko sebanyak 25 (55,3%), sikap negatif dengan perilaku berisiko
responden (61,0%), pengetahuan yang kurang sebanyak 15 responden (51,3%). Sedangkan sikap
baik dengan perilaku berisiko sebanyak 11 positif dengan perilaku tidak berisiko sebanyak 17
responden (42,3%). Sedangkan Pengetahuan responden (44,7%), sikap negatif tidak berisiko
yang baik dengan perilaku tidak berisiko dengan perilaku tidak berisiko sebanyak 14
sebanyak 16 responden (39,0%), pengetahuan responden (48,3%). Berdasarkan hasil uji statistik
yang tidak berisiko dengan perilaku tidak berisiko dengan chi-square antara variabel sikap gay
sebanyak 15 responden (57,7%). Berdasarkan dengan variabel Perilaku Berisiko HIV/AIDS pada
hasil uji statistik dengan chi-square antara Gay diperoleh pvalue = 0,968 (pvalue >5%), artinya
variabel pengetahuan dengan variabel Perilaku tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap
Berisiko HIV/AIDS pada Gay diperoleh pvalue = gay dengan Perilaku Berisiko HIV/AIDS pada Gay
0,214 (pvalue >5%) yang artinya tidak ada di Kecamatan Cengkareng Tahun 2016.
hubungan signifikan antara pengetahuan Gay
dengan Perilaku Berisiko HIV/AIDS pada Gay di
Kecamatan Cengkareng Tahun 2016.

628
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan Vol. 10, No. 2, Desember 2017 ISSN : 1693-6868

3. Hubungan Umur dengan Perilaku Berisiko pendidikan rendah dengan perilaku tidak berisiko
HIV/AIDS pada Gay adalah: sebanyak 16 responden (36,4%). Dari hasil uji
Ada hubungan signifikan antara umur gay dengan statistik dengan chi-square antara variabel
Perilaku Berisiko HIV/AIDS, dapat diketahui pada pendidikan gay dengan Perilaku Berisiko
gay yang berusia muda dengan perilaku berisiko HIV/AIDS pada Gay diperoleh pvalue = 0,046 (pvalue
sebanyak 31 responden (63,3%), gay yang ≤5%) artinya ada hubungan signifikan antara
berumur tua dengan perilaku berisiko sebanyak 5 pendidikan gay dengan Perilaku Berisiko
responden (27,8%). Sedangkan gay yang berumur HIV/AIDS pada Gay di Kecamatan Cengkareng
muda dengan perilaku tidak berisiko sebanyak 18 Tahun 2016, dengan nilai OR = 0,305 artinya
responden (36,7%), gay yang berumur tua responden gay berpendidikan tinggi mempunyai
dengan perilaku tidak berisiko sebanyak 13 faktor resiko 0,305 kali lebih terhadap perilaku
responden (72,2%). Berdasarkan hasil uji statistik berisiko HIV/AIDS dibandingkan responden gay
dengan chi-square antara variabel umur gay yang memiliki pendidikan rendah.
dengan Perilaku Berisiko HIV/AIDS pada Gay
diperoleh pvalue = 0,021 (pvalue ≤5%), artinya ada 6. Hubungan Perolehan Informasi Pendidikan
hubungan signifikan antara umur gay dengan Seks dengan Perilaku Berisiko HIV/AIDS:
Perilaku Berisiko HIV/AIDS pada Gay, dengan nilai Tidak ada hubungan signifikan antara perolehan
OR = 4,478 artinya responden yang berumur informasi pendidikan seks dengan Perilaku
muda berpeluang 4,478 kali lebih besar terhadap Berisiko HIV/AIDS pada Gay, dapat diketahui
perilaku berisiko HIV/AIDS dibandingkan dengan bahwa gay yang memperoleh informasi
responden yang berumur tua. pendidikan seks melalui media Cetak & elektronik
dengan perilaku berisiko sebanyak 26 responden
4. Hubungan Pekerjaan dengan Perilaku (55,3%), gay yang memperoleh informasi
Berisiko HIV/AIDS pada Gay adalah: pendidikan seks melalui dukungan petugas
Tidak ada hubungan antara pekerjaan gay dengan kesehatan/orang terdekat dengan perilaku
Perilaku Berisiko HIV/AIDS pada Gay, karena berisiko sebanyak 10 responden (50,0%).
dapat diketahui bahwa gay yang bekerja dengan Sedangkan gay yang memperoleh informasi
perilaku berisiko sebanyak 26 responden (52,0%), pendidikan seks positif dengan perilaku tidak
gay yang tidak bekerja dengan perilaku berisiko berisiko sebanyak 21 responden (44,7%), gay
sebanyak 10 responden (58,8%). Sedangkan gay yang memperoleh informasi pendidikan seks
yang bekerja dengan perilaku tidak berisiko negative dengan perilaku tidak berisiko sebanyak
sebanyak 24 responden (48,0%), gay yang tidak 10 responden (50,0%). Dari hasil uji statistik
bekerja dengan perilaku tidak berisiko sebanyak 7 dengan chi-square variabel perolehan informasi
responden (41,2%). Berdasarkan hasil uji statistik pendidikan seks dengan variabel Perilaku Berisiko
dengan chi-square antara variabel pekerjaan gay HIV/AIDS pada Gay diperoleh pvalue = 0,895 (pvalue
dengan variabel Perilaku Berisiko HIV/AIDS pada >5%) artinya tidak ada hubungan signifikan
Gay diperoleh pvalue = 0,837 (pvalue >5%), artinya antara perolehan informasi pendidikan seks
tidak ada hubungan signifikan antara pekerjaan dengan Perilaku Berisiko HIV/AIDS pada Gay di
gay dengan Perilaku Berisiko HIV/AIDS pada Gay. Kecamatan Cengkareng Tahun 2016.

5. Hubungan Pendidikan dengan Perilaku 7. Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan


Berisiko HIV/AIDS pada Gay adalah: dengan Perilaku Berisiko HIV/AIDS adalah:
Ada hubungan antara tingkat pendidikan gay Tidak ada hubungan signifikan antara dukungan
dengan Perilaku Berisiko HIV/AIDS pada Gay petugas kesehatan dengan Perilaku Berisiko
dapat diketahui bahwa gay yang memiliki tingkat HIV/AIDS pada Gay dapat diketahui bahwa gay
pendidikan tinggi dengan perilaku berisiko yang mendapat dukungan petugas kesehatan
sebanyak 8 responden (34,8%), gay yang memiliki dengan perilaku berisiko sebanyak 26 responden
tingkat pendidikan rendah dengan perilaku (56,5%), gay yang tidak mendapatkan dukungan
berisiko sebanyak 28 responden (63,6%). petugas kesehatan dengan perilaku berisiko
Sedangkan gay yang memiliki tingkat pendidikan sebanyak 10 responden (47,6%). Sedangkan gay
tinggi dengan perilaku tidak berisiko sebanyak 15 yang mendapat dukungan petugas kesehatan
responden (65,2%), gay yang memiliki tingkat dengan perilaku tidak berisiko sebanyak 20

629
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan Vol. 10, No. 2, Desember 2017 ISSN : 1693-6868

responden (43,5%), gay yang tidak mendapat pengetahuan gay dengan variabel Perilaku
dukungan petugas kesehatan dengan perilaku Berisiko HIV/AIDS pada Gay diperoleh pvalue
tidak berisiko sebanyak 11 responden (52,4%). = 0,214 (pvalue >5%), artinya tidak ada
Berdasarkan hasil uji statistik dengan chi-square hubungan signifikan antara pengetahuan gay
antara variabel dukungan petugas kesehatan dengan Perilaku Berisiko HIV/AIDS pada Gay
dengan variabel Perilaku Berisiko HIV/AIDS pada di Kecamatan Cengkareng Tahun 2016.
Gay diperoleh pvalue = 0,679 (pvalue >5%), artinya Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari
tidak ada hubungan signifikan antara dukungan sejumlah fakta dan teori yang
petugas kesehatan gay dengan Perilaku Berisiko memungkinkan seseorang dapat
HIV/AIDS pada gay di Kecamatan Cengkareng. memecahkan masalah yang dihadapinya.
Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari
5. PEMBAHASAN pengalaman langsung maupun melalui
5.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perilaku pegalaman orang lain, (Notoatmodjo, 2010).
Berisiko HIV/AIDS pada Gay adalah: Semakin tinggi tingkat pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian seseorang untuk mengadaptasikan dirinya
menunjukkan bahwa perilaku berisiko dalam lingkungan inovasi yang baru maka
HIV/AIDS pada gay dengan kategori berisiko semakin baik pula penerimaannya,
sebanyak 36 responden (53,7%) dan perilaku (Notoatmodjo, 2007).
berisiko HIV/AIDS pada gay dengan kategori Menurut peneliti, bahwa tingkat
tidak berisiko sebanyak 31 orang (46,3%). di pengetahuan responden tentang HIV/AIDS
Kecamatan Cengkareng tahun 2016. cukup bervariasi sehingga dapat
Menurut Notoadtmojo (2010) perilaku mempresentasikan hasil dengan baik.
seseorang dapat dipengaruhi dari dalam Proporsi responden dengan tingkat
maupun dari luar dirinya, faktor yang pengetahuan baik tentang HIV/AIDS terlihat
mempengaruhi atau yang membentuk cukup tinggi. Hal ini dapat disebabkan oleh
perilaku manusia tersebut disebut banyaknya kemudahan bagi responden
determinan. Ada 3 teori tentang determinan dalam mengakses informasi seperti lokasi
perilaku manusia yang sering digunakan sekolah dan fasilitas sekolah. Lokasi sekolah
dalam penelitian kesehatan yaitu teori terletak di tengah kota sehingga fasilitas
Lawren green, Snehandu B Karr dan teori seperti toko buku mudah ditemui oleh
WHO. responden. Fasilitas sekolah seperti
5.2 Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku perpustakaan, laboratorium komputer atau
Berisiko HIV/AIDS pada Gay adalah: internet memudahkan responden untuk
Berdasarkan hasil penelitian analisis mengakses informasi termasuk informasi
univariat dapat dilihat bahwa tingkat mengenai HIV/AIDS. Oleh karena itu,
pengetahuan perilaku berisiko HIV/AIDS sebagian besar responden memiliki tingkat
pada gay dengan pengetahuan baik pengetahuan yang baik mengenai HIV/AIDS.
sebanyak 41 responden (61,2%) dan
pengetahuan kurang baik sebanyak 26 orang 5.3. Hubungan Sikap dengan Perilaku Berisiko
(38,8%). HIV/AIDS pada Gay adalah:
Berdasarkan hasil penelitian analisis bivariat Dari hasil analisis univariat dapat dilihat
dapat dilihat bahwa pengetahuan yang baik bahwa sikap perilaku berisiko HIV/AIDS pada
dengan perilaku berisiko sebanyak 25 gay dengan sikap positif sebanyak 38
responden (61,0%), pengetahuan yang responden (56,7%) dan sikap negative
kurang baik dengan perilaku berisiko sebanyak 29 responden (43,3%).
sebanyak 11 responden (42,3%). Sedangkan Berdasarkan hasil analisis bivariat
Pengetahuan yang baik dengan perilaku hubungan antara sikap gay dengan Perilaku
tidak berisiko sebanyak 16 responden Berisiko HIV/AIDS pada Gay dapat diketahui
(39,0%), pengetahuan yang tidak berisiko bahwa sikap positif dengan perilaku berisiko
dengan perilaku tidak berisiko sebanyak 15 sebanyak 21 responden (55,3%), dan sikap
responden (57,7%). Berdasarkan hasil uji negatif sebanyak 15 responden (51,3%).
statistik dengan chi-square antara variabel Sedangkan sikap positif dengan perilaku

630
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan Vol. 10, No. 2, Desember 2017 ISSN : 1693-6868

tidak berisiko sebanyak 17 responden pada tahap ini remaja telah mampu
(44,7%), dan sikap negatif tidak berisiko mengambil sikap sesuai norma dan standar
dengan perilaku tidak berisiko sebanyak 14 masyarakat di lingkungannya jika
responden (48,3%). Berdasarkan hasil uji dihadapkan pada suatu hal misalnya perilaku
statistik dengan chi-square antara variabel seksual pranikah yang terjadi di kalangannya.
sikap gay dengan variabel Perilaku Berisiko
HIV/AIDS pada Gay diperoleh pvalue = 0,968 5.5. Hubungan Pekerjaan dengan Perilaku
(pvalue >5%) yang artinya tidak ada hubungan Berisiko HIV/AIDS pada Gay adalah:
signifikan antara sikap gay dengan Perilaku Berdasarkan hasil analisis univariat
Berisiko HIV/AIDS pada Gay. dapat dilihat bahwa perilaku berisiko
HIV/AIDS pada gay yang bekerja sebanyak 50
5.4. Hubungan Umur dengan Perilaku Berisiko responden (74,6%) dan perilaku berisiko
HIV/AIDS pada Gay adalah: HIV/AIDS pada gay yang tidak bekerja
Berdasarkan hasil penelitian analisis sebanyak 17 responden (25,4%).
univariat dapat dilihat bahwa umur perilaku Berdasarkan hasil penelitian analisis bivariat
berisiko HIV/AIDS pada gay berusia muda dapat dilihat bahwa hubungan antara
sebanyak 49 responden (73,1%) dan perilaku pekerjaan gay dengan Perilaku Berisiko
berisiko HIV/AIDS pada gay berusia tua HIV/AIDS pada Gay dapat diketahui bahwa
sebanyak 18 responden (26,9%). gay yang bekerja dengan perilaku berisiko
Berdasarkan hasil penelitian analisis bivariat sebanyak 26 responden (52,0%), gay yang
hubungan antara umur gay dengan Perilaku tidak bekerja dengan perilaku berisiko
Berisiko HIV/AIDS pada Gay adalah bahwa sebanyak 10 responden (58,8%). Sedangkan
gay berusia muda dengan perilaku berisiko gay yang bekerja dengan perilaku tidak
sebanyak 31 responden (63,3%), gay berisiko sebanyak 24 responden (48,0%), gay
berumur tua dengan perilaku berisiko yang tidak bekerja dengan perilaku tidak
sebanyak 5 responden (27,8%). Sedangkan berisiko sebanyak 7 responden (41,2%).
gay berumur muda dengan perilaku tidak Berdasarkan hasil uji statistik dengan chi-
berisiko sebanyak 18 responden (36,7%), gay square antara variabel pekerjaan gay dengan
berumur tua dengan perilaku tidak berisiko Perilaku Berisiko HIV/AIDS pada Gay
sebanyak 13 responden (72,2%). diperoleh pvalue = 0,837 (pvalue >5%), artinya
Berdasarkan hasil uji statistik dengan chi- tidak ada hubungan signifikan antara
square antara variabel umur gay dengan pekerjaan gay dengan Perilaku Berisiko
variabel Perilaku Berisiko HIV/AIDS pada Gay HIV/AIDS pada Gay di Kecamatan
diperoleh pvalue = 0,021 (pvalue ≤5%), artinya Cengkareng Tahun 2016.
ada hubungan signifikan antara umur gay Hasil analisis statistik menunjukkan
dengan Perilaku Berisiko HIV/AIDS pada Gay tidak ada hubungan antara pekerjaan
di Kecamatan Cengkareng Tahun 2016, dengan kejadian HIV AIDS pada gay (p=
dengan nilai OR = 4,478 artinya responden 0,719). Meskipun tidak ada hubungan gay
berumur muda berpeluang 4,478 kali lebih tetapi pada kelompok yang tidak bekerja
besar terhadap perilaku berisiko HIV/AIDS mempunyai risiko 0,68 kali lipat terkena HIV
dibandingkan dengan responden yang AIDS dibandingkan pada kelompok yang
berumur tua. bekerja.
Menurut hasil peneliti, Hal ini
kemungkinan disebabkan pada masa remaja 5.6. Hubungan Pendidikan dengan Perilaku
masih dalam perkembangan pencarian Berisiko HIV/AIDS pada Gay adalah:
identitas diri. Pada saat remaja dengan Berdasarkan hasil analisis univariat
penyampaian informasi kesehatan seksual dapat dilihat bahwa perilaku berisiko
yang tidak benar dapat mengakibatkan HIV/AIDS pada gay dengan pendidikan tinggi
remaja sering melakukan hubungan seksual sebanyak 23 responden (34,3%) dan perilaku
secara bebas dan sering berganti-ganti berisiko HIV/AIDS pada gay dengan
pasangan, sehingga sangat berisiko terkena pendidikan rendah sebanyak 44 responden
PMS. Dan hal ini juga menunjukkan bahwa (65,7%). Berdasarkan hasil analisis bivariat

631
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan Vol. 10, No. 2, Desember 2017 ISSN : 1693-6868

dapat dilihat bahwa hubungan antara tingkat responden (44,7%), gay yang memperoleh
pendidikan gay dengan Perilaku Berisiko informasi pendidikan seks negative dengan
HIV/AIDS pada Gay dapat diketahui bahwa perilaku tidak berisiko sebanyak 10
gay yang memiliki tingkat pendidikan tinggi responden (50,0%). Dari hasil uji statistik
dengan perilaku berisiko sebanyak 8 dengan chi-square antara variabel perolehan
responden (34,8%), gay yang memiliki informasi pendidikan seks dengan variabel
tingkat pendidikan rendah dengan perilaku Perilaku Berisiko HIV/AIDS pada Gay
berisiko sebanyak 28 responden (63,6%). diperoleh pvalue = 0,895 (pvalue >5%), artinya
Sedangkan gay yang memiliki tingkat tidak ada hubungan signifikan antara
pendidikan tinggi dengan perilaku tidak perolehan informasi pendidikan seks dengan
berisiko sebanyak 15 responden (65,2%), gay Perilaku Berisiko HIV/AIDS pada Gay di
yang memiliki tingkat pendidikan rendah Kecamatan Cengkareng Tahun 2016.
dengan perilaku tidak berisiko sebanyak 16 Informasi yang di peroleh dari berbagai
responden (36,4%). sumber akan mempengaruhi tingkat
Berdasarkan hasil uji statistik dengan pengetahuan seseorang. Bila seseorang
chi-square antara variabel pendidikan gay banyak memperoleh informasi maka ia
dengan variabel Perilaku Berisiko HIV/AIDS cenderung mempunyai pengetahuan yang
pada Gay diperoleh pvalue = 0,046 (pvalue lebih luas, (Notoatmodjo, 2007).
≤5%), artinya ada hubungan signifikan antara
pendidikan gay dengan Perilaku Berisiko 5.8 Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan
HIV/AIDS pada Gay, dengan nilai OR = 0,305 dengan Perilaku Berisiko HIV/AIDS pada
artinya responden gay yang memiliki Gay adalah :
pendidikan tinggi berpeluang sebanyak Berdasarkan hasil analisis univariat
0,305 kali lebih besar terhadap perilaku bahwa perilaku berisiko HIV/AIDS pada gay
berisiko HIV/AIDS dibandingkan dengan yang mendapat dukungan dari tenaga
responden gay yang memiliki pendidikan kesehatan sebanyak 46 responden (68,7%)
rendah. dan perilaku berisiko HIV/AIDS pada gay
yang tidak mendapat dukungan dari tenaga
5.7. Hubungan Perolehan Informasi Pendidikan kesehatan sebanyak 21 responden (31,3%).
Seks dengan Perilaku Berisiko HIV/AIDS Berdasarkan hasil analisis bivariat bahwa
pada Gay di Kecamatan Cengkareng Tahun gay yang mendapat dukungan petugas
2016 kesehatan dengan perilaku berisiko
Berdasarkan hasil penelitian analisis sebanyak 26 responden (56,5%), gay yang
univariat dapat dilihat bahwa perilaku tidak mendapatkan dukungan petugas
berisiko HIV/AIDS pada gay dengan kesehatan dengan perilaku berisiko
perolehan informasi pendidikan seks melalui sebanyak 10 responden (47,6%). Sedangkan
media informasi (Cetak & Elektronik) gay yang mendapat dukungan petugas
sebanyak 47 responden (70,1%) dan perilaku kesehatan dengan perilaku tidak berisiko
berisiko HIV/AIDS pada gay dengan sebanyak 20 responden (43,5%), gay yang
perolehan informasi melalui orang terdekat tidak mendapat dukungan petugas
sebanyak 20 responden (29,9%). Dari hasil kesehatan dengan perilaku tidak berisiko
analisis bivariat bahwa hubungan antara sebanyak 11 responden (52,4%).
perolehan informasi pendidikan seks dengan Berdasarkan hasil uji statistik dengan
Perilaku Berisiko HIV/AIDS pada Gay yang chi-square antara variabel dukungan petugas
memperoleh informasi pendidikan seks kesehatan dengan variabel Perilaku Berisiko
positif dengan perilaku berisiko sebanyak 26 HIV/AIDS pada Gay diperoleh pvalue = 0,679
responden (55,3%), gay yang memperoleh (pvalue >5%), artinya tidak ada hubungan
informasi pendidikan seks negative dengan signifikan antara dukungan petugas
perilaku berisiko sebanyak 10 responden kesehatan gay dengan Perilaku Berisiko
(50,0%). Sedangkan gay yang memperoleh HIV/AIDS pada Gay di Kecamatan
informasi pendidikan seks positif dengan Cengkareng Tahun 2016.
perilaku tidak berisiko sebanyak 21

632
Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan Vol. 10, No. 2, Desember 2017 ISSN : 1693-6868

6. SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA


6.1. Simpulan Adisasmito. 2010. Faktor yang menyebabkan
Berdasarkan hasil penelitian dan kasus HIV/AIDS terus melonjak,
pembahasan, maka dapat disimpulkan disebabkan karena adanya perilaku
bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang dari perilaku wanita
berisiko HIV/AIDS pada gay adalah pekerja seks (WPS), homoseks, dan
pendidikan, umur. Faktor yang tidak pengguna narkoba suntik yang saling
berhubungan dengan perilaku berisiko bergantian.
HIV/AIDS pada gay adalah sikap gay, http://download.portalgaruda.org/arti
pekerjaan, pengetahuan perolehan cle.php?article=16620&val=1040.
informasi pendidikan seksual, dan dukungan Bailey.1996. Teori konstuksionis.
petugas. https://www.scribd.com/doc/1830963
16/teori-homoseksual-pdf.
6.2. Saran Darwono, 2015. Faktor-faktor yang berhubungan
Diharapkan gay dapat memperoleh dengan perilaku seksual beresiko HIV
informasi tentang pendidikan seks sedini AIDS pada Waria DiKecamatan
mungkin supaya terhindar dari HIV/AIDS. Jatinegara, Jakarta: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Respati
Indonesia. Kesehatan RI.
Ditjen PPM & PL. Kementrian 2011
Ditjen PP & PL.Kementerian Kesehatan RI.20016
Notoatmodjo, S., 2005. Domain Perilaku. Dalam :
Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta : PT RINEKA CIPTA, 139-146.
______________,2007.Promosi Kesehatan dan
Ilmu Perilaku.Jakarta: PT Rineka Cipta.
STBP.2015. Pedoman Pelaksanaan Lapangan
STBB 2009, Gay,Waria,Penasun.

633

Anda mungkin juga menyukai