Anda di halaman 1dari 5

Nama ; Fifi Devianti

Kelas : 2b-RMIK

NIM : E712011037

RANGKUMAN MATERI

A. Kata identitas berasal dari bahasa inggris identity yang secara harafiah berarti jati diri, ciri-ciri,
atau tanda-tanda yang melekat pada seseorang atau sesuatu sehingga mampu membedakannya
dengan yang lain. Dalam terminologi antropologi, identitas adalah sifat khas yang menerangkan dan
sesuai dengan kesadaran diri pribadi sendiri, golongan sendiri, kelompok sendiri, atau komunitas
sendiri.

Pengertian Bangsa

Istilah «bangsa» dalam bahasa Inggris disebut «nation». Kata nation berasal dari kata «natio» yang
berarti «lahir». Nation dapat berarti suatu kelahiran, suatu keturunan, suatu suku bangsa yang
memiliki kesamaan keturunan, orang-orang yang sama keturunan.
Kata «bangsa» sendiri berasal dari bahasa Sansekerta «wangsa» yang berarti orang-orang yang satu
keturunan atau satu «trah» . Secara etimologis bangsa berasal dari kata «wangsa» artinya orang-
orang yang berasal dari satu keturunan.
Berdasarkan hal ini, disimpulkan bangsa menunjuk pada persekutuan hidup dari orang-orang atau
kelompok manusia yang memiliki kesamaan keturunan.
Seturut dengan pengertian di atas, konsep bangsa memiliki dua pengertian, yaitu bangsa dalam
pengertian sosiologis antropologis dan bangsa dalam pengertian politis.
a. Bangsa dalam pengertian sosiologis antropologis adalah persekutuan hidup masyarakat yang
berdiri sendiri dan masing-masing anggota persekutuan hidup tersebut merasa satu kesatuan ras,
bahasa, agama, dan adat istiadat. Ikatan demikian disebut ikatan primordial. Misalnya, bangsa
Indonesia terdiri dari berbagai bangsa yang tersebar dari
Aceh sampai Irian Jaya, seperti Batak, Minangkabau, Sunda, Dayak, Banjar, dan sebagainya.
b. Bangsa dalam pengertian politik adalah suatu masyarakat dalam suatu daerah yang sama dan
mereka tunduk kepada kedaulatan negaranya sebagai suatu kekuasaan tertinggi ke luar dan ke
dalam. Mereka diikat oleh suatu kekuasaan politik, yakni negara.
Jadi, bangsa dalam arti politis adalah bangsa yang sudah bernegara. Misalnya, kemunculan bangsa
Indonesia setelah terciptanya negara Indonesia.

Cultural Unity dan Political Unity

Dengan pemahaman yang kurang lebih sama, AT Soegito dengan mengutip pendapat Jacobsen dan
Lipman, menyatakan bangsa memiliki dua arti, yaitu bangsa dalam pengertian kebudayaan dan
bangsa dalam pengertian politik kenegaraan.
Pertama, bangsa adalah suatu cultural unity. Cultural unity terjadi karena suatu masyarakat sebagai
persekutuan hidup itu merasa satu satuan dalam ras, bahasa, religi, sejarah, dan adat-istiadat.
Roeslan Abdulgani menyebutnya sebagai culture-natio-theory, bahwa suatu natio atau bangsa itu
adalah sekelompok manusia dengan persamaan culture atau kebudayaan. Dua, bangsa dalam arti
politik adalah suatu political unity.
Masing-masing anggota warga negara dalam political unity mungkin berbeda corak dan lapangan
kehidupannya, adat-istiadat dan kebudayaannya, tetapi mereka menjadi satu bangsa, menurut
pengertian politik menjadi penduduk yang berdiam di suatu daerah yang sama, dengan
pemerintahan yang sama, dan tunduk pada kedaulatan negara sebagai kekuasaan tertinggi.

Proses Pembentukan Bangsa-Negara

Secara umum dikenal adanya dua proses pembentukan bangsa-negara, yaitu model ortodoks dan
model mutakhir . Pertama, model ortodoks bermula dari adanya suatu bangsa terlebih dahulu untuk
kemudian bangsa itu membentuk satu negara tersendiri. Contoh, bangsa Yahudi berupaya
mendirikan negara Israel untuk satu bangsa Yahudi. Setelah bangsa-negara ini terbentuk maka rezim
politik dirumuskan berdasar konstitusi Negara yang selanjutnya dikembangkan partisipasi warga
negara dalam kehidupan politik bangsa-negara yang bersangkutan. Kedua, model mutakhir yang
berawal dari adanya negara terlebih dahulu yang terbentuk melalui proses tersendiri, sedangkan
penduduk negara merupakan sekumpulan suku bangsa dan ras. Contoh adalah kemunculan negara
Amerika Serikat pada tahun 1776.
Kedua model ini berbeda dalam empat hal. Pertama, ada tidaknya perubahan unsur dalam
masyarakat. Kedua, lamanya waktu yang diperlukan dalam proses pembentukan bangsa-negara.
Ketiga, kesadaran politik masyarakat pada model ortodoks muncul setelah terbentuknya bangsa-
negara, sedangkan dalam model mutakhir kesadaran politik warga muncul mendahului bahkan
menjadi kondisi awal terbentuknya bangsa-negara. Keempat, derajat partisipasi politik dan rezim
politik.
Identitas Kultural dan Identitas Nasional a.
Cultural unity merujuk pada bangsa dalam pengertian kebudayaan atau bangsa dalam arti sosiologis
antropologis. Cultural unity disatukan oleh adanya kesamaan dalam hal ras, suku, agama, adat dan
budaya, keturunan , dan daerah asal .
Identitas ini, misalnya berwujud pada bahasa ibu, pakaian daerah, nama diri, falsafah hidup, dan
tradisi.
Identitas yang dimiliki oleh sebuah cultural unity kurang lebih bersifat askriptif, bersifat alamiah ,
primer, dan etnik. Misalnya, setia pada suku, agama, budaya, kerabat, daerah asal, dan pada
bahasanya. Identitas demikian dapat pula disebut sebagai identitas primordial.
b.
Political unity merujuk pada bangsa dalam pengertian politik, yaitu bangsa-negara.
Negara terbentuk dari satu bangsa dengan identitas primordial yang sama atau dapat dikatakan
negara terbentuk dari faktor-faktor objektif bangsa.
Negara baru perlu menciptakan identitas yang baru pula untuk bangsanya.
Identitas itu disebut identitas kebangsaan atau identitas nasional. Kata nasional menunjuk pada
kelompok-kelompok persekutuan hidup manusia yang lebih besar dari sekedar pengelompokan
berdasarkan ras, agama, budaya, bahasa, dan sebagainya.
Identitas kebangsaan bersifat buatan, sekunder, etis, dan nasional. Beberapa bentuk identitas
nasional adalah bahasa nasional, lambang nasional, semboyan nasional, bendera nasional, dan
ideologi nasional.

B. Faktor-faktor yang diperkirakan menjadi identitas bersama suatu bangsa meliputi: primordial,
sakral, tokoh, bhinneka tunggal ika, sejarah, perkembangan ekonomi, dan kelembagaan a.

Faktor Pembentukan Identitas Bersama


Faktor-faktor primordial ini meliputi: ikatan kekerabatan , kesamaan suku bangsa, daerah asal ,
bahasa, dan adat istiadat. Faktor primordial merupakan identitas yang menyatukan masyarakat
sehingga mereka dapat membentuk bangsa-negara.
b.
Faktor sakral dapat berupa kesamaan agama yang dipeluk masyarakat atau ideologi doktriner yang
diakui oleh masyarakat yang bersangkutan. Agama dan ideologi merupakan faktor sakral yang dapat
membentuk bangsa-negara.
c.
Kepemimpinan dari para tokoh yang disegani dan dihormati oleh masyarakat dapat pula menjadi
faktor yang menyatukan bangsa-negara.
d.
Prinsip bhinneka tunggal ika pada dasarnya adalah kesediaan warga bangsa untuk bersatu dalam
perbedaan. Yang disebut bersatu dalam perbedaan adalah kesediaan warga bangsa untuk setia pada
lembaga yang disebut negara dan pemerintahnya, tanpa menghilangkan keterikatannya pada suku
bangsa, adat, ras, dan agamanya.
e.
Persepsi yang sama di antara warga masyarakat tentang sejarah mereka dapat menyatukan diri
kedalam satu bangsa.
f.
Perkembangan ekonomi akan melahirkan spesialisasi pekerjaan dan profesi sesuai dengan aneka
kebutuhan masyarakat.
g.
Faktor lain yang berperan dalam mempersatukan bangsa adalah lembaga-lembaga pemerintahan
dan politik, seperti birokrasi, angkatan bersenjata, pengadilan, dan partai politik.

Identitas Nasional Indonesia

Identitas nasional bersifat buatan dan sekunder. Bersifat buatan karena identitas nasional itu dibuat,
dibentuk, dan disepakati oleh warga bangsa sebagai identitasnya setelah mereka bernegara. Bersifat
sekunder karena lahirnya identitas nasional setelah identitas kesukubangsaan yang memang telah
dimiliki warga bangsa itu secara askriptif.
Beberapa bentuk identitas nasional Indonesia adalah sebagai berikut.
a. Bahasa nasional atau bahasa persatuan, yaitu Bahasa Indonesia b. Bendera negara, yaitu Sang
Merah Putih c. Lagu kebangsaan, yaitu Indonesia Raya d. Lambang negara, yaitu Garuda Pancasila e.
Semboyan negara, yaitu Bhinneka Tunggal Ika f. Dasar falsafah negara, yaitu Pancasila g. Konstitusi
negara, yaitu UUD 1945 h. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat i.
Konsepsi Wawasan Nusantara j. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai kebudayaan
nasional
Menurut Sastrapratedja jati diri atau identitas bangsa adalah sebuah «konstruksi» yang selalu bisa
didekonstruksikan dan dikonstruksikan kembali.
Oleh karena itu, identitas nasional Indonesia merupakan sesuatu yang terus perlu direkonstruksi
kembali, dibangun, diwujudkan, dan dikembangkan.
Pancasila dapat menjadi dasar dalam membangun identitas nasional .
Indonesia .

Pancasila Sebagai Identitas Bangsa Indonesia

Indonesia dan Pancasila sebagai identitas kultural As’ad Said Ali, Kaelan menyatakan jati diri bangsa
Indonesia adalah nilai-nilai yang merupakan hasil buah pikiran dan gagasan dasar bangsa Indonesia
tentang kehidupan yang dianggap baik yang memberikan watak, corak, dan ciri masyarakat
Indonesia. Nilai-nilai dasar itu dirumuskan sebagai nilai-nilai Pancasila sehingga Pancasila dikatakan
sebagai jati diri bangsa.
Menurut Hardono Hadi , Pancasila sebagai pernyataan jati diri bangsa mencakup tiga aspek, yakni
Pancasila sebagai kepribadian bangsa, identitas bangsa, dan keunikan bangsa Indonesia. Pancasila
sebagai kepribadian bangsa bahwa Pancasila itu mencerminkan kenyataan akan nilai-nilai yang telah
ada sebagai hasil interaksi antar kebudayaan dan masyarakat ideologi sebagai pembentuknya.
Maksud Pancasila sebagai identitas bangsa Indonesia adalah unsur-unsur dasar kebudayaan bangsa
Indonesia menjadi ciri khas dari waktu ke waktu sepanjang hidup berbangsa Indonesia. Pancasila
menjadi keunikan bangsa Indonesia ketika pendukung unsur kepribadian dan identitas itu bergaul
dengan masyarakat dunia atau bangsa-bangsa lain di dunia. Secara singkat dikatakan
Pancasila sebagai pernyataan jati diri, di satu pihak mempunyai dasarnya pada fakta empiris, di lain
pihak dapat memberi orientasi kea rah cita-cita bangsa yang memang masih harus digulati terus-
menerus.
C.

Hakikat Negara Kebangsaan Indonesia

Hakikat dari negara Indonesia adalah negara kebangsaan . Negara-bangsa dibangun, dilandasi, dan
diikat oleh semangat kebangsaan atau disebut nasionalisme. Nasionalisme diartikan sebagai tekad
dari orang-orang yang ada di wilayah itu untuk membangun masa depan bersama di bawah satu
negara yang sama walaupun warga masyarakat itu berbeda dalam rasa, etnik, agama, ataupun
budaya bahkan dalam sejarah sekalipun.
Menurut Ir. Soekarno yang dimaksud bangsa Indonesia adalah seluruh manusiamanusia yang
menurut wilayahnya telah ditentukan untuk tinggal secara bersama di wilayah Nusantara dari ujung
Barat sampai ujung Timur yang memiliki «Le desir d’etre ensemble » dan «Charaktergemeinschaft» .
Tujuan dari paham kebangsaan sendiri adalah menciptakan negara bangsa yang wilayah dan batas-
batasnya menyerupai atau mendekati makna bangsa.
Faktor-faktor penting bagi pembentukan bangsa Indonesia adalah: a. Adanya persamaan nasib, yaitu
penderitaan bersama di bawah penjajahan bangsa asing yang kurang lebih selama 350 tahun, b.
Adanya keinginan bersama untuk merdeka, melepaskan diri dari belenggu penjajahan, c. Adanya
kesatuan tempat tinggal, yaitu wilayah nusantara yang membentang dari
Sabang sampai Merauke, dan d. Adanya cita-cita bersama untuk mencapai kemakmuran dan
keadilan sebagai suatu bangsa.
Frans Magnis Suseno menyatakan bahwa kesatuan bangsa Indonesia tidak bersifat alamiah tetapi
historis, persatuan bangsa Indonesia tidak bersifat etnik melainkan etis.
Bersifat historis karena bangsa Indonesia bersatu bukan karena kesatuan bahasa ibu, kesatuan suku,
budaya, ataupun agama. Yang mempersatukan bangsa Indonesia adalah sejarah yang dialami
bersama, yaitu sejarah penderitaan, penindasan, perjuangan, kemerdekaan, dan tekad untuk
kehidupan bersama.
Jadi, hakikat Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara kebangsaan modern.

Proses Terbentuknya Negara Indonesia

Secara teoritis, perkembangan terbentuknya negara Indonesia sebagai berikut.


a. Terbentuknya negara tidak sekedar dimulai dari proklamasi, tetapi adanya pengakuan akan hak
setiap bangsa untuk memerdekakan dirinya. Bangsa Indonesia memiliki tekad kuat untuk
menghapus segala penindasan dan penjajahan suatu bangsa atas bangsa lain.
Ini menjadi sumber motivasi perjuangan. .
b. Adanya perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan. Perjuangan panjang bangsa
Indonesia menghasilkan proklamasi. Proklamasi mengantarkan ke pintu gerbang kemerdekaan dan
dengan proklamasi tidaklah selesai kita bernegara. Negara yang kita cita-citakan adalah menuju pada
keadaan merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. .
c. Terbentuknya negara Indonesia adalah kehendak bersama seluruh bangsa Indonesia, sebagai
suatu keinginan luhur bersama. Di samping itu, adalah kehendak dan atas rahmat Allah Yang Maha
Kuasa. Ini membuktikan bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius dan mengakui adanya
motivasi spiritual. Alenia III Pembukaan UUD d. Negara Indonesia perlu menyusun alat-alat
kelengkapan negara yang meliputi tujuan, bentuk, sistem pemerintahan, UUD, dan dasar negara.
Dengan demikian, semakin sempurna proses terbentuknya negara Indonesia. .

Bangsa Indonesia bercita-cita mewujudkan negara yang bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
Dengan rumusan yang singkat, negara Indonesia bercita-cita mewujudkan masyarakat Indonesia
yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Tujuan negara Indonesia selanjutnya terjabar dalam alenia IV Pembukaan UUD

1945. Secara rinci sebagai berikut.


a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
b. Memajukan kesejahteraan umum.
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial.

Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman,
bertakwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi, serta berdisiplin .

2014 disebutkan bahwa visi Pembangunan Nasional

Tahun 2010-2014 adalah «terwujudnya Indonesia yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan».
Adapun penjelasannya sebagai berikut.
a. Kesejahteraan Rakyat, yaitu terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat, melalui
pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing, kekayaan sumber daya
alam, sumber daya manusia, dan budaya bangsa.
b. Demokrasi, yaitu terwujudnya masyarakat, bangsa, dan negara yang demokratis, berbudaya,
bermartabat, dan menjunjung tinggi kebebasan yang bertanggung jawab, serta hak asasi manusia.
c. Keadilan, yaitu terwujudnya pembangunan yang adil dan merata, yang dilakukan oleh seluruh
masyarakat secara aktif, yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai