1. Al-Qur’an
(QS. al-Baqarah: 43): “Dan dirikanlahshalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lahbeserta orang-
orang yang ruku”.
2. Hadist
3. Ijma
DalilberupaIjma’ ialahumat Islam sepakatbahwa zakat adalahwajib, bahkan para sahabat
Nabi sepakatuntukmembunuh orang-orang yang engganmembayarkan zakat.
Dengandemikian, barangsiapa yang mengingkariwajibnyaberartidia kafir.
Syarat Zakat
Zakat memilikibeberapasyaratwajib yang telahdisepakati ulama, antara lain: merdeka, Islam,
baligh, berakal, miliksempurna, mencapainishab dan mencapai haul.
Yusuf Qardhawiberpendapat:
Abdul QadimZallumberpendapat:
Sehinggadapatdisimpulkan:
“bahwapajakadalahkewajiban yang ditetapkanterhadapwajibpajak yang
harusdisetorkankepada negara sesuaidenganketentuan,
tanpamendapatprestasiatauimbalanlangsungdari
negara.Hasilnyaditujukanuntukmerealisirsebagiantujuanekonomi, sosial, politik, dan tujuan-
tujuan lainyang ingindicapai oleh negara”
Unsur – unsurpajakantara lain, sebagaiberikut;
Adapununsur-unsurpajakadalahsebagaiberikut:
1. Pajakadalahpembayarantunai,
artinyabahwaseorangmukallafmembayarnyadenganuangtunaitidakberupabarang.
2. Pajakadalahkewajiban yang mengikat, artinyabahwapajakialahkewajiban yang
dipungutdarisetiap individual sebagaisuatukeharusan.
3. Pajakmerupakankewajibanpemerintah, sehinggapejabatpemerintahataulembaga yang
berwenangmewajibkanpajak yang
kemudianhasilnyadipergunakanuntukkepentinganumum.
4. Pajakadalahkewajiban yang bersifat final, artinya orang
mukallaftidakberhakuntukmenolakataumenuntutsekalipuntidakterciptasuatukemanfaatan.
5. Pajaktidakadaimbalannya,
artinyatidakadasyaratbagiwajibpajakuntukmemperolehimbalanataufasilitaskesejahteraan,
sehinggatidakadahubunganantaramembayarpajakdenganfasilitas yang diperoleh oleh
wajibpajak.
6. Pajakadalahkewajibantuntutanpolitikuntukkeuangan negara.
Dasar hukumwajibpajak
ٍ يَاأَيُّ َهاالَّ ِذينَآ َمنُو ْاالَتَأْ ُكلُو ْاأَ ْم َوالَ ُك ْمبَ ْينَ ُك ْمبِا ْلبَا ِطإِل ِ الَّأَنتَ ُكونَتِ َجا َرةًعَنت ََر
َاض ِّمن ُك ْم َوال
َ ُتَ ْقتُلُو ْاأَنف
س ُك ْمإِنَّاللّ َه َكانَبِ ُك ْم َر ِحي ًما
· Adanyaunsurpaksaanuntukmengeluarkan.
· Keduanyadisetorkankepadalembagapemerintah (dalam zakat dikenalamil zakat).
· Pemerintahtidakmemberikanimbalantertentukepadasipemberi.
· Mempunyaitujuankemasyarakatan, ekonomi dan politikdisampingtujuankeuangan.
Zakat Pajak
Arti nama Suci, tumbuh Upeti
Hakikat dan dikaitkandenganmasalahibadahdalamrangkapend Kewajibanbagi yang
tujuan ekatandirikepada Allah. wajibkenapajak.
Nisab zakat sudahditentukan oleh sang pada
PembuatSyariat, yang pajakbisahalinibisaberuba
tidakbisadikurangiatauditambah-tambahi oleh h-
siapapun juga. ubahsesuaidenganpolicipe
merintah.
Keberlangsu Tetap dan terusmenerus Bisaberubah - ubah
ngan
Pengeluaran Sasaran zakat t terang dan jelas Untukkeperluanumum
nya negara
Maksud dan Memilikitujuan spiritual dan moral. Kewajiban
tujuan
(QS. Ibrahim: 7)
2. Zakat berfungsiuntukmenolong, membantu dan membinaterutama fakir miskin,
kearahkehidupan yang lebihbaik dan lebihsejahtera,
sehinggamerekadapatmemenuhikebutuhanhidupnyadenganlayak, dapatberibadahkepada
Allah SWT, terhindardaribahayakekufuran, sekaligusmenghilangkansifatiri, dengki dan
hasrad yang mungkintimbuldarikalanganmereka, ketikamerekameihat orang kaya yang
memilikihartacukupbanyak. Zakat sesungguhnyabukanlahsekedarmemenuhikebutuhan
para mustahik, terutama fakir miskin yang bersifatkonsumtif yang bersifatsesaat,
akantetapimemberikankecukupan dan kesejahteraankepadamereka,
dengancaramenghilangkanataupunmemperkecilpenyebabkehidupanmerekamenjadi miskin
dan menderita.
3. Sebagaipilaramalbersamaantara orang-orang kaya yang berkecukupanhidupnya dan para
mujahid yang seluruhwaktunyauntukberjihaddijalan Allah yang
karenakesibukannyatersebut, iatidakmemilikiwaktu dan kesempatanuntukberusaha dan
berikhtiarbagikepentingannafkahdiri dan keluarganya. Sebagaimanfirman Allah SWT:
(QS. Al-Hasyr: 7)
7. Doronganajaran Islam yang begitukuatkepada orang-orang yang berimanuntukberzakat,
berinfak dan bersedekahmenunjukkanbahwaajaran Islam
mendorongumatnyauntukmampubekerja dan berusahasehinggamemilikihartakekayaan
yang disampingdapatmemenuhikebutuhanhidupdiri dan keluarganya, sertaberlomba-
lombamenjadimuzaki. Zakat yang
dikeloladenganbaikakanmampumembukanlapangankerja dan usaha yang luas,
sekaliguspenguasaanaset-aset oleh umat Islam.
Berbedadengan zakat, terdapatperbedaan pada pajak. Ciri-ciripajak yang
tersimpuldariberbagaidefinisitentangpajakadalah:
1. Pajakmerupakanperalihankekayaandari orang atau badan kepadapemerintah.
2. Pembayarpajakharusberdasarkanundang-undang.
3. Sifatnyadapatdipaksakan.
4. Tidakadakontraprestasi (imbalan) yang langsungdapatdirasakan oleh pembayarpajak.
5. Pemungutanpajakdilakukan oleh negara baik oleh
pemerintahpusatmaupunpemerintahdaerah (tidakbolehdipungut oleh swasta).
6. Pajakdigunakanuntukmembiayaipengeluaran-pengeluaranpemerintah (rutin dan
pembangunan) bagikepentinganmasyarakat (Mufraini dan Arif, 2006).
Berdasarkanciri-ciri yang melekatdaripajakitu,
makapajakmempunyaifungsisebagaiberikut:
1. Fungsibudgetair/financial yaitumemasukkanuangsebanyak-banyaknyake kas negara,
dengantujuanuntukmembiayaipengeluaran-pengeluaran negara.
2. Fungsiregulerend/fungsimengaturyaitupajakdigunakansebagaialatuntukmengaturmasyarak
atbaik di bidangekonomi, sosialmaupunpolitikdengantujuantertentu (Jamal, 2004).
PembagianPajak
Menurutgolongannya
1. Pajaklangsung, yaitupajak yang harusdipikulsendiri oleh wajibpajak dan
tidakdapatdibebankanataudilimpahkankepada orang lain. Contoh: pajakpenghasilan.
2. Pajaktidaklangsung, yaitupajak yang pada
akhirnyadapatdibebankanataudilimpahkankepada orang lain. Contoh: pajakpertambahannilai.
Menurutsifatnya
1. Pajaksubjektif, yaitupajak yang berpangkalatauberdasarkan pada subjeknya,
dalamartimemperhatikandiriwajibpajak. Contoh: pajakpenghasilan.
2. PajakObjektif, yaitupajak yang berpangkal pada
objeknyatanpamemperhatikankeadaandiriwajibpajak.Contohnyapertambahannilai dan
pajakpenjualanatasbarangmewah.
Menurutlembagapemungutnya
1. Pajakpusat, yaitupajak yang dipungut oleh pemerintahpusat dan
digunakanuntukmembiayairumahtangga negara. Contoh: pajakpenghasilan,
pajakpertambahannilai, pajakpenjualanatasbarangmewah, pajakbumi dan
bangunandanbeamaterai.
2. Pajakdaerah, yaitupajak yang dipungut oleh pemerintahdaerah dan
digunakanuntukmembiayairumahtanggadaerah.Contohnyapajak hotel, pajakrestoran,
pajakhiburan, pajakreklame dan pajakpeneranganjalan.kendaraanbermotor dan
kendaraandiatas air, pajakbahan baker kendaraanbermotor.
Sistempengenaanpajak yang ada pada masa kinimengacukepadakaidah-
kaidahpembebananpajak yang dijelaskan pada bagiansebelumnya. Berdasarkankaidah-
kaidahtersebut, sistempengenaanpajakdapatdibedakanmenjaditiga. Pertama, sistempajak yang
progresif.
Dimanasistempengenaanpajakinibertambahnilainyaseiringdengansemakintingginyadasarpaja
k (tax base) sepertitingkatpenghasilanwajibpajak, hargabarangmewah dan sebagainya,
akandikenaipungutanpajak yang semakintinggipersentasenya.
Sistempajakprogresifmasihsesuaidengansemangat Islam yang menjunjungtingginilai-
nilaikeadilan dan kesetaraan.
Sistempengenaanpajaksepertiinisangatmembantumenumbuhkankesadaranwajibpajakuntukme
ngalokasikanharta yang dimilikinyakepadahal-hal yang
sifatnyalebihproduktifdaripadamembelanjakannyauntukbarang-barangmewah.
Kedua, sistempajakproposional, yaitupengenaantarifpajakberdasarkanpersentase yang
samauntuknilaiobjekpajak yang berbeda-beda.
Sisteminitidakbisadiberlakukanuntuksemuabentukpajak, hanyapajak-pajaktertentusaja yang
dapatmengunakansistemini. Meskidemikian,
sistempengenaanpajakproposionalmasihsejalandenganprinsip-prinsipkeadilan.Ketiga,
sistempajak yang regresif yang mana kebalikandarisistempajakprogresif.
Semakintinggidasarpajaknya, makaakansemakinrendahpersentase yang dibebankannya,
tetapijumlah yang dibayarkantetapakanlebihbesaruntuknilaipajak yang lebihbesar pula.
Sisteminidapatditerapkan pada pengenaanpajak yang dialokasikanuntukhal-hal yang
sifatnyaproduktif dan sosial, sertabergantung pada situasi dan kondisi yang terjadi pada
saatitu.Selainitu, dikenal pula pungutanpajak yang sifatnyalangsung dan tidaklangsung.
Pengenaanpajaklangsungartinyaseluruhbebanpajakdipikul oleh wajibpajakitusendiri dan
tidakdapatdialihkankewajibannyakepadapihaklain.
Sedangkanpajaktidaklangsungartinyabebanpajakdapatdialihkankepadapihaklain,
baikseluruhatausebagiandaribebanpajaktersebut.
Para ulama berpendapatbahwapajaklangsunglebihbaikdipandangdarisudut Islam, yang
menekankankeadilan. Sejumlah ulama sepertiSyekh Hasan Al Banna,
mantanpemimpinIkhwanulMuslimin, Yusuf Qardhawi dan Al-
Abbadimelihatsistempajakprogresifsangatsesuaidenganetos Islam
karenamembantumereduksikesenjanganpendapatan dan kekayaan.
Adapunjenis-jenispajak yang diberlakukan pada masa ituadalahsebagaiberikut :
Kharaj (Ibrahim, 2003)
Kharajdapatdiartikansebagaiharta yang dikeluarkan oleh pemillikuntukdiberikan pada
pemerintah. Penetapankharajharusmemperhatikanbetulkemampuankandungantanah,
karenaadatigahal yang berbeda yang mempengaruhinya: pertama, jenistanah; tanah yang
bagusakanmenyuburkantanaman dan hasilnyalebihbaikdibandingkandengantanah yang
buruk. Kedua, jenistanaman; adatanaman yang hargajualnyatinggi dan yang
hargajualnyarendah. Ketiga, pengelolaantanah; jikabiayapengelolaantanahtinggi,
makapajaktanah yang demikiantidaksebesarpajaktanah yang disiramidengan air hujan yang
biayanyarendah.
Jadikharajadalahpajakatastanah yang dimilikikalangannonmuslim di wilayah negara
muslim. Tanah yang pemiliknyamasuk Islam, makatanahitumenjadimilikmereka dan
dihitungsebagaitanah ‘usyrsepertitanah yang dikelola di kota Madinah dan Yaman. Dasar
penentuannyaadalahproduktivitastanah, bukansekedarluas dan lokasitanah. Artinya,
mungkinsajaterjadi, untuktanah yang bersebelahan, di satusisiditanamanggur dan
lainnyakurma, makahasilpajaknya juga berbeda. Berdasarkantigakriteria di atas,
pemerintahsecaraumummenentukankharajberdasarkankepada:
Karakteristiktanah/tingkatkesuburantanah
Jenistanaman, termasukdayajual dan jumlah
Jenisirigasi
Ketentuanbesarnyakharajinisamadengan ’usyr.
Sepertidijelaskan di muka, kewajibanmembayarkharajakangugur, kalaumerekamasuk
Islam, ataumenjualtanahtersebutkepada orang Islam. Akan
tetapikalaumerekamenjualtanahtersebutkepadapihaknonmuslim,
makakharajtersebuttetapberlaku. Perbedaanantaratanahkharajiyah dan usyriyahadalah;
kalautanahkharjiyah, berarti yang dimilikihanyakegunaannya,
sedangkanlahannyatetapmenjadimilik negara. Sementarakalau yang
diberikanadalahtanahusyuriyah, maka yang dimilikiadalahtanahsekaliguskegunaannya.
Pada masa pemerintahan Nabi SAW., tanah-tanahkharajsangatlahterbatas dan
tidakmembutuhkan. Barulah pada zaman khalifahpertama di belakangnya,
luasnyasertabanyaknyapenghasilantanah-tanahkharajterdiriatassebagianbesartanahRomawi
dan seluruhtanahkerajaanPersi. Disanalahberlakubanyaksistem yang
memerlukanpenilaiandaripemungutan dan pengaturantentangpendapatannya (Zakiy, 2002).
َوهُ َوالَّ ِذيأَن َشأ َ َجنَّاتٍ َّم ْعرُو َشاتٍ َو َغ ْي َر َم ْعرُو َشاتٍ َوالنَّ ْخلَ َوال َّزرْ َع ُم ْختَلِفًاأُ ُكلُهُ َوال َّز ْيتُونَ َوالرُّ َّمانَ ُمتَ َشابِهًا َو َغ ْي َر ُمتَ َشابِ ٍه ُكلُوا ِم ْنثَ َم ِر ِهإ ِ َذآأَ ْث
ِ ْرفُواإِنَّهُالَيُ ِحب ُّْال ُمس
َْرفِين ِ صا ِد ِه َوالَتُس َ واحقَّهُيَوْ َم َحَ َُم َر َو َءات
Khums
Khumsatausistemproporsional tax adalahprosentasetertentudarirampasanperang yang
diperoleh oleh tentara Islam sebagaighanimah, yaituharta yang diperolehdari orang-orang
kafir denganmelaluipertempuran yang berakhirdengankemenangan.
Sistempendistribusiannyadisebutkhumus (seperlima) setelahpeperangan.
Khumsdiserahkankepada Baitul Mal demi kemakmuran negara dan kesejahteraanummat.
Pendistribusiannyaberdasarkanrealitakeadaan, dan halinidiaturdalam Q.S. Al Anfaal:
41,
َىو ْال َم َسا ِكينِ َوا ْبنِال َّسبِيإِل ِ ن ُكنتُ ْم َءا َمنتُمبِالل ِه َو َمآأَنزَ ْلنَا َعلَى َع ْب ِدنَاي
َ يالقُرْ بَى َو ْاليَتَا َم
ْ َوا ْعلَ ُمواأَنَّ َما َغنِ ْمتُم ِّمن َش ْي ٍءفَأَنِّلل ِه ُخ ُم َسهُ َولِل َّرسُولِ َولِ ِذ
ىال َج ْم َعانِ َواللهُ َعلَى ُكلِّ َش ْي ٍءقَ ِدي ٌرْ َوْ َم ْالفُرْ قَانِيَوْ َم ْالتَق
Jizyah
Jizyahberupapajak yang dibayar oleh
kalangannonmuslimsebagaikompensasiatasfasilitassosial-ekonomi, layanankesejahteraan,
sertajaminankeamanan yang merekaterimadari negara Islam. Jizyahsamadengan poll tax
karenakalangannonmuslimtidakmengenal zakat fitrah. Jumlah yang
harusdibayarsamadenganjumlah minimum yang dibayarkan oleh pemeluk Islam. Di zaman
Rasulullah SAW. besarnyajizyahadalah1 dinarpertahununtuk orang dewasa yang
mampumembayarnya. Jizyahtidakditetapkandengansuatujumlahtertentu,
selaindiserahkankepadakebijakan dan ijtihad khalifah,
dengancatatantidakmelebihikemampuan orang yang berhakmembayar ijtihad.
Dari Ibnu Abi Najih yang mengatakan: “Akubertanyakepada Mujahid:
ApaalasannyapendudukSyamdikenakan 4 (empat) dinar, sedangkanpendudukYamanhanya 1
(satu) dinar? Mujahid menjawab: Hal ituhanyalahuntukmempermudah” (H.R. Bukhari)
Kewajibanmembayarjizyahini juga diaturdalam Qur’an surat At-Taubah: 29,
… َاغرُون
ِ ص ْ َُحتَّىيُ ْعط
َ واال ِج ْزيَةَعَنيَ ٍد َوهُ ْم
“…sampaimerekamembayarjizyahdenganpatuh,
sedangmerekadalamkeadaantunduk”.
Jizyahadalahpajak yang dikenakan per kepala, sebagaimana zakat fitrah yang
dikenakanbagiseorangmuslim. Jizjahwajibdipungutdari orang-orang nonmuslim,
selamamerekatetapkufur, namunapabilamerekatelahmemeluk Islam,
makajizyahtersebutgugurdarimereka. Jizyahtersebutdikenakanatas orang,
bukanatashartasehinggadikenakanatastiap orang non muslim, bukanatashartanya.
‘Usyur
Dalamhalini ‘usyuradalahpajak yang dikenakanatasbarang-barangdagangan yang
masukke negara Islam ataudatangdari negara Islam itusendiri. Pajakiniberbentukbeaimpor
yang dikenakan pada semuaperdagangan, dibayarsekalidalamsetahun dan
hanyaberlakubagibarang yang nilainyalebihdari 200 dirham.
Permulaanditetapkannya ‘usyur di negara Islam adalah pada masa khalifah Umar bin
Khatabdenganalasanpenegakankeadilan, karena
‘usyurdikenakankepadapedagangmuslimketikamerekamendatangidaerahasing.
Dalamrangkapenetapan yang seimbangmaka Umar
memutuskanuntukmemperlakukanpedagangnonmuslimdenganperlakuan yang
samajikamerekamemasuki negara Islam. Tempatberlangsungnyapemungutan ‘usyuradalah
pos perbatasan negara Islam, baikpintumasukmaupunpintukeluarlayaknyabeacukai pada
zaman ini.
َاالقُرْ بَى َحقَّهُ َو ْال ِم ْس ِكين ََوا ْبنَال َّسبِيلِ َذلِ َك َخ ْي ٌرلِّلَّ ِذينَي ُِريدُونَ َوجْ هَالل ِه َوأُوْ لَئِ َكهُ ُم ْال ُم ْفلِحُون
ْ فَئَاتِ َذ
Tabel 3. Sentralisasi sistem pengelolaan zakat dalam pemberdayaan ekonomi umat (Ali, 2003)
StrategiPengembanganOrganisasiPengelola Zakat
Dalamupayaoptimalisasisistem zakat sebagai salah satu proses redistribusiincome,
posisiamildalamkelompokdelapanasnâfmemilikiperanan yang luarbiasa dan cukupunik.
Artinyasistem zakat akanbanyakmempunyaiketergantunganterhadapprofesionalismedariamil.
Secarakonsepdapatdipahamibahwadengansemakintinggitingkatkeprofesionalanamilsemakinti
nggikesejahteraan para mustahikkhususnyaamil,
mengingatkonsepfikihsecarajelasmengaturbahwahakmerekaadalah 12.5% atau 1/8
darihartaterkumpul.Pengelolaan zakat secaraprofesionalmemerlukantenaga yang terampil,
menguasaimasalah-masalah yang berhubungandengan zakat, sepertimuzaki, nisab, hawl, juga
mustahik zakat itusendiri. Selainitu, pengelola zakat (amil) juga harusmemilikidedikasi yang
tinggidalammanjalankantugasnyakarena zakat merupakanibadahsosial yang formal,
terikatdengansyarat, dan rukuntertentu (Muhammad, 2002). Selanjutnyaamil zakat
dalamhaliniadalah Badan Amil Zakat (BAZ) ataupun LAZ
bisadikatakanakuntabeljikamemilikibeberapapilaryakni: amanah, profesional, dan transparan.
Amanahmerupakankunciutamajaminankepercayaanmasyarakat. Tanpaadanyasifatini,
kehancuranperekonomianakansegeratampak. Sikapamanahakanmenunjukkantingginya moral
pengelola zakat sehingga BAZ/LAZ akanbisaberjalan dan teksis di masyarakat. Namun, jika
yang terjadisebaliknyaotomatislembaga zakat
ituhilangdengansendirinyakarenamasyarakatsudahtidakpercaya.Profesional, efisiensi, dan
efektivitasmanajemendituntutdarisemuapengurus Badan Amil Zakat. Sistemkontrol yang
baikakanterjadijikajiwatransparansidalampengelolaan dana umatdimiliki para pengurus.
Kemudahanakses para muzakiuntukmengetahuibagaimanapenasarufanhartanyamerupakanhal
yang sangat urgen.13 Selainituseorangamil juga harusmemilikileadership skill, manajerial
skill, inovatif, sertano profit motives (Hasan, 2008).
Secarakonseptugas-tugasamiladalah: pertamamelakukanpendataanmuzaki dan
mustahik, melakukanpembinaan, menagih, mengumpulkan, dan menerima zakat.
Selainitumendoakanmuzakisaatmenyerahkan zakat,
kemudianmenyusunpenyelenggaraansistemadministrasi dan manajerial dana zakat yang
terkumpul. Kedua, memanfaatkan data mengenai peta mustahik dan muzaki,
kemudianmemetakanjumlahkebutuhannya, dan menentukankiatpendistribusiannya.
Selanjutnyamelakukanpembinaanberlanjutuntukmustahik yang menerima dana
zakat.Sedangkantugasamilmenurut fatwa MUI No. 8 Tahun 2011 tentangamil zakat antara
lain, pertama, penarikan /pengumpulan zakat yang meliputipendataanwajib zakat,
penentuanobjekwajib zakat, besarannisab zakat, besarantarif zakat dan syarat-syarattertentu
pada masing-masingobjek zakat. Kedua, pemeliharaan zakat yang
meliputiinventarisasihartapemeliharaan, sertapengamananharta zakat, ketiga,
pendistribusianharta, yang meliputipenyaluranharta zakat agar sampaikepadamustahik zakat
secarabaik dan benar, dan pelaporan (Muhammad, 2002).
OPZ (OrganisasiPengelola Zakat)harusmemiliki pasar tersendiriyaitu, para wajib zakat,
dan mempertahankanloyalitasmereka. Lebihdariitu OPZ juga
bertanggungjawabuntukmenumbuhkankesadaran para wajib zakat agar membayarkan zakat
mereka. Hal inidipandangsangatpentinguntukkontinuitas dan upayapemberdayaanmasyarakat
yang merekalakukan. Untukitu, OPZ harusmenciptakanstrategiuntukmelaksanakantugas-
tugastersebutdenganbaik. Strategitersebutantara lain, pertama,
membudayakankebiasaanmembayar zakat. Penanamankesadaranakankewajiban zakat
dilakukansedinimungkinbaik oleh lembaga formal maupunlembaga nonformal. Lembaga
formal misalnyamelalui madrasah-madrasah.
Selainitusantriataupunsiswadiajarkanbagaimanamembayar zakat. Selainitu LAZ ataupun
BAZ dapatmembuatbrosur-brosur yang disebarkankepadamasyarakat, ataupunpengumuman-
pengumumantentangkewajiban zakat. Pembiasaansedinimungkintentang zakat
bagigenerasimudaakanmemilikimakna yang
signifikankarenaakanmenjadibudayaketikamerekasudahbekerja dan
mendapatkanpenghasilan. Pesan para kiai dan
tokohmasyarakatketikamerekaberceramahdalampelbagaikesempatan. Penghimpunan yang
cerdasdapatdilakukandengan para amilyang memilikiskillmodern
dalammengumpulkanasetharta zakat dari para muzaki. Dengandatangmenjemput bola, para
amildapatmembantupenghitunganjumlahkekayaan para muzaki.
Denganituakandapatditentukanjumlahkadarharta danberapapersen zakat
darihartatersebutsetelahdikurangikebutuhan primer dalamsatutahun (Hafidhuddin, 2011).
Peningkatankualitassumberdayamanusiamerupakansuatukeharusanbagi OPZ
jikalembaganyainginterusberkembangsesuaidengantujuan zakat itusendiri. Untukitu,
perludiberikanpenghargaan yang pantas oleh OPZ kepada para pengelolanya. Hal
inidalamrangkamemberikansemangat juga motivasibagi para amil.
Merekamemilikiduamotivasidalammengelola zakat. Di
satusisimerekamencarimeteriuntukmemenuhikebutuhanhidupnya di sisilain,
beribadahsambilmengamalkanilmunya. Oleh karenaitu, manajemen zakat di OPZ
sudahsaattidakberdasarkanmanajemen “lillâhita‘âla”, melainkanmanajemen yang
profesional, akuntabel, amanah, dan memilikiintegritas yang tinggisehingga zakat
semakinberdayagunabagimasyarakat (Khatimah, 2004).
Hal yang tidakkalahpentingnyadalammemaksimalkanfungsi zakat
adalahbagaimanabentukpembagian zakat tersebutkepada yang
berhakyaknikepadadelapanasnaf. Sejakdahulupemanfaatan zakat
dapatdigolongkanmenjadiempatbentuk. Pertama, bersifatkonsumtiftradisional, yaitu proses
pembagianlangsungkepada para mustahik. Kedua, konsumtifkreatif, yaitu proses
pengonsumsiandalambentuk lain daribarangnyasemula,
sepertidiberikandalambentukbeasiswa, gerabah, cangkul, dan sebagainya. Ketiga,
bersifatproduktiftradisionalyaitu proses pemberian zakat
diberikandalambentukbendaataubarang yang diketahuiproduktifuntuksatuandaerah yang
mengelola zakat sepertipemberiankambing, sapi, becak, dan sebagainya.
Keempatbersifatproduktifkreatif, yaitu proses perwujudanpemberian zakat
dalambentukpermodalanbergulirbaikuntuk proses usaha program sosial, home industri,
atautambahan modal usahakecil.Perluasanbentukpenyalurandilakukandenganpemberian zakat
tidakharusselaludalambentukkonsumtifkarena zakat
konsumtifhanyaakanmemenuhikebutuhansesaat. Oleh karenaitu, amilharuscerdas dan
kreatifdalammengelolaasetharta zakat dan diserahkandalambentuk yang bervariasi. Sebelum
zakat produktifitudiberikanakanlebihbermanfaatjika para
mustahikdiberikanpelatihanketerampilan yang sesuaidenganminat dan bakat.
Dengandemikian, pengelola zakat tidakmemberikanikansaja,
akantetapimampumemberikankailuntukmecariikantersebut (Irkhami, 2014).
OPZ tidakharusmendayagunakan zakat denganberbagaifokusdalamkehidupan yang
mustahik. Lembaga innisalingbekerjasamadenganbidang yang berbeda-beda,
sehinggapendayagunaan zakat bisalebihterfokus. Dengandemikian, pendayagunaan zakat
terlihathasilnya dan memilikiperan yang besardalammeningkatkanperekonomianumat. Satu
lembagafokus pada pelatihanketerampilan dan pemberian modal. Lembaga yang lain fokus
padabantuanbencana dan lain-lain. Setiapelemen dan institusi yang
terkaitdenganpengembangan dan pengelolaan zakat di Indonesia haruslahbersama-
samadenganpemerintahmerumuskansuatuarahan dan target-target jangkapendek, menengah,
dan jangkanpanjangdalampengelolaan zakat. Jikainstitusi lain
memilikicetakbirupengembangan zakat, OPZ juga harusmemilikicetakbirupengembangan
zakat. Untukmewujudkanitu,
idealnyapemerintahmembentuklembagaataukementeriantersendiri yang
mengurusipengembangan dana zakat (Zuhayî, 2015).
Hal yang terpentingdalampengelolaan dan
pendistribusianperludipikirkankembaliadalahefektivitas, profesionalitas, dan
akuntabilitasmanajemenpengelolaannya. Zakat
sebagaiasetekonomiumatdapatdikeloladengansecaralebihbaik.
Upayademikianmemerlukankeberanian di dalammemperbaikipemahamanmasyarakat.
Mereka yang diserahiamanatsebagaiamiluntukmensosialisasikankepadamasyarakat, dan
mengaplikasikannya. Sistemmanajemenpengelolaan yang
tradisionalsudahsaatnyaditinggalkandigantidenganmanajemenpengadministrasian dan
pertanggungjawaban yang baik, sepertipernahdilakukan pada awal Islam.
Jikalangkahitudilakukan, makakepercayaanmuzakikepada BAZ/LAZ akanlebihbesar.
Dengandemikian, fungsi zakat sebagaipotensipensejahteraanekonomiumattidakhanyamenjadi
jargon pelatihan dan retorikapolitiktetapibenar-
benarmerupakantugasnyatauntukmensejahterakan, memberdayakan, dan
sekaligusmembangunsektorriilmenjadibergerakdinamis. Hal itutentunyaakanmenjadikan
fundamental dan ekonomimasyarakatmenjadikuat. Oleh karenaitu, zakat benar-
benarmampumentransformasikannilai-nilai Islam
melaluipendayagunaannyasehinggamengubahsikluskemunduranmenjadisikluskemajuan.
Tantangan Zakat dalamPemberdayaanEkonomiUmat
Tantanganpengelolaan zakat di Indonesia dapatbersumberdariberbagaisegi,
bersumberkandarisikap para muzaki, mustahik dan juga badan pengelola zakat.
Berbagaihambatanatautantangantersebutantara lain;pertama, minimnyasumberdayamanusia
yang berkualitas. Pekerjaanmenjadiseorangpengelola zakat (amil)
belumlahmenjaditujuanhidupatauprofesidariseseorang,
bahkandarilulusanekonomisyariahsekalipun. Para sarjana, meskipundarilulusanEkonomi
Syariah lebihmemilihuntukberkarirdi sektorkeuangansepertiperbankanatauasuransi.
Sangatsedikit orang yang memilihuntukberkariermenjadiseorangpengelola zakat.
Menjadiseorangamilbelumlahmenjadipilihanhidupdari para sarjanaitu,
karenatidakadadayatarikkariernya.
Padahallembagaamilmembutuhkanbanyaksumberdayamanusia yang berkualitas agar
pengelolaan zakat dapatprofesional, amanah, akuntabel, dan transparan. Karena
sesungguhnyakerjamenjadiseorangamilmempunyaiduaaspektidakhanyaaspekmaterisematana
munaspeksosial juga sangatmenonjol (Sudarwati dan Sayekti, 2011).
Kedua, pemahamanfikihamil yang belummemadai. Masih minimnyapemahamanfikih
zakat para amilmenjadi salah satuhambatandalampengelolaan zakat. Hal
itudisebabkankarenamenjadikanfikihhanyadimengertidarisegitekstualsematabukankonteksnya
. Banyak para amilterutama yang
masihberpikirtradisionalsangatkakumemahamifikihsehinggatujuanutama zakat tidaktercapai.
Sebenarnyadalampenerapan zakat di masyarakat yang harusdiambiladalah ide dasarnya,
yaitubermanfaat dan bergunabagimasyarakatsertadapatmemberikankemaslahatanbagiumat
dan mampumenjadikanmustahiktersebutpribadi yang mandiri dan tidaktergantung oleh
pihaklain. Bukanberarti para amildiberikankesempatanuntukberijtihad dan
berkreasitanpabatas, merekatetapharusberusahamelakukanterobosan-
terobosanbaikpengelolaan zakat agar tetapsesuaidengansyariat. Sistempengawasan yang
terdapat di semuainstitusikeuangansyariahtermasuk di dalamnyainstitusipengelola zakat,
mewajibkanadanyaunsur Dewan Pengawas Syariah (DPS) di dalamstrukturorganisasinya.
Dewan ituberfungsimelakukanpengawasanterhadappengelolaanmanajemen agar
tidakmenyimpangdariaturansyariat (Irkhami, 2014).
Ketiga, rendahnyakesadaranmasyarakat. Kesadaranmembayar zakat
masyarakatsaatinimasih minim. Sudahmelekatdalambenaksebagiankaummuslim, perintah
zakat ituhanyadiwajibkan pada bulan Ramadan saja. Itupunmasihterbatas pada pembayaran
zakat fitrah. Zakat bukanlahsekadaribadah yang diterapkan pada bulan Ramadhan semata,
melainkan juga dapatdibayarkan pada bulanlainnya. Ide dasar zakat
untukkemaslahatanumattelahbergesermenjadisekadaribadah ritual semata yang
dikerjakandenganibadahpuasa. Terdapatnyasyarat haul (satutahunkepemilikan)
menandakanbahwasanya zakat tersebuttidakmengenalpembayaran pada satubulantertentusaja,
melainkansetiapbulan zakat dapatdibayarkan.Apabilakesadaranmasyarakatakanpentingnya
zakat untukpeningkatankesejahteraan dan kemakmuranumatsudahsemakinbaik,
tentunyaberimbas pada peningkatanpenerimaan zakat (Andriyanto, 2014).
Keempat, rendahnyateknologi yang dipakai. Penerapanteknologi yang ada pada
suatulembaga zakat masihsangatjauhbiladibandingkandenganditerapkan pada
institusikeuangan. Hal itumenjadi salah satukendalapenghambatkemajuanpendayagunaan
zakat. Teknologi yang diterapkan pada lembagaamilmasihterbatas pada
teknologistandarbiasa. Sistemakuntansi, administrasi,
penghimpunanmaupunpendayagunaanharuslahmenggunakanteknologiterbaru, agar
dapatmenjangkausegalakelompokmasyarakatterutamasegmenkalanganmenengahatas yang
nota bene-nyamemiliki dana berlebih. Teknologitinggidibutuhkan agar lembaga zakat
memilikimobilitastinggi. Lembaga amil zakat yang
mampumelakukaninovasidalammemberikankemudahankepadamuzakiakansemakinmampume
mpertinggi proses penghimpunan dana.
Misalkanmelakukankerjasamadenganperbankanuntukpembayaran zakat via ATM
ataumobile-banking.
Penggunaanteknologiselainmemberikankemudahankepadamuzakiuntukmemberikandonasiny
a juga mempermudahlembagaamil zakat pada penghimpunan dana di masyarakat (Sudarwati
dan Sayekti, 2011).
Kelima, sisteminformasi zakat. Inilah salah satuhambatanutama yang menyebabkan
zakat belummampumemberikanpengaruh yang signifikandalamperekonomian. Lembaga amil
zakat yang adabelummampumempunyaiataumenyusunsuatusisteminformasi zakat yang
terpaduantaramil. Harusnya para lembagaamil zakat salingterintegrasisatudenganlainnya.
Denganteknologi juga, dapatdisusundatabase muzaki dan mustahik.
Dengansisteminformasiini, tidakakanterjadi pada muzaki yang samadidekati oleh
beberapalembagaamil, ataumustahik yang samadiberibantuan oleh beberapalembagaamil
zakat. Namun, bukanberartidenganadanyasisteminformasi zakat ini, tidakadalagirahasia dan
strategikhasantarinstitusi. Sebabkehadiransisteminformasi zakat
iniadalahhanyauntukmempermudahmengenalititik-titiklokasi yang telahdigarap oleh
suatulembaga, dan titiklokasi mana yang belummenerimabantuan. Hal
inidapatmencegahterdapatlokasipemberdayaan yang “gemuk” dan lokasi yang “kurus”.
Karena tujuanutamakehadiranlembagaamil zakat selainuntukmengelola dana zakat, juga
untukmengkoordinasikan agar zakat tersebutmanfaat dan
pengaruhnyadapatterasabagipeningkatankemakmuran dan kesejahteraanmasyarakat. Akan
tetapisisteminformasiiniharuslahdikelola oleh suatuinstitusiindependen yangidealnyadikelola
oleh negara. Keenam, sikap mental para penerima Zakat. Kelemahanutama orang miskin
sebagaipenerima zakat sesunguhnyatidakhanyasemata-matakurang modal
dalammenjalankanusaha, tetapilebih pada sikap mental dan
kesiapanmanajemenusahaselainrendahnyaetoskerja. Sikapinilah yang
perlumendapatkanperhatianseriusdari para amil juga pemerintah (Hasan, 2008).
Peran Zakat dalamPemberdayaanEkonomiUmat
Peran strategis zakat bagi pemberdayaan ekonomi masyarakat menurut Andriyanto
(2014).antara lain sebagai berikut.
1. Capital, menurut penelitian yang dilakukan PIRAC (Public Interest Research and
Advocacy) bahwa potensi zakat di Indonesiaberkisar 19–20 triliun per tahun, sebuah
modal yang cukup bagipembangunan masyarakat, dan jumlah itu akan semakin
besarseiring meningkatnya kesadaran umat Islam tentang zakat dan kemampuan fiqih
untuk mendeskripsikan jenis-jenis usaha/penghasilan baru yang dimasukkan sebagai objek
zakat.
2. Social Justice, pelaksanaan zakat membangkitkan keadilan sosialdi tengah masyarakat,
disamping karena munculnya sumber-sumberpenerimaan zakat dari jenis-jenis
penghasilan baru jugakarena zakat diberdayakan untuk kepentingan fakir-miskin
yangditunaikan oleh orang-orang kaya di tengah-tengah mereka.
3. Social Equilibrium, keseimbangan sosial yang dibangun olehzakat menjadikan fakir
mendapat bagiannya yang diperoleh darisebagian kekayaan orang-orang kaya yang ada di
sekitarnya, sehingga kesenjangan sosial tidak terpaut tinggi.
4. SocialGuarantee, masyarakat merasa mendapat jaminan ketika zakatbisa diwujudkan
dalam bentuknya, sehingga fakir miskin tidakperlu khawatir untuk berobat atau
mendapatkan pelayananpendidikan karena tiadanya uang jaminan misalnya.
5. SocialSafety, sesungguhnya dengan terhimpunnya dana zakat yangbesar disamping
sebagai modal pembangunan, juga bermanfaatbagi dana siaga yang siap digunakan setiap
saat terutamaterhadap kejadian-kejadian di luar dugaan baik bencana alam,kebakaran,
banjir dan lain-lain.
Peran zakat dalam pengentasan kemiskinan sangat penting. Program zakat yang
dilakukan olehberbagai lembaga amil di negeri ini memiliki dampak positif pada
pengurangan kemiskinan, namun sejumlah studi mencoba untuk membuktikan peranempiris
zakat dalam konteks Indonesia masih terbatas. Jumlah mustahik yang mulaimenjauh dari
garis kemiskinan mencapai 21,11% dan menunjukkan peningkatan 95,64% dibandingkan
dengan kinerjatahun-tahun sebelumnya lembaga amil.Mintarti et al., (2012) telah berusaha
untuk mengamatiwaktu yang dibutuhkan untuk dapat keluar kemiskinan. Tanpa distribusi
zakat, waktuyang dibutuhkan untuk melepaskan orang miskin dari gariskemiskinan adalah
sekitar 7 tahun. Sedangkan dengan adanyadistribusi zakat terbukti dapat mempersingkat
waktu yangdibutuhkan dari 7 tahun menjadi 5,1 tahun (Gambar 2).
Gambar 1. Rerata waktu untuk lepas dari kemiskinan (Minarti et al., 2012)
Ketika proporsipertumbuhan ekonomi dinikmati oleh orang miskin meningkat,waktu
yang dibutuhkan untuk keluar kemiskinan akanberkurang. Oleh karena itu, diperlukan upaya
yang lebih serius untuk memasukkan instrumen zakatsebagai salah satu instrumen utama
untuk mengentaskan kemiskinan di Indonesia. Hal tersebut menunjukkan bahwa program
zakat yang dikelola oleh National Board of Zakat(BAZNAS), BAZNAS di lembaga zakat
provinsi dan kota/kabupaten tingkat, dan swasta (LAZ - Lembaga Amil Zakat) di Indonesia,
mampu memberi kontribusi positif bagi programpengentasan kemiskinan. Kinerja lembaga-
lembaga amil dinegeri ini dalam hal distribusi cukup mengesankan (Zumrotun, 2016).
Zakat juga berperan dalam mewujudkan kemandirian ekonomi bagi umat. Para ulama
seperti Imam Syafi’i, an-Nasa’i, dan lainnya menyatakan bahwa jika mustahik zakat memiliki
kemampuan untuk berdagang, selayaknya dia diberi modal usaha yang memungkinkannya
memperoleh keuntungan yang dapat memenuhi kebutuhan pokoknya. Demikian juga jika
yang bersangkutan memiliki ketrampilan tertentu, kepadanya bisa diberikan peralatan
produksi yang sesuai dengan pekerjaannya. Jika mustahik tidak bekerja dan tidak memiliki
ketrampilan tertentu, menurut Imam Syamsuddin ar-Ramli, kepadanya diberikan jaminan
hidup dari zakat, misalnya dengan cara ikut menanamkan modal (dari uang zakat tersebut)
pada usaha tertentu sehingga mustahik tersebut memiliki penghasilan dari perputaran zakat
itu (Zumrotun, 2016).
Zakat akan dapat memberikan dampak yang lebih luas (multiplier effect), dan
menyentuh semua aspek kehidupan, apabila pendistribusian zakat lebih diarahkan pada
kegiatan bersifat produktif. Sebagaimana Jamal (2004) mengemukakan bahwa pemanfaatan
zakat juga perlu dilakukan ke arah investasi jangka panjang. Hal ini bisa dalam bentuk zakat
dibagikan untuk mempertahankan insentif bekerja atau mencari penghasilan sendiri di
kalangan fakir miskin. Sebagian dari zakat yang terkumpul, setidaknya 50% digunakan untuk
membiayai kegiatan produktif pada kelompok masyarakat fakir miskin, misalnya penggunaan
zakat untuk membiayai berbagai kegiatan dan latihan ketrampilan produktif, pemberian
modal kerja, atau bantuan modal awal. Apabila pendistribusian zakat semacam ini bisa
dilaksanakan, maka akan sangat membantu program pemerintah dalam mengentaskan
kemiskinan, memeratakan pendapatan, dan mempersempit kesenjangan antara kelompok
kaya dan miskin.
Hafidhuddin (2005) menjelaskan bahwa pengelolaan zakat di Indonesia sudah
dilakukan semenjak awal Islam masuk dan berkembang, baik oleh induvidu maupun
kelompok atau institusi tertentu. Namun demikian, mayoritas ulama di dunia dan Indonesia
sepakat bahwa sebaiknya pengelolaan zakat dilakukan oleh pemerintah. Pengelolaan oleh
lembaga formal diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pengumpulan dan pengalokasian
dana zakat untuk mencapai sasaran yang ditargetkan. Agar pendapatan mustahik meningkat
diperlukan upaya kecermatan dalam memilih mustahik dengan harapan dana tersebut akan
dimanfaatkan untuk kegiatan berwirausaha dengan menghindari tingkat pengembalian modal
usaha yang macet, yang kemudian dana tersebut akan digulirkan kepada mustahik lain.
Disamping itu, agar efektif dapat mencapai tujuan dalam meningkatkan kemandirian usaha
mustahik, diperlukan program yang tepat sasaran dan berdaya guna dimana dana yang ada
dialokasikan kepada mustahik dengan mengetahui kondisi sosial ekonomi dan
kemampuannya dalam penggunaan dana (Pratama, 2015).
Daftar Pustaka
Hasan, M.A. 2008. Zakat dan Infak Salah Satu SolusiMengatasiProblemaSosial di Indonesia.
Jakarta: KencanaPrenada Media Group. p. 15.
Mintarti, N., Beik, I. S., Tanjung, H., Haryono, A. R., Tsani, T.,Kasirin, U. 2012. Indonesia
Zakat and Development Report. Jakarta: IMZ. pp. 78 – 86.
Mufraini dan Arif, M. 2006.Akuntasi dan Manajemen Zakat. Jakarta: Media Group. pp. 16 –
17.
Qadir, A. 2001. Zakat dalamDimensiMahdah dan Sosial. Jakarta: Raja GrafindoPersada. pp.
49 – 53.
Qardawi, Y. 2005. Spektrum Zakat dalamMembangunEkonomiKerakyatan.Jakarta: Zikrul
Hakim. pp. 79 – 85.