Anda di halaman 1dari 2

1.

Patomekanisme Demam
Demam disini terjadi melalui mekanisme endogenous pyrogen seperti: leukosit PMN dan non
PMN juga non endogenous pyrogen, obat, dan bahan asing lain. Peninggian set point
hipotalamus menyebabkan pembentukan panas meningkat dan pembuangan panas berkurang.
Secara klinis pasien kedinginan, menggigil, pilo erection, keringat tidak ada, ekstremitas dingin.
Untuk menurunkan suhu tubuh diperlukan pemberian antipiretik, pasien diselimuti dan dapat
diberi klorpromazin atau antihistamin.
Patogenesisnya melalui pirogen eksogen: toksin, infeksi, reaksi imun, mediator inflamasi akan
menyebabkan migrasi sel-sel radang yang akan merangsang pelepasan pyrogen endogen (IL-1,
IL-6, TNF, IFN) yang selanjutnya menyebabkan rangsangan terhadap hipotalamus untuk
melepas PGE2 yang akan meningkatkan c-AMP, sehingga set point hipotalamus meningkat dan
terjadi demam. Posterior Hipotalamus sebagai Heat Conservation Centre dan Anterior
Hipotalamus sebagai Heat Loss Centre.
2. Patomekanisme Sakit Kepala
Rangsang nyeri bisa disebabkan oleh adanya tekanan, traksi, displacement maupun proses
kimiawi dan inflamasi terhadap nosiseptor pada struktur yang peka nyeri (pain sensitive) yang
terletak pada ataupun di atas tentorium serebeli, bila dirangsang maka rasa nyeri akan timbul
terasa menjalar pada daerah di depan batas garis vertical yang ditarik dari kedua telinga yaitu kiri
dan kanan melewati puncak kepala(daerah frontotemporal dan parietal anterior). Rasa nyeri ini
ditransmisi oleh nervus trigeminus (nervus V).
Sedangkan rangsangan terhadap struktur yang peka terhadap nyeri di bawah tentorium (yaitu
yang terletak pada fossa kranii posterior) radiks servikalis bagian atas dengan cabang-cabang
saraf perifernya akan menimbulkan nyeri pada daerah di belakang garis tersebut, yaitu pada area
oksipital, ara sub-oksipital dan servikal bagian atas. Rasa nyeri ini ditransmisi oleh saraf cranial
IX, X dan saraf spinal C1, C2 dan C3 akan tetapi kadang-kadang dapat juga radiks servikalis
bagian atas dan N.Oksipitalis mayor akan menjalarkan nyerinya ke frontal dan mata ipsilateral.
Telah dibuktikan adanya hubungan yang erat antara inti-inti trigeminus dengan radiks dorsalis
segmen servikalis atas, sehingga nyeri di daerah leher dapat dirasakan atau diteruskan ke arah
kepala dan sebaliknya.
3. Patomekanisme Nafsu makan menurun
Gangguan homeostasis tubuh misalnya pada kondisi infeksi dapat
menimbulkan penurunan nafsu
makan. Penurunan nafsu makan dapat terjadi pada tingkat pusat pada otak
atau tingkat perifer/reseptor indera rasa pengecap pada taste buds. Perubahan
predominan rasa pahit dapat menurunkan nafsu makan,sehingga dapat juga
menurunkan ketahanan tubuh. Penurunan ketahanan tubuh mengakibatkan
pula penurunan ketahanan tubuh imunologis. Penurunan ketahanan tubuh
imunologis ini akan memperberat kondisi infeksi.
Timbulnya rasa pahit akibat adanya ikatan antara bahan kimia sebagai
perangsang rasa pengecap pahit pada reseptor. Reaksi ini mengakibatkan
Gprotein melepaskan unit α, yang pada reseptor indera rasa pengecap pahit ini
disebut sebagai Gustducin, Gustducin mengaktifasi enzim sehingga pada
keadaan ini menyebabkan tertutupnya saluran K+, kemudian merangsang PLC
(phospholipase C) untuk mengaktivasi PIP (fosfo inositol fosfat) menjadi IP3
(inositol trifosfat). IP3 menyebabkan Ca2+ dikeluarkan dari endoplasmic
retikulum dan mitokondria sehingga menimbulkan depolarisasi. Peningkatan
konsentrasi Ca2+ di dalam sel reseptor rasa pengecap pahit menyebabkan
peningkatan rasa pahit dan diteruskan ke memori di dalam otak

Sumber :
- Zein U. 2012. Buku Saku Demam. Medan: USU Press.
- Aulina, S. 2016. Modul Nyeri Kepala. Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat
- Sunariani, J. Perubahan Konsentrasi IL-1 dan Gustducin terhadap Rasa Pengecap Pahit
Pada Demam. Jurnal Penelit. Med. Eksakta Vol. 8, no. 3.

Anda mungkin juga menyukai