Anda di halaman 1dari 4

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

ANSWER SHEET
Quiz

Name : Kelompok 3
Class :B
Lecture : Banu Prasetyo, S.Fil., M.Phil.
Assignment :

State of Nature

Dalam pembentukan suatu negara, dikenal banyak teori yang menjelaskannya. Salah
satu teori tersebut, yaitu teori keadaan alamiah atau state of nature. Teori ini mengkaji
tentang bagaimana kehidupan sosial maupun alamiah manusia sebelum adanya
pemerintahan atau negara sehingga menyebabkan terbentuknya suatu negara atau
pemerintahan. Dalam teori state of nature sendiri dikenal beberapa tokoh filsuf yang
mengkajinya. Tokoh tersebut contohnya,, Thommas Hobbes dan Jhon Locke. Namun,
dalam penyampaian teorinya, kedua tokoh tersebut memberikan penjelasan yang
berbeda.

Menurut Thommas Hobbes, kehidupan manusia terpisah antara dua zaman, yaitu
zaman sebelum terjadinya negara dan zaman setelah adanya negara. Keadaan
alamiah atau zaman sebelum adanya negara merupakan suatu keadaan yang bebas
dan manusia belum mempunyai hak apapun. Demikian, menurut kodratnya manusia
itu lahir tanpa hak apapun, hak tersebut baru akan diperoleh setelah manusia hidup
bernegara.

Pendapat Thomas Hobbes lebih menekankan pada perlunya pemerintah yang kuat
untuk mempertahankan perdamaian di dalam wilayahnya serta perlindungan dari
musuh luar. Pemerintah yang kuat dapat mengatur rakyatnya. Dimana setiap manusia
dapat memindahkan hak-hak yang seharusnya dimiliki oleh pribadi masing-masing
sebagai kekuatannya. Tujuannya adalah untuk menempatkan hak-hak demi
perdamaian seluruh manusia dan terciptanya saling tolong menolong antar sesama.
Hal tersebut memunculkan sikap untuk mendeklarasikan sebuah pemerintahan atas
wewenangnya sendiri. Menurutnya, manusia yang kuat akan mendominasi yang lain
dalam membuat wewenang, dalam hal ini menggunakan kekuasaan untuk
memerintah. Tujuan dari pemerintahan yang kuat adalah untuk memberi hak dan
keadilan pada rakyatnya. Selain itu, pemerintahan yang kuat juga menetapkan
perjanjian untuk menjamin keamanan rakyatnya serta memberikan hak perlindungan
atas wewenangnya yang diberikan kepada pemerintah. Selain itu, berdasarkan
hukum alam menurut Hobbes adalah keadilan (justice) yang mengharuskan untuk
diberikan kepada orang lain, seperti halnya hak. Keadilan adalah keadilan terhadap
manusia, keadilan terhadap seluruh kegiatan, dan keadilan dalam bersikap. Selain itu,
terdapat keadilan komutatif dan keadilan distributif. Keadilan komutatif memiliki arti
sesuai pada tempatnya, keadaannya sama rata sesuai dengan kontrak yang telah
disepakati. Adapun keadilan distributif merupakan penyebaran keuntungan secara
merata kepada seluruh manusia. Tujuan dari keadilan adalah untuk mencapai
kebaikan bersama.

Berbeda dengan Thommas Hobbes, Jhon Locke memberikan pandangan bahwa


keadaan alam bebas adalah suatu keadaan yang damai, penuh komitmen baik, saling
menolong antar individu individu di dalam sebuah kelompok masyarakat. Pada saat
itu, manusia mempunyai hak dasar atau alamiah yang telah ada sejak dia dilahirkan
ke dunia, yaitu hak-hak manusia yang dimilikinya secara pribadi. Akan tetapi, hak
tersebut tidak dapat dilaksanakan dengan baik dan berpotensi untuk melahirkan
suatu kekacauan dikarenakan tidak adanya suatu aturan atau pimpinan yang
mengatur mereka. Berdasarkan hal tersebut, peran suatu suatu pimpinan atau badan
yang dapat mengatur kehidupan sosial sangatlah diperlukan.

Namun demikian, Jhon Locke juga berpendapat bahwa dalam penyelenggaraannya,


suatu badan atau pimpinan yang kemudian disebut negara tersebut harus dibatasi
oleh suatu perjanjian sosial. Dalam perjanjian tersebut kekuasaan pimpinan
(penguasa) tidaklah mutlak. Hal ini dikarenakan masyarakat tidak sepenuhnya
menyerahkan haknya. Terdapat hak-hak alamiah yang merupakan hak-hak asasi
warga negara yang tidak dapat dilepaskan, sekalipun oleh masing-masing individu.
Maka dari itu, pemerintah harus menjamin hak-hak warga negara dan melindungi
kebebasan individunya. Selain itu, untuk menciptakan ketertiban, maka rakyat juga
perlu untuk mengurangi kebebasan individunya yang bertujuan agar mereka tunduk
terhadap hukum pemerintah. Sebagai gantinya, rakyat memperoleh perlindungan
hak-hak yang diatur dalam aturan atau kontrak sosial. Aturan atau kesepakatan yang
disepakati oleh rakyat maupun pemerintah terjamin haknya masing-masing dan
memperoleh perlindungan dari negara. Namun, sumber kewenangan dan pemegang
kewenangan dalam teori Locke tetaplah masyarakat. Oleh karena itu, kewajiban dan
kepatuhan politik masyarakat kepada pemerintah hanya berlangsung selama
pemerintah masih dipercaya.

Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia mengunakan teori pemisahan kekuasaan
negara oleh Montesquieu, teori tersebut mempertegas teori kekuasaan yang
dikemukakan oleh John Locke. Sehingga kita sebagai negara yang menganut sistem
pembagian kekuasaan Montesguieu tentu erat sekali kaitanya dengan pendapat dari
John Locke.

Selanjutnya dalam keadaan alam bebas menurut John Locke, manusia itu mempunyai
hak dasar atau alamiah yang telah dibawa sejak dia dilahirkan ke dunia, yaitu hak
yang dimilikinya secara pribadi yang berarti mengakui adanya HAM, hal tersebut
dapat dilihat dalam pasca orde baru tampak semakin jelas landasan operasionalnya.
Setelah keluarnya KEPPRES No. 50/1993 tentang, “Komisi HAM” dilanjutkan dengan
lahirnya TAP MPR No. XVII/MPR/1998 tentang ”Hak Asasi Manusia”, kemudian
disusul dengan keluarnya UU No. 39/1999 tentang “Pelaksannan HAM di Indonesia”,
serta perpu No. 1/1999 tentang Peradilan HAM”. TAP MPR No. XVII/MPR/1998
memuat tentang piagam hak asasi manusia, yang antara lain berisi : hak untuk hidup,
hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, hak mengembangkan diri, hak keadilan,
hak kemerdekaan, hak atas kebebasan informasi, hak keamanan, hak kesejahteraan,
kewajiban, perlindungan dan pemajuan. Hak-hak alamiah manusia menurut John
Locke, yaitu
• Hak hidup
• Hak kebebasan atau kemerdakaan
• Hak akan milik, hak memiliki sesuatu
Semua hak alami manusia diatas terdapat dalam TAP MPR No. XVII/MPR/1998.
Selain itu, dalam UUD juga terdapat hak kebebasan dan kemerdekaan serta hak
lainya yang ada dalam pasal 28 yang terdiri dari 10 ayat (A-J). Dengan demikian dapat
dikatakan dengan pasti pemikiran John Locke diterapkan di negara Indonesia.

Tugas negara menurut John Locke atau yang disebut dengan Trias politik, yaitu :
a. Legislatif yaitu membuat undang-undang.
b. Eksekutif yaitu melaksanakan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan atau
yang dibuat oleh badan Legislatif.
c. Federatif yaitu kekuasaan mengatur hubungan dengan negara-negara lain.
Dari uraian diatas dapat dikaitkan degan pembagian kekuasaan di Indonesia
(Montesquieu ), yaitu :
a. Legislatif yaitu membuat undang-undang
b. Eksekutif yaitu melaksanakan UU dan menyusun RUU
c. Yudikatif yaitu megawasi jalanya pemerintahan

Dengan demikian, ajaran John Locke yang diterapkan di Indonesia yaitu tugas
legislatif dan eksekutif adalah sama. Hanya saja di Indonesia, Lembaga eksekutif
dapat menyusun RUU. Setelahnya antara legislatif, eksekutif, dan yudikatif dapat
bekerja sama. Sedangkan menurut John Locke, tidak dapat bekerja sama antara
legislatif, eksekutif, dan yudikatif.

Dalam perjanjian masyarakat menurut John Locke, tidak semua hak-hak diserahkan
kepada penguasa terutama hak yang dibawa sejak lahir. Di Indonesia rakyat juga tidak
menyerahkan semua haknya kepada pemimpin atau yang kita kenal, yaitu wakil
rakyat. Hal itu bisa kita lihat dengan dicantumkannya hak-hak manusia dalam
peraturan dan juga dalam Undang-Undang Dasar 1945.

Anda mungkin juga menyukai