Anda di halaman 1dari 3

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

LEMBAR JAWAB
TUGAS

Nama : Cahyo Maulana Asrofi


NRP : 2035201086
Class : Pancasila/ TRPPBS - B
Dosen Pengampu : Banu Prasetyo, S.Fil., M.Phil.
Tugas ke :2

Resume ini diambil dari jurnal ilmiah CIVIS

PANCASILA SEBAGAI PEDOMAN PENDIDIKAN AGAMA DI INDONESIA

Menurut pandangan saya, Pancasila memang benar bukan budaya asli dari
Bangsa Indonesia. Saya juga kurang setuju mengenai pemahaman bahwa
Pancasila sudah final. Dalam artian, jika pancasila menjadi tolak ukur, maka
kebinekaan akan selesai. Karena memang Pancasila sendiri harus kita
interpretasikan secara terus menerus oleh seluruh masyarakat Indonesia, supaya
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila ini bisa mendarah daging dan secara
tidak langsung akan mempengaruhi karakter Bangsa supaya lebih baik dan disiplin.
Saya tidak meyakini bahwa Pancasila merupakan produk asli dari budaya
Indonesia, karena dalam bukti sejarah peradaban kepercayaan memperlihatkan
bahwa Indonesia adalah negara yang berasal dari kepercayaan animisme dan
dinamisme. Sistem pemerintahannya juga berazaskan konstitusi kerajaan,
dibuktikan banyak sekali peninggalan sejarah berupa candi, prasasti, artefak, dll. Hal
itu sangat bertolak belakang dengan kepercayaan masyarakat, bahkan sistem
pemerintahan yang ada di Indonesia saat ini. Hal ini salah satunya dipengaruhi oleh
sistem pendidikan agama di Indonesia.
Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-13 melaui pedagang Gujarat (India).
Pada saat itu banyak dari mereka yang menikah dengan penduduk Indonesia dan
menetap. Pada sekitar abad ke-14, Wali Songo pertama kalinya menyebarkan
agama Islam di pulau Jawa. Mereka menyebarkan agama Islam dengan metode
memadukan budaya yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, perkembangan agama
Islam di Indonesia semakin cepat.
. Pada umumnya, banyak agama yang berkembang setelah agama Islam di
Nusantara. Maka, dari sinilah pengaruh pendidikan agama dalam kemerdekaan
Indonesia. Kita ketahui bersama, bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia jatuh
pada 17 Agustus 1945 saat Presiden pertama kita Soekarno membacakan teks
proklamasi yang mengatasnamakan Bangsa Indonesia. Tanggal itu bukanlah
tanggal dalam hari yang biasa. Tanggal itu sakral karena ada sebuah perjuangan
khususnya dari tokoh—tokoh Bangsa pada saat itu. Begitu juga Soekarno, beliau
beragama islam dan pada saat itu, beliau memintakan saran kepada Tokoh Ulama
Besar Indonesia mengenai kemerdekaan dan kebaikan Bangsa Indonesia. Dari
sinilah karakter Bangsa Indonesia terbentuk melalui pembelajaran pendidikan
keagamaan.
Aktifitas belajar merupakan aktifitas kodrati manusia. “Manusia dari kodratnya
mempunyai hasrat untuk mengetahui” (Aristoteles, 1995). Hal itu karena manusia
memiliki akal dan budi yang selalu menginginkan kepuasan rasional. Maka, pastinya
setiap manusia wajib memiliki pedoman hidup dalam mengontrol hasratnya tersebut.
Pendidikan dan aktivitas belajar merupakan aktivitas fundamental, karena apa yang
dikerjakan oleh manusia itu berkaitan dengan pencarian akan jati dirinya dan
membawa manusia ke taraf insani (Driyarkara, 1980). Agama merupakan sebuah
tempat yang paling baik untuk dijadikan pedoman. Karena setiap agama
mengajarkan umatnya untuk berbuat baik.
Agama juga menjadi salah satu dasar dalam rumusan dasar negara. Salah
satunya Pancasila dan UUD 1945. Dalam Piagam Jakarta, sila pertama mengaitkan
rumusan hanya dengan salah satu agama. Pancasila versi Piagam Jakarta
(terutama sila pertama) amat berbeda dengan keempat versi lainnya
(Poespowardojo, 1989) hanya memaparkan perbedaan ini tanpa menyebut
mengapa ada perbedaan versi Pancasila. Untuk menghindari rumusan yang
berlainan ini, rezim Orde Baru mengeluarkan Instruksi Presiden RI No. 12 tahun
1968 (tanggal 13 April 1968) yang mengatakan bahwa : Rumusan dan tata urutan
Pancasila yang resmi adalah seperti yang tercantum dalam Mukadimah UUD 1945
(Dardji, 1979). Maka, versi yang resmi dan berlaku sampai sekarang adalah yang
tercantum dalam mukadimah UUD 1945. Pada pembukaan UUD 1945 tersebut
dituliskan bahwa pada Pancasila sila pertama yang semula “Ketuhanan dengan
Kewajiban Menjalankan Syari’at Islam bagi Pemeluk-Pemeluknya” dirubah menjadi
“Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Agama sebenarnya memiliki kebenaran yang serba ideal karena berasal dari
Tuhan sebagai pemilik kebenaran yang mutlak. Akan tetapi, kebenaran agama
bukanlah kebebasan yang tidak bisa dinilai. Dalam penerapannya harus berfikir
secara realistis dan yang terpenting tidak bertolak belakang dengan ajaran agama.
Pendidikan agama haruslah selaras dengan nilai adulihung bangsa yang dinamai
Pancasila. Bangsa ini dibangun diatas berbagai ras, suku, budaya, dan
keberagaman lainnya. Hal ini menjadikan Bangsa Indonnesia menganut azas
demokrasi. Namun, hal ini banyak menyebabkan masyarakat Indonesia
memunculkan budaya sektarian. Salah satu perwujudan sektarian adalah sikap
eksklusif dan antitoleran terhadap kaum beragama lain. Hal ini seharusnya tidak
dimekarkan dalam Pendidikan Agama yang diajarkan oleh guru yang seagama
menurut Undang-Undang Sisdiknas. Seharusnya Pendidikan Agama harus
bercirikan pendidikan yang inklusif (Qodir, 2012).
Jadi apakah Pancasila sudah benar dan cocok untuk Bangsa kita,
Indonesia? Soekarno mengusulkan Pancasila sebagai dasar negara. Maka, kita
sebagai warga Indonesia harus menjadikan Pancasila ini sebagai pedoman dalam
berkegiatan. Khususnya dalam ranah pendidikan harus dirancang sebagai pondasi
dalam penerapannya. Pendidikan Agama sebagai salah satu bentuk upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa seturut amanat UUD 1945 tidak boleh melupakan
nilai-nilai Pancasila sebagai elemen dasarnya.

Daftar Pustaka

Dewantara. 2015. Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume V, No. 1, Januari.


http://journal.upgris.ac.id/index.php/civis/article/view/626/576

Aristoteles. 1995. Metaphysics (translated by. W.D. Ross). Oxford: Oxford University
Press.

Driyarkara. 1980. Kumpulan Karangan Driyarkara. Yogyakarta: Kanisius.

Poespowardojo, Soerjanto. 1998. Filsafat Pancasila (Sebuah Pendekatan Sosio-


Budaya). Jakarta: Gramedia.

Qodir, Zuly. 2012. “Pendidikan Inklusif” dalam Kompas 29 Des 2012

Anda mungkin juga menyukai