Anda di halaman 1dari 8

Tugas UTS Matakuliah Pendidikan Pancasila

Resume Buku Ajar Pendidikan Pancasila


Terbitan Pusat MPK UB 2019

Oleh :

Nama : Brilliant Inflamone Putra


NIM / Nomor Presensi : 205050100113025 / 13
Program Studi : Peternakan

Dosen Pengampu :
Dr. Mohamad Anas, M. Phil

PROGRAM SARJANA
PSDKU UB KEDIRI
Pendahuluan
Pancasila merupakan dasar negara kita, Indonesia. Pancasila dilahirkan sebagai
dasar negara atau pondasi bagi berdirinya bangsa Indonesia. Hal ini harus disadari oleh
setiap individu sehingga tertanam sikap, cara pandang dan juga berpikir yang sejalan
dengan nilai-nilai Pancasila. Sehingga hidup kita menjadi tertata dan tidak melenceng
dari nilai-nilai Pancasila.
Selain itu, perlu adanya pengetahuan mengenai sejarah dasar negara kita.
Sejarah merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dipelajari. Sejarah atau biasa
kita sebut masa lalu, tidak selalu harus dilupakan bahkan yang pahit pun tidak perlu
dilupakan, tetapi dari situlah kita dapat mengambil pelajaran serta hikmah yang akan
berguna dan bermanfaat di masa sekarang hingga masa depan.

Kesejarahan Pancasila ( Kultural, Pikiran dan Implementasi )


a. Pancasila Bagian Kultural Bangsa
Pancasila sudah menyatu dan menjadi bagian dari kebudayaan bangsa
Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan kehidupan kerajaan-kerajaan pada zaman
dahulu. Pada zaman Purbakala, masyarakatnya telah mengetahui dan meyakini
akan adanya Tuhan dan agama. Pada saat itu masyarakat menganut animisme
dan dinamisme. Dari sinilah kita tahu bahwa sebenarnya nilai ketuhanan telah
tertanam sejak lama pada jiwa bangsa Indonesia sehingga mengikat segala
perilaku yang tertata dan tidak melenceng dari nilai ketuhanan yang dianutnya.
Kemudian pada zaman Kerajaan Kutai Kertanegara sebenarnya telah
mengaplikasikan nilai sosial politik dan ketuhanan dalam bentuk kerajaan yang
dapat kita temukan pada tradisi kenduri dan memberikan sedekah kepada para
Brahmana. Dari sinilah kita tahu bahwa sejak saat itu jiwa religius juga telah
tertanam pada bangsa kita. Kemudian dalam kehidupan Kerajaan Sriwijaya, rasa
persatuan dan kesatuan bangsa telah dipupuk dengan baik. Seperti halnya
pemusatan kekuasaan pada satu raja atau maharaja yang benar-benar dijunjung
tinggi oleh masyarakatnya.
Pada Kerajaan Majapahit, sosial budaya dan rasa persatuan benar-benar
dicerminkan. Ada sebuah tradisi masyarakat Jawa yang dikenal dengan ma-
lima yang berarti lima hal yang harus dihindari oleh manusia, yaitu maling
(mencuri), main (berjudi), mabuk (minum-minuman keras), madon (berzina),
madad(menghisap candu). Dari situ kita dapat mengetahui bahwa sikap sosial
dan budaya benar-benar ditata dengan baik yang menjauhkan manusia dari hal
buruk. Persatuan yang kokoh juga ditunjukkan dengan tetap bersatunya kerajaan
ini mengingat wilayahnya yang sangat luas dan pastinya masyarakatnya juga
beragam. Keberagaman itu menjadi potensi yang baik akan kemajuan dan
kejayaan serta kontribusi Kerajaan Majapahit terhadap bangsa Indonesia.
Munculnya kerajaan-kerajaan Islam menunjukkan bahwa masyarakat pada
zaman kerajaan memilki sikap yang terbuka akan perkembangan zaman dan
mampu menyeleksi dengan baik akan hal tersebut. Islam tidak hanya
memberikan efek kepada keyakinan akan agama atau ketuhanan , tetapi Islam
juga menjadi pondasi berdirinya sebuah kerajaan-kerajaan yang sejahtera.
Setelah mengetahui zaman kerajaan, sekarang kita memasuki zaman
pergerakan nasional. Pada zaman ini, saat bangsa asing mulai mengganggu
bahkan kehidupan bangsa, bangsa Indonesia mulai sadar akan pentingya
persatuan dan kesatuan dengan menyisihkan sifat kedaeraahan dan juga
kepentingan pribadi untuk memukul mundur bangsa asing. Misalnya saja para
pemuda yang bisa sampai ke luar negeri dengan adanya politik etis tidak lupa
terhadap bangsanya dan berniat mengembalikan kedaulatan negara Indonesia.
Mulai dari partai atau organisasi, adanya Sumpah Pemuda, para tokoh
pergerakan nasional. Dari sinilah kita mengetahui bahwa nilai-nilai Pancasila
sudah menjadi budaya dan melekat di setiap langkah perjuangan bangsa
Indonesia terutama nilai persatuan.
b. Pancasila Sebagai Produk Olah Fikir Bangsa Indonesia
Pancasila merupakan cerminan dan mencerminkan sikap pemikiran
bangsa Indonesia. Hal ini kita ketahui dengan awal didorongnya dan disusunnya
Pancasila yang diawali dengan perumusan oleh BPUKI kemudian melalui
banyak rapat, debat, bahkan kontroversi. Dasar pemikiran Pancasila telah
dirumuskan oleh Ir. Soekarno dengan lima konsep atau pokok pemikiran yang
telah Beliau rancang. Sebenarnya masih menjadi kontroversi tentang penemu
pertama ide Pancasila. Kita hanya mengikuti pelajaran di sekolah dari buku-
buku dan juga penjelasan dari guru. Akan tetapi, yang terpenting adalah kita
mengetahui dan kita paham bahwa Pancasila merupakan produk olah fikir atau
cerminan dari sikap pemikiran bangsa kita, bangsa Indonesia.
c. Implementasi Pancasila
Pada zaman setelah kemerdekaan atau dapat kita kenal denga era
Soekarno, negara Indonesia menganut sistem presidensial, dimana presiden dan
wakil presiden merupakan pemimpin tertinggi negara dalam menjalankan
kekuasaan. Namun, sistem tersebut segera berubah menjadi sistem parlementer
sehingga membuat partai politik semakin tumbuh dan berkembang menyemai di
negara Indonesia. Seiring ini, konflik pun juga turut berkembang terutama
masalah ideologi seperti halnya Islamisme dan juga kaum komunisme. Karena
kecewa dengan permasalahan yang ada seperti sistem multipartai, Ir.Soekarno
pun mengeluarkan dekrit presiden yang mengkomandokan bangsa Indonesia
kembali berpegang pada Undang-Undang Dasar 1945 seperti rumusan Pancasila
yang disyahkan oleh PPKI. Hal ini karena terjadi perbedaan pemikiran tentang
Pancasila, dan perdebatan mengenai undang-undang yang dipakai pada saat itu.
Konflik pada masa ini mencapai puncaknya saat meletusnya peristiwa G-30 S
pada tahun 1965 hingga terbitnya Surat Perintah 11 Maret ( Super Semar ) yang
berakhir dengan lengsernya Ir. Soekarno dari jabatan presiden dan naiknya
Soeharto menjadi Presiden.
Pada zaman orde baru atau dapat kita sebut era Soeharto, kedudukan
Pancasila sangat kuat dan juga tegas bahkan Pancasila menopang dengan kuat
kekuasaan yang dipegang Soeharto. Di zaman ini, Soeharto berhasil menumpas
oknum-oknum PKI dengan tegas dan keras. Zaman orde baru sepertinya benar-
benar mendambakan stabilitas dan persatuan, setelah trauma perselisihan yang
terjadi pada orde sebelumnya sehingga Soeharto bertindak sangat tegas dan
keras. Di zaman ini juga ada yang namanya Pedoman Penghayatan dan
Pengalaman Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa) dengan maksud untuk
menyamakan pandangan atau persepsi mengenai demokrasi Pancasila sehingga
dapat terwujud persatuan bangsa Indonesia. Obsesi Soeharto terhadap kekuatan
Pancasila membuat Soeharto memilki rasa dan sikap curiga yang sangat besar
akan oknum-oknum yang masih berpotensi mengancam ideologi Pancasila.
Sehingga, Soeharto pun membuat keputusan dimana diberlakukannya Pancasila
sebagai azaz tunggal. Semua kegiatan seperti politik, keagamaan dan yang lain
haruslan berazazkan Pancasila karena azaz lainnya dianggap haram. Seiring
berjalannya waktu, era Soeharto ini mulai menampakkan dan menguatkan
keotoriterannya dengan kekuatan Pancasila yang cukup kuat menopang
kekuasaan Soeharto dan stabilitas politik yang dijadikan alat penekan sisi oposisi
yang hendak menyuarakan kritik karena penyalahgunaan Pancasila. Akhirnya
pada 21 Mei 1998, seluruh komponen rakyat Indonesia menyerukan “reformasi”
dan Soeharto pun lengser.
Pada zaman reformasi hingga sekarang, Pancasila seolah ditinggalkan
karena mengingat pada era sebelumnya, Pancasila telah disalahgunakan,
akibatnya masyarakat memiliki pandangan yang buruk mengenai Pancasila.
Karena sudah tidak dikekang seperti era sebelumnya, rakyat pada era reformasi
memiliki peluang berpendapat yang besar dan bebas. Hal ini menyebabkan
oknum-oknum yang memiliki pendapat lain mengenai ideologi yang pantas bagi
Indonesia pun mulai menyuarakan maksudnya kembali. Selain itu dalam aspek
politik praktik kolusi, korupsi, dan nepotisme semain menyebar luas dan
merajalela. Tidak hanya itu, keamanan, keadilan dan hukum di Indonesia masih
jauh dari yang diharapkan. Hal-hal ini patut diperhatikan dan membuat kita
sadar untuk kembali berpegang kepada Pancasila dengan nilai-nilai yang
dijadikan dasar berbangsa dan bernegara maupun dalam kehidupan sehari-hari
juga difungsikan dengan baik dan benar.

Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

a. Definisi Filsafat
Secara etimologis, arti filsafat adalah cinta kepada kebijaksanaan atau
teman kebijaksanaan. Dapat dikatakan pula bahwa filsafat terkait dengan ajaran-
ajaran kebijaksanaan. Dari sini kita tahu bahwa filsafat dapat ditemukan
dimanapun karena sebuah kebijaksaan atau pengetahuan bisa didapatkan
dimanapun.
b. Pengertian Filsafat Pancasila
Secara teoritis, filsafat Pancasila dapat didefinisikan sebagai refleksi
nasional,kritis, radikal dan komprehensif tentang hakikat Pancasila sebagai dasar
negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-
pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh. Filsafat Pancasila ialah
penyelidikan filsafati yang menjadikan Pancasila sebagai objeknya. Dalam hal
ini, objek formalnya adalah filsafat, sedang materialnya adalah Pancasila itu
sendiri. Objek formal adalah pendekatan yang digunakan dalam penyelidikan
sementara objek material adalah objek kajian itu sendiri.
Secara praktis, berarti Pancasila dapat dipraktikkan dalam kehidupan
sehari-hari atau berbangsa dan bernegara dari teori-teori yang ada di dalamnya.
Pancasila telah menjadi kehidupan masyarakat Nusantara, dimana terkait dengan
cara pandang bangsa ini. Sebagai pandangan hidup maupun sistem filsafat,
Pancasila diharapkan menjadi acuan atau aturan bagi pelaksanaan kehidupan
berbangsa.
c. Sekilas Pandangan Tokoh Filsafat Pancasila
Setiap orang pasti memiliki pandangan yang berbeda. Dalam konteks ini
tentunya para tokoh yang mendalami filsafat Pancasila, antara lain Ir. Sorekarno
yang menyatakan bahwa Pancasila sebagai phosofich grobdslag. Dr.
Mohammad Hatta menyatakan bahwa Pancasila sebagai jalan lurus dan
fundamen moral dan politik. Porf. Dr. Muhammad Yamin menyatakan bahwa
Pancasila sebagai sintesa pikiran. Dr.Roeslan Abdulani menyatakan bahwa
Pancasila sebagai jiwa revolusi. Prof. Dr. Soedirman Kartohardiprodjo
menyatakan bahwa Pancasila sebagai pandangan hidup kekeluargaan. Prof.
Dr.Notonagoro menyatakan bahwa Pancasila sebagai dasar falsafah negara
sekaligus hasil permenungan yang mendalam. Dr. Prostasius Hardono Hadi
menyatakan bahwa Pancasila sebagai pernyataan jati diri bangsa. Prof.
Dr.Darmadjati Supadjar menyatakan bahwa Pancasila sebagai candra jiwa
bangsa Indonesia berintikan gotong-royong. Yudi Latif, Ph.D. menyatakan
bahwa Pancasila sebagai karya bersama milik bangsa.
d. Dalil-Dalil Pancasila Sebagai Sistem Filsafat Menurut Notonagoro
Pancasila dikatakan sebagai sistem filsafat karena Pancasila memiliki
sistematika ide tertentu, dan mengandung muatan-muatan ajran filsafat yang
sistematis. Dalam pandangan Notonagoro, Pancasila memiliki justifikasi logis
sebagai sistem filsafat bangsa Indonesia dengan karakter spesifikasi, antara lain
kesatuan sila-sila Pancasila yang di dalamnya terdapat kesatuan secara
kuantitatif dan kesatuan secara kualitatif. Kesatuan Pancasila secara kuantitatif
berarti sila-sila Pancasila memiliki urut-urutan yang berjenjang, yakni sila yang
ada di atas menjadi landasan bagi sila-sila di bawahnya. Artinya sila pertama
melandasi sila kedua, sila kedua melandasi sila ketiga, sila ketiga melandasi sila
keempat, dan sila keempat melandasi sila kelima. Kesatuan secara kualitatif
berarti sila-sila Pancasila saling berhubungan dan mengkualifikasi atau
memberikan kualitas satu sama lain, membentuk struktur kesatuan yang
menyeluruh. Karakter spesifik lainnya adalah pola hubungan saling mengisi dan
mengkualifikasi. Artinya Pancasila memilki hubungan yang saling mengisi dan
mengkualifiasi pada tiap-tiap silanya, yakni tiap-tiap sila mengandung empat sila
lainnya atau dikualifikasi oleh empat sila lainnya.
Selain itu ada justifikasi ontologis Pancasila. Ontologi adalah cabang
filsafat yang membahas tentang hakikat keberadaan sesuatu. Justifikasi ontologis
Pancasila menyatakan secara jelas bahwa Pancasila itu benar-benar ada dalam
realitas dengan identitas dan entitas yang jelas. Justifikasi ontologis Pancasila
menyatkan bahwa pada hakikatnya manusia dalam alam pikiran Pancasila
memiliki hakikat “mono-pluralis”. Kemudian ada justifikasi epistemologis
Pancasila. Epistemologi merupkan cabang filsafat yang membahas pengetahuan
tentang sesuatu. Secara epistemologis, Pancasila merupakan suatu sistem
keyakinan dan cita-cita yang telah diketahui, dihayati, dan dialami oleh
masyarakat Indonesia menyangkut hal-hal praktis, dan dijadikan landasan cara
hidup manusia Indonesia. Dan yang terakhir ada justifikasi aksiologis Pancasila.
Pancasila mencerminkan nilai realitas dan idealis. Pancasila juga memiliki nilai
intrinsik dan ekstrinsik atau instrumental. Nilai intrinsik Pancasila adalah hasil
perpaduan dan konvergennsi antara nilai asli milik bangsa Indonesia dan nilai
yang diambil dari budaya luar Indonesia. Pancasila sebagai nilai instrumental
mengandung sebuah perintah dan menjadi arah dalam proses mewujudkan cita-
cita negara bangsa.

Ideologi Terbuka Pancasila

Secara etimologis ideologi berarti ilmu pengetahuan tentangn ide, atau


ajaran tentang pengertian-pengertian dasar. Ideologi berdasarkan tujuan praktik
dakam penerapannya, antara lain ideologi konsevatif, berarti memelihara
keadaan yang ada. Kontra ideologi, memberikan peluang untuk berpandangan
lain atau kontra terhadap suatu ideologi. Ideologi reformis, memuat kehendak
untuk selalu berubah. Ideologi revolusioner, bertujuan untuk mengubah seluruh
sistem nilai dalam masyarakat.
Selain pembagian tersebut, ada juga pembagian berdasarkan
keterbukaannya terhadap perubahan atau perkembangan kehidupan masyarakat,
yaitu ideologi terbuka dan ideologi tertutup. Ideologi tertutup adalah ideologi
yang tidak menerima pandangan lain atau pandangan yang mempertanyakan apa
saja yang terdapat dalam ideologi tertutup. Selain itu, idologi ini tidka
bersumber dari masyarakat, melainkan dari pikiran elit yang harus
dipropagandakan kepada masyarakat. Contoh dari ideologi ini adalah Marxisme-
Leninisme.
Ideologi terbuka, hanya berisi orientasi dasar, sedangkan
penerjemahannya ke dalam tujuan-tujuan norma-norma sosial-politik selalu
dapat dipertanyakan dan disesuaikan dengan nilai dan prinsip moral yang
berkembang di masyarakat. Ciri-ciri ideologi terbuka menurut Noor Ms Bakry,
antara lain ideologi terbuka selalu hadir dalam diri subjek, sehingga selalu
relevan dan aktual. Kemudian, ideologi terbuka bersifat realistis yang artinya
mencerminkan kenyataan hidup. Ideologi terbuka juga bersifat idealis, artinya
mampu menghadirkan harapan, optimisme, dan mampu mendorong
penganutnya untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu,
ideologi terbuka bersifat fleksibel, artinya mampu menyesuaikan diri sesuai
dengan perkembangan keadaan.
Beberapa fungsi ideologi, antara lain sebagai struktur kognitif yaitu
keseluruhan pengetahuan yang merupakan landasan untuk memahami dan
menafsirkan dunia. Kemudian sebagai orientasi dasar dengan membuka
wawasan yang memberikan makna serta menunjukkan tujuan dalam kehidupan
manusia. Ideologi juga berfungsi sebagai norma-norma yang menjadi pedoman
untuk bertindak. Sebagai berkal dan jalan bagi seseorang untuk menemukan
identitasnya juga sebagai kekuatan yang mampu menyemangati seseorang untuk
mencapai tujuannya. Beberapa ideologi besar dunia yang paling penting dan
berpengaruh sejauh catatan historis yang ada, antara lain liberalisme, libertartian,
kapitalisme, dan komunisme.

Nilai-Nilai Etika Pancasila

Dalam kajian filsafat terdapat 3 cabang kajian yaitu metafisika,


epistemologi, dan aksiologi. Etika termasuk kedalam kajian aksiologi filsafat.
Kata etika berasal dari kata dalam bahasa Yunani “ethos” yang berarti
adat/kebiasaan, kebiasaan cara bertindak dan karakter. Kita perlu mempelajari
etika karena beberapa alasan antara lain karena etika mencoba memberikan
rangsangan imajinasi moral seperti tentang kesadaran hidup dalam jaringan
hubungan moral, serta mengetahui akibat posisi moral. Selain itu etika berusaha
mengenal persoalan etis. Etika berusaha untuk memberi keterampilan analitis
terkait kewajiban moral dan tanggungjawab sosial. Etika juga berusaha untuk
menanamkan toleransi, dan mengenalkan prinsip-prinsip etika.
Terdapat beberapa aliran besar yang berbicara tentang etika yaitu etika
deontologi yang memandang suatu tindakan baik atau buruk berdasarkan pada
kesesuaian dengan kewajiban. Kemudian aliran etika teleologi yang
berpandangan bahwa baik buruk suatu tindakan dilihat berdasarkan tujuan atau
akibat dari perbuatan itu. Aliran etika keutamaan yang mempunyati tujuan
menjadikan orang jadi baik tidak hanya berbuat baik dan etika Pancasila yang
mengandung nilai-nilai dari setiap sila Pancasila.
Mulai dari nilai ketuhanan yang merupakan nilai paling tinggi karena
bersifat mutlak. Dalam nilai ini termuat bahwa kita adalah makhluk yang
memiliki kekurangan, kita adalah bangsa yang ber-Tuhan, bangsa yang terarah
kepada dan tergantung pada Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian nilai
kemanusiaan, yang adil pada diri sendiri, terhadap sesama, dan terhadap Tuhan.
Dengan hal tersebut akan terjalin hubungan baik antar manusia, antar bangsa,
tanpa terjebak dalam ego kesukuan yang sempit. Lalu ada nilai persatuan, yang
berkaitan dengan mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan
individu, yang membuat bangsa ini bersatu. Seperti pada penyatuan Indonesia
yang muncul sebagai akibat perlawanan kekuasaan fisik imperialis, kesamaan
nasib, kesatuan budaya, kesatuan wilayah dan kesatuan asas kerohanian. Nilai
kerakyatan yang sangat erat hubungannya dengan demokrasi, kebebasan
berpendapat. Dan yang terakhir ada nilai keadilan yang pada umumnya
dipahami sebagai kondisi di mana setiap orang memperoleh apa yang menjadi
haknya atau setiap hak orang ditempatkan pada sebuah kondisi yang memang
sesuai dengan porsinya

Kesimpulan

Kita perlu mengetahui dan memahami kesejarahan Pancasila agar tertanam spirit
atau semangat perjuangan para pahlawan yang telah mendahului kita sehingga jiwa
Pancasila melekat pada diri kita. Ideologi negara kita, Pancasila, adalah ideologi yang
terbuka artinya mampu mengikuti perkembangan dan perubahan keadaan dengan tetap
mempertahankan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Di dalam Pancasila terdapat
nilai-nilai etika, seperti etika Pancasila yang di mengandung nilai-nilai setiap sila
Pancasila. Pancasila sudah selayaknya bahkan harus kita jadikan pandangan dan
pedoman hidup agar tercipta persatuan dan integritas bangsa.

Daftar Pustaka

Anas, Mohamad dkk. 2019. Buku Ajar Pendidikan Pancasila. Malang: Pusat Mata
Kuliah Pengembangan Kepribadian Universitas Brawijaya

Anda mungkin juga menyukai