Anda di halaman 1dari 3

Feri

Memperingati kemerdekaan HUT RI ke-76 tidak lengkap jika masyarakat hanya sibuk
memikirkan bagaimana cara terselenggaranya upacara dan perlombaan kala ppkm yang
masih terus saja dicicil perpanjangannya tanpa sedikitpun menyentuh upaya pemaknaan
kedigdayaan Pancasila.

Halo pengunjung diksipedia.com, dua tahun sudah kita lalui hidup bersama virus
covid-19, ketertundaan dan keterbatasan menjadi hal lumrah yang terdengar saat ini.
Kehadirannya memberikan wajah baru bagi budaya dan gaya hidup manusia. Di luar dari
kenyataan ini adalah kejadian alami atau bukan, yang pasti ialah hidup dengan pedoman
merupakan upaya tepat untuk menghadapi realitas kehidupan manusia yang kerap
menampilkan gejala atau fenomena penuh intrik. Manusia sebagai makhluk monodualistik,
meski memiliki kehidupan jiwa yang menyendiri namun manusia juga menyandang predikat
makhluk sosial yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat (R. Soeroso, 1993). Maka
definisi menurut perspektif sosial, kita adalah sekelompok orang yang membentuk suatu
sistem berjejaring, menghubungkan antar entitas dan komunitas saling tergantung satu
dengan lainnya. Hingga seiring waktu lahirlah kebudayaan, ia hadir dari tatanan masyarakat
dengan arti corak umum kehidupan, sebagai identitas dan pedoman yang dijadikan pegangan.
Di Indonesia khususnya hal tersebut secara general sudah tertuang dalam pemaknaan
Pancasila pada tiap silanya. Pancasila sesungguhnya merupakan produk otentik dari
masyarakatnya sendiri dan hasil kristalisasi perilaku, kebiasaan, sikap, adat, kesadaran,
naluri, nilai dan budaya nusantara. Ia bukan hal yang baru, tidak dipaksakan untuk ada dalam
rentang waktu yang singkat, melainkan kesatuan komposisi atau materilnya sudah lama ada
terbentuk, terpatri dan membudaya pada inti sari jiwa rakyatnya. Patut berbangga bahwa kita
memiliki pedoman sempurna untuk dijadikan pandangan atau filsafat hidup dalam berbangsa,
akan Pancasila yang mengandung humanistik berketuhanan. Cerminan habitus itulah yang
kelak bisa dinisbatkan sebagai jantung kebudayaan nusantara sekaligus membentuk
weltanschaung (pandangan hidup) dari hasil kolektivitas keindonesiaan. Bung Karno selaku
founding father of Indonesian, bukanlah pencipta Pancasila melainkan sebagai penggali
Pancasila. Menggali nilai nilai kebudayaan yang ada di bumi Nusantara, nilai yang bukan
hanya berasal dari dalam tapi juga dari luar yang sudah mengalami pribumisasi ke dalam
tubuh kehidupan masyarakat Nusantara. Lantas beliau persembahkan kepada bangsa
Indonesia, hal tersebut diamini pula oleh Soediman Kartohadiprojo dalam karyanya
Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia. Beliau mengafirmasikan penolakan
Bung Karno terkait anggapan Pancasila adalah soekarnoisme, karena Bung Karno menolak
penyebutan dirinya sebagai “pencipta Pancasila”, seperti yang sudah dipaparkan.

Tak kenal maka tak sayang, jika Pancasila tidak dikenal secara utuh maka mustahil
rakyat dapat mencapai cita cita ke-madani-an yang diidam-idamkan. Mata kita tertuju pada
sila pertama, berbicara mengenai keesaan Tuhan, secara hierarki sila ini terdapat pada awal
atau paling atas dibanding sila lainnya. Menandakan bahwa sila ketuhanan menjadi prinsip
utama yang menerangi sila sila selanjutnya. Dengan itu negara mengakui segala aktivitas
rakyatnya merupakan gerak atas kaidah ketuhanan sebagai bentuk aplikasi manusia
beragama. Meninggikan akhlak luhur dan kesucian hidup. Namun dari hal tersebut tidak
lantas menjadikan Indonesia sebagai negara Teologi, sebab negara merupakan media untuk
mencapai kemakmuran sehingga pada konteks pelaksanaan keagamaan diserahkan kepada
religi, tidak serta merta juga hal tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara sekuler, sebab
ia mendasarkan praktik kenegaraan kepada sila Ketuhanan. Pada sila kedua yaitu
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, jika kita telisik dari sila sebelumnya maka pemaknaan
manusia yang adil dan beradab tidak terlepas dari perspektif ketuhanan. Pemuliaan manusia
dilakukan tidak secara abstrak, melainkan tertata sesuai dengan karakter manusia beragama.
Pada dasarnya Pancasila memuat hakikat manusia itu sndiri, yang merujuk ada-bersama.
Dalam ada-bersama, yang ada bukan lagi “aku dan engkau “, melainkan “aku-engkau”.
Selanjutnya pada sila ketiga dan keempat meliputi persatuan Indonesia dan kerakyatan, bisa
dikatakan sebagai bentuk aturan dari arah pengaplikasian dua sila sebelumnya. Sehingga pada
tujuan akhirnya yaitu dapat terbentuknya suatu produk keadilan yang berlaku bagi seluruh
rakyat Indonesia tanpa “syarat dan ketentuan berlaku”, melainkan secara rata dan
menyeluruh. Prinsip kemanusiaan yang berketuhanan bersifat universal dan konteks
keuniversalan di sini adalah keadilan sosial yang tertuang pada sila kelima. Berangkat dari
penjelasan diatas, dapat kita sepakati bahwa dalam pemaknaan Pancasila tidak ada dikotomi
antar satu sila dengan sila lainnya, ia bersistem dan membentuk kebulatan tekad kuat.
Pancasila Sebagai filsafat, pandangan hidup dan kaidah fundamental negara perlu bersama
dipahami dan dimaknai serta diejawantahkan secara maksimal, tidak bisa hanya dijadikan
sebagai redaksi filosofis abstrak. Terlebih lagi jika menduga bahwa ia adalah milik negara
bukan milik rakyat. Salah besar, jika anggapan itu muncul. Karena komposisi kelima sila ini
hadir sebagai bahan ajar utama jalan hidup tiap insan dalam berbangsa dan bernegara, kaya
akan perspektif kerakyatan tanpa tidak menghilangkan asas ketuhanan di dalamnya.

Sebagai pandangan hidup, dasar negara dan ideologi nasional atau yang nantinya
disebut Trilogi Pancasila pun harus kita pahami betul, sebagaimana yang disampaikan Drs.
Slamet Sutrisno, M. Si dalam bukunya Filsafat dan Ideologi Pancasila. Pancasila memiliki
tiga fungsi yang menjadi satu kesatuan, ini menguatkan bahwa tidak ada dikotomi dalam
Pancasila, satu dengan lainnya saling berintegrasi mulai dari pemaknaan sampai fungsi
sekalipun. Kedigdayaan Pancasila mengakar kuat dan dinamis mengikuti alur zaman, menjadi
landasan kultural, mentalitas dan pemikiran dari pembangunan fisik negara. Pada akhirnya
setelah berperan sebagai landasan, Pancasila sudah sangat mantap menjadi dasar negara
sebagaimana yang kita tahu ia adalah dasar konstitusional bagi Pembukaan UUD 1945 dan
batang tubuhnya. Dengan maksud mudahnya, segenap produk hukum dan kebijakan
kenegaraan wajib bermuara pada pandangan hidup Pancasila dan ketika berfungsi sebagai
ideologi nasional, artinya warga negara harus tunduk dan hidup beriringan dengan Pancasila.
Jadi itulah sebab kenapa kamu masih bisa hidup tentram menyeduh kopi sembari
menikmati seputung kretek, bukan hidup dengan pertikaian sehingga membuatmu tidak
lagi sempat untuk duduk diskusi tentang bangsa dan esok bangun pagi menguap begitu
saja..

Pancasila adalah representatif manusia Indonesia yang sudah membudaya. Kaya akan
nilai kemanusiaan yang memegang asas ketuhanan, agar mencapai nikmat keadilan yang
seadil adilnya. Aku adalah hamba dari Tuhan yang Maha Agung dan aku adalah manusia
Pancasila dengan segala kedigdayaan di dalamnya.

Fastabiqul khoirot. Yakin Usaha Sampai.

Anda mungkin juga menyukai