Disusun oleh
Nama
: Irvandhy adiatmika
NIM
: 11.01.2836
Kelompok
:B
Jurusan
: D3 Teknik Informatika
Asala mula karya yaitu asal mula yang menjadikan Pancasila dari calon dasar
Negara menjadi dasar negarayang satu. Adapun asal mula krya adalah PPKI sebagai
pembentuk Negara dan atas dasar pembentuk Negara tang mengesahkan Pncasila
menjadi dasar Negara yang sah, setelah melakukan pembahasan baik yang di
lakuakan oleh BPUPKU , Panitia Sembilan.
2. Asal mula tidak langsung
Asal mula tidak langsung pancasila bila dirinci adalah sebagai berikut:
a. unsur unsure Pancasila tersebut sebelum secara langsung dirumuskan menjadi dasar
filsafat Negara. Nilai-nilainya yaitu nilai keuhanan, niali kemanusiaan, nilai persatuan,
niali kerakyatan, niali keadilan telah ada dan tercermin dalam kehidupan sehari-hari
bangsa Indonesia sebelum membentuk Negara.
b. Nilai-nilai tersebut terkandung dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia
sebelum membentuk Negara, yang berupa nilai-nilai adapt istiadat, nilai kebudayaan
serta nilai religius. Nilai-nilai tersebut menjadi pedoman dalam memecahkan
problema kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia.
c. Dengan demikian dapat disimpulakan bahwa asal mula tidak langsung Pancasila pada
hakikatnya bangsa Indonesia sendiri, atau dengan kata lain bangsa Indonesia sebagai
Kausa materialis atau sebagai asal mula tidak langsung nilai-nilai Pancasila.
Berdasarkan uraian di atas ,dapat membeikan gambaran pada kita bahwa pancasila itu
pada hakikatnya adalah sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang jauh sebelum
bangsa Indonesia membentuk Negara.
RUMUSAN MASALAH
Pemahaman mendalam terhadap latar belakang historis, dan konseptual tentang Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945 bagi setiap warga negara, merupakan suatu bentuk
kewajiban sebelum kita dapat melaksanakan nilai-nilainya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Kewajiban tersebut merupakan konsekuensi formal dan
konsekuensi logis dalam kedudukan kita sebagai warga negara. Karena kedudukan Pancasila
sebagai Dasar Negara (Filsafat Negara), maka setiap warga negara wajib loyal (setia) kepada
dasar negaranya.
Perjalanan hidup suatu bangsa sangat tergantung pada efektivitas penyelenggaraan negara.
Pancasila sebagai dasar negara merupakan dasar dalam mengatur penyelenggaraan negara
disegala bidang, baik bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya dan hankam. Era
global menuntut kesiapan segenap komponen bangsa untuk mengambil peranan sehingga
dampak negatif yang kemungkinan muncul, dapat segera diantisipasi.
Kesetiaan, nasionalisme (cinta tanah air) dan patriotisme (kerelaan berkorban) warga
negara kepada bangsa dan negaranya dapat diukur dalam bentuk kesetiaan (loyalitas)
mereka terhadap filsafat negaranya yang secara formal diwujudkan dalam bentuk Peraturan
perundang-undangan (Undang-Undang Dasar 1945, Ketetapan MPR, Undang-Undang, dan
Peraturan Perundangan lainnya). Kesetiaan warga negara tersebut akan nampak dalam
sikap dan tindakan, yakni menghayati, mengamalkan dan mangamankan. Kesetiaan ini akan
semakin mantap jika mengakui dan meyakini kebenaran, kebaikan dan keunggulan Pancasila
sepanjang masa.
Pancasila dalam kedudukannya sebagai Ideologi negara, diharapkan mampu menjadi filter
dalam menyerap pengaruh perubahan jaman di era globalisasi ini. Keterbukaan ideologi
Pancasila terutama ditujukan dalam penerapannya yang berbentuk pola pikir yang dinamis
dan konseptual. Suatu ideologi negara, merupakan hasil refleksi manusia berkat
kemampuanya mengadakan distansi (menjaga jarak) terhadap dunia kehidupannya. Antara
keduanya, yaitu ideologi dan kenyataan hidup masyarakat terjadi hubungan dialektis,
sehingga berlangsung pengaruh timbal balik yang terwujud dalam interaksi yang disatu
pihak memacu ideologi makin realistis dan dilain pihak mendorong masyarakat makin
mendekati bentuk yang ideal. Ideologi mencerminkan cara berfikir masyarakat, namun juga
membentuk masyarakat menuju cita-cita.
PENDEKATAN
A. Historis
Dalam bahasa Sansekerta perkataan Pancasila memiliki dua macam arti :
Panca artinya lima "syiila"vokal" i pendek artinya "batu sendi","alas",atau "dasar" "syiila
"vokal" i" panjang artinya "peraturan tingkah laku yang baik, yang penting atau yang
senonoh. ajaran Pancasyiila menurut Budha adalah merupakan lima aturan (larangan) atau
five moral principles, yang harus ditaati dan dilaksankan oleh para penganut biasa atau
awam. Pancasyiila yang berisi lima larangan atau pantangan itu menurut isi lengkapnya sbb :
1. dilarang membunuh
2. dilarang mencuri
3. dilarang berzina
4. dilarang berdusta
5. dilarang minum-minuman keras.
Setelah Majapahit runtuh dan agama Islam mulai tersebar keseluruh Indonesia maka sisisisa pengaruh ajaran moral Budha (Pancasila) masih juga dikenal di dalam masyarakat Jawa,
yang disebut dengan "lima larangan" atau "lima pantangan" moralitas yaitu :
1. Mateni artinya membunuh
2. Maling artinya mencuri
3. Madon artinya berzina
4. Mabok artinya minuman keras
5. Main artinya berjudi
Semua huruf diberi awalan M atau dalam bahasa Jawa disebu Ma oleh karena itu lima
prinsip Ma lima atau M5 yaitu lima larangan (Ismaun,1981:79)
B. Yuridis
Meskipun nama Pancasila tidak secara eksplisit disebutkan dalam UUD 1945 sebagai dasar
negara, tetapi pada alinea keempat Pembukaan UUD 1945 itu secara jelas disebutkan
bahwa dasar negara Indonesia adalah keseluruhan nilai yang dikandung Pancasila. Dengan
demikian tepatlah pernyataan Darji Darmodihardjo (1984) bahwa secara yuridiskonstitusional, Pancasila adalah Dasar Negara yang dipergunakan sebagai dasar mengaturmenyelenggarakan pemerintahan negara. Mengingat bahwa Pancasila adalah Dasar Negara,
maka mengamalkan dan mengamankan Pancasila sebagai Dasar Negara mempunyai sifat
imperatif/ memaksa, artinya setiap warga negara Indonesia harus tunduk-taat kepadanya.
Siapa saja yang melanggar Pancasila sebagai Dasar Negara, ia harus ditindak menurut
hukum, yakni hukum yang berlaku di Negara Indonesia. Pernyataan tersebut sesuai dengan
posisi Pancasila sebagai sumber tertinggi tertib hukum atau sumber dari segala sumber
hukum. Dengan demikian, segala hukum di Indonesia harus bersumber pada Pancasila,
sehingga dalam konteks sebagai negara yang berdasarkan hukum (Rechtsstaat), Negara dan
Pemerintah Indonesia tunduk kepada Pancasila sebagai kekuasaan tertinggi. Dalam
kedudukan tersebut, Pancasila juga menjadi pedoman untuk menafsirkan UUD 1945 dan
atau penjabarannya melalui peraturan-peraturan operasional lain di bawahnya, termasuk
kebijaksanaan-kebijaksanaan dan tindakan-tindakan pemerintah di bidang pembangunan,
dengan peran serta aktif seluruh warga negara. Oleh karena itu dapatlah dimengerti bahwa
seluruh undang-undang, peraturan-peraturan operasional dan atau hukum lain yang
mengikutinya bukan hanya tidak boleh bertentangan dengan Pancasila, sebagaimana
dimaksudkan oleh Kirdi Dipoyudo (1979:107): tetapi sejauh mungkin juga selaras dengan
Pancasila dan dijiwai olehnya sedemikian rupa sehingga seluruh hukum itu merupakan
C. Sosiologis
Setiap manusia di dunia pasti mempunyai pandangan hidup. Pandangan hidup adalah suatu
wawasan menyeluruh terhadap kehidupan yang terdiri dari kesatuan rangkaian nilai-nilai
luhur. Pandangan hidup berfungsi sebagai pedoman untuk mengatur hubungan manusia
dengan sesama, lingkungan dan mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya.
Pandangan hidup yang diyakini suatu masyarakat maka akan berkembang secara dinamis
dan menghasilkan sebuah pandangan hidup bangsa. Pandangan hidup bangsa adalah
kristalisasi nilai-nilai yang diyakini kebenarannya maupun manfaatnya oleh suatu bangsa
sehingga darinya mampu menumbuhkan tekad untuk mewujudkannya di dalam sikap hidup
sehari-hari. Setiap bangsa di mana pun pasti selalu mempunyai pedoman sikap hidup yang
dijadikan acuan di dalam hidup bermasyarakat. Demikian juga dengan bangsa Indonesia.
Bagi bangsa Indonesia, sikap hdup yang diyakini kebenarannya tersebut bernama Pancasila.
Nilai-nilai yang terkandung di dalam sila-sila Pancasila tersebut berasal dari budaya
masyarakat bangsa Indonesia sendiri. Oleh karena itu, Pancasila sebagai inti dari nilai-nilai
budaya Indonesia maka Pancasila dapat disebut sebagai cita-cita moral bangsa Indonesia.
Cita-cita moral inilah yang kemudian memberikan pedoman, pegangan atau kekuatan
rohaniah kepada bangsa Indonesia di dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Pancasila di samping merupakan cita-cita moral bagi bangsa Indonesia, juga
sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia. Pancasila sebagaimana termuat dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah hasil kesepakatan bersama bangsa
Indonesia yang pada waktu itu diwakili oleh PPKI. Oleh karena Pancasila merupakan
terbuka
adalah
sebagai
suatu
sistem
pemikiran
terbuka.
Nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah sebagai
berikut:
1. Nilai dasar, yaitu hakekat kelima sila Pancasila.
2. Nilai instrumental, yang merupakan arahan, kebijakan strategi, sasaran serta lembaga
pelaksanaanya.
3. Nilai praktis, yaitu merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam suatu realisasi
pengamalan yang bersifat nyata, dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Pancasila memiliki 2 hal yang harus dimiliki oleh ideologi yang terbuka yaitu cita-cita
yang (nilainya) bersumber dari kehidupan budaya masyarakat itu sendiri. Pancasila berasal
dari bangsa Indonesia sendiri bukan bangsa lain. Pancasila merupakan wadah/sarana yang
dapat mempersatukan bangsa itu sendiri karena memiliki falsafah dan kepribadian yang
mengandung nilai-nilai luhur dan hukum.
Pancasila juga memiliki cita-cita moral & merupakan pandangan hidup bangsa
Indonesia. Sebagai ideologi terbuka, Pancasila juga memiliki fleksibel & kelenturan kepekaan
kepada perkembangan zaman. Sehingga nilai-nilai Pancasila tidak akan berubah dari zaman
ke zaman.
Dan Pancasila harus memiliki kesinambungan atau saling interaksi dengan
masyarakatnya. Maka, apa yang menjadi tujuan negara dapat tercapai tanpa adanya
pertentangan. Semua orang tanpa terkecuali harus mengerti dan paham betul tentang
tujuan yang ada dalam Pancasila tersebut. Dengan demikian secara ideal konseptual,
Pancasila adalah ideologi, kuat, tangguh, bermutu tinggi dan tentunya menjadi acuan untuk
semangat bangsa Indonesia.
FAKTOR
PENDORONG
KETERBUKAAN
IDEOLOGI
PANCASILA
dan menghormati kesepakatan yang telah dibangun oleh para pendiri negara (founding
fathers) tersebut dengan berupaya terus untuk menggali, menghayati & mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Pancasila yang sila-silanya diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945, telah menjadi
kesepakatan nasional sejak ditetapkan tanggal 18 Agustus 1945, dan akan terus berlanjut
sepanjang sejarah Negara Republik Indonesia. Kesepakatan tersebut merupakan perjanjian
luhur atau kontrak sosial bangsa yang mengikat warga negaranya untuk dipatuhi dan
dilaksanakan dengan semestinya.
Untuk membuktikan bahwa Pancasila merupakan hasil kesepakatan bangsa Indonesia
dengan legalitas yang kuat, kiranya perlu dilengkapi :
1. Justifikasi Juridik
Bangsa Indonesia telah secara konsisten untuk selalu berpegang kepada Pancasila dan
UUD 1945, sebagaimana telah diamanatkan adanya rumusan Pancasila ke dalam UUD
yang telah berlaku di Indonesia dan beberapa contoh, seperti:
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Konstitusi Republik Indonesia Serikat (1949)
Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia (1950)
Ketetapan MPR RI No.XVII/MPR/1998 tentang HAK ASASI MANUSIA
Ketetapan MPR RI No.V/MPR/2000 tentang PEMANTAPAN PERSATUAN DAN
KESATUAN NASIONAL
Ketetapan MPR RI No.V/MPR/2000 tentang PEMANTAPAN PERSATUAN DAN
KESATUAN NASIONAL
2. Justifikasi Teoritik - Filsafati
Merupakan usaha manusia untuk mencari kebenaran Pancasila dari sudut olah pikir
manusia, dari konstruksi nalar manusia secara logik. Pada umumnya olah pikir filsafati
dimulai dengan suatu aksioma, yakni suatu kebenaran awal yang tidak perlu dibuktikan
lagi, karena hal tersebut dipandang suatu kebenaran yang hakiki. Para pendiri negara
dalam membuktikan kebenaran Pancasila dimulai dengan suatu aksioma bahwa
:Manusia dan alam semesta ini adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dalam suatu
partalian yang selaras atau harmoni. Aksioma ini dapat ditemukan rumusannya dalam
Pembukaan UUD 1945 pada aline 2, ke-4 & pasal 29.
3. Justifikasi Sosiologik Historik
Menurut penggagas awal (Ir. Soekarno), bahwa Pancasila digali dari bumi Indonesia
sendiri dan dikristalisasikan dari nilai-nilai yang berkembang dalam kehidupan rakyat
Indonesia yang beraneka ragam. Nilai-nilai tersebut dapat diamati pada kelompok
masyarakat yang tersebar di seluruh Indonesia yang dalam implementasinya sangat
disesuaikan dengan kultur masyarakat yang bersangkutan. Dengan demikian, nampak
jelas bahwa sesungguhnya Pancasila telah menjadi living reality (kehidupan nyata) jauh
sebelum berdirinya negara republik Indonesia. Beberapa contoh nilai-nilai Pancasila yang
telah berkemang di dalam kehidupan masyarakat antara lain :
No Asal Daerah
Nilai-nilai/Ungkapan
Yang
Berkembang
Keterangan
Jawa
(mau
bekerja
keras
tanpa
pamrih),
c. gotong royong (berat ringan
Adanya
konsep
hu-manitas yang
sudah
menjiwai
bangsa Indonesia.
ditanggung bersama)
1. Bulat air oleh pembuluh, bulat
kata oleh mufakat
2.
Minangkabau
Konsep
sovereinitas.
Konsep
religiositas
Konsep humanitas
Konsep
kita
religiositas
maklum
bahwa
yang
Minahasa
kaliuran
si
impalampangan
masena
(Jangan
lupa
Konsep
religiositas
terang.
Tebak
4.
Lampung
cotang
di
serambi,
Konsep
sovereinitas.
balai).
Abantal
5.
Madura
sadat,
sapoiman,
Konsep
religiositas
Bugis/
Konsep
Makasar
langika
religiositas
(Matahari
tak
akan
Bengkulu
jangan
berumah
di
pinggir
Konsep humanitas
pantai.
Kaulete
mulowang
walidase
nausavo
etolomai
8.
Maluku
netane
kukuramese
kwelenetane
lalang
sotoneisa
upasasi
ainetane
di
darat
menentang kezaliman).
untuk
Konsep humanitas
dan persatuan
9.
Batak
Songon
siala
sampagul
rap
Konsep persatuan
(Manda-iling)
dan kebersamaan
kita
bersatu
Konsep persatuan
seperti
Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, jelaslah bahwa bagi bangsa Indonesia tidak
perlu diragukan lagi tentang kebenaran Pancasila sebagai dasar negara, ideologi nasional
maupun pandangan hidup bangsa dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa & bernegara.
Hal ini terbukti setelah kita analisis dari sudut justifikasi yuridik, filsafati dan teoritik serta
sosiologik dan historik. Untuk itu, semakin jelaslah bahwa Pancasila merupakan kesepakatan
bangsa, suatu perjanjian luhur yang memiliki legalitas, kebenaran dan merupakan living
reality yang selama ini telah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan sudut pandang justifikasi filsafati dan teoritik inilah bangsa Indonesia yang
memiliki beraneka ragam suku, agama, ras dan antar golongan (SARA) mampu hidup
berdampingan secara damai, rukun dan sejahtera dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika
serta dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai perwujudan tersebut,
maka bangsa Indonesia dikenal oleh bangsa-bangsa manca negara sebagai bangsa yang
memiliki sifat khas kepribadian (unik) antara lain : ramah tamah, religius, suka membantu
sesama (solideritas), dan mengutamakan musyawarah mufakat.
KESIMPULAN
Pancasila memiliki hal yang dimiliki oleh ideologi terbuka yaitu cita-cita yang (nilainya)
bersumber dari kehidupan budaya masyarakat itu sendiri. Karena pancasila berasal dari
bangsa Indonesia sendiri bukan orang lain. Keterbukaan ideologi Pancasila terutama
ditujukan dalam penerapannya yang berbentuk pola pikir yang dinamis & konseptual
dalam dunia modern.
SARAN
Sebagai suatu pemikiran yang memuat pandangan dasar dan cita-cita mengenai sejarah,
manusia, masyarakat, recht dan negara Indonesia, yang bersumber dari kebudayaan Indonesia
yang digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat kita sendiri.
Alangkah baiknya jika masih tetap menggunakan dan mempertahankannya sebagai nilai dasar
sebagai ciri khas kita sebagai suatu bangsa. Tanpa takut untuk mengembangkannya secara
dimamis sesuai dengan perkembangan jaman.