Anda di halaman 1dari 15

TUGAS AKHIR

Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka

Disusun oleh
Nama

: Irvandhy adiatmika

NIM

: 11.01.2836

Kelompok

:B

Jurusan

: D3 Teknik Informatika

Dosen Pembimbing: Irton, SE.,M.Si

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER


STMIK AMIKOM YOGYAKARTA
2011-2012

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA


Abstrak
LATAR BELAKANG
Proses terjadinya pancasila dapat di badakan menjadi dua yaitu: asala mula yang
langsung dan asal mula yang tidak langsung. Adapun pengrtian asal mula tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Asal Mula Langsung
Pengertian asal mula secara ilmiah filsafati di bedakan menjadi empat yaitu: causa
materialis, causa formalis, causa efficient.
Adapun rincian asal mual langsung Pancasila menurut Notonegora adalah sebagai
berikut :
a. Asal mula bahan (causa materialis)
Asal bahan Pancasila adalah bangsa Indonesia itu sendiri karena Pancasila di gali
dari nilai-nilai, adapt-istiadat, kebudayaan serta nilai-nilai religius yang terdapat
dalam kehidupan sehari hari bangsa Indonesia.
b. Asal mula bentuk (causa formalis)
Hal ini di maksudkan bagaimana asal mula bentu atau bagaimana bentuk
Pancasila itu di rumuskan sebagaimana termuat dalam Pembukaan UUD 1945. maka
asal mula bentuk Pancasila adalah ; Soekarno bersama-sam denagn Drs. Moh Hatta
serta anggota BPUPKI lainya merumuskan dan membahas pancasila terutama
hubungan bentuk,rumusan dan nama Pancasila.
c. Asal mula karya (causa efficient)

Asala mula karya yaitu asal mula yang menjadikan Pancasila dari calon dasar
Negara menjadi dasar negarayang satu. Adapun asal mula krya adalah PPKI sebagai
pembentuk Negara dan atas dasar pembentuk Negara tang mengesahkan Pncasila
menjadi dasar Negara yang sah, setelah melakukan pembahasan baik yang di
lakuakan oleh BPUPKU , Panitia Sembilan.
2. Asal mula tidak langsung
Asal mula tidak langsung pancasila bila dirinci adalah sebagai berikut:
a. unsur unsure Pancasila tersebut sebelum secara langsung dirumuskan menjadi dasar
filsafat Negara. Nilai-nilainya yaitu nilai keuhanan, niali kemanusiaan, nilai persatuan,
niali kerakyatan, niali keadilan telah ada dan tercermin dalam kehidupan sehari-hari
bangsa Indonesia sebelum membentuk Negara.
b. Nilai-nilai tersebut terkandung dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia
sebelum membentuk Negara, yang berupa nilai-nilai adapt istiadat, nilai kebudayaan
serta nilai religius. Nilai-nilai tersebut menjadi pedoman dalam memecahkan
problema kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia.
c. Dengan demikian dapat disimpulakan bahwa asal mula tidak langsung Pancasila pada
hakikatnya bangsa Indonesia sendiri, atau dengan kata lain bangsa Indonesia sebagai
Kausa materialis atau sebagai asal mula tidak langsung nilai-nilai Pancasila.
Berdasarkan uraian di atas ,dapat membeikan gambaran pada kita bahwa pancasila itu
pada hakikatnya adalah sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang jauh sebelum
bangsa Indonesia membentuk Negara.

RUMUSAN MASALAH

Pemahaman mendalam terhadap latar belakang historis, dan konseptual tentang Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945 bagi setiap warga negara, merupakan suatu bentuk
kewajiban sebelum kita dapat melaksanakan nilai-nilainya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Kewajiban tersebut merupakan konsekuensi formal dan
konsekuensi logis dalam kedudukan kita sebagai warga negara. Karena kedudukan Pancasila
sebagai Dasar Negara (Filsafat Negara), maka setiap warga negara wajib loyal (setia) kepada
dasar negaranya.
Perjalanan hidup suatu bangsa sangat tergantung pada efektivitas penyelenggaraan negara.
Pancasila sebagai dasar negara merupakan dasar dalam mengatur penyelenggaraan negara
disegala bidang, baik bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya dan hankam. Era
global menuntut kesiapan segenap komponen bangsa untuk mengambil peranan sehingga
dampak negatif yang kemungkinan muncul, dapat segera diantisipasi.
Kesetiaan, nasionalisme (cinta tanah air) dan patriotisme (kerelaan berkorban) warga
negara kepada bangsa dan negaranya dapat diukur dalam bentuk kesetiaan (loyalitas)
mereka terhadap filsafat negaranya yang secara formal diwujudkan dalam bentuk Peraturan
perundang-undangan (Undang-Undang Dasar 1945, Ketetapan MPR, Undang-Undang, dan
Peraturan Perundangan lainnya). Kesetiaan warga negara tersebut akan nampak dalam
sikap dan tindakan, yakni menghayati, mengamalkan dan mangamankan. Kesetiaan ini akan
semakin mantap jika mengakui dan meyakini kebenaran, kebaikan dan keunggulan Pancasila
sepanjang masa.
Pancasila dalam kedudukannya sebagai Ideologi negara, diharapkan mampu menjadi filter
dalam menyerap pengaruh perubahan jaman di era globalisasi ini. Keterbukaan ideologi
Pancasila terutama ditujukan dalam penerapannya yang berbentuk pola pikir yang dinamis
dan konseptual. Suatu ideologi negara, merupakan hasil refleksi manusia berkat
kemampuanya mengadakan distansi (menjaga jarak) terhadap dunia kehidupannya. Antara
keduanya, yaitu ideologi dan kenyataan hidup masyarakat terjadi hubungan dialektis,
sehingga berlangsung pengaruh timbal balik yang terwujud dalam interaksi yang disatu
pihak memacu ideologi makin realistis dan dilain pihak mendorong masyarakat makin
mendekati bentuk yang ideal. Ideologi mencerminkan cara berfikir masyarakat, namun juga
membentuk masyarakat menuju cita-cita.

PENDEKATAN

A. Historis
Dalam bahasa Sansekerta perkataan Pancasila memiliki dua macam arti :
Panca artinya lima "syiila"vokal" i pendek artinya "batu sendi","alas",atau "dasar" "syiila
"vokal" i" panjang artinya "peraturan tingkah laku yang baik, yang penting atau yang
senonoh. ajaran Pancasyiila menurut Budha adalah merupakan lima aturan (larangan) atau
five moral principles, yang harus ditaati dan dilaksankan oleh para penganut biasa atau
awam. Pancasyiila yang berisi lima larangan atau pantangan itu menurut isi lengkapnya sbb :
1. dilarang membunuh
2. dilarang mencuri
3. dilarang berzina
4. dilarang berdusta
5. dilarang minum-minuman keras.

Istilah Pancasila sudah dikenalsejak jaman Majapahit dalam buku Negarakertagama


karangan Mpu Prapanca dan buku Sutasoma karangan Mpu Prapanca yang diartikan lima
perintah kesusilaan (Pancasilakrama) yang berisi lima larangan sebagai berikut tidak boleh:
1. Melakukan kekerasan
2. Mencuri
3. Berjiwa dengki
4. Berbohong
5. Mabuk akibat minuman keras

Setelah Majapahit runtuh dan agama Islam mulai tersebar keseluruh Indonesia maka sisisisa pengaruh ajaran moral Budha (Pancasila) masih juga dikenal di dalam masyarakat Jawa,

yang disebut dengan "lima larangan" atau "lima pantangan" moralitas yaitu :
1. Mateni artinya membunuh
2. Maling artinya mencuri
3. Madon artinya berzina
4. Mabok artinya minuman keras
5. Main artinya berjudi
Semua huruf diberi awalan M atau dalam bahasa Jawa disebu Ma oleh karena itu lima
prinsip Ma lima atau M5 yaitu lima larangan (Ismaun,1981:79)
B. Yuridis
Meskipun nama Pancasila tidak secara eksplisit disebutkan dalam UUD 1945 sebagai dasar
negara, tetapi pada alinea keempat Pembukaan UUD 1945 itu secara jelas disebutkan
bahwa dasar negara Indonesia adalah keseluruhan nilai yang dikandung Pancasila. Dengan
demikian tepatlah pernyataan Darji Darmodihardjo (1984) bahwa secara yuridiskonstitusional, Pancasila adalah Dasar Negara yang dipergunakan sebagai dasar mengaturmenyelenggarakan pemerintahan negara. Mengingat bahwa Pancasila adalah Dasar Negara,
maka mengamalkan dan mengamankan Pancasila sebagai Dasar Negara mempunyai sifat
imperatif/ memaksa, artinya setiap warga negara Indonesia harus tunduk-taat kepadanya.
Siapa saja yang melanggar Pancasila sebagai Dasar Negara, ia harus ditindak menurut
hukum, yakni hukum yang berlaku di Negara Indonesia. Pernyataan tersebut sesuai dengan
posisi Pancasila sebagai sumber tertinggi tertib hukum atau sumber dari segala sumber
hukum. Dengan demikian, segala hukum di Indonesia harus bersumber pada Pancasila,
sehingga dalam konteks sebagai negara yang berdasarkan hukum (Rechtsstaat), Negara dan
Pemerintah Indonesia tunduk kepada Pancasila sebagai kekuasaan tertinggi. Dalam
kedudukan tersebut, Pancasila juga menjadi pedoman untuk menafsirkan UUD 1945 dan
atau penjabarannya melalui peraturan-peraturan operasional lain di bawahnya, termasuk
kebijaksanaan-kebijaksanaan dan tindakan-tindakan pemerintah di bidang pembangunan,
dengan peran serta aktif seluruh warga negara. Oleh karena itu dapatlah dimengerti bahwa
seluruh undang-undang, peraturan-peraturan operasional dan atau hukum lain yang
mengikutinya bukan hanya tidak boleh bertentangan dengan Pancasila, sebagaimana
dimaksudkan oleh Kirdi Dipoyudo (1979:107): tetapi sejauh mungkin juga selaras dengan
Pancasila dan dijiwai olehnya sedemikian rupa sehingga seluruh hukum itu merupakan

jaminan terhadap penjabaran, pelaksanaan, penerapan Pancasila. Demikianlah tinjauan


historis dan yuridis-konstitusional secara singkat yang memberikan pengertian bahwa
Pancasila yang otentik (resmi/ sah) adalah Pancasila sebagaimana tercantum dalam alinea
keempat Pembukaan UUD 1945. Pelaksanaan dan pengamanannya sebagai dasar negara
bersifat imperatif/ memaksa, karena pelanggaran terhadapnya dapt dikenai tindakan
berdasarkan hukum positif yang pada dasarnya merupakan jaminan penjabaran,
pelaksanaan dan penerapan Pancasila.

C. Sosiologis
Setiap manusia di dunia pasti mempunyai pandangan hidup. Pandangan hidup adalah suatu
wawasan menyeluruh terhadap kehidupan yang terdiri dari kesatuan rangkaian nilai-nilai
luhur. Pandangan hidup berfungsi sebagai pedoman untuk mengatur hubungan manusia
dengan sesama, lingkungan dan mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya.
Pandangan hidup yang diyakini suatu masyarakat maka akan berkembang secara dinamis
dan menghasilkan sebuah pandangan hidup bangsa. Pandangan hidup bangsa adalah
kristalisasi nilai-nilai yang diyakini kebenarannya maupun manfaatnya oleh suatu bangsa
sehingga darinya mampu menumbuhkan tekad untuk mewujudkannya di dalam sikap hidup
sehari-hari. Setiap bangsa di mana pun pasti selalu mempunyai pedoman sikap hidup yang
dijadikan acuan di dalam hidup bermasyarakat. Demikian juga dengan bangsa Indonesia.
Bagi bangsa Indonesia, sikap hdup yang diyakini kebenarannya tersebut bernama Pancasila.
Nilai-nilai yang terkandung di dalam sila-sila Pancasila tersebut berasal dari budaya
masyarakat bangsa Indonesia sendiri. Oleh karena itu, Pancasila sebagai inti dari nilai-nilai
budaya Indonesia maka Pancasila dapat disebut sebagai cita-cita moral bangsa Indonesia.
Cita-cita moral inilah yang kemudian memberikan pedoman, pegangan atau kekuatan
rohaniah kepada bangsa Indonesia di dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Pancasila di samping merupakan cita-cita moral bagi bangsa Indonesia, juga
sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia. Pancasila sebagaimana termuat dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah hasil kesepakatan bersama bangsa
Indonesia yang pada waktu itu diwakili oleh PPKI. Oleh karena Pancasila merupakan

kesepakatan bersama seluruh masyarakat Indonesia maka Pancasila sudah seharusnya


dihormati dan dijunjung tinggi.

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA BANGSA INDONESIA


Ideologi

terbuka

adalah

sebagai

suatu

sistem

pemikiran

terbuka.

Ciri-ciri ideologi terbuka adalah:


Ideologi Terbuka:
1. merupakan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat.
2. Berupa nilai-nilai dan cita-cita yang berasal dari dalam masyarakat sendiri.
3. Hasil musyawarah dan konsensus masyarakat.
4. Bersifat dinamis dan reformis.

Nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah sebagai
berikut:
1. Nilai dasar, yaitu hakekat kelima sila Pancasila.
2. Nilai instrumental, yang merupakan arahan, kebijakan strategi, sasaran serta lembaga
pelaksanaanya.
3. Nilai praktis, yaitu merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam suatu realisasi
pengamalan yang bersifat nyata, dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat,
berbangsa dan bernegara.

Pancasila memiliki 2 hal yang harus dimiliki oleh ideologi yang terbuka yaitu cita-cita
yang (nilainya) bersumber dari kehidupan budaya masyarakat itu sendiri. Pancasila berasal
dari bangsa Indonesia sendiri bukan bangsa lain. Pancasila merupakan wadah/sarana yang
dapat mempersatukan bangsa itu sendiri karena memiliki falsafah dan kepribadian yang
mengandung nilai-nilai luhur dan hukum.

Pancasila juga memiliki cita-cita moral & merupakan pandangan hidup bangsa
Indonesia. Sebagai ideologi terbuka, Pancasila juga memiliki fleksibel & kelenturan kepekaan
kepada perkembangan zaman. Sehingga nilai-nilai Pancasila tidak akan berubah dari zaman
ke zaman.
Dan Pancasila harus memiliki kesinambungan atau saling interaksi dengan
masyarakatnya. Maka, apa yang menjadi tujuan negara dapat tercapai tanpa adanya
pertentangan. Semua orang tanpa terkecuali harus mengerti dan paham betul tentang
tujuan yang ada dalam Pancasila tersebut. Dengan demikian secara ideal konseptual,
Pancasila adalah ideologi, kuat, tangguh, bermutu tinggi dan tentunya menjadi acuan untuk
semangat bangsa Indonesia.

Bukti bahwa Pancasila adalah ideologi terbuka adalah:


Pancasila memiliki pandangan hidup dan tujuan serta cita-cita masyarakat Indonesia
Tekad untuk mengembangkan kekreatifitasan dan dinamis untuk mencapai tujuan
nasional
Pengalaman sejarah bangsa Indonesia
Terjadi atas dasar keinginan bangsa (masyarakat) Indonesia sendiri tanpa campur tangan
atau paksaan dari sekelompok orang
Isinya tidak operasional
Menginspirasikan kepada masyarakat agar bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila
Menghargai pluralitas, sehingga dapat diterima oleh semua masyarakat yang memiliki
latar belakang dan budaya yang berbeda.

FAKTOR

PENDORONG

KETERBUKAAN

IDEOLOGI

PANCASILA

Faktor pendorong pemikiran mengenai keterbukaan ideologi Pancasila, sebagai berikut:

1. Kenyataan dalam proses pembangunan nasional dan dinamika masyarakat yang


berkembang secara cepat.
2. Kenyataan menunjukkan, bahwa bangkrutnya ideologi yang tertutup dan beku
dikarenakan cenderung meredupkan perkembangan dirinya.
3. Pengalaman sejarah politik kita di masa lampau.
4. Tekad untuk memperkokoh kesadaran akan nilai-nilai dasar Pancasila yang bersifat abadi
dan hasrat mengembangkan secara kreatif dan dinamis dalam rangka mencapai tujuan
nasional.

Keterbukaan ideologi Pancasila terutama ditujukan dalam penerapannya yang


berbentuk pola pikir yang dinamis & konseptual dalam dunia modern. Kita mengenal ada 3
tingkat nilai, yaitu nilai dasar yang tidak berubah, nilai instrumental sebagai sarana
mewujudkan nilai dasar yang dapat berubah sesuai keadaan dan nilai praktis berupa
pelaksanaan secara nyata yang sesungguhnya. Nilai-nilai Pancasila dijabarkan dalam normanorma dasar Pancasila yang terkandung dan tercermin dalam Pembukaan UUD 1945.
Nilai atau norma dasar yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 ini tidak boleh
berubah atau diubah. Karena itu adalah pilihan & hasil konsensus bangsa yang disebut
kaidah pokok dasar negara yang fundamental. Perwujudan atau pelaksanaan nilai-nilai
instrumental dan nilai-nilai praktis harus tetap mengandung jiwa dan semangat yang sama
dengan nilai dasarnya.
Kebenaran pola pikir seperti yang terurai di atas adalah sesuai dengan ideologi yang
memiliki tiga dimensi penting yaitu Dimensi Realitas, Dimensi Idealisme dan Dimensi
Fleksibilitas.

PANCASILA KESEPAKATAN BANGSA INDONESIA


Sebelum pembahasan lebih lanjut tentang Pancasila sebagai idelogi terbuka, terlebih
dahulu yang harus kita pahami adalah bahwa Pancasila telah menjadi kesepakatan bangsa
Indonesia sejak berdirinya Negara (Proklamasi) Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945.
Dengan demikian, siapapun yang menjadi warga negara Indonesia hendaknya menghargai

dan menghormati kesepakatan yang telah dibangun oleh para pendiri negara (founding
fathers) tersebut dengan berupaya terus untuk menggali, menghayati & mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Pancasila yang sila-silanya diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945, telah menjadi
kesepakatan nasional sejak ditetapkan tanggal 18 Agustus 1945, dan akan terus berlanjut
sepanjang sejarah Negara Republik Indonesia. Kesepakatan tersebut merupakan perjanjian
luhur atau kontrak sosial bangsa yang mengikat warga negaranya untuk dipatuhi dan
dilaksanakan dengan semestinya.
Untuk membuktikan bahwa Pancasila merupakan hasil kesepakatan bangsa Indonesia
dengan legalitas yang kuat, kiranya perlu dilengkapi :
1. Justifikasi Juridik
Bangsa Indonesia telah secara konsisten untuk selalu berpegang kepada Pancasila dan
UUD 1945, sebagaimana telah diamanatkan adanya rumusan Pancasila ke dalam UUD
yang telah berlaku di Indonesia dan beberapa contoh, seperti:
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Konstitusi Republik Indonesia Serikat (1949)
Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia (1950)
Ketetapan MPR RI No.XVII/MPR/1998 tentang HAK ASASI MANUSIA
Ketetapan MPR RI No.V/MPR/2000 tentang PEMANTAPAN PERSATUAN DAN
KESATUAN NASIONAL
Ketetapan MPR RI No.V/MPR/2000 tentang PEMANTAPAN PERSATUAN DAN
KESATUAN NASIONAL
2. Justifikasi Teoritik - Filsafati
Merupakan usaha manusia untuk mencari kebenaran Pancasila dari sudut olah pikir
manusia, dari konstruksi nalar manusia secara logik. Pada umumnya olah pikir filsafati
dimulai dengan suatu aksioma, yakni suatu kebenaran awal yang tidak perlu dibuktikan
lagi, karena hal tersebut dipandang suatu kebenaran yang hakiki. Para pendiri negara
dalam membuktikan kebenaran Pancasila dimulai dengan suatu aksioma bahwa
:Manusia dan alam semesta ini adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dalam suatu

partalian yang selaras atau harmoni. Aksioma ini dapat ditemukan rumusannya dalam
Pembukaan UUD 1945 pada aline 2, ke-4 & pasal 29.
3. Justifikasi Sosiologik Historik
Menurut penggagas awal (Ir. Soekarno), bahwa Pancasila digali dari bumi Indonesia
sendiri dan dikristalisasikan dari nilai-nilai yang berkembang dalam kehidupan rakyat
Indonesia yang beraneka ragam. Nilai-nilai tersebut dapat diamati pada kelompok
masyarakat yang tersebar di seluruh Indonesia yang dalam implementasinya sangat
disesuaikan dengan kultur masyarakat yang bersangkutan. Dengan demikian, nampak
jelas bahwa sesungguhnya Pancasila telah menjadi living reality (kehidupan nyata) jauh
sebelum berdirinya negara republik Indonesia. Beberapa contoh nilai-nilai Pancasila yang
telah berkemang di dalam kehidupan masyarakat antara lain :

No Asal Daerah

Nilai-nilai/Ungkapan

Yang

Berkembang

Keterangan

a. tepo seliro (tenggang rasa),


b. sepi ing pamrih rame ing gawe
1.

Jawa

(mau

bekerja

keras

tanpa

pamrih),
c. gotong royong (berat ringan

Adanya

konsep

hu-manitas yang
sudah

menjiwai

bangsa Indonesia.

ditanggung bersama)
1. Bulat air oleh pembuluh, bulat
kata oleh mufakat
2.

Minangkabau

2. Adat basandi syarak, syarak


basandi Kitabullah
3. Penghulu beraja ke mufakat,

Konsep
sovereinitas.
Konsep
religiositas
Konsep humanitas

mufakat beraja pada kebenaran.


a. Pangilikenta waja si Empung si
Rumer reindeng rojor (Sekalian

Konsep

kita

religiositas

maklum

bahwa

yang

memberikan rahmat yakni Tuhan


3.

Minahasa

Yang Maha Esa)


b. Tia

kaliuran

si

impalampangan

masena

(Jangan

lupa

kepada Dia yang memberi

Konsep
religiositas

terang.
Tebak
4.

Lampung

cotang

di

serambi,

mupakat dilemsesat (Simpang

Konsep

siur di luar, mufakat di dalam

sovereinitas.

balai).
Abantal
5.

Madura

sadat,

sapoiman,

payung Allah (Iman dan takwa

Konsep
religiositas

kepada Tuhan Yang Maha Esa)


6.

Bugis/

Tak sakrakai allowa ritang ngana

Konsep

Makasar

langika

religiositas

(Matahari

tak

akan

tenggelam di tengah langit).


Kalau takut dilambur pasang,
7.

Bengkulu

jangan

berumah

di

pinggir

Konsep humanitas

pantai.
Kaulete

mulowang

walidase

nausavo

etolomai
8.

Maluku

netane

kukuramese
kwelenetane

lalang
sotoneisa
upasasi
ainetane

(Mari kita bersatu baik dilaut


maupun

di

darat

menentang kezaliman).

untuk

Konsep humanitas
dan persatuan

9.

Batak

Songon

siala

sampagul

rap

Konsep persatuan

(Manda-iling)

tuginjang rap tu roru (Berat sama

dan kebersamaan

dipanggul, ringan sama dijinjing).


Sai masia minaminaan songon
lampak ni pisang, masitungkol
10. Batak (Toba)

tungkolan songon suhat dirobean


(Biarlah

kita

bersatu

Konsep persatuan

seperti

batang pisang dan mendukung


seperti pohon tales di kebun).

Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, jelaslah bahwa bagi bangsa Indonesia tidak
perlu diragukan lagi tentang kebenaran Pancasila sebagai dasar negara, ideologi nasional
maupun pandangan hidup bangsa dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa & bernegara.
Hal ini terbukti setelah kita analisis dari sudut justifikasi yuridik, filsafati dan teoritik serta
sosiologik dan historik. Untuk itu, semakin jelaslah bahwa Pancasila merupakan kesepakatan
bangsa, suatu perjanjian luhur yang memiliki legalitas, kebenaran dan merupakan living
reality yang selama ini telah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan sudut pandang justifikasi filsafati dan teoritik inilah bangsa Indonesia yang
memiliki beraneka ragam suku, agama, ras dan antar golongan (SARA) mampu hidup
berdampingan secara damai, rukun dan sejahtera dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika
serta dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai perwujudan tersebut,
maka bangsa Indonesia dikenal oleh bangsa-bangsa manca negara sebagai bangsa yang
memiliki sifat khas kepribadian (unik) antara lain : ramah tamah, religius, suka membantu
sesama (solideritas), dan mengutamakan musyawarah mufakat.

BATAS-BATAS KETERBUKAAN IDEOLOGI PANCASILA


Keterbukaan ideologi Pancasila ada batas-batasnya yang tidak boleh dilanggar, yaitu
sebagai berikut :
a. Stabilitas nasional yang dinamis.

b. Larangan terhadap ideologi marxisme, leninisme dan komunisme.


c. Mencegah berkembangnya paham liberal.
d. Larangan terhadap pandangan ekstrim yang mengelisahkan kehidupan masyarakat.
e. Penciptaan norma yang baru harus melalui konsensus.

KESIMPULAN
Pancasila memiliki hal yang dimiliki oleh ideologi terbuka yaitu cita-cita yang (nilainya)
bersumber dari kehidupan budaya masyarakat itu sendiri. Karena pancasila berasal dari
bangsa Indonesia sendiri bukan orang lain. Keterbukaan ideologi Pancasila terutama
ditujukan dalam penerapannya yang berbentuk pola pikir yang dinamis & konseptual
dalam dunia modern.

SARAN
Sebagai suatu pemikiran yang memuat pandangan dasar dan cita-cita mengenai sejarah,
manusia, masyarakat, recht dan negara Indonesia, yang bersumber dari kebudayaan Indonesia
yang digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat kita sendiri.
Alangkah baiknya jika masih tetap menggunakan dan mempertahankannya sebagai nilai dasar
sebagai ciri khas kita sebagai suatu bangsa. Tanpa takut untuk mengembangkannya secara
dimamis sesuai dengan perkembangan jaman.

Anda mungkin juga menyukai