Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

Dosen pengampu :
Dr. Henny Saida Flora, S.H., M.Hum .

Oleh :
-Lamhot Parlindungan Naibaho
NPM : 220310064
-Alvian Gultom
NPM : 220310079
-Roganda Fransiskus Tamba
NPM : 220310032
Rizki Nicola Saputra Sihaloho
NPM : 220310082

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
limpahan rahmat dan berkat nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sederhana.
Semoga makalah ini dapat di pergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
Dalam makalah ini penulis masih banyak kekurangan-kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang
dimilliki penulis untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
harapkan demi penyempurnaan makalah ini
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada teman-teman kami yang selalu setia membantu dalam hal
mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah ini
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang
tidak kami ketahui. Maka dari itu kami mohon saran dan kritik dari teman-
teman maupun dosen. Demi tercapainya makalah yang sempurna
BAB Ⅰ
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merdeka yang lahir
tahun 1945, adalah hasil perenungan dan pemikiran manusia
Indonesia yang mendalam, sementara agama berasal dan bersumber
dari Allah Tuhan Yang Maha Esa untuk menjadi pedoman hidup
manusia. Dengan sila Ⅰ, Ketuhanan Yang Maha Esa bukan berarti
bahwa bahwa negara Indonesia adalah negara teokrasi atau negara
yang hanya berdasarkan pada agama tertentu. Indonesia juga bukan
negara sekuler, yaitu agama sama sekali terpisah dari negara
sehingga negara tidak turut campur dalam masalah agama

Pancasila adalah aturan permainan yang menghubungkan semua


agama dan faham dalam keranka kehidupan masyarakat, berbangsa
dan bernegara. Kandungan Pancasila harus mampu memecahkan
masalah dasar dan dapat menginterpretasikan kepentingan semua
pihak. Pancasila hendaknya memperlakukan semua agama dalam
kedudukan yang sama di muka hukum dan dalam pergaulan
masyarakat. Fungsi Pancasila dan agama adalah mendorong
dinamisasi dan penyegaran intern di kalangan agama dan faham di
Indonesia kecuali yang memang dilarang oleh Undang-undang
seperti Marxisme-Leninisme

Rumusan Pancasila yang ada sekarang ini berasal dari Dekrit


Presiden 5 Juli 1959 tentang berlakunya kembali UUD 1945. Dekrit
di terima secara aklamasi oleh DPR dan Piagam Jakarta merupakan
rangkaian kesatuan dengan konstitusi tersebut. Secara historis,
Pancasila merupakan puncak perkembangan dialektika nasional.
Ideologi yang semula merupakan pandangan bawah sadar kolektif
menjadi sebuah ideologi yang secara sadar dirumuskan dalam
rangkaian vebal sehingga Pancasila meruppakan puncak pertemuan
semua kepentingan kategori sosial dalam masyarakat di semua
bidang

Pancasila tak lepas dari perkembangan politik sejarah yaitu


Periode analisa agama (1910-1920), periode analisa sosial (1920-
1927), periode analisa nasional (1927-1942) dan periode sintesa
( 1942-1945). Penyusunan periode ini berdasarkan ide yang muncul
ketika itu. Periode selanjutnya dapat disebut sebagai periode
perjuangan bersenjata atau revolusi nasional (1945-1950), dimana
terjadi intergrasi antara birokrasi dan rakyat dan integrasi horizontal
antara kekuatan-kekuatan nasional. Timbulnya pemberontakan
komunis menjadi ujian bagi ketahanan Pancasila sebagai ideologi.
Secara internasional Pancasila memperkuat kedudukan negara, mulai
1950-1960 kehidupan nasional menjadi normal dan mulai memasuki
periode demokrasi liberal, dimana ideologi Pancasila sudah di
terjemahkan dan dipahami
Ada kalangan yang berpendapat bahwa tanggal 1 Juni 1945
bukannya merupakan ghari lahir Pancasila oleh Soekarno dengan
pidatonya di depan BPUPKI tentang dasar filsafat negara
(Weltanschauung); melainkan tanggal tersebut adalah hari
“dilahirkannya” Pancasila. Pendapat ini sesuai belaka dengan pidato
Soekarno sendiri tatkala menerima gelar Doktor Honoris Causa di
UGM 19 Desember 1951 dimana Promotor Prof. Mr. Notonagoro
menegaskan bahwa “Paduka Yang Mulia adalah pencipta Pancasila.”
Soekarno dalam pidato sambutan penganugrahan gelar doctor
tersebut menyatakan bahwa beliau hanyalah sekedar seorang
“penggali, pengutara dari Pancasila.” Dalam kursus Pancasila tahun
1959 di Istana Negara Jakarta Soekarno menyatakan bahwa sila-sila
Pancasila itu sudah terkandung selama ribuan tahun dalam
kebudayaan bangsa, sejak saf-saf budaya pra-Hindu, Hindu-Budha,
dan Islam.
Dengan demikian jelaslah bahwa lahirnya Pancasila itu sebagai
jawaban atas pertanyaan ketua BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-
usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia), “Negara yang akan kita
dirikan itu apa dasarnya?” -Merupakan proses pemikiran genial anak
bangsa, Soekarno. Memang di era Orde Baru pernah ada
pemebelokan sejarah lahirnya Pancasila dengan menambahkan nama
Moh. Yamin dan Soepomo, akan tetapi setelah notulen persidangan
BPUPKI ditemukan di Pura Mangkunegaran dan di baca oleh Ananda
B. Kusuma, peneliti di Universitas Indonesia terbukti bahwa hanya
Soekarnolah yang mengusulkan dasar Pancasila pada tanggal 1 Juni
1945. Pancasila hasil pemikiran Soekarno kemudian diterima sebagai
bahan dasar oleh panitia kecil yang di bentuk oleh BPUPKI,
menghasilkan “Piagam Jakarta” pada 22 Juni 1945, dan dengan
koreksi pada “tujuh kata” sila pertama, Pancasila termasuk dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dasar filsafat negara
Indonesia.
Selanjutnya pada tanggal 28 Mei 1945 BPUPKI dilantik oleh
GUNSEIKAN (kepala pemerintahan Bala Tentara Jepang di Jawa)
dengan suasana sebagai berikut:
Ketua : Dr. KRT.Radjiman Wedyodiningrat
Ketua muda :Ichibangase (anggota luar biasa, bangsa Jepang)
Ketua muda : R.P Soeroso (merangkap Kepala Tata Usaha)
Anggota : sejumlah 60 orangtidak termasuk Ketua dan Ketua
Muda
Nama para anggota tersebut adalah sebagai berikut:
1. Soekarno
2. Mohammad Hatta
3. Ki Hajar Dewantara
4. Raden Suleiman Effendi Kusumaatmaja
5. Samsi Sastrawidagda
6. Sukiman Wiryosanjoyo
7. Kanjeng Raden Mas Hario Sosrodiningrat
8. KH A Ahmad Sanusi
9. KH Wahid Hasyim
10. H Agus Salim
11. Raden Ashar Sutejo Munandar
12. Abdul Kahar Muzaki
13. Raden Mas Panji Surahman Cokroadisuryo
14. Raden Ruseno Suryohadikusumo
15. KH Abdul Halim Majalengka (Muhammad Syatari)
16. KRMT Ario Wuryaningrat
17. Ki Bagus Hadikusumo
18. KH Mas Mansoer
19. KH Masjkur
20. Agus Muhsin Dasaad
21. Liem Koen Hian
22. Mas Ari
23. Mas Sutarjo Kartohadikusumo
24. AA Maramis
25. Kanjeng Raden Mas Tumenggung Wongsonagoro
26. Mas Susanto Tirtoprojo
27. Mohammad Yamin
28. Raden Ahmad Subarjo
29. Raden Hindromartono
30. AR Baswedan
31. Raden Mas Sartono
32. Raden Panji Singgih
33. Raden Syamsudin
34. Raden Suwandi
35. Raden Sastromulyono
36. Yohanes Latuharhary
37. Raden Ayu Maria Ulfah Santoso
38. Raden Nganten Siti Sukaptinah Sunaryo Mangunpuspito
39. Oey Tiang Tjoei
40. Oey Tjong Hauw
41. Bandoro Pangeran Hario Purubojo
42. PF Dahler
43. Parada Harahap
44. Soepomo
45. Pangeran Ario Husein Jayadiningrat
46. Raden Jenal Asikin Wijaya Kusuma
47. Raden Abdul Kadir
48. Raden Abdulrahim Pratalykrama
49. Raden Abikusno Cokrosuyoso
50. RAA Purbonegoro Sumitro Kolopaking
51. Raden Adipati Wiranatakoesoema V
52. Raden Mas Margono Joyohadikusumo
53. RMTA Suryo
54. R Otto Iskandardinata
55. Raden Ruslan Wongsokusumo
56. Raden Sudirman
57. Raden Sukarjo Wiryopranoto
58. Raden Buntaran Martoatmojo
59. Bendoro Pangeran Hario Bintoro
60. Tan Eng Hoa

B. Permasalahan
1. Bagaimana sejarah perumusan Pancasila?
2. Apa saja nilai yang terkandung dalam Sila Pancasila?
3. Apa saja ajaran moral yang dapat dipetik dari proses perumusan
Pancasila?
BAB Ⅰ I
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perumusan Pancasila


Istilah Pancasila telah dikenal sejak masa kerajaan Sriwijaya
dan Majapahit, dimana sila sila yang terdapat dalam Pancasila telah
diterapkan oleh masyarakat dan kerajaan dalam kehidupan sehari
hari meskipun Pancasila itu sendiri belum disahkan atau dirumuskan
secara konkret
Proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam sidang BPUPKI pertama Dr.
Radjiman Widyodiningrat, mengajukan suatu masalah khususnya akan dibahas pada
sidang tersebut tiga orang pembicara yaitu Mohammad Yamin, Soepomo dan Soekarno.
Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam sidang tersebut Ir. Soekarno berpidato secara lisan
mengenai calon rumusan dasar negara Indonesia. Kemudian untuk memberikan nama
“Pancasila” yang artinya lima dasar, hal ini menurut Soekarno atas saran dari salah
seorang temannya yaitu seorang ahli bahasa yang tidak disebutkan namanya.
Kemudian pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan
kemerdekaannya, kemudian keesokan harinya tanggal 18 Agustus disahkannya Undang-
Undang Dasar 1945 termasuk Pembukaan UUD 1945 di mana di dalamnya termuat isi
rumusan lima prinsip sebagai satu dasar negara yang diberi nama Pancasila. Sejak saat
itulah perkataan Pancasila menjadi bahasa Indoneisia dan merupakan istilah umum.
Walaupun dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 dimaksudkan Dasar Negara Republik
Indonesia adalah disebut dengan istilah “Pancasila”. Hal ini didasarkan atas Interprestasi
historis dalam rangka pembentukan calon rumusan dasar negara, secara spontan diterima
oleh peserta sidang secara bulat.

1. Proses Perumusan Pancasila


Proses perumusan dasar negara berlangsung dalam sidang sidang BPUPKI dan
dilanjutkan dalam sidang sidang PPKI.
Cita-cita untuk mewujudkan negara komunis secara formal padam pada tahun
1927 seiring diberangsurnya PKI oleh pemerintahan penjajah Belanda, setelah partai
itu melakukan pemberontakan. Oleh karena itu, ketika BPUPKI dibentu pada tahun
1945 hanya kaum nasional dan islamlah yang menduduki kursi keanggotaan bandan
yang bertugas menyelidiki persiapan bangsa Indonesia untuk merdeka.

a. Sidang BPUPKI dan Usulan – Usulan Rumusan Pancasila


b. Sidang pertama
BPUPKI diadakan 28 Mei
– 1 Juni 1945. Tanggal
c. 28 Mei sidang dibuka
dengan sambutan dari
wakil tentara Dai Nippon.
d. Dalam sambutanyya
wakil Dai Nippon tersebut
memberi nasihat agar
e. BPUPKI mengadakan
penyelidikan secara
cermat terhadap dasar-
dasar
f. yang akan digunakan
sebagai landasan negara
Indonesia Merdeka.
g. Tanggal 29 Mei
1945 dimulai sidang
perumusan dasar-dasar
h. Indonesia merdeka
oleh pidato-pidatonya
tampil. Merdeka
i. mengemukakan
berbagai usulan
mengenai dasar negara
Indonesia.
j. Pidato-pidato yang
diucapkan para anggota
BPUPKI dalam sidang itu
k. selengkapnya tidak
diketahui yang nampak
hanya 3 teks pidato yaitu
teks
l. pidato yang
dikemukakan oleh
Muhammad Yamin,
Supomo, dan
m. Sukarno
Sidang pertama BPUPKI diadakan 28 Mei – 1 Juni 1945. Tanggal 28 Mei
sidang dibuka dengan sambutan dari wakil tentara Dai Nippon. Dalam
sambutanyya wakil Dai Nippon tersebut memberi nasihat agar BPUPKI
mengadakan penyelidikan secara cermat terhadap dasar-dasar yang akan
digunakan sebagai landasan negara Indonesia Merdeka.
Tanggal 29 Mei 1945 dimulai sidang perumusan dasar-dasar Indonesia
merdeka oleh pidato-pidatonya tampil. Merdeka mengemukakan berbagai usulan
mengenai dasar negara Indonesia. Pidato-pidato yang diucapkan para anggota
BPUPKI dalam sidang itu selengkapnya tidak diketahui yang nampak hanya 3
teks pidato yaitu teks pidato yang dikemukakan oleh Muhammad Yamin,
Supomo, dan Soekarno.
Setelah tampilnya Moh. Yamin, Soepomo dan Soekarno barulah ketua
BPUPKI menghentikan sidang. Penghentian sidang tersebut dilanjutkan dengan
pembentukan Panitia Kecil yang bertugas untuk merumuskan dasar negara.
Antara Soepomo, Moh. Yamin, dan Soekarno, sama-sama mengusulan
lima dasar negara. Namun demikian, yang diusulkan oleh masing-masing
berbeda satu dengan yang lain.
1. Usulan Dasar Negara Moh. Yamin (29 Mei 1945)
Moh. Yamin menyampaikan usulan dasar negara secara tertulis pada
ketua sidang dan secara lisan.

Usulan lisan:
1. Peri Kebangsaan.
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan, dan
5. Kesejahteraan Rakyat

Usulan tertulis:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan persatuan Indonesia
3, Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

2. Usulan Dasar Negara Soepomo (31 Mei 1945)


Menurut Soepomo, negara Indonesia merdeka adalah negara yang dapat
mempersatukan semua golongan dan paham perseorangan, serta
mempersatukan diri dengan berbagai lapisan rakyat. Selanjutnya, di bawah
ini usulan dasar negara menurut Soepomo.

1. Persatuan (Unitarisme)
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan batin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat

Soepomo turut menegaskan bahwa negara Indonesia merdeka bukan


negara yang menyatukan dirinya dengan golongan terbesar dalam
masyarakat serta tidak menyatukan dirinya dengan golongan paling kuat
(golongan politik atau
ekonomi yang paling kuat).

3. Usulan Dasar Negara Soekarno (1 Juni 1945)


Soekarno menyampaikan pidato mengenai dasar negara Indonesia
merdeka pada 1 Juni 1945. Ia memberikan usulan yang berbentuk
Philosophische Grondslag atau Weltanschauung, yaitu fundamen, filsafat,
pikiran, jiwa, hasrat yang sedalam-dalamnya demi mendirikan negara yang
kekal abadi.

Soekarno menyatakan usulan dasar negara dengan sebutan Panca


Dharma. Lalu, dengan anjuran para ahli bahasa, rumusan dasar negara yang
diusulkan Soekarno ini dinamakan Pancasila.

1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasional atau Perikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial, dan
5. Ketuhanan Yang Maha Esa

Setelah Soekarno berpidato mengajukan usul tentang tentang dasardasar


negara pada tanggal 1 Juni 1945, sidang BPUPKI pertama berakhir. Hari itu juga
ketua BPUPKI menunjukkan dan membentuk panitia kecil. Tugas panitia kecil
adalah merumuskan kembali pidato Soekarno yang diberi nama Pancasila sebagai
dasar negara.
Dalam keanggotaan panitia kecil, ada dua golongan penting yang berbeda
pandangan dalam merumuskan Pancasila sebagai dasar negara. Satu golongan
menghendaki agar Islam menjadi dasar negara. Sementara itu golongan yang lain
dasar negara. Sementara itu golongan yang lain menghendaki paham kebangsaan
sebagai inti dasar negara. Akibat perbedaan pandangan ini, maka sidang Panitia
Kecil bersama anggota BPUPKI yang seluruhnya berjumlah 38 orang menjadi
macet. Karena sidang macet, Panitia Kecil ini kemudian menunjuk sembilan
orang perumus yang selanjutnya dikenal dengan Panitia Sembilan.
Anggota Panitia Sembilan itu adalah:
1) Ki Bagus Hadikusuma,
2) Kyai Haji Wakhid Hasyim
3) Muhammad Yamin,
4) Ahmad SubarjO, Mr. AA. Maramis,
5) Abdul Kahar Muzakir,
6) Abikusno Cokrosuyoso,
7) Moh. Hatta,
8) H. Agus Salim
9) Soekarno sebagai ketua.
Dalam sidang BPUPKI kedua tanggal 10 Juli 1945, Soekarno melaporkan
bahwa sidang Panitia Sembilan (tanggal 22 Juni 1945) telah berhasil merumuskan
Pancasila yang merupakan persetujuan antara pihak Islam dan pihak kebangsaan.
Rumusan Pancasila dari Panitia sembilan itu dikenal sebagai Piagam Jakarta
(Djakarta Charter). Bunyi dari piagam Djakarta yaitu:

1) Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-


pemeluknya,
2) kemanusiaan yang adil dan beradab,
3) persatuan Indonesia,
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan,
5) keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Tentang Piagam Jakarta ini Soekarno sebagai ketua Panitia Sembilan
mengatakan, bahwa “ ketuhanan dengan menjalankan syari’at Islam bagi para
pemeluk-pemeluknya” merupakan jalan tengah yang diambil akibat perbedaan
pendapat antara golongan Islam dan Kebangsaan. Sebenarnya banyak mucul
keberatan terhadap Piagam Jakarta. Sebagai contoh, keberatan yang disampaikan
oleh Latuharhary 6 yang didukung oleh Wongsonegoro dan Husin Joyodiningrat
dalam sidang panitia perancang UUD tanggal 11 Juli 1945. Keberatan yang sama
juga diajukan oleh Ki Bagus Hadikusumo dalam sidang ketua BPUPKI tanggal 14
Juli 1945. Naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang dijuluki “Piagam
Jakarta” ini di kemudiaan hari dijadikan “Pembukaan” UUD 1945, dengan
sejumlah perubahan di sana sini.
Ketika para pemimpin Indonesia sedang sibuk mempersiapkan kemerdekaan
menurut skenario jepang, secara tiba-tiba terjadi perubahan peta politik dunia.
Salah satu penyebab terjadinya perubahan peta politik dunia itu ialah takluknya
Jepang terhadap sekutu. Peristiwa itu ditandai dengan jatuhnya bom atom di kota
Hirosima pada 6 Agustus 1945. Sehari setelah peristiwa iyu, 7 agustus 1945,
Pemerintah Penduduk Jepang di Jakarta mengerluarkan maklumat yang berisi:
1) Pertengahan Agustus 1945 akan dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan
bagi Indonesia (PPKI).
2) Panitia itu rencananya akan dilantik 18 Agustus 1945 dan mulai bersidang 19
Agustus 1945.
3) Direncanakan 24 Agustus 1945 Indonesia dikemerdekakan
b. Pengesahan Rumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara
Tanggal 18 Agustus ini merupakan perjalanan sejarah paling menentukan
bagi rumusan Pancasila. Hari itu akan disahkan UndangUndang Dasar untuk
negara Indonesia merdeka. Sementara rumusan Pancasila menjadi bagian dari
preambul (pembukaan) Undang-Undang Dasar negara tersebut. Namun demikian
sehari sebelum tanggal ini ada peristiwa penting. Peristiwa penting yang
dimaksud adalah seperti ini. Sore hari setelah kemerdekaan Negara Indonesia
diproklamirkan, Moh. Hatta menerima Nisyijima (pembantu Laksamana
Mayda/Angkatan Laut Jepang) yang memberitahukan bahwa ada pesan berkaitan
dengan Indonesia Merdeka.
Pesan tersebut, kaitannya berasal dari wakil-wakil Indonesia bagian Timur di
bawah penguasaan Angkatan Laut Jepang. Isi pesannya menyatakan bahwa wakil-
wakil Protestan dan Katolik dari daerah-daerah yang dikuasai Angkatan Laut
Jepang keberatan dengan rumusan sila pertama (Piagam Jakarta) “Ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.”
Sikap Moh. Hatta menyadari bahwa penolakan terhadap pesan tersebut akan
mengakibatkan pecahnya negara Indonesia Merdeka yang baru saja dicapai. Oleh
karena itu, Hatta mengatakan kepada opsir pembawa pesan tersebut, bahwa pesan
penting itu akan disampaikan dalam sidang PPKI (Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) esok hari (tanggal 18 agustus 1945).
Keesokan harinya, sebelum sidang BPUPKI dimulai, Hatta mengajak Ki
Bagus Hadikusumo, Wakhid Hasyim, Kasman Singodimejo dan Teuku Hasan
untuk rapat pendahuluan. Mereka membicarakan pesan penting tentang keberatan
terhadap rumusan Pancasila Piagam Jakarta. Hasilnya, mereka sepakat agar
Indonesia tidak pecah, maka sila pertama (dalam rumusan Piagam Jakarta) diubah
menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.

B. Nilai yang Terkandung dalam Sila Pancasila


Nilai-nilai Pancasila senantiasa diterapkan dala kehidupan sehari-hari oleh rakyat
Indonesia, baik dalam keyakinan maupun tingkah laku.
Di antara bentuk penerapannya adalah sebagai berikut:
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
a. Percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama masing-
masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradap.
b. Hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan penganut-
penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
c. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayannya.
2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
a. Mewujudkan persamaan derajad, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara
sesama manusia.
b. Saling mencintai sesama manusia
c. Mengembangkan sikap tenggang rasa
d. Tidak semena-mena terhadap orang lain
e. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan
f. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
g. Berani membela kebenaran dan keadilan.
h. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia,
karena itu dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerja sama dengan bangsa
lain.
3. Sila Persatuan Indonesia
Bangsa harus tetap menjunjung tinggi azas Bhinneka Tunggal Ika. Menolak paham
yang menyimpang dari Pancasila. Memperjuangkan kepentingan Nasional. Bangga
sebagai bangsa Indonesia. Menetang kolonialisme dan mengembangkan pergaulan antar
bangsa.
4. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/
Perwakilan.
Mengakui dan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat. Meningkatkan partisipasi dalam
proses pembangunan untuk kemajuan bangsa Indonesia. Mendengarkan dan
memperjuangkan aspirasi rakyat. Menghormati perbedaan pendapat, menjamin
kebebasan berserikat dan berkumpul.

C. Ajaran Moral yang Dapat Dipetik


Ajaran moral yang dapat dipetik dari proses perumusan Pancasila

adalah sebagai berikut:

1. Mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain


Mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain adalah hal yang dapat
dilakukan dalam percakapan sehari-hari, diskusi, atau pertemuan kelompok.
Mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain merupakan bentuk mengakui
bahwa setiap orang punya derajat yang sama, sehingga harus saling menghargai dan
menghormati dengan didengarkan dan dihargai pendapatnya.

Jika ada orang yang menyampaikan pendapat, anggota kelompok atau anggota
rapat harus mendengarkan dengan baik. Sementara itu, orang yang menyampaikan
pendapat harus bersikap sopan, berbicara dengan jelas, tidak memotong pembicaraan
orang lain, tidak memaksakan pendapat pada orang lain, mengutamakan kepentingan
bersama, dan mengutamakan musyawarah dan mufakat. Nilai luhur perumusan
Pancasila bagi bangsa Indonesia inilah yang diajarkan dalam sidang-sidang BPUPKI
dan PPKI.

2. Menerima keputusan yang diambil dalam rapat atau pertemuan


Sebuah rapat membahas sesuatu untuk menghasilkan kesepakatan atau keputusan.
Keputusan yang diambil harus diterima dengan ikhlas dan terbuka, meskipun
keputusan bersama itu tidak sesuai dengan pendapat pribadi.

3. Kerja keras
Dalam proses perumusan Pancasila, para tokoh berjuang keras untuk merumuskan
dasar negara. Mereka mengerahkan segala kemampuannya untuk menggali nilai-nilai
kebangsaan yang dapat menjadi dasar negara.

4. Rendah hati
Nilai luhur perumusan Pancasila bagi bangsa Indonesia selanjutnya adalah rendah
hati. Dalam perumusan Pancasila sebagai dasar negara, para tokoh berdebat dan
menyampaikan pendapat. Para tokoh negara tidak sombong dengan pendapat atau
pandangannya masing-masing. Jika ada pendapat yang lebih sesuai dengan
kepentingan bangsa dan negara, mereka menerimanya.

5. Mengutamakan persatuan
Meskipun berbeda pandangan, para tokoh mengutamakan persatuan dan kesatuan
bangsa dan negara. Contoh, dari ketidaksetujuan wakil-wakil Kristen dan Katolik atas
teks Pancasila dalam Piagam Jakarta, tokoh Islam yang berbeda pandangan dapat
menerima ketidaksetujuan itu karena lebih mementingkan persatuan dan kesatuan
bangsa dan negara.

6. Rela berkorban
Nilai luhur perumusan Pancasila bagi bangsa Indonesia selanjutnya adalah rela
berkorban. Perumusan Pancasila membutuhkan banyak pengorbanan, baik waktu,
biaya, tenaga, dan lain-lain. Tetapi, demi kepentingan bangsa dan negara,
pengorbanan menjadi bermanfaat bagi masa depan bangsa dan negara. Pengorbanan
merupakan bakti kepada negara.

7. Melaksanakan keputusan bersama

Melaksanakan keputusan bersama dilakukan oleh para tokoh penggagas negara.


Mereka sepakat menerima dasar negara Pancasila seperti yang tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945 untuk kepentingan bangsa dan negara.

Melaksanakan keputusan bersama dalam kelompok perlu dilatih terus-menerus


sejak dini. Menerima dan melaksanakan keputusan bersama bisa dilatih di rumah,
sekolah, dan masyarakat.
BAB III

b. Sidang pertama
BPUPKI diadakan 28 Mei
– 1 Juni 1945. Tanggal
c. 28 Mei sidang dibuka
dengan sambutan dari
wakil tentara Dai Nippon.
d. Dalam sambutanyya
wakil Dai Nippon tersebut
memberi nasihat agar
e. BPUPKI mengadakan
penyelidikan secara cermat
terhadap dasar-dasar
f. yang akan digunakan
sebagai landasan negara
Indonesia Merdeka.
g. Tanggal 29 Mei
1945 dimulai sidang
perumusan dasar-dasar
h. Indonesia merdeka
oleh pidato-pidatonya
tampil. Merdeka
i. mengemukakan
berbagai usulan
mengenai dasar negara
Indonesia.
j. Pidato-pidato yang
diucapkan para anggota
BPUPKI dalam sidang itu
k. selengkapnya tidak
diketahui yang nampak
hanya 3 teks pidato yaitu
teks
l. pidato yang
dikemukakan oleh
Muhammad Yamin,
Supomo, dan
m. Sukarno
n. Sidang pertama
BPUPKI diadakan 28 Mei
– 1 Juni 1945. Tanggal
o. 28 Mei sidang dibuka
dengan sambutan dari
wakil tentara Dai Nippon.
p. Dalam sambutanyya
wakil Dai Nippon tersebut
memberi nasihat agar
q. BPUPKI mengadakan
penyelidikan secara cermat
terhadap dasar-dasar
r. yang akan digunakan
sebagai landasan negara
Indonesia Merdeka.
s. Tanggal 29 Mei
1945 dimulai sidang
perumusan dasar-dasar
t. Indonesia merdeka
oleh pidato-pidatonya
tampil. Merdeka
u. mengemukakan
berbagai usulan
mengenai dasar negara
Indonesia.
v. Pidato-pidato yang
diucapkan para anggota
BPUPKI dalam sidang itu
w. selengkapnya tidak
diketahui yang nampak
hanya 3 teks pidato yaitu
teks
x. pidato yang
dikemukakan oleh
Muhammad Yamin,
Supomo, dan
y. Sukarno Setelah Soekarno berpidato mengajukan usul
tentang tentang dasardasar negara pada tanggal 1 Juni 1945, sidang BPUPKI
pertama berakhir. Hari itu juga ketua BPUPKI menunjukkan dan membentuk
panitia kecil. 5 Tugas panitia kecil adalah merumuskan kembali pidato Soekarno
yang diberi nama Pancasila sebagai dasar negara. Dalam keanggotaan panitia
kecil, ada dua golongan penting yang berbeda pandangan dalam merumuskan
Pancasila sebagai dasar negara. Satu golongan menghendaki agar Islam menjadi
dasar negara. Sementara itu golongan yang lain dasar negara. Sementara itu
golongan yang lain menghendaki paham kebangsaan sebagai inti dasar negara.
Akibat perbedaan pandangan ini, maka sidang Panitia Kecil bersama anggota
BPUPKI yang seluruhnya berjumlah 38 orang menjadi macet. Karena sidang
macet, Panitia Kecil ini kemudian menunjuk sembilan orang perumus yang
selanjutnya dikenal dengan Panitia Sembilan. Anggota Panitia Sembilan itu
adalah 1) Ki Bagus Hadikusuma, 2) Kyai Haji Wakhid Hasyim, 3) Muhammad
Yamin, 4) Ahmad SubarjO, Mr. AA. Maramis, 5) Abdul Kahar Muzakir, 6)
Abikusno Cokrosuyoso, 7) Moh. Hatta, 8) H. Agus Salim dan 9) Sukarno sebagai
ketua. Dalam sidang BPUPKI kedua tanggal 10 Juli 1945, Soekarno melaporkan
bahwa sidang Panitia Sembilan (tanggal 22 Juni 1945) telah berhasil merumuskan
Pancasila yang merupakan persetujuan antara pihak Islam dan pihak kebangsaan.
Rumusan Pancasila dari Panitia sembilan itu dikenal sebagai Piagam Jakarta
(Djakarta Charter). Bunyi dari piagam Djakarta yaitu 1) Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya, 2) kemanusiaan
yang adil dan beradab, 3) persatuan Indonesia, 4) Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, 5) keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Tentang Piagam Jakarta ini Soekarno sebagai ketua
Panitia Sembilan mengatakan, bahwa “ ketuhanan dengan menjalankan syari’at
Islam bagi para pemeluk-pemeluknya” merupakan jalan tengah yang diambil
akibat perbedaan pendapat antara golongan Islam dan Kebangsaan. Sebenarnya
banyak mucul keberatan terhadap Piagam Jakarta. Sebagai contoh, keberatan
yang disampaikan oleh Latuharhary 6 yang didukung oleh Wongsonegoro dan
Husin Joyodiningrat dalam sidang panitia perancang UUD tanggal 11 Juli 1945.
Keberatan yang sama juga diajukan oleh Ki Bagus Hadikusumo dalam sidang
ketua BPUPKI tanggal 14 Juli 1945. Naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar”
yang dijuluki “Piagam Jakarta” ini di kemudiaan hari dijadikan “Pembukaan”
UUD 1945, dengan sejumlah perubahan di saBAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam sidang BPUPKI pertama Dr.
Radjiman Widyodiningrat, mengajukan suatu masalah khususnya akan dibahas pada
sidang tersebut tiga orang pembicara yaitu Mohammad Yamin, Soepomo dan Soekarno.
Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam sidang tersebut Ir. Soekarno berpidato secara lisan
mengenai calon rumusan dasar negara Indonesia. Kemudian untuk memberikan nama
“Pancasila” yang artinya lima dasar, hal ini menurut Soekarno atas saran dari salah
seorang temannya yaitu seorang ahli bahasa yang tidak disebutkan namanya.
Proses Perumusan dasar negara berlangsung dalam sidang-sidang Dokuritzu Zyunbi
Tyoosakai (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Kemerdekaan, selanjutnya disebut BPUPKI)
yang dilanjutkan dalam sidang-sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Nilai yang terkadung dalam Sila Ketuhanan Yang Maha Esa antara lain: Percaya dan
takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama masing-masing menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradap.
Nilai yang terkadung dalam Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab yaitu:
Mewujudkan persamaan derajad, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama
manusia.
Nilai yang terkadung dalam Sila Persatuan Indonesia yaitu Bangsa harus tetap
menjunjung tinggi azas Bhinneka Tunggal Ika. Menolak paham yang menyimpang dari
Pancasila.
Nilai yang terkadung dalam Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan yaitu Mengakui dan menjunjung
tinggi kedaulatan rakyat.
Kemudian nilai yang terkandung dalam Sila keadilan sosial bagi seluruh rakya
indonesia yaitu Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala
bidang kehidupan, baik materi maupun spritual. Seluruh rakyat Indonesia berhak
mendapatkan perlakuan yang adil dalam bidang hukum, politik, sosial, ekonomi, dan
kebudayaan
Nilai nilai ataupun ajaran moral dalam proses perumusan Pancasila yang dapat
dipetik dan diterapkan dalam kehidupan antara lain:

1. Mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain


Jika ada orang yang menyampaikan pendapat, anggota kelompok atau anggota
rapat harus mendengarkan dengan baik.

2. Menerima keputusan yang diambil dalam rapat atau pertemuan


Keputusan yang diambil harus diterima dengan ikhlas dan terbuka, meskipun
keputusan bersama itu tidak sesuai dengan pendapat pribadi.

3. Kerja keras
Mereka mengerahkan segala kemampuannya untuk menggali nilai-nilai
kebangsaan yang dapat menjadi dasar negara.

4. Rendah hati
Para tokoh negara tidak sombong dengan pendapat atau pandangannya masing-
masing. Jika ada pendapat yang lebih sesuai dengan kepentingan bangsa dan negara,
mereka menerimanya.

5. Mengutamakan persatuan
Meskipun berbeda pandangan, para tokoh mengutamakan persatuan dan
kesatuan bangsa dan negara.

6. Rela berkorban
Perumusan Pancasila membutuhkan banyak pengorbanan, baik waktu, biaya,
tenaga, dan lain-lain. Tetapi, demi kepentingan bangsa dan negara, pengorbanan
menjadi bermanfaat bagi masa depan bangsa dan negara.

7. Melaksanakan keputusan bersama


Melaksanakan keputusan bersama dilakukan oleh para tokoh penggagas negara.
Mereka sepakat menerima dasar negara Pancasila seperti yang tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945 untuk kepentingan bangsa dan negara.
BAB IV

c. Sidang pertama
BPUPKI diadakan 28 Mei
– 1 Juni 1945. Tanggal
z. 28 Mei sidang dibuka
dengan sambutan dari
wakil tentara Dai Nippon.
aa. Dalam sambutanyya
wakil Dai Nippon tersebut
memberi nasihat agar
bb. BPUPKI mengadakan
penyelidikan secara cermat
terhadap dasar-dasar
cc. yang akan digunakan
sebagai landasan negara
Indonesia Merdeka.
dd. Tanggal 29 Mei
1945 dimulai sidang
perumusan dasar-dasar
ee. Indonesia merdeka
oleh pidato-pidatonya
tampil. Merdeka
ff. mengemukakan
berbagai usulan
mengenai dasar negara
Indonesia.
gg. Pidato-pidato yang
diucapkan para anggota
BPUPKI dalam sidang itu
hh. selengkapnya tidak
diketahui yang nampak
hanya 3 teks pidato yaitu
teks
ii. pidato yang
dikemukakan oleh
Muhammad Yamin,
Supomo, dan
jj. Sukarno
kk. Sidang pertama
BPUPKI diadakan 28 Mei
– 1 Juni 1945. Tanggal
ll. 28 Mei sidang dibuka
dengan sambutan dari
wakil tentara Dai Nippon.
mm. Dalam sambutanyya
wakil Dai Nippon tersebut
memberi nasihat agar
nn. BPUPKI mengadakan
penyelidikan secara cermat
terhadap dasar-dasar
oo. yang akan digunakan
sebagai landasan negara
Indonesia Merdeka.
pp. Tanggal 29 Mei
1945 dimulai sidang
perumusan dasar-dasar
qq. Indonesia merdeka
oleh pidato-pidatonya
tampil. Merdeka
rr. mengemukakan
berbagai usulan
mengenai dasar negara
Indonesia.
ss. Pidato-pidato yang
diucapkan para anggota
BPUPKI dalam sidang itu
tt. selengkapnya tidak
diketahui yang nampak
hanya 3 teks pidato yaitu
teks
uu. pidato yang
dikemukakan oleh
Muhammad Yamin,
Supomo, dan
vv. Sukarno Setelah Soekarno berpidato mengajukan usul
tentang tentang dasardasar negara pada tanggal 1 Juni 1945, sidang BPUPKI
pertama berakhir. Hari itu juga ketua BPUPKI menunjukkan dan membentuk
panitia kecil. 5 Tugas panitia kecil adalah merumuskan kembali pidato Soekarno
yang diberi nama Pancasila sebagai dasar negara. Dalam keanggotaan panitia
kecil, ada dua golongan penting yang berbeda pandangan dalam merumuskan
Pancasila sebagai dasar negara. Satu golongan menghendaki agar Islam menjadi
dasar negara. Sementara itu golongan yang lain dasar negara. Sementara itu
golongan yang lain menghendaki paham kebangsaan sebagai inti dasar negara.
Akibat perbedaan pandangan ini, maka sidang Panitia Kecil bersama anggota
BPUPKI yang seluruhnya berjumlah 38 orang menjadi macet. Karena sidang
macet, Panitia Kecil ini kemudian menunjuk sembilan orang perumus yang
selanjutnya dikenal dengan Panitia Sembilan. Anggota Panitia Sembilan itu
adalah 1) Ki Bagus Hadikusuma, 2) Kyai Haji Wakhid Hasyim, 3) Muhammad
Yamin, 4) Ahmad SubarjO, Mr. AA. Maramis, 5) Abdul Kahar Muzakir, 6)
Abikusno Cokrosuyoso, 7) Moh. Hatta, 8) H. Agus Salim dan 9) Sukarno sebagai
ketua. Dalam sidang BPUPKI kedua tanggal 10 Juli 1945, Soekarno melaporkan
bahwa sidang Panitia Sembilan (tanggal 22 Juni 1945) telah berhasil merumuskan
Pancasila yang merupakan persetujuan antara pihak Islam dan pihak kebangsaan.
Rumusan Pancasila dari Panitia sembilan itu dikenal sebagai Piagam Jakarta
(Djakarta Charter). Bunyi dari piagam Djakarta yaitu 1) Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya, 2) kemanusiaan
yang adil dan beradab, 3) persatuan Indonesia, 4) Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, 5) keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Tentang Piagam Jakarta ini Soekarno sebagai ketua
Panitia Sembilan mengatakan, bahwa “ ketuhanan dengan menjalankan syari’at
Islam bagi para pemeluk-pemeluknya” merupakan jalan tengah yang diambil
akibat perbedaan pendapat antara golongan Islam dan Kebangsaan. Sebenarnya
banyak mucul keberatan terhadap Piagam Jakarta. Sebagai contoh, keberatan
yang disampaikan oleh Latuharhary 6 yang didukung oleh Wongsonegoro dan
Husin Joyodiningrat dalam sidang panitia perancang UUD tanggal 11 Juli 1945.
Keberatan yang sama juga diajukan oleh Ki Bagus Hadikusumo dalam sidang
ketua BPUPKI tanggal 14 Juli 1945. Naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar”
yang dijuluki “Piagam Jakarta” ini di kemudiaan hari dijadikan “Pembukaan”
UUD 1945, dengan sejumlah perubahan di saBAB III
DAFTAR PUSTAKA

Tim Nasional Dosen Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Kewarganegaraan Paradigma


Terbaru Untuk Mahasiswa, Bandung: PT Alfabeta,2010.
H.A.W. Widjaja, Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Pancasila, Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada, 2002.
Lubis, Maulana Arafat, Pembelajaran PPKn di SD/MI, Medan: Akasha Sakti, 2018.
Sarinah, Muhtar Dahri & Harmani, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Yogyakarta:
Depublish, 2017.
Sulasmo, Bambang Suteng, Dasar Negara Pancasila, Depok: PT Kanisus, 2015.
Paristiyanti Nurwardani, Pendidikan Pancasila, Jakarta: Ristekdikti, 2016.

Anda mungkin juga menyukai