Dosen pengampu :
Dr. Henny Saida Flora, S.H., M.Hum .
Oleh :
-Lamhot Parlindungan Naibaho
NPM : 220310064
-Alvian Gultom
NPM : 220310079
-Roganda Fransiskus Tamba
NPM : 220310032
Rizki Nicola Saputra Sihaloho
NPM : 220310082
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
limpahan rahmat dan berkat nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sederhana.
Semoga makalah ini dapat di pergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
Dalam makalah ini penulis masih banyak kekurangan-kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang
dimilliki penulis untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
harapkan demi penyempurnaan makalah ini
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada teman-teman kami yang selalu setia membantu dalam hal
mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah ini
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang
tidak kami ketahui. Maka dari itu kami mohon saran dan kritik dari teman-
teman maupun dosen. Demi tercapainya makalah yang sempurna
BAB Ⅰ
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merdeka yang lahir
tahun 1945, adalah hasil perenungan dan pemikiran manusia
Indonesia yang mendalam, sementara agama berasal dan bersumber
dari Allah Tuhan Yang Maha Esa untuk menjadi pedoman hidup
manusia. Dengan sila Ⅰ, Ketuhanan Yang Maha Esa bukan berarti
bahwa bahwa negara Indonesia adalah negara teokrasi atau negara
yang hanya berdasarkan pada agama tertentu. Indonesia juga bukan
negara sekuler, yaitu agama sama sekali terpisah dari negara
sehingga negara tidak turut campur dalam masalah agama
B. Permasalahan
1. Bagaimana sejarah perumusan Pancasila?
2. Apa saja nilai yang terkandung dalam Sila Pancasila?
3. Apa saja ajaran moral yang dapat dipetik dari proses perumusan
Pancasila?
BAB Ⅰ I
PEMBAHASAN
Usulan lisan:
1. Peri Kebangsaan.
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan, dan
5. Kesejahteraan Rakyat
Usulan tertulis:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan persatuan Indonesia
3, Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
1. Persatuan (Unitarisme)
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan batin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasional atau Perikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial, dan
5. Ketuhanan Yang Maha Esa
Jika ada orang yang menyampaikan pendapat, anggota kelompok atau anggota
rapat harus mendengarkan dengan baik. Sementara itu, orang yang menyampaikan
pendapat harus bersikap sopan, berbicara dengan jelas, tidak memotong pembicaraan
orang lain, tidak memaksakan pendapat pada orang lain, mengutamakan kepentingan
bersama, dan mengutamakan musyawarah dan mufakat. Nilai luhur perumusan
Pancasila bagi bangsa Indonesia inilah yang diajarkan dalam sidang-sidang BPUPKI
dan PPKI.
3. Kerja keras
Dalam proses perumusan Pancasila, para tokoh berjuang keras untuk merumuskan
dasar negara. Mereka mengerahkan segala kemampuannya untuk menggali nilai-nilai
kebangsaan yang dapat menjadi dasar negara.
4. Rendah hati
Nilai luhur perumusan Pancasila bagi bangsa Indonesia selanjutnya adalah rendah
hati. Dalam perumusan Pancasila sebagai dasar negara, para tokoh berdebat dan
menyampaikan pendapat. Para tokoh negara tidak sombong dengan pendapat atau
pandangannya masing-masing. Jika ada pendapat yang lebih sesuai dengan
kepentingan bangsa dan negara, mereka menerimanya.
5. Mengutamakan persatuan
Meskipun berbeda pandangan, para tokoh mengutamakan persatuan dan kesatuan
bangsa dan negara. Contoh, dari ketidaksetujuan wakil-wakil Kristen dan Katolik atas
teks Pancasila dalam Piagam Jakarta, tokoh Islam yang berbeda pandangan dapat
menerima ketidaksetujuan itu karena lebih mementingkan persatuan dan kesatuan
bangsa dan negara.
6. Rela berkorban
Nilai luhur perumusan Pancasila bagi bangsa Indonesia selanjutnya adalah rela
berkorban. Perumusan Pancasila membutuhkan banyak pengorbanan, baik waktu,
biaya, tenaga, dan lain-lain. Tetapi, demi kepentingan bangsa dan negara,
pengorbanan menjadi bermanfaat bagi masa depan bangsa dan negara. Pengorbanan
merupakan bakti kepada negara.
b. Sidang pertama
BPUPKI diadakan 28 Mei
– 1 Juni 1945. Tanggal
c. 28 Mei sidang dibuka
dengan sambutan dari
wakil tentara Dai Nippon.
d. Dalam sambutanyya
wakil Dai Nippon tersebut
memberi nasihat agar
e. BPUPKI mengadakan
penyelidikan secara cermat
terhadap dasar-dasar
f. yang akan digunakan
sebagai landasan negara
Indonesia Merdeka.
g. Tanggal 29 Mei
1945 dimulai sidang
perumusan dasar-dasar
h. Indonesia merdeka
oleh pidato-pidatonya
tampil. Merdeka
i. mengemukakan
berbagai usulan
mengenai dasar negara
Indonesia.
j. Pidato-pidato yang
diucapkan para anggota
BPUPKI dalam sidang itu
k. selengkapnya tidak
diketahui yang nampak
hanya 3 teks pidato yaitu
teks
l. pidato yang
dikemukakan oleh
Muhammad Yamin,
Supomo, dan
m. Sukarno
n. Sidang pertama
BPUPKI diadakan 28 Mei
– 1 Juni 1945. Tanggal
o. 28 Mei sidang dibuka
dengan sambutan dari
wakil tentara Dai Nippon.
p. Dalam sambutanyya
wakil Dai Nippon tersebut
memberi nasihat agar
q. BPUPKI mengadakan
penyelidikan secara cermat
terhadap dasar-dasar
r. yang akan digunakan
sebagai landasan negara
Indonesia Merdeka.
s. Tanggal 29 Mei
1945 dimulai sidang
perumusan dasar-dasar
t. Indonesia merdeka
oleh pidato-pidatonya
tampil. Merdeka
u. mengemukakan
berbagai usulan
mengenai dasar negara
Indonesia.
v. Pidato-pidato yang
diucapkan para anggota
BPUPKI dalam sidang itu
w. selengkapnya tidak
diketahui yang nampak
hanya 3 teks pidato yaitu
teks
x. pidato yang
dikemukakan oleh
Muhammad Yamin,
Supomo, dan
y. Sukarno Setelah Soekarno berpidato mengajukan usul
tentang tentang dasardasar negara pada tanggal 1 Juni 1945, sidang BPUPKI
pertama berakhir. Hari itu juga ketua BPUPKI menunjukkan dan membentuk
panitia kecil. 5 Tugas panitia kecil adalah merumuskan kembali pidato Soekarno
yang diberi nama Pancasila sebagai dasar negara. Dalam keanggotaan panitia
kecil, ada dua golongan penting yang berbeda pandangan dalam merumuskan
Pancasila sebagai dasar negara. Satu golongan menghendaki agar Islam menjadi
dasar negara. Sementara itu golongan yang lain dasar negara. Sementara itu
golongan yang lain menghendaki paham kebangsaan sebagai inti dasar negara.
Akibat perbedaan pandangan ini, maka sidang Panitia Kecil bersama anggota
BPUPKI yang seluruhnya berjumlah 38 orang menjadi macet. Karena sidang
macet, Panitia Kecil ini kemudian menunjuk sembilan orang perumus yang
selanjutnya dikenal dengan Panitia Sembilan. Anggota Panitia Sembilan itu
adalah 1) Ki Bagus Hadikusuma, 2) Kyai Haji Wakhid Hasyim, 3) Muhammad
Yamin, 4) Ahmad SubarjO, Mr. AA. Maramis, 5) Abdul Kahar Muzakir, 6)
Abikusno Cokrosuyoso, 7) Moh. Hatta, 8) H. Agus Salim dan 9) Sukarno sebagai
ketua. Dalam sidang BPUPKI kedua tanggal 10 Juli 1945, Soekarno melaporkan
bahwa sidang Panitia Sembilan (tanggal 22 Juni 1945) telah berhasil merumuskan
Pancasila yang merupakan persetujuan antara pihak Islam dan pihak kebangsaan.
Rumusan Pancasila dari Panitia sembilan itu dikenal sebagai Piagam Jakarta
(Djakarta Charter). Bunyi dari piagam Djakarta yaitu 1) Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya, 2) kemanusiaan
yang adil dan beradab, 3) persatuan Indonesia, 4) Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, 5) keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Tentang Piagam Jakarta ini Soekarno sebagai ketua
Panitia Sembilan mengatakan, bahwa “ ketuhanan dengan menjalankan syari’at
Islam bagi para pemeluk-pemeluknya” merupakan jalan tengah yang diambil
akibat perbedaan pendapat antara golongan Islam dan Kebangsaan. Sebenarnya
banyak mucul keberatan terhadap Piagam Jakarta. Sebagai contoh, keberatan
yang disampaikan oleh Latuharhary 6 yang didukung oleh Wongsonegoro dan
Husin Joyodiningrat dalam sidang panitia perancang UUD tanggal 11 Juli 1945.
Keberatan yang sama juga diajukan oleh Ki Bagus Hadikusumo dalam sidang
ketua BPUPKI tanggal 14 Juli 1945. Naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar”
yang dijuluki “Piagam Jakarta” ini di kemudiaan hari dijadikan “Pembukaan”
UUD 1945, dengan sejumlah perubahan di saBAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam sidang BPUPKI pertama Dr.
Radjiman Widyodiningrat, mengajukan suatu masalah khususnya akan dibahas pada
sidang tersebut tiga orang pembicara yaitu Mohammad Yamin, Soepomo dan Soekarno.
Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam sidang tersebut Ir. Soekarno berpidato secara lisan
mengenai calon rumusan dasar negara Indonesia. Kemudian untuk memberikan nama
“Pancasila” yang artinya lima dasar, hal ini menurut Soekarno atas saran dari salah
seorang temannya yaitu seorang ahli bahasa yang tidak disebutkan namanya.
Proses Perumusan dasar negara berlangsung dalam sidang-sidang Dokuritzu Zyunbi
Tyoosakai (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Kemerdekaan, selanjutnya disebut BPUPKI)
yang dilanjutkan dalam sidang-sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Nilai yang terkadung dalam Sila Ketuhanan Yang Maha Esa antara lain: Percaya dan
takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama masing-masing menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradap.
Nilai yang terkadung dalam Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab yaitu:
Mewujudkan persamaan derajad, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama
manusia.
Nilai yang terkadung dalam Sila Persatuan Indonesia yaitu Bangsa harus tetap
menjunjung tinggi azas Bhinneka Tunggal Ika. Menolak paham yang menyimpang dari
Pancasila.
Nilai yang terkadung dalam Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan yaitu Mengakui dan menjunjung
tinggi kedaulatan rakyat.
Kemudian nilai yang terkandung dalam Sila keadilan sosial bagi seluruh rakya
indonesia yaitu Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala
bidang kehidupan, baik materi maupun spritual. Seluruh rakyat Indonesia berhak
mendapatkan perlakuan yang adil dalam bidang hukum, politik, sosial, ekonomi, dan
kebudayaan
Nilai nilai ataupun ajaran moral dalam proses perumusan Pancasila yang dapat
dipetik dan diterapkan dalam kehidupan antara lain:
3. Kerja keras
Mereka mengerahkan segala kemampuannya untuk menggali nilai-nilai
kebangsaan yang dapat menjadi dasar negara.
4. Rendah hati
Para tokoh negara tidak sombong dengan pendapat atau pandangannya masing-
masing. Jika ada pendapat yang lebih sesuai dengan kepentingan bangsa dan negara,
mereka menerimanya.
5. Mengutamakan persatuan
Meskipun berbeda pandangan, para tokoh mengutamakan persatuan dan
kesatuan bangsa dan negara.
6. Rela berkorban
Perumusan Pancasila membutuhkan banyak pengorbanan, baik waktu, biaya,
tenaga, dan lain-lain. Tetapi, demi kepentingan bangsa dan negara, pengorbanan
menjadi bermanfaat bagi masa depan bangsa dan negara.
c. Sidang pertama
BPUPKI diadakan 28 Mei
– 1 Juni 1945. Tanggal
z. 28 Mei sidang dibuka
dengan sambutan dari
wakil tentara Dai Nippon.
aa. Dalam sambutanyya
wakil Dai Nippon tersebut
memberi nasihat agar
bb. BPUPKI mengadakan
penyelidikan secara cermat
terhadap dasar-dasar
cc. yang akan digunakan
sebagai landasan negara
Indonesia Merdeka.
dd. Tanggal 29 Mei
1945 dimulai sidang
perumusan dasar-dasar
ee. Indonesia merdeka
oleh pidato-pidatonya
tampil. Merdeka
ff. mengemukakan
berbagai usulan
mengenai dasar negara
Indonesia.
gg. Pidato-pidato yang
diucapkan para anggota
BPUPKI dalam sidang itu
hh. selengkapnya tidak
diketahui yang nampak
hanya 3 teks pidato yaitu
teks
ii. pidato yang
dikemukakan oleh
Muhammad Yamin,
Supomo, dan
jj. Sukarno
kk. Sidang pertama
BPUPKI diadakan 28 Mei
– 1 Juni 1945. Tanggal
ll. 28 Mei sidang dibuka
dengan sambutan dari
wakil tentara Dai Nippon.
mm. Dalam sambutanyya
wakil Dai Nippon tersebut
memberi nasihat agar
nn. BPUPKI mengadakan
penyelidikan secara cermat
terhadap dasar-dasar
oo. yang akan digunakan
sebagai landasan negara
Indonesia Merdeka.
pp. Tanggal 29 Mei
1945 dimulai sidang
perumusan dasar-dasar
qq. Indonesia merdeka
oleh pidato-pidatonya
tampil. Merdeka
rr. mengemukakan
berbagai usulan
mengenai dasar negara
Indonesia.
ss. Pidato-pidato yang
diucapkan para anggota
BPUPKI dalam sidang itu
tt. selengkapnya tidak
diketahui yang nampak
hanya 3 teks pidato yaitu
teks
uu. pidato yang
dikemukakan oleh
Muhammad Yamin,
Supomo, dan
vv. Sukarno Setelah Soekarno berpidato mengajukan usul
tentang tentang dasardasar negara pada tanggal 1 Juni 1945, sidang BPUPKI
pertama berakhir. Hari itu juga ketua BPUPKI menunjukkan dan membentuk
panitia kecil. 5 Tugas panitia kecil adalah merumuskan kembali pidato Soekarno
yang diberi nama Pancasila sebagai dasar negara. Dalam keanggotaan panitia
kecil, ada dua golongan penting yang berbeda pandangan dalam merumuskan
Pancasila sebagai dasar negara. Satu golongan menghendaki agar Islam menjadi
dasar negara. Sementara itu golongan yang lain dasar negara. Sementara itu
golongan yang lain menghendaki paham kebangsaan sebagai inti dasar negara.
Akibat perbedaan pandangan ini, maka sidang Panitia Kecil bersama anggota
BPUPKI yang seluruhnya berjumlah 38 orang menjadi macet. Karena sidang
macet, Panitia Kecil ini kemudian menunjuk sembilan orang perumus yang
selanjutnya dikenal dengan Panitia Sembilan. Anggota Panitia Sembilan itu
adalah 1) Ki Bagus Hadikusuma, 2) Kyai Haji Wakhid Hasyim, 3) Muhammad
Yamin, 4) Ahmad SubarjO, Mr. AA. Maramis, 5) Abdul Kahar Muzakir, 6)
Abikusno Cokrosuyoso, 7) Moh. Hatta, 8) H. Agus Salim dan 9) Sukarno sebagai
ketua. Dalam sidang BPUPKI kedua tanggal 10 Juli 1945, Soekarno melaporkan
bahwa sidang Panitia Sembilan (tanggal 22 Juni 1945) telah berhasil merumuskan
Pancasila yang merupakan persetujuan antara pihak Islam dan pihak kebangsaan.
Rumusan Pancasila dari Panitia sembilan itu dikenal sebagai Piagam Jakarta
(Djakarta Charter). Bunyi dari piagam Djakarta yaitu 1) Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya, 2) kemanusiaan
yang adil dan beradab, 3) persatuan Indonesia, 4) Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, 5) keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Tentang Piagam Jakarta ini Soekarno sebagai ketua
Panitia Sembilan mengatakan, bahwa “ ketuhanan dengan menjalankan syari’at
Islam bagi para pemeluk-pemeluknya” merupakan jalan tengah yang diambil
akibat perbedaan pendapat antara golongan Islam dan Kebangsaan. Sebenarnya
banyak mucul keberatan terhadap Piagam Jakarta. Sebagai contoh, keberatan
yang disampaikan oleh Latuharhary 6 yang didukung oleh Wongsonegoro dan
Husin Joyodiningrat dalam sidang panitia perancang UUD tanggal 11 Juli 1945.
Keberatan yang sama juga diajukan oleh Ki Bagus Hadikusumo dalam sidang
ketua BPUPKI tanggal 14 Juli 1945. Naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar”
yang dijuluki “Piagam Jakarta” ini di kemudiaan hari dijadikan “Pembukaan”
UUD 1945, dengan sejumlah perubahan di saBAB III
DAFTAR PUSTAKA