OLEH :
PUTRI RIZA UMMAMI
1902031046
DOSEN :
TUTY HERTATI PURBA, SKM, M.Kes
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya yang
berlimpah dalam penyusunan Paper ini bisa diselesaikan dengan tepat waktu. Dimana
menyusun paper ini merupakan syarat wajib dalam menyelesaikan tugas mata kuliah.
Ada kebanggaan tersendiri jika kegiatan pembelajaran ini bisa selesai dengan
hasil yang baik. Dengan keterbatasan penulis dalam membuat riset, jika makalah ini
pada akhirnya bisa diselesaikan dengan baik tentulah karena bantuan dan dukungan
dari banyak pihak terkait.
Medan, 18 Desember,2020
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................3
PEMBAHASAN...........................................................................................................3
A. Ketahanan Pangan Di Rumah Tangga................................................................3
B. Hubungan Pengetahuan Keluarga......................................................................4
C. Permasalahan Pemberdayaan Masyarakat..........................................................5
D. Sistem ketahanan Pangan...................................................................................7
E. Kerawanan Pangan.............................................................................................8
BAB III.......................................................................................................................10
PENUTUP..................................................................................................................10
A. Kesimpulan.......................................................................................................10
B. Saran.................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketahanan pangan adalah situasi di mana semua rumah tangga mempunyai
akses baik fisik maupun ekonomi untuk memperoleh pangan bagi seluruh anggota
keluarganya, di mana rumah tangga tidak berisiko mengalami kehilangan kedua akses
tersebut (Hanani, 2009). Ketahanan pangan rumah tangga adalah salah satu jenjang
yang penting karena meskipun suatu wilayah terkategori tahan pangan, belum tentu
ketahanan pangan menjangkau hingga level rumah tangga (Ariani dkk., 2007).
Menurut Saragih (2004), hal ini dikarenakan ketahanan pangan dipengaruhi oleh 2
faktor utama yaitu availability (ketersediaan) dan accessibility (keterjangkauan).
Agar aspek mikro tidak terabaikan, maka dalam dokumen ini digunakan
istilah ketahanan pangan dan gizi. Konsep ketahanan pangan yang sempit meninjau
sistem ketahanan pangan dari aspek masukan yaitu produksi dan penyediaan pangan.
Seperti banyak diketahui, baik secara nasional maupun global, ketersediaan pangan
yang melimpah melebihi kebutuhan pangan penduduk tidak menjamin bahwa seluruh
penduduk terbebas dari kelaparan dan gizi kurang. Konsep ketahanan pangan yang
luas bertolak pada tujuan akhir dari ketahanan pangan yaitu tingkat kesejahteraan
manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian ketahanan pangan ?
2. Bagaiamana ketahanan pangan di rumah tangga ?
3. Bagaimana hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dan Tingkat Ekonomi
Keluarga ?
1
4. Apa saja Situasi, Permasalahan, Kebijakan, Dan Pemberdayaan
Masyarakat ?
5. Bagaimana dengan kerawanan pangan ?
C. Tujuan
Tujuan penulisan paper ini adalah:
1. Untuk memahami pengertian ketahanan pangan
2. Untuk memahami ketahanan pangan di rumah tangga
3. Untuk memahami hubungan tingkat pengetahuan ibu dan tingkat ekonomi
keluarga
4. Untuk memahami Situasi, Permasalahan, Kebijakan, Dan Pemberdayaan
Masyarakat
5. Untuk memahami kerawanan pangan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Semakin besar pengeluaran per kapita rumah tangga, maka semakin baik pula
status ketahanan pangan rumah tangganya. Faktor ekonomi terlihat berperan dalam
memengaruhi ketahanan pangan rumah tangga.
4
Untuk mendapatkan asupan gizi yang baik dibutuhkan sekaligus ekonomi yang
baik dan pengetahuan yang baik. Menurut penelitian Linda pada tahun 2012,
pengetahuan gizi ibu yang rendah dapat menghambat usaha perbaikan gizi yang
baik pada keluarga, tetapi pengetahuan yang baik tidak selalu bisa merubah
masyarakat menjadi keluarga sadar gizi dalam arti tidak hanya mengetahui gizi
saja tetapi harus mengerti dan mau berbuat untuk mengaplikasikan pengetahuan
tersebut dalam menyediakan dan menyajikan makanan bergizi bagi semua anggota
keluarga.
5
baik langsung maupun tidak langsung terhadap ketahanan pangan (food security),
yang harus diperhatikan (Sumardjo, 2006):
Rumah tangga sebagai unit perhatian terpenting pemenuhan kebutuhan
pangan nasional maupun komunitas dan individu.
Kewajiban negara untuk menjamin hak atas pangan setiap warganya yang
terhimpun dalam satuan masyarakat terkecil untuk mendapatkan pangan
bagi keberlangsungan hidup.
Ketersediaan pangan mencakup aspek ketercukupan jumlah pangan (food
sufficiency) dan terjamin mutunya (food quality).
Produksi pangan yang sangat menentukan jumlah pangan sebagai kegiatan
atau proses menghasilkan, menyiapkan, mengolah, membuat,
mengawetkan, mengemas, mengemas kembali dan atau mengubah bentuk
pangan.
Mutu pangan yang nilainya ditentukan atas dasar kriteria keamanan
pangan, kandungan gizi dan standar perdagangan terhadap bahan makanan
dan minuman.
Keamanan pangan (food safety) adalah kondisi dan upaya yang diperlukan
untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan
benda lain yang dapat menganggu, merugikan dan membahayakan keadaan
manusia.
Kemerataan pangan merupakan dimensi penting keadilan pangan bagi
masyarakat yang ukurannya sangat ditentukan oleh derajat kemampuan
negara dalam menjamin hak pangan warga negara melalui sistem distribusi
produksi pangan yang dikembangkannya. Prinsip kemerataan pangan
mengamanatkan sistem pangan nasional harus mampu menjamin hak
pangan bagi setiap rumah tangga tanpa terkecuali.
Keterjangkauan pangan mempresentasikan kesamaan derajat keleluasaan
akses dan kontrol yang dimiliki oleh setiap rumah tangga dalam memenuhi
hak pangan mereka. Prinsip ini merupakan salah satu dimensi keadilan
pangan yang penting untuk diperhatikan. Konsep ketahanan pangan seperti
disebut di atas, selanjutnya dapat diringkas kedalam aspek:
Ketersediaan pangan: ketercukupan jumlah pangan (food sufficiency).
Keamanan pangan (food safety): pangan yang bebas dari kemungkinan
cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat menganggu, merugikan
dan membahayakan keadaan manusia, serta terjamin mutunya (food
quality) yaitu memenuhi kandungan gizi dan standar perdagangan terhadap
bahan makanan dan minuman.
6
Kemerataan pangan: sistem distribusi pangan yang mendukung tersedianya
pangan setiap saat dan merata.
Keterjangkauan pangan: kemudahan rumah tangga untuk memperoleh
pangan dengan harga yang terjangkau.
7
jiwa, dalam periode 1997–2003, Indonesia harus mengimpor bahan pangan
diantaranya beras rata-rata 2 juta ton, kedelai 900 ribu ton, gula pasir 1,6 juta ton,
jagung 1 juta ton, akhir-akhir ini garam sebesar1,2 juta ton dan menghabiskan
devisa negara 900 juta dolar AS pada tahun 2003 (BPS, 2003; Lemlit UGM,
2009).
E. Kerawanan Pangan
8
membuat suatu masyarakat yang berisiko rawan pangan menjadi rawan pangan
(DKP dan WFP, 2009). Istilah rawan gizi (nutrition insecurity) merupakan kondisi
kebalikan dari ketahanan gizi (nutrition security). DKP dan WFP (2009)
mendefinisikan ketahanan gizi sebagai akses fisik, ekonomi, lingkungan, dan
sosial terhadap makanan seimbang, air layak minum, kesehatan lingkungan,
pelayanan kesehatan dasar, dan pendidikan dasar. Rawan gizi mencakup
kombinasi dari komponen pangan dan nonpangan. Dengan demikian, rawan gizi
cakupannya lebih luas dibanding rawan pangan.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Faktor sosial ekonomi yang berhubungan dengan ketahanan pangan rumah
tangga masyarakat baik di perkotaan maupun di pedesaan. Semakin besar
pengeluaran per kapita rumah tangga, maka semakin baik pula status ketahanan
pangan rumah tangganya. Faktor ekonomi terlihat berperan dalam memengaruhi
ketahanan pangan rumah tangga. Tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara tingkat pengetahuan ibu dan tingkat ekonomi keluarga dengan status gizi
balita. Balita merupakan kelompok usia yang paling menderita akibat kurang gizi
dan jumlahnya dalam populasi cukup besar. Kurang gizi pada balita dapat
berakibat gagal tumbuh kembang serta meningkatkan kesakitan dan kematian.
Permasalahan sehubungan dengan ketahanan pangan adalah penyediaan,
distribusi dan konsumsi pangan. Penyediaan dihadapkan pada semakin terbatas
dan menurunnya kapasitas produksi. Distribusi dihadapkan pada permasalahan
prasarana dsitribusi darat dan antar pulau, kelembagaan dan keamanan jalur
distribusi, serta bervariasinya kapasitas produksi antar wilayah dan antar musim.
Permasalahan konsumsi adalah belum terpenuhinya kebutuhan pangan, karena
belum tercukupinya konsumsi energy (meskipun konsumsi protein sudah
mencukupi), serta konsumsi energi yang sebagian besar dari padi-padian, dan bias
ke beras. Kemiskinan diartikan sebagai ketidakmampuan rumah tangga untuk
memenuhi kebutuhan pokok minimum untuk bisa hidup dan bekerja secara normal
(Swastika, 2011). Sehingga dapat dikatakan bahwa kemiskinan identik dengan
rawan pangan.. Banyaknya balita yang mengalami kurang gizi dan gizi buruk
merupakan indikator rawan gizi, sedangkan gizi buruk dipengaruhi oleh banyak
faktor yang saling terkait. Penyebab hal tersebut adalah konsumsi makanan yang
tidak seimbang dan penyakit infeksi (akut) sebagai akibat tidak cukup persediaan
pangan dan pola asuh anak tidak memadai, serta sanitasi/ air bersih, dan pelayanan
kesehatan dasar tidak memadai (Kemenkes, 2013).
B. Saran
Oleh karena pendapatan per kapita berhubungan dengan status ketahanan
pangan rumah tangga, maka perlu dilakukan antisipasi terhadap penurunan drastis
pendapatan masyarakat pada saat musim sulit melalui pemberian pelatihan
keterampilan atau aktivitas ekonomi produktif kepada masyarakat sebagai
alternatif untuk memperoleh pendapatan.
10
DAFTAR PUSTAKA
https://www.neliti.com/publications/18858/hubungan-ketahanan-pangan-tingkat-
keluarga-dan-tingkat-kecukupan-zat-gizi-dengan
http://www.iptek.its.ac.id/index.php/jsh/article/view/633
http://journals.ums.ac.id/index.php/JEP/article/view/1028
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-mgi7e9229f728full.pdf
http://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/5213
11