Anda di halaman 1dari 16

A.

Tujuan Pelayanan Geriatri


Pengaturan Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri di Rumah Sakit menurut
peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 79 tahun 2014
bertujuan untuk:
1. Meningkatkan kualitas hidup, kualitas pelayanan, dan keselamatan
Pasien Geriatri di Rumah Sakit; dan
2. Memberikan acuan dalam penyelenggaraan dan pengembangan
pelayanan Geriatri di Rumah Sakit.
Menurut Miller (2012) tujuan pelayanan geriatri adalah sebagai berikut:
1. Mempertahankan derajat kesehatan setinggi-tingginya sehingga
terhindar dari penyakit atau gangguan kesehatan
2. memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitas fisik sesuai
kemampuan dan aktivitas mental yang mendukung
3. melakukan diagnosis dini secara tepat dan memadai,
4. melakukan pengobatan yang tepat dan memelihara kemandirian secara
maksimal, tepat memberikan bantuan moril dan perhatian sampai akhir
hayatnya agar kematiaanya berlangsung dengan tepat

B. Prinsip Pelayanan Kesehatan Pada Lanjut Usia


Mengingat berbagai kekhususan perjalanan dan penampilan penyakit
pada usia lanjut, terdapat 2 prinsip utama yang harus dipenuhi guna
melaksanakan pelayanan kesehatan pada lanjut usia, yaitu pendekatan holistik
atau lengkap, serta tatakerja dan tatalaksana secara tim. (Hadi Martono, 2003)
1) Prinsip Holistik
Pada pelayanan kesehatan usia lanjut sangat unik karena menyangkut
berbagai aspek, yaitu :
1. Seorang pasien usia lanjut harus dipandang sebagai manusia
seutuhnya, meliputi pula lingkungan kejiwaan (psikologis) dan sosial
ekonomi. Hal ini ditunjukan antara lain bahwa aspek diagnosis
penyakit pada pasien usia lanjut menggunakan tata cara khusus yang
disebut sebagai pengkajian geriatric, yang bukan saja meliputi seluruh
organ dan sistem, akan tetapi menyangkut pula aspek kejiwaan dan
lingkungan sosial ekonomi.(Hadi-Martono,2003).
2. Sifat holistik mengandung artian baik secara vertikal atau horizontal.
Secara vertikal dalam arti pemberian pelayanan harus dimulai dari
pelayanan di masyarakat sampai ke pelayanan rujukan tertinggi, yaitu
rumah sakit yang mempunyai pelayanan subspesialis geriatri. Holistik
secara horizontal berarti bahwa pelayanan kesehatan harus merupakan
bagian dari pelayanan kesejahteraan usia lanjut secara menyeluruh.
Oleh karenanya, pelayanan kesehatan harus bekerja secara lintas
sektoral dengan dinas/lembaga terkait dibidang kesejahteraan,
misalnya agama, pendidikan, dan kebudayaan, serta dinas sosial.
3. Pelayanan holistik juga berarti pelayanan harus mencakup aspek
pencegahan (preventif), promotif, penyembuhan (kuratif), dan
pemulihan (rehabilitatif). Begitu pentingnya aspek pemulihan ini,
sehingga WHO menganjurkan agar diagnosis penyakit pada usia lanjut
harus meliputi 4 tingkatan penyakit, sebagai berikut :
a. Disease (penyakit), yaitu diagnosis penyakit pada pasien,
misalnya penyakit jantung iskemik.
b. Impairment (kerusakan atau gangguan), yaitu adanya gangguan
atau kerusakan dari organ akibat penyakit, misalnya pada keadaan
di atas : infark miokard akut atau kronis.
c. Disability (ketidak-mampuan), yaitu akibat obyektif pada
kemampuan fungsional dari organ atau individu tersebut. Pada
kasus di atas misalnya terjadi dekompensasi jantung.
d. Handicap (hambatan) yaitu akibat sosial dari penyakit. Pada kasus
tersebut di atas ketidakmampuan pasien untuk melakukan aktivitas
sosial baik di rumah, maupun di lingkungan sosial-nya.
2) Prinsip tatakerja dan tatalaksana dalam tim
Tim geriatri merupakan bentuk kerjasama multidisiplin yang
bekerja secara interdisiplin dalam mencapai tujuan pelayanan geriatri
yang dilaksanakan. Yang dimaksud dengan kata multi-disiplin di sini
adalah berbagai disiplin ilmu kesehatan yang secara bersama-sama
melakukan penanganan pada pasien usia lanjut. Komponenya berbeda
dengan berbagai tim yang kita kenal pada populasi usia lain. Pada tim
geriatri, komponen utama terdiri dari dokter, pekerja sosio medik, dan
perawat. Tergantung dari kompleksitas dan jenis layanan yang
diberikan, anggota tim bisa ditambah dengan tenaga rehabilitasi medik
(dokter, fisioterapi, terapi okupasi, terapi wicara, dan lain-lain),
psikolog dan/atau psikiater, ahli farmasi, ahli gizi, dan tenaga lain yang
bekerja dalam layanan tersebut.
Istilah interdisiplin diberikan sebagai suatu tatakerja dimana
masing-masing anggotanya saling tergantung satu sama lain. Perbedaan
dengan tim multidisplin yang bekerja secara multidisiplin pula (seperti
banyak tim kesehatan lainya) dimana tujuan seolah-oleh dibagi secara
kaku berdasarkan disiplin masing-masing anggota. Pada tim
interdisiplin, tujuan merupakan tujuan bersama. Masing-masing
anggota mengerjakan tugas sesuai disiplinnya sendiri-sendiri, akan
tetapi tidak secara kaku. (pada skema di bawah digambarkan sebagai
garis terputus). Disiplin lain bisa memberi saran demi tercapainya
tujuan bersama. Secara periodik dilakukan pertemuan antara anggota
tim untuk mengadakan evaluasi kerja yang telah dicapai, dan kalau
perlu mengadakan perubahan demi tujuan bersama yang hendak
dicapai. Dengan kata lain, pada tim multidisiplin kerjasama terutama
bersifat pada pembuatan dan penyerasian konsep, sedangkan pada
interdisiplin kerjasama meliputi pembuatan dan penyerasian konsep
serta penyerasian tindakan. Secara praktis, tatakerja interdisiplin dari
tim geriatri adalah melalui konferensi, bersama-sama menentukan
prioritas masalah (setting priority), menekankan kualitas hidup,
membuat program penanganan dan evaluasi berdasarkan prioritas
masalah, serta menentukan kondisi setting limits.
Tim geriatri disamping mengadakan pengkajiaan masalah
yang ada, juga mengadakan pengkajian sumber daya manusia dan
sosial ekonomi yang bisa digunakan untuk membantu penatalaksanaan
masalah pasien tersebut. Cara kerja seterusnya dapat dilihat seperti
dalam skema berikut.

Gambar 1. Alur kerja penatalaksanaan pasien geriatric

C. Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut


Dengan prinsip pelayanan geriatri seperti diatas, konsep pelayanan kesehatan
pada populasi lanjut usia direncanakan dan dilaksanakan. Untuk
mengupayakan prinsip holistik yang berkesinambungan, secara garis besar
pelayanan pada kesehatan pada usia dapat dibagi sebagai berikut :
a) Pelayanan kesehatan geriatri di masyarakat (Community Based Geriatric
Service)
Pada upaya kesehatan pelayanan ini, semua upaya kesehatan yang
berhubungan dan dilaksanakan oleh masyarakat harus diupayakan berperan
serta menangani kesehatan para lanjut usia. Puskesmas dan dokter praktek
swasta merupakan tulang punggung layanan di tingkat ini. Puskesmas
berperan dalam membentuk kelompok/klub lanjut usia. Di dalam dan
melalui klub lanjut usia ini pelayanan kesehatan dapat lebih mudah
dilaksanakan, baik usaha promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Pada dasarnya layanan kesehatan geriatri di tingkat masyarakat
seharusnya mendayagunakan dan mengikut-sertakan masyarakat (termasuk
para lanjut usia) semaksimal mungkin. Yang perlu dikerjakan dengan
berbagai cara, antara lain ceramah, symposium, lokakarya, dan
penyuluhan-penyuluhan.
b) Pelayanan kesehatan geriatri di masyarakat berbasis rumah sakit (Hospital
Based Comomnity Geriatric Service)
Pada layanan tingkat ini, rumah sakit setempat yang telah
melakukan layanan geriatri bertugas membina geriatri berada di wilayah-
wilayahnya, baik secara langsung atau tidak langsung memalui pembinaan
pada puskesmas yang berada diwilayah kerjanya “Transfer of Knowledge”
berupa lokakarya, ceramah-ceramah, symposium baik kepada tenaga
kesehatan ataupun kepada awam perlu dilaksanakan. Di lain pihak, rumah
sakit harus selalu bersedia bertindak sebagai rujukan dari layanan
kesehatan yang ada di masyarakat.
c) Pelayanan kesehatan geriatri berbasis rumah sakit (Hospital Based
Geriatric Service).
Pada layanan ini rumah sakit, tergantung dari jenis layanan yang
ada, menyediakan berbagai layanan bagi para lanjut usia. Mulai dari
layanan sederhana berupa poliklinik lanjut usia, sampai pada layanan yang
lebih maju, misalnya bangsal akut, klinik siang terpadu (day-hospital),
bangsal kronis dan/atau panti rawat wredha (nursing homes). Disamping itu
rumah sakit jiwa juga menyediakan layanan kesehatan jiwa bagi geriatri
dengan pola yang sama. Pada tingkat ini, sebaliknya dilaksanakan suatu
layanan terkait antara unit geriatri rumah sakit umum dengan unit
psikkogeriatri suatu rumah sakit jiwa, terutama untuk menangani penderita
penyakit fisik dengan komponen gangguan psikis berat atau sebaliknya.
Berdasarkan peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor
79 tahun 2014 pelayanan Geriatri dibagi menjadi :
1. Tingkat Sederhana
Jenis pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling sedikit terdiri atas
rawat jalan dan kunjungan rumah (home care). Jenis kegiatan yang
dapat dilakukan berupa pengkajian, konsultasi, pemeriksaan,
penyuluhan, dan supervisi ke puskesmas. Bentuk fasilitas
pelayanannya berupa poliklinik, sedangkan sumber daya manusia
yang diperlukan adalah internist-geriatrist, perawat geriatri, ahli gizi,
dan pekerja sosio-medik.
2. Tingkat Lengkap
Jenis pelayanan Geriatri tingkat lengkap paling sedikit terdiri atas
rawat jalan, rawat inap akut, dan kunjungan rumah (home care).
3. Tingkat Sempurna
Jenis pelayanan Geriatri tingkat sempurna paling sedikit terdiri atas
rawat jalan, rawat inap akut, kunjungan rumah (home care), dan
Klinik Asuhan Siang

4. Tingkat Paripurna
Jenis pelayanan Geriatri tingkat paripurna terdiri atas rawat jalan,
Klinik Asuhan Siang, rawat inap akut, rawat inap kronik, rawat inap
Psikogeriatri, penitipan Pasien Geriatri (respite care), kunjungan
rumah (home care), dan Hospice.
Rumah Sakit dengan pelayanan Geriatri tingkat sempurna dan tingkat
paripurna, melaksanakan pendidikan, pelatihan, dan penelitian serta
kerjasama lintas program dan lintas sektor dalam rangka pengembangan
pelayanan Geriatri dan pemberdayaan masyarakat.
Tingkatan sebagaimana dimaksud tersebut ditetapkan berdasarkan :
1. Jenis pelayanan
2. Sarana dan prasarana
3. Peralatan
4. Ketenagaan.

Tabel dan skema di bawah menunjukkan berbagai layanan dari berbagai tingkat
pelayanan geriatri dengan ketenagaannya.
Sumber daya Sederhana Sedang Lengkap Paripurna Keterangan
1. Keterangan
Berbeda
a. Tenaga 1-2*) 1*) Semua Semua dalam
jumlah
TimGeriatri
tenaga
spesialis
b. Konsultan dalam + ahli
- + + yang ada
pelayanan geriatri hukum

2. Fasilitas RJ RJ RM RJ RI RM RI RM
Pelayanan Day H. Day Hos. Day Hos.
Diklat Diklat

Tabel 1. Berbagai Pelayanan Geriatri dan Jenis Ketenagaannya


Keterangan:
RJ : Rawat jalan
RI : Rawat inap
RM : Pelayanan Rehabilitasi Medik
Diklat : Pendidikan dan latihan
Day-hospital :Tempat di mana dilakukan tindakan seperti pada bangsal
Geriatri, tetapi hanya pada jam kerja (OS tidak rawat inap),
pelayanan diberikan pada OS, baik yang telah atau belum
dilakukan asesmen geriatrik, baik yang di dalam RS maupun
yang di rumah(ambulatoir). Tindakan yang dilakukan antara
lain asesmen, kuratif (ambulatoir), rehabilitasi, dan rekreasi
Konsultan : Konsultan dalam pelayanan Geriatri adalah dokte spesialis/sub
spesialis klinis yang dapat dimintai bantuan pendapat/ekspertise
/tindakan medik guna peningkatan/pemeliharaan/pemulihan
kesehatan penderita usia lanjut di RS.
Tenaga *) :
1. Dokter umum + pelatihan pelayanan geriatri
2. Perawat + pelatihan pelayanan geriatri
3. Pekerja sosial medik
4. Fisioterapis
5. Dokter umum + pelatihan rehabilitasi medik
6. Speechterapis (terapi wicara)
7. Internis + pelatihan pelayanan geriatri
8. Okupasi terapis
9. Ortotis prostetis
10. Dokter ahli rehabilitasi medik
11. Psikolog
12. Geriatris

D. Tingkatan Pelayanan Geriatri


Pelayanan Geriatri diberikan kepada pasien Lanjut Usia dengan kriteria:
1) Memiliki lebih dari 1 (satu) penyakit fisik dan/atau psikis; atau
2) Memiliki 1 (satu) penyakit dan mengalami gangguan akibat penurunan
fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi dan lingkungan yang
membutuhkan pelayanan kesehatan.
3) Pelayanan Geriatri juga diberikan kepada pasien dengan usia 70 (tujuh
puluh) tahun ke atas yang memiliki 1 (satu) penyakit fisik dan/atau psikis.
4) Pelayanan Geriatri sebagaimana dilaksanakan secara terpadu dengan
pendekatan Multidisiplin yang bekerja secara Interdisiplin

E. Pelaksanaan Pelayanan Geriatri Di Rumah Sakit


a) Persyaratan Bangunan
1) Konstruksi bangunan
a. Jalan Jalan menuju ke pelayanan geriatri harus cukup kuat, rata,
tidak licin serta disediakan jalur khusus untuk pasien/pengunjung
dengan kursi roda.
b. Pintu Pintu harus cukup lebar untuk memudahkan
pasien/pengunjung lewat dengan kursi roda atau tempat tidur.
Lebar pintu sebaiknya 120 cm terdiri dari pintu 90 cm dan pintu
30 cm.
c. Listrik Daya listrik harus cukup dengan cadangan daya bila suatu
saat memerlukan tambahan penerangan sehingga diperlukan
stabilisator untuk menjamin stabilitas tegangan, dilengkapi
dengan generator listrik.
d. Penerangan Penerangan lorong dan ruang harus terang namun
tidak menyilaukan. Setiap lampu penerangan di atas tempat tidur
harus diberi penutup, agar tidak menyilaukan.
e. Lantai Lantai harus rata, mudah dibersihkan tetapi tidak licin,
bila ada undakan atau tangga harus jelas terlihat dengan warna
ubin yang berbeda untuk mencegah jatuh.
f. Langit-langit Langit-langit harus kuat dan mudah dibersihkan.
g. Dinding Dinding harus permanen dan kuat dan sebaiknya di cat
berwarna terang. Khusus untuk dinding ruang latihan, sebaiknya
dipilih warna yang bersifat memberi semangat dan di sepanjang
dinding, terdapat pegangan yang kuat sebaiknya terbuat dari
kayu (hand rail).
h. Ventilasi Semua ruangan harus diberi cukup ventilasi. Ruangan
yang menggunakan pendingin/air condition harus dilengkapi
cadangan ventilasi untuk mengantisipasi apabila sewaktuwaktu
terjadi kematian arus listrik.
i. Kamar mandi dan WC Kamar mandi menggunakan kloset duduk
dengan pegangan di sebelah kanan dan kirinya. Shower
dilengkapi dengan tempat duduk dan pegangan. Gagang shower
harus diletakkan di tempat yang mudah dijangkau oleh pasien
dalam posisi duduk. Demikian pula tempat sabun harus
diletakkan sedemikian agar mudah dijangkau pasien. Tersedia
bel untuk meminta bantuan dan pintu membuka keluar.
j. Air Penyediaan air untuk kamar mandi, WC, cuci tangan harus
cukup dan memenuhi persyaratan. Semua fasilitas gedung dan
lingkungan harus mengacu kepada pedoman Pekerjaan Umum
tentang standar teknis eksesibilitas gedung dan lingkungan.
k. Pada dinding-dinding tertentu harus diberi pengaman dan kayu
atau alumunium (leuning) yang berfungsi sebagai pegangan bagi
pasien pada saat berjalan serta untuk melindungi dinding dari
benturan kursi roda.
l. Agar dihindari sudut-sudut yang tajam pada dinding atau bagian
tertentu untuk menghindari kemungkinan terjadinya
bahaya/trauma.
m. Disediakan wastafel pada setiap ruangan pemeriksaan,
pengobatan dan ruangan yang lain.
b) Kebutuhan Ruangan
a. Ruang pendaftaran administrasi Ruangan ini harus cukup luas
untuk penempatan meja tulis, lemari arsip untuk penyimpanan
dokumen medik pasien. Letaknya dekat dengan ruang tunggu,
sehingga mudah dilihat oleh pasien yang baru datang.
b. Ruang tunggu Harus bersih dan cukup luas, aman dan nyaman,
baik untuk pasien dari luar ataupun dari bangsal yang
menggunakan kursi roda atau tempat tidur.
c. Ruang periksa Ruangan ini dekat dengan ruang pendaftaran serta
dilengkapi dengan fasilitas dan alat-alat pemeriksaan. Ruangan
terdiri dari:
1) ruang periksa perawat geriatri dan sosial medik untuk
melakukan anamnesis
2) ruang periksa dokter/tim geriatri;
3) WC dan kamar mandi; dan
4) ruangan diskusi tim geriatri atau pertemuan dengan keluarga
pasien (family meeting).
d. Ruang bangsal geriatri akut Ruang ini harus cukup luas dan
setidaknya harus mempunyai fasilitas:
1) bangsal perawatan terbagi atas laki-laki dan perempuan
dengan bel terpasang disetiap dinding tempat tidur;
2) ruang semi intensif dengan minimal 1 (satu) tempat tidur,
terbagi atas laki-laki dan perempuan (disesuaikan dengan
kemampuan dan perkembangan);
3) ruang dokter;
4) ruang rehabilitasi akut;
5) ruang perawat, dengan lokasi yang memungkinkan untuk
perawat melihat semua pasien yang sedang dalam perawatan;
6) kamar mandi dan WC yang jumlahnya sesuai dan dilengkapi
dengan fasilitas dan persyaratan untuk pasien lanjut usia;
7) kamar mandi/WC khusus untuk perawat dan pengunjung;
8) ruang rapat kecil; dan
9) gudang.
e. Ruang asuhan siang (day care) Ruang ini harus luas serta
dilengkapi dengan pembagian ruangan, masing-masing untuk:
1) ruang istirahat dengan tempat tidur dan kursi bersandaran
tinggi dilengkapi penyangga kaki
2) ruang tindakan/periksa bila dibutuhkan;
3) ruang untuk latihan/gimnasium/olahraga ringan;
4) ruang simulasi aktivitas sehari-hari (dapur kecil dengan
perlengkapannya, kamar kecil dan lain-lain);
5) ruang untuk rekreasi/hobi, merangkap ruang makan bersama;
6) WC/kamar mandi yang jumlahnya disesuaikan dengan
jumlah pengunjung dan staf;
7) ruangan assessment dan sosialisasi;
8) ruang terapi okupasi; dan
9) ruang tamu, mebel dan pantry set.
f. Ruang bangsal geriatri kronis Ruang ini harus cukup luas dan
pada dasarnya perlu dilengkapi dengan fasilitas dan
perlengkapan seperti pada bangsal akut. Ukuran/kapasitas ruang
lebih besar dari bangsal akut, masing-masing untuk laki-laki dan
perempuan. Perlengkapan sarana dan prasarana rehabilitasi
medis sesuai dengan perlengkapan untuk day care. Sebaiknya
ruang ini mempunyai taman yang cukup luas dengan area tempat
berjemur pasien serta dilengkapi kolam dengan air mengalir.
g. Ruang tempat penitipan pasien geriatri (respite care) Ruang ini
mirip dengan ruang rawat kronis namun terdiri atas kamar/kamar
mirip paviliun yang bertujuan untuk memberikan privacy bagi
pasien lanjut usia dengan fasilitas seperti perpustakaan, ruang
bersosialisasi dan taman untuk latihan berjalan (taman
mobilisasi). Sebaiknya juga terdapat ruang untuk pertemuan
dengan keluarga pasien yang bergabung dengan ruang
assessment/ruang rapat.
h. Ruang hospice care Hospice care merupakan ruang perawatan
bagi pasien paliatif di rumah sakit. Perlengkapan sarana dan
prasarana rehabilitasi medis hospice care sesuai dengan
perlengkapan untuk day care. Sebaiknya ruang ini mempunyai
taman yang cukup luas dengan area tempat berjemur pasien serta
dilengkapi kolam dengan air mengalir.

2) Persyaratan Alat
F. Tatakerja pelayanan geriatri
Tatakerja pelayanan geriatri adalah seperti yang telah disepakati dalam
Lokakarya Geriatri yang diadakan oleh Direktorat Rumah Sakit Umum-
Pendidikan dan Rehabilitasi di Ciloto tahun 1994 sebagai tergambar dalam
skema berikut ini:

Gambar 2. Alur pelayanan kesehatan usia lanjut di Rumah Sakit dan masyarakat

Dari skema terlihat bahwa pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat


yang dijalankan oleh Puskesmas, dokter praktek swasta, dan dokter keluarga pada
suatu tahap dapat merujuk penderita ke RS yang mempunyai pelayanan Geriatri, atau
ke poliklinik spesialis bidang lain. Di Instalasi Gawat Darurat atau poliklinik lain,
apabila penderita ternyata merupakan penderita Geriatrik, akan dirujuk kePoliklinik
Geriatri (yang bisa ditangani oleh spesialis penyakit dalam (+)/geriatris) yang akan
melaksanakan asesmen geriatri untuk kemudian:
- Kalau perlu dikonsultasikan ke konsultan untuk mendapatkan pemeriksaan/tindakan
khusus
- Sesuai hasil asesmen dan/atau konsultasi, penderita bisa dirawat di ruang geriatri
akut, ruang geriatri kronis, atau dirawat jalan di klinik siang terpadu (day-
hospital).Kalau dipertimbangkan bahwa penderita bukan penderita geriatrik atau
memerlukan rawatan lain yang lebih penting, penderita bisa dirujuk untuk dirawat di
ruang rawat lain.

DAFTAR PUSTAKA

Darmojo, RB, Hadi Martono., 2003; Buku Ajar Geriatri; edisi ke 3, Balai
Penerbit FKUI, Jakarta
Depkes RI. (2005). Pedoman Pembinaan Kesehatan Lansia Bagi Petugas
Kesehatan I. Jakarta
Miller, C.A. 2012. Nursing for Wellness in Older Adults. 6th ed. Philadelphia:
Lippincott Wiliams & Wilkins.
Nugroho. (2006). Komunikasi dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Penyelenggaraan
Pelayanan Geriatri Di Rumah Sakit
World Health Organization. 2016. Definition Of An Older Or Elderly Person,
(online), (http://www.who.int/healthinfo/survey/ageingdefnolder/ en/) ,
diakes 24 April 2021.

Anda mungkin juga menyukai