Anda di halaman 1dari 7

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan keperawatan yang diberikan perawat tidak bisa lepas dari aspek
spiritual yang merupakan bagian integral perawat dengan pasien. Kebutuhan
spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia.
Asuhan keperawatan spiritual adalah suatu manifestasi dari ibadah yang berbentuk
pelayanan profesional dan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
yang didasari pada keimanan, keilmuan, dan amal.
Pemenuhan kebutuhan spiritual pasien merupakan bagian dari peran dan
fungsi perawat dalam pemberian asuhan keperawatan. Oleh karena itu, diperlukan
sebuah metode ilmiah untuk menyelesaikan masalah keperawatan secara
sistematis melalui pendekatan proses keperawatan yang diawali dari pengkajian
data, penetapan diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi dengan
mengikutsertakan aspek spiritual. Asuhan keperawatan berbasis spiritual dapat
diidentifikasi pada masing-masing tahapan berikut (Hamid, 2008)
A. Pengkajian
Pengkajian aspek spiritual membutuhkan hubungan interpersonal yang baik
antara perawat dengan pasien. Oleh karena itu, pengkajian sebaiknya
dilakukan setelah perawat dapat membentuk hubungan yang baik dengan
pasien atau dengan orang terdekat pasien. Pengkajian asuhan keperawatan
spiritual yang perlu dilakukan meliputi:
1. Pengkajian data subjektif
Pedoman pengkajian data subjektif dalam asuhan keperawatan spiritual
secara umum mencakup konsep tentang ketuhanan, sumber kekuatan
dan harapan, praktik agama dan ritual, serta hubungan antara keyakinan
spiritual dan kondisi kesehatan.
2. Pengkajian data objektif
Pengkajian data objektif dilakukan melalui pengkajian klinis yang
meliputi pengkajian afeksi dan sikap, perilaku, verbalisasi, hubungan
interpersonal, dan lingkungan. Pengkajian data objektif umumnya
dilakukan melalui observasi secara langsung
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan masalah spiritual adalah
distresspiritual yang dapat diidentifikasi sebagai gangguan kemampuan
dalam mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang yang
dihubungkan dengan diri, orang lain, seni, musik, alam, atau kekuatan
yang lebih besar dari dirinya (NANDA, 2006). Batasan karakteristik
diagnosa keperawatan spiritual secara spesifik dapat dijabarkan sebagai
berikut :
1. Distres Spiritual
Distress spiritual dideskripsikan sebagai keadaan dimana
seseorang mengalami kekacauan nilai atau kepercayaan yang biasanya
memberikan kekuatan, harapan dan makna hidup. Distress spiritual
merupakan kekacauan atau penyakit dalam roh manusia, kekacauan
dalam prinsip hidup yang merasuki seluruh keberadaan manusia dan
mengatasi kodrat biologi atau psikologis, dan merupakan disintegrasi,
keterpecahan diri. Masalah distress spiritual juga ditentukan oleh
karakteristik minor. Adapun karakteristik pada masalah ini meliputi :
mengungkapkan kurangnya makna kehidupan; mendemonstrasikan
keputusasaan dan ketidakberanian; memilih untuk tidak melakukan
ritual keagamaan yang biasa dilakukan; mengungkapkan marah kepada
Tuhan; mengekspresikan marah, dendam, ketakutan, melebihi arti
kehidupan, penderitaan dan kematian; meminta menemui pemimpin
keagamaan
2. Resiko terhadap Distress Spiritual
Resiko distress spiritual didefinisikan sebagai suatu keadaan
dimana individu atau kelompok beresiko mengalami gangguan dalam
sistem keyakinan atau nilai yang memberikan kekuatan, harapan, dan
makna hidup. Resiko Disstress spiritual adalah beresiko mengalami
gangguan/hambatan kemampuan untuk mengalami dan
mengintegrasikan makna dan tujuan hidup melalui keterhubungan
dengan diri sendiri, orang lain, seni, musik, literatur, alam dan atau
kekuatan yang lebih kuat daripada diri sendiri. Faktor -faktor resiko
distress spiritual sama seperti pada faktor - faktor yang berhubungan
dengan masalah distress spiritual, yaitu faktor yang terkait
patofisiologi, terkait tindakan, dan faktor situasional, Personal atau
lingkungan.
3. Kesiapan Meningkatkan Kesejahteraan
Kesiapan meningkatkan kesejahteraan diartikan sebagai
kemampuan untuk mengalami dan mengintegrasikan makna dan tujuan
hidup melalui hubungan dengan diri sendiri, orang lain, seni, musik,
literatur, alam, dan atau kekuatan yang lebih besar daripada diri sendiri
yang dapat ditingkatkan atau diperkuat. Batasan karakteristik dari
masalah kesiapan meningkatkan kesejahteraan spiritual meliputi :
kekuatan dari dalam diri yang memelihara (seperti rasa kesadaran,
hubungan saling percaya, kekuatan yang menyatu, sumber yang sakral,
kedamaian dari dalam diri); motivasi yang tidak ada batasannya dan
komitmen yang diarahkan pada nilai tertinggi dari cinta, makna,
harapan, keindahan dan kebenaran; hubungan saling percaya dengan
atau hubungan yang sangat memberikan dasar untuk makna dan
harapan dalam pengalaman kehidupan dan kasih sayang dalam
hubungan seseorang; dan mempunya makna dan tujuan terhadap
eksistensi seseorang.

C. Intervensi
Pada tahap perencanaan ini perawat mengidentifikasi intervensi untuk
membantu pasien mencapai tujuan yaitu memelihara atau memulihkan
kesejahteraan spiritual sehingga kekuatan, kedamaian, dan kepuasan
spiritual dapat terealisasi. Perencanaan terkait dengan kebutuhan spiritual
meliputi ;
1. Memberikan ketenangan atau privasi sesuai dengan
kebutuhannya melalui berdoa dan beribadah secara rutin;
2. Membantu individu yang mengalami keterbatasan fisik
untuk melakukan ibadah;
3. Hadirkan pemimpin spiritual untuk menjelaskan berbagai
konflik keyakinan dan alternatif pemecahannya;
4. Kurangi dan hilangkan beberapa tindakan medis yang
bertentangan dengan keyakinannya dan cari alternatif
pemecahannya;
5. Mendorong untuk mengambil keputusan dalam melakukan
ritual;
6. Membantu klien dalam memenuhi kewajibannya, percaya
diri, dan memahami saat sekarang (dalam situasi sakit)

D. Implementasi Keperawatan spiritual


Pada tahap implementasi diperlukan tindakan – tindakan keperawatan
untuk membantu pasien memenuhi kebutuhan spiritual antara lain meliputi
kehadiran atau pendampingan, dukungan praktik keagamaan, membantu
pasien berdo’a atau mendo’akan, dan merujuk pasien untuk konseling
spiritual. Tindakan – tindakan keperawatan spiritual akan diuraikan
sebagai berikut :
1. Pendampingan
Pendampingan merupakan bagian penting dari perilaku caring
perawat, sangat penting dalam intervensi spiritual untuk memenuhi
kebutuhan spiritual pasien. Kehadiran perawat terkadang merupakan
obat terbaik bagi pasien pada waktu – waktu tertentu. Perawat dapat
menggabungkan antara kehadirannya dengan modalitas lain dalam
melakukan perawatan pada pasien, misalnya dengan menyentuh
pasien selama pasien mendapatkan prosedur pengobatan yang
menyakitkan. Ada empat cara pendampingan pada pasien menurut
Osterman dan Schwart- Barcott ( 1996 ) ;
a) presensi ( presence ) yaitu ketika perawat hadir secara fisik
tetapi tidak fokus pada pasien;
b) presensi parsial ( Partial prescense ) yaitu ketika perawat hadir
secara fisik dan mulai berusaha fokus pada pasien;
c) presensi penuh ( Full prescense ) yaitu ketika perawat hadir
disamping pasien baik secara fisik, mental, maupun
emosional, dan secara sengaja memfokuskan diri pada pasien;
d) presensi transenden ( Transcendent prescense) yaitu ketika
perawat hadir disamping pasien baik secara fisik, mental,
emosional, maupun spiritual.
2. Dukungan Praktik Keagamaan
Perawat akan mendapatkan informasi spesifik tentang pilihan dan
praktik keagamaan selama melakukan pengkajian pada pasien. Perawat
perlu mempertimbangkan praktik keagamaan pasien karena praktik
keagamaan tertentu dapat mempengaruhi asuhan keperawatan.
Keyakinan pasien akan kelahiran, kematian, berpakaian, diet, berdo’a
tulisan atau simbol suci, merupakan contoh praktik keperawatan yang
terkadang mempengaruhi kualitas kesehatan pasien.
3. Membantu Berdo’a atau Mendo’akan
Berdo’a atau mendo’akan adalah hal rutin yang dilakukan oleh umat
beragama, walaupun dengan cara yang berbeda. Berdo’a atau
mendo’akan merupakan sarana manusia untuk memohon pertolongan
dan bantuan dari yang maha tinggi yaitu Tuhan. Pasien yang sembuh
dari sakit pada hakikatnya yang menyembuhkan itu bukan dokter,
perawat, obat atau peralatan modern, akan tetapi yang menentukan
kesembuhan itu adalah ALLAH, dan ALLAH telah membukakan
jalan selebar – lebarnya melalui do’a ( QS. AthThalaq (65):2)
4. Merujuk Pasien untuk konseling spiritual
Kebutuhan pasien akan pemenuhan spiritualnya tergambar pada saat
perawat melakukan pengkajian. Apabila pasien membutuhkan tokoh
agama untuk melakukan bimbingan spiritual, diharapkan pelayanan
kesehatan dapat menghadirkan tokoh agama tersebut. Oleh karena itu
perawat perlu mengidentifikasi sumber daya spiritual ( konselor
spiritual ) yang ada di rumah sakit maupun komunitas. Rujukan
spiritual kepada konselor keperawatan telah dilakukan di beberapa
rumah sakit diantaranya Rumah Sakit Islam.
E. Evaluasi Keperawatan Spiritual
Untuk mengetahui apakah pasien telah mencapai kriteria hasil yang
ditetapkan pada fase perencanaan, perawat perlu mengumpulkan data
terkait dengan pencapaian tujuan asuhan keperawatan spiritual. Tujuan
asuhan keperawatan spiritual tercapai apabila secara umum pasien:
1. Mampu beristirahat dengan tenang
2. Mengekspresikan rasa damai berhubungan dengan Tuhan
3. Menunjukkan hubungan yang hangat dan terbuka dengan pemuka
agama
4. Mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan keberadaannya
5. Menunjukkan afeksi positif, tanpa rasa bersalah, dan kecemasan

Sumber:
NANDA. (2006). Panduan Diagnosa Keperawatan North American Nursing
Diagnosis Association (NANDA): Definisi dan Klasifikasi. Editor: Budi
Sentosa. Jakarta : Prima Medika.
Purba, M.A. Peran Perawat Dalam Menerapkan Tahapan Pengkajian Proses
Keperawatan Berbasis Spiritual, (online),
(https://osf.io/y96sz/download#:~:text=Kesimpulan%20%3A
%20Sebagai%20seorang%20perawat%20sangatlah,implementasi%2C
%20evaluasi%2C%20dan%20dokumentasi%20secara) , diakses 29 April
2021
Ronit Elk, Ph.D.a, Eric J. Hall. The Role of Nurses in Providing Spiritual Care to
Patients: An Overview, (online), (https://www.asrn.org/journal-
nursing/1781-the-role-of-nurses-in-providing-spiritual-care-to-patients-
an-overview.html), diakses Pada 29 April 2021

Anda mungkin juga menyukai