Disusun Oleh:
Uswatun Hasanah (2018016004)
Anisa Fitriana (2018016006)
Elta Almunawaroh (2018016027)
A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia salah satunya atau sebagian besar dicukupi dari aspek
pangan. Pangan mengandung zat gizi yang digunakan masyarakat atau rumah tangga
untuk mempertahankan kelangsungan baik secara perkembangbiakan dan menjalankan
aktivitas dalam kehidupan. Setiap orang atau masyarakat berhak memperoleh makanan
yang cukup dan layak disesuaikan dengan kebutuhannya disamping itu ketahanan pangan
adalah hak asasi manusia (HAM). Ketahanan pangan merupakan terpenuhinya pangan
bagi rumah tangga yang cukup baik dari segi jumlah, mutu, keamanan pangan, merata
dan terjangkau (Aidha & Harahap, 2021).
Undang-Undang Pangan No.7 Tahun 1996 menyatakan kondisi terpenuhinya
kebutuhan pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara
cukup, baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.Pandemi
COVID-19 yang sedang dihadapi secara global ini menyebabkan masalah pada sektor
kesehatan, dan sektor lain seperti ekonomi, pertanian, dan sosial masyarakat. Beberapa
negara termasuk Indonesia menerapkan kebijakan bekerja dan sekolah dari rumah untuk
mencegah peningkatan penularan COVID-19. Beberapa daerah yang menetapkan
kebijakan untuk lockdown yang kemudian disebut dengan Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB) mengakibatkan perusahaan merumahkan pekerjanya. Hal ini
menyebabkan berkurangnya penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari. Kebijakan ini memberikan dampak terhadap kehidupan bagi masyarakat
terutama dalam hal ketahanan pangan bagi rumah tangga.
Permasalahan mengenai ketahanan pangan adalah masalah dasar dan harus
ditangani secara berkelanjutan. Peningkatan penduduk setiap tahunnya mempengaruhi
ketahanan pangan. Hal tersebut juga dikarenakan kapasitas produksi pangan yang berada
pada levelling off. Dari permasalahan-permasalahan diatas maka dari itu kami
mengambil judul makalah yaitu “Ketahanan Pangan Rumah Tangga Selama Pandemi
Covid-19”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana metode yang digunakan dalam mengatasi masalah ketahanan pangan
rumah tangga di masa pandemi Covid-19?
2. Bagaimana hasil penggunaan metode aquaponik dalam mengatasi masalah ketahanan
pangan rumah tangga selama masa pandemi Covid-19?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam mengatasi masalah ketahanan
pangan rumah tangga di masa pandemi Covid-19.
2. Untuk mengetahui hasil penggunaan metode aquaponik dalam mengatasi masalah
ketahanan pangan rumah tangga selama masa pandemi Covid-19.
D. Kajian Teori
1. Pandemi Covid-19
Coronavirus adalah penyakit menular yang disebabkan oleh sindrom
pernapasan akut coronavirus 2 (Sars-CoV-2). Penyakit ini pertama kali ditemukan
pada Desember 2019 di Wuhan, Ibukota Provinsi Hubei China, dan sejak itu
menyebar secara global, mengakibatkan pandemi corona virus 2019- 2020.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendeklarasikannwabah korona virus 2019-
2020 sebagai Kesehatan Masyarakat Darurat Internasional (PHEIC) pada 30 Januari
2020, dan pandemi pada 11 Maret 2020.1 Covid-19 pertama dilaporkan di Indonesia
pada tanggal 2 Maret 2020 sejumlah dua kasus.9 Data 31 Maret 2020 menunjukkan
kasus yang terkonfirmasi berjumlah 1.528 kasus dan 136 kasus kematian.10 Tingkat
mortalitas Covid-19 di Indonesia sebesar 8,9%, angka ini merupakan yang tertinggi
diAsia Tenggara (Yenti Sumarni, 2020)
Pandemi Covid-19 ini tidak hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga
berdampak pada berbagai aspek kehidupan sosial ekonomi, termasuk pada
pemenuhan kebutuhan pangan. Untuk memenuhi kebutuhan pangan, produksi dalam
negeri memegang peranan kunci meskipun terdapat opsi untuk melakukan impor
(Priadi Asmanto, Ardi Adji, 2020)
2. Ketahanan Pangan
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang banyak dan
tingkat pertumbuhannya yang tinggi, maka upaya untuk mewujudkan ketahanan
pangan merupakan tantangan yang harus mendapatkan prioritas untuk kesejahteraan
bangsa, Indonesia sebagai negara agraris dan maritim dengan sumber daya alam dan
sosial budaya yang beragam. Dengan demikian pemenuhan kebutuhan pangan ini
menjadi sangat penting dan strategis dalam rangka mempertahankan kedaulatan
negara, melalui tidak tergantung pada impor pangan dari negara maju.
Ketergantungan suatu negara akan impor pangan (apalagi dari negara maju), akan
mengakibatkan pengambilan keputusan atas segala aspek kehidupan menjadi tidak
bebas atau tidak merdeka, dan karenanya negara menjadi tidak berdaulat secara
penuh. (Priadi dkk,. 2020)
Pada tahun 2019, Indonesia berada pada urutan ke-62 dari 113 negara dengan
skor 62,6 berdasarkan Global Food Security Indexyang diukur dari ketersediaan
pangan, keterjangkauan, keamanan dan kualitas pangan (EIU 2019) (Badan
Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, 2019). Pangan adalah segala sesuatu yang
berasal dari sumber hayati baik yang diolah maupun tidak diolah, yang digunakan
sebagai makanan atau minuman bagi manusia, termasuk bahan tambahan pangan,
bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan,
pengolahan dan atau pembuatan makanan atau minuman (Aisyah, 2020). Pangan
merupakan kebutuhan mendasar bagi kehidupan manusia. Pangan merupakan salah
satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan tubuh setiap hari dalam jumlah tertentu
sebagai sumber energi dan zat gizi (Saputri et al., 2016)
Ketahanan Pangan dalam suatu negara merupakan kemampuan suatu bangsa
untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan dalam jumlah yang cukup,
mutu yang layak,aman, dan juga halal, yang didasarkan pada optimalisasi
pemanfaatan dan berbasis pada keragaman sumber daya domestik (Priadi, 2020)
Sedangkan menurut Aisyah (2020) Ketahanan Pangan adalah kondisi
terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari ketersediaan pangan
yang aman, merata terjangkau, cukup baik jumlah maupun mutunya. Ketahanan
pangan merupakan hal yang penting, karena berdasarkan pengalaman di banyak
negara menunjukan bahwa tidak ada satu negarapun yang dapat melaksanakan
pembangunan secara baik sebelum mampu mewujudkan ketahanan pangan terlebih
dahulu. Akses pangan yang "cukup" adalah hak asasi manusia yang harus dijamin
oleh negara bersama masyarakat. Suatu kondisi ketidak cukupan pangan yang dialami
daerah, masyarakat, atau rumah tangga, pada waktu tertentu untuk memenuhi standar
kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan masyarakat disebut dengan
ketahanan pangan (Saliem & Ariani, 2002).
Ketahanan Pangan menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 adalah
kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang
tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman,
beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama,
keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif
secara berkelanjutan (E.Nurkhayani dan E.Setyawati, 2015).
Definisi ketahanan pangan sangat bervariasi, namun umumnya mengacu
definisi dari Bank Dunia (1986) dan Maxwell dan Frankenberger (1992) yakni “akses
semua orang setiap saat pada pangan yang cukup untuk hidup sehat (secure access at
all times to sufficient food for a healthy life) (Suharyanto, 2011).
The 1996 World Food Summit (WFS) mengatakan (dalam Fanzo, 2015)
bahwa : “Ketahanan pangan ada ketika semua orang memiliki akses fisik dan
ekonomi ke makanan yang cukup, aman dan bergizi untuk memenuhi kebutuhan
mereka setiap harinya. Setiap manusia harus memiliki gizi yang seimbang agar dapat
hidup dengan sehat. Sedangkan gizi ada ketika ketahanan pangan berpadu pada
lingkungan sanitasi, layanan kesehatan yang memadai, dan perawatan yang tepat serta
praktik pemberian makan untuk memastikan kehidupan yang sehat bagi semua
anggota rumah tangga. Definisi ini menyimpulkan bahwa nutrisi yang memadai ada
ketika pertanian, kesehtan, pendidikan dan lingkungan juga memadai. (Fanzo, 2015)
Penyediaan pangan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumah
tangga yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Untuk mewujudkan penyediaan
pangan tersebut, perlu dilakukan pengembangan sistem produksi, efisiensi sistem
usaha pangan, teknologi produksi pangan, sarana dan prasarana produksi pangan dan
mempertahankan dan mengembangkan lahan produktif (Aisyah, 2020).
Ketahanan pangan rumah tangga juga dapat dilihat dari pendapatan rumah tangga
dan konsumsi gizi rumah tangga itu sendiri, yang meliputi :
a. Rumah tangga tahan pangan yaitu apabila proporsi pengeluaran pangan rendah.
Yaitu kurang dari 60 persen dari pengeluaran rumah tangga dan cukup
mengkonsumsi energi (>80 persen dari syarat kecukupan energi).
b. Rumah tangga rentan pangan yaitu apabila proporsi pengeluaran pangan tinggi.
Yaitu lebih dari 60 persen dari pengeluaran rumah tangga dan cukup
mengkonsumsi energi (>80 persen dari syarat kecukupan energi).
c. Rumah tangga kurang pangan yaitu apabila proporsi pengeluaran pangan
tinggi. Yaitu lebih dari 60 persen dari pengeluaran rumah tangga) dan kurang
mengkonsumsi energi (≤80 persen dari syarat kecukupan energi).
d. Rumah tangga rawan pangan yaitu apabila proporsi pengeluaran pangan tinggi
dan tingkat konsumsi energinya kurang.
(Arida et al., 2015)
E. Metode
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode parsititipatif
yang menguaamakan peran aktif masyarakat. Metode parsitipatif merupakan salah satu
cara merumuskan kebutuhan pembangunan daerah dan desa yang menempatkan
masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan. Konsep ini menempatkan masyarakat
lapisan bawah sebagai perencana dan penentu kebijakan pembangunan di tingkat lokal
(Nurman, 2015).
Kegiatan ini dilaksanakan di desa Srihardono dengan mitra kerja ibu ibu PKK...
yang dilaksanakan mulai bulan Mei sampai Juli 2021. tahapan pelaksanaan dilakukan,
sebagai berikut :
1. Tahap Sosialisasi
Sosialisasi dijadwalkan sebelum kegiatan pendampingan dilaksanakan. tujuanya agar
mitra kerja dapat mengetahui dan memahami pentingnya kegiatan dilakukan. dalam
tahap ini juga juga dilakukan kesepakatan mengenai jadwal pelaksanaan pelaksanaan
dan hal apa saja yang perlu dipersiapkan untuk kegiatan pendampingan.
2. Tahap pelaksanaan
a. Pelatihan
Pelatihan yang akan diberikan kepada ibu-ibu PKK yang meliputi pelatihan
kelompok dan pelatihan mandiri. Pelatihan tersebut melibatkan narasumber dari
TP PKK kabupaten Bntul yang sudah merintis sistem aquaponik di desa
Srihardono. Selanjutnya dilakukan pendampingan terhadap implementasi
kegiatan pelatihan.
b. Pendampingan
Pendampingan dilakukan secara langsung di lapangan satu minggu sekali yaitu
mendampingi ibu-ibu PKK untuk membuat aquaponik dan polybag. Tim PHP2D
juga membuka diri untuk pendampingan secara tidak langsung, misalnya melalui
whatshapp, SMS, dan telepon.
G. Kesimpulan
Kegiatan pelatihan tentang sistem aquaponik yang telah dilaksanakan mendapat
respon yang positif dari ibu-ibu PKK. Hal ini dibuktikan oleh keaktifan para ibu-ibu
PKK dalam mengikuti kegiatan pelatihan tentang sistem aquaponik yang telah
dilaksanakan. Ibu-ibu PKK juga telah mengimplementasikan ilmu dan keterampilannya.
Diharapkan kegiatan pelatihan tersebut dapat berjalan secara berkelanjutan dan
memotivasi masyarakat yang lain untuk turut serta dalam mengoptimalkan pekarangan
rumah yang masih kosong dengan budidaya tanaman dan ikan melalui metode
aquaponik.
Daftar Pustaka
Aidha, Z., & Harahap, R. A. (2021). Pemberdayaan masyarakat dalam upaya ketahanan
pangan selama pandemi COVID-19 di Kecamatan Bilah Barat Community
empowerment in food security efforts during COVID-19 Pandemic in Bilah Barat
District. 1, 22–30.
Aisyah, S. (2020). Ketahanan Pangan Keluarga di Masa Pandemi COVID-19. Jurnal
Kesehatan Komunitas Indonesia, 6(1), 1–9.
Arida, A., Sofyan, N., & Fadhiela, K. (2015). Analisis Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Berdasarkan Proporsi Pengeluaran Pangan Dan Konsumsi Energi (Studi Kasus Pada
Rumah Tangga Petani Peserta. Agrisep, 16(1), 20–34.
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/agrisep/article/view/3028
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian. (2019). Situasi Ketahanan Pangan dan Gizi
Indonesia Tahun 2019. Bkp.Pertanian.Go.Id, 1–31.
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://bkp.pertanian.go.id/st
orage/app/media/Bahan%25202020/Buku%2520Situasi%2520Ketahanan%2520Pangan
%2520dan%2520Gizi%25202019%2520final.pdf&ved=2ahUKEwjf6fTyparrAhWMdn
0KHd8vBdEQFjAFegQIBRAJ&usg=AOvVaw
Darmawan, D. P. (2011). Ketahanan pangan rumahtangga dalam konteks pertanian
berkelanjutan. Udayana University Press.
E.Nurkhayani, E.Setyawati, Y. H. S. (2015). KETAHANAN PANGAN DI INDONESIA.
Kementerian Kesehatan RI.
Fanzo, J. (2015). Ethical issues for human nutrition in the context of global food security and
sustainable development. Global Food Security, 7, 15–23.
https://doi.org/10.1016/j.gfs.2015.11.001
Fariudin, R. dkk. (2013). Pertumbuhan dan Hasil Dua Kultivar Selada (Lactuca sativa L.)
dalam Akuaponika pada Kolam Gurami dan Kolam Nila. Vegetalika, 2(1), 66–81.
https://doi.org/10.22146/veg.1619
Habiburrohman. (2018). Aplikasi teknologi akuaponik sederhana pada budidaya ikan air
tawar untuk optimalisasi pertumbuhan tanaman sawi (Brassica juncea L.). Fakultas
Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 1–94.
M. Simatupang, Aditiawati, P., Indriani Astuti, D., Suantika, G., & Togar. (2016).
Pengembangan Potensi Lokal Di Desa Panawangan Sebagai Model Desa Vokasi Dalam
Pemberdayaan Masyarakat Dan Peningkatan Ketahanan Pangan Nasional. Jurnal
Sosioteknologi, 15(1), 59–67. https://doi.org/10.5614/sostek.itbj.2016.15.1.6
Nurman. (2015). Strategi Pembangunan Daerah. PT.RajaGrafindo Persada.
Priadi Asmanto, Ardi Adji, dan S. (2020). Menjaga Ketahanan Pangan di Tengah Pandemi
Covid-19. Tim Nasiona Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.
Purwaningsih, Y. (2008). Ketahanan Pangan: Situasi, Permasalahan, Kebijakan, Dan
Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Ekonomi Pembangunan: Kajian Masalah Ekonomi
Dan Pembangunan, 9(1), 1. https://doi.org/10.23917/jep.v9i1.1028
Putri, D. P. (2012). Kajian Ketahanan Pangan. 6–26.
Saliem, H. P., & Ariani, M. (2002). Ketahanan Pangan, Konsep, Pengukuran dan Strategi.
Forum Penelitian Agro Ekonomi, 20(1), 12. https://doi.org/10.21082/fae.v20n1.2002.12-
24
Saputri, R., Lestari, L. A., & Susilo, J. (2016). Pola konsumsi pangan dan tingkat ketahanan
pangan rumah tangga di Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Jurnal Gizi Klinik Indonesia,
12(3), 123. https://doi.org/10.22146/ijcn.23110
Saputro, W. A. (2020). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan. Agrica
(Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.13 No.2/Oktober 2020, 13(2), 115–123.
Suharyanto, H. (2011). KETAHANAN PANGAN Heri Suharyanto * Abstrak. Sosial
Humaniora, 4(2), 186–194. http://iptek.its.ac.id/index.php/jsh/article/view/633/355
Widyawati, N. (2013). Urban Farming Gaya Bertani Spesifik Kota. Lily Publisher.
Yenti Sumarni. (2020). Pandemi Covid-19: Tantangan Ekonomi Dan Bisnis. Al Intaj: Jurnal
Ekonomi Dan Perbankan Syariah, 6(2), 46–58.