185160100111033
Learning Issues
1. GTL
Definisi
Indikasi dan Kontraindikasi
Prinsip
Anatomical landmark
Riwayat Kesehatan umum yang bermanifestasi di RM dan mempengaruhi prognosis
dan GTL
Penegakan diagnosis dan rencana perawatan
Sikap pasien geriatric terhadap perawatan gigi
2. Defisiensi nutrisi dan pengaruh dalam RM
Definisi
Hubungan defisiensi nutrisi dalam RM
Klasifikasi defisiensi dan akibat yang ditimbulkan di RM
Gambaran klinis
1. GTL
a. Definisi
Gigi tiruan adalah suatu alat tiruan yang digunakan untuk menggantikan
sebagian atau seluruh gigi asli yang sudah hilang serta mengembalikan perubahan-
perubahan struktur jaringan yang terjadi akibat hilangnya gigi asli. Tujuan pembuatan
gigi tiruan pada hakikatnya adalah untuk memperbaiki fungsi pengunyahan,
pengecapan, estetik, menjaga kesehatan jaringan serta mencegah kerusakan lebih
lanjut (Z Gaib, 2013:58).
Menurut Haryanto A. Gunadi (1991), gigi tiruan lengkap lepasan (Full Denture
Prosthodontics) adalah suatu restorasi bila satu atau kedua lengkung rahang sudah tak
bergigi.
Menurut Kenneth J. Anusavice (2004), gigi tiruan lengkap adalah protesa gigi
lepasan yang dimaksudkan untuk menggantikan permukaan pengunyahan dan
struktur- struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas dan rahang
Frantika Agustina
185160100111033
bawah yang terdiri dari gigi-gigi tiruan yang diletakkan pada basis protesa, yang
mendapat dukungan melalui kontak erat dengan jaringan mulut dibawahnya.
Menurut Narlan Sumawinata (2004), gigi tiruan penuh merupakan gigi tiruan
yang menggantikan seluruh gigi asli yang sudah hilang dan biasanya tanpa
menyertakan molar ketiga.
Retensi
Frantika Agustina
185160100111033
Retensi sangat ditentukan oleh hubungan antara basis gigi tiruan dengan
mukosa pendukung dibawahnya. Kontak yang rata dan baik antara basis gigi tiruan
dan mukosa sangat diperlukan untuk retensi yang optimal. Adanya saliva antara
mukosa dan basis gigi tiruan menyebabkan terjadinya daya adhesi, kohesi, tegangan
permukaan, peripheral seal serta tekanan atmosfer. Peripheral seal penting dalam
memelihara udara dari gangguan pengaruh tekanan peripheral seal. “Border Molding”
merupakan satu-satunya jalan dalam memperoleh peripheral seal. Undercut yang
menguntungkan dapat menambah retensi. Biasanya terdapat di daerah
retromylohyoid (Soebekti, 1995:2).
Stabilisasi
Peran stabilisasi terjadi selama gigi tiruan digunakan untuk berfungsi. Agar gigi
tiruan stabil perlu adanya retensi yang baik, posisi gigi geligi serta oklusi dan artikulasi
yang seimbang, bentuk permukaan poles yang sesuai dengan aktivitas otot-otot
orofacial, pengendalian dan koordinasi yang baik dari otot-otot, serta posisi bidang
oklusal yang benar (Soebekti, 1995:2).
Penampilan yang alami dapat diperoleh mulai dari saat mencetak. Ketebalan
tepi gigi tiruan yang dapat mengembalikan dukungan bagi otot-otot bibir dan pipi
bervariasi, tergantung dari hilangnya sisa alveolar. Ketebalan yang optimal dapat
diperoleh waktu melakukan border molding (Soebekti, 1995:2).
Frantika Agustina
185160100111033
d. Anatomical Landmark
Frantika Agustina
185160100111033
Untuk rahang atas ditarik garis tengah dari frenulum labial atas, kemudian
pertemuan rugae palatine kiri dan kanan, dan titik tengah antara kedua fovea palatine.
Untuk rahang bawah, ditarik garis tengah dari frenulum labial bawah kemudian ke titik
tengah-tengah rahang bawah, diteruskan ke frenulum lingual.
a. Permukaan model kerja diolesi could mould seal (CMS) atau direndam air.
b. Selembar wax dipanaskan hingga lunak.
c. Wax lunak tersebut diletakkan diatas model kerja, lalu tekan sampai beradaptasi dan
mengikuti kontur model kerja.
d. Pertahankan hingga wax mengeras.
e. Potong kelebihan wax sesuai batas gigi tiruan.
f. Rapihkan dan haluskan bagian tepinya.
g. Lepaskan baseplate dari model.
h. Buat garis proyeksi puncak ridge dimodel kerja dengan pensil.
Pedoman untuk rahang atas adalah hamular notch dan puncak gigi caninus, rahang
bawah adalah puncak caninus dan pertengahan retromolar pad.
3) Proyeksikan garis puncak ridge dan digambarkan pada wax rim rahang atas dan
rahang bawah.
Setelah galangan gigitan dibuat, tentukan ukuran dengan patokan lebar
galangan gigi anterior 5 mm dan posterior 8-10 mm, tinggi rahang atas anterior 10-
12 mm dan posterior 5-7 mm, rahang bawah anterior 6-8 mm dan posterior 3-6 mm,
dan rasio lebar galangan gigit rahang atas 2:1 (bukal:palatal) dan rahang bawah 1:1
(bukal:lingual).
Frantika Agustina
185160100111033
4. Penanaman Artikulator
Artikulator adalah alat mekanik tempat meletakkan model rahang atas dan rahang
bawah sekaligus memproduksi relasi rahang bawah terhadap rahang atasnya. Artikulator
digunakan untuk membantu kajian mengenai oklusi dan dalam pembuatan suatu protesa
atau restorasi.
5. Penyusunan Gigi
Penyusunan gigi dilakukan secara bertahap yaitu penyusunan gigi anterior atas
hingga posterior atas dan gigi anterior bawah hingga posterior bawah adalah (Tabel 2.1).
I1 Atas
a) Inklinasi gigi I1 atas membuat sudut 85 derajat
b) Tepi incisal sedikit masuk palatal
c) Tepi incisal terletak diatas linggir rahang dari bidang
oklusal
C Atas
a) Inklinasi gigi C atas tegak lurus bidang oklusi
b) Bagian servikal tampak lebih menonjol dan ujung cusp lebih
ke palatal dan menyentuh bidang oklusi
c) Ujung cusp terletak diatas linggir rahang dari bidang oklusal
M2 Atas
a) Inklinasi gigi M2 atas condong kedistal
b) Cusp-cuspnya terletak pada bidang oblique dari kurva
antero-posterior
Frantika Agustina
185160100111033
P1 Bawah
6. Wax Contouring
Wax contouring atau waxing dari geligi tiruan adalah membentuk dasar dari geligi
tiruan malam sedemikian rupa sehingga harmonis dengan otot- otot orofasial penderita dan
semirip mungkin dengan anatomis gusi dan jaringan mulut.
Ketika mengukir harus diperhatikan:
b. Daerah servikal jangan ada “step” pada kontur gusi antara gigi kaninus dan premolar-1 atas
c. Kontur gusi gigi anterior berbeda-beda, gigi kaninus atas yang terpanjang, gigi lateral atas
yang terpendek.
7. Flasking
Flasking ialah suatu proses penanaman model dan “trial denture” malam dalam suatu
flask atau cuvet untuk membuat sectional mold. Mold bagian bawah dibuat dengan menanam
model dalam gips dan bagian atas dibuat dari 2 adukan stone yang terpisah diatas denture
malam. Metode flasking ada 2 yaitu, holding dan pulling the casting
Metode yang digunakan pada pembuatan gigi tiruan lengkap lepasan adalah metode
pulling the casting. Pulling the casting merupakan metode yang dilakukan dengan gigi tiruan
malam berada pada cuvet bawah dan seluruh elemen gigi tiruan dibiarkan terbuka (tidak
tertutup plaster), sehingga setelah boiling out elemen gigi tiruan akan ikut ke cuvet atas.
Keuntungan menggunakan cara ini yaitu dalam mengulaskan separating medium dan packing
mudah, namun ketinggian gigitan sering tidak dapat dihindari.
Postdam dibuat pada rahang atas pada AH-Line dan beading dibuat pada rahang
bawah yaitu melakukan pengerokan model kerja sedalam 1-1,5 mm pada daerah
muccobucalfold. Pembuatan postdam dan beading bertujuan untuk mendapatkan peripheral
seal (Soebekti, 1995:3).
9. Packing
Packing adalah proses mencampur monomer dan polimer resin akrilik. Ada 2 metode
yaitu, dry method dan wet method. Metode packing yang digunakan pada pembuatan gigi
tiruan lengkap lepasan adalah metode wet methode. Wet methode adalah cara mencampur
monomer dan polimer diluar mold dan bila sudah mencapai tahap dough stage baru
dimasukan kedalam mold.
Proses packing dengan wet methode mengalami 6 stadium:
10. Curing
11. Deflasking
Deflasking adalah melepaskan gigi tiruan resin akrilik dari cuvet dan bahan
tanamnya, tetapi tidak boleh lepas dari model rahangnya supaya gigi tiruan dapat di
remounting di artikulator kembali.
a. Pemasangan Kembali
3) Oklusi diperbaiki dengan spot grinding selektif sampai incisal guide pin berkontak
dengan meja incisal dalam hubungan sentris.
b. Pengasahan selektif
basah untuk menghaluskan dan gunakan ragwheel (putih) dengan bahan CaCo3
untuk mengkilapkan (Gambar 2.15).
berbagai jaringan dalam rongga mulut yang lebih sensitif terhadap defisiensi nutrisi,
sehingga apabila tubuh mengalami defisiensi nutrisi seringkali jaringan dalam rongga
mulutlah yang pertama kali memperlihatkan efek defisiensi nutrisi tersebut. (Moyers
1988)
Masalah kesehatan gigi dan mulut juga dipengaruhi oleh gizi. Kekurangan sumber zat
tertentu akan menyebabkan kelainan tertentu. Berikut beberapa kelainan akibat
kekurangan gizi yang terjadi pada gigi dan mulut:
Lebih rinci lagi untuk fosfor: Diperlukan untuk perkembangan tulang yang sehat
terutama pada pembentukan dan pertumbuhan rahang, dan pola erupsi gigi. Fosfor banyak
Frantika Agustina
185160100111033
terdapat pada Susu, keju, daging, biji-bijian, telur, dan kacang-kacangan. Manifestasi
defisiensi fosfor dalam rongga mulut adalah terjadinya gangguan pertumbuhan rahang dan
erupsi gigi. Juga adanya pertumbuhan kondili yang lambat disertai maloklusi.
Kalsium: Membantu dalam pembentukan serta memperkuat gigi dan tulang. Kalsium
banyak terdapat pada susu, keju, telur, dan sayuran berwarna hijau tua. Manifestasi
defisiensi kalsium dalam rongga mulut adalah terjadi absorpsi tulang rahang yang merata
dan destruksi ligamentum periodontal dan berkurangnya kekuatan gigi.
Magnesium: Mencegah terjadinya hipoplasia enamel dan membantu dalam proses
mineralisasi tulang dan gigi. Magnesium banyak terdapat pada kacang kedelai, kerang dan
gandum. Defisiensi magnesium dalam jangka waktu yang lama dapat terjadi hipoplasia
enamel.
2. Besi
Fungsi : unsur pembentukan Hemoglobin selain itu Berperan penting dalam pemeliharaan
kesehatan gusi dan lidah serat jaringan mukosa mulut.
Kekurangan zat besi : mengakibatkan anemia, gangguan pada lidah dan luka pada sudut
bibir. Gejalanya berupa : penipisan papila pada tepi-tepi lidah , serta penipisan mukosa
mulut secara menyeluruh sehingga pasien rentan terhadap stomatitis aptosa ( sariawan ),
dan warna mukosa menjadi pucat. Manifestasi defisiensi besi dalam rongga mulut adalah
terjadinya glossitis yang merupakan penyakit pada lidah, di mana lidah tampak merah dan
sakit.
Terdapat dalam : Telur, hati, kacang-kacangan, sayuran
3. Fluor
Fungsi : Menguatkan struktur gigi serta Melindungi gigi dari serangan karies selain itu flour
juga berfungsi mengatur pH asam-basa dalam rongga mulut.
Kekurangan Fluor : pada gigi akan mengakibatkan gigi menjadi rapuh dan mudah terserang
karies. Manifestasi Defisiensi flour dalam rongga mulut yang paling utama adalah
kerentakan gigi terhadap terjadinya karies gigi.
Terdapat dalam : Air minum yang kita konsumsi sehari – hari, teh, duri ikan, garam.
4. Seng
Frantika Agustina
185160100111033
5. Vitamin B2 ( Ribovlavin )
Kekurangan B2 : Mengakibatkan terjadinya luka pada sudut mulut (angular ceilitis), luka
pada bibir (cheilitis), radang pada ujung dan bagian samping lidah, lidah tampak berwarna
merah jambu dan licin.
Terdapat dalam : Susu, hati, ginjal, jantung, daging, telur, sayuran dan ragi kering.
6. Vitamin B12
Kekurangan B12 : Dapat mengakibatkan anemia yang bermanifestasi dalam rongga mulut
dengan tanda-tanda lidah halus, mengkilat dan terasa sakit, mukosa mulut tampak pucat.
Kepekaan terhadap rasa makanan berkurang, luka pada sudut bibir.
Terdapat dalam : Susu, keju, hati, daging, telur.
7. Vitamin C
Kekurangan vit C : Menimbulkan kelainan pada gusi, gusi meradang dan mudah berdarah,
jika terjadi luka penyembuhannya sangat lambat, pembentukan gigi menjadi terganggu.
Terdapat dalam : Jeruk, tomat, kentang, cabai hijau, sayuran selada hijau, jambu.
8. Vitamin D
Kekurangan vitamin D : Pada anak-anak erupsi / keluarnya gigi menjadi terhambat,
Defisiensi vitamin D menyebabkan terjadinya hipoplasia enamel yang melibatkan gigi
insisivus dan molar permanen yang umumnya terdapat pada penderita rhiketsia.
Terdapat dalam : Minyak ikan, susu, mentega, hati, kuning telur.
9. Vitamin A
Diperlukan untuk kesehatan gingiva. Penting untuk menjaga selaput lendir mulut dan
jaringan mukosa mulut. Memelihara jaringan epitel, membantu perkembangan gigi serta
pertahanan terhadap infeksi. Vitamin A banyak terdapat pada sayuran yang berwarna hijau
atau kuning, buah dengan warna yang mencolok, susu, telur dan minyak ikan.
Frantika Agustina
185160100111033
10. Vitamin E
Mencegah pertumbuhan bercak putih tebal di mulut (leukoplakia). Mencegah kanker
oral selain itu vitamin E juga berperan sebagai anti oksidan. Vitamin E banyak terdapat pada
telur, susu, daging, dan kacang-kacangan. Defisiensi vitamin E menyebabkan terjadinya
pendarahan gingival, keluarnya pus dari poket dan penyakit periodontal serta leukoplakia.
· 11. Vitamin K
Berperan dalam proses pembekuan darah dan mencegah terjadinya pendarahan
spontan dalam rongga mulut. Vitamin K banyak terdapat pada sayuran berwarna hijau.
Defisiensi vitamin K menyebabkan terjadinya pendarahan spontan pada gingival atau
setelah menggosok gigi.
12. Vitamin C
Diperlukan untuk kesehatan periodontal dan gingiva, faktor dalam penyembuhan
luka. Diperlukan untuk produksi kolagen. Dan mencegah perdarahan gingival. Vitamin C
banyak terdapat pada buah-buahan, sayuran hijau dan tomat. Defisiensi vitamin C
menyebabkan rentannya gingival terhadap iritasi lokal sehingga terjadi hiperplasia gingival,
mudah berdarah dan dapat terjadi ulserasi yang biasa disebut Scurvy.
Protein banyak terdapat pada daging, telur, susu, ikan dan jagung. Manifestasi
defisiensi protein dalam rongga mulut adalah lidah tampak berwarna merah karena
hilangnya papila, terjadi angular cheilitis dan fissura bibir atau bibir pecah-pecah. Selain itu
rongga mulut terasa kering dan nampak kotor. Resistensi terhadap infeksi mengalami
penurunan sehingga mudah terjadi infeksi pada jaringan periodontal.
13. Karbohidrat
Meskipun banyak penelitian menyebutkan bahwa karbohidrat sebagai penyebab
timbulnya berbagai penyakit gigi dan mulut, namun dari fungsinya sebagai katalis dalam
proses metabolisme terhadap zat gizi lain ( mineral, vitamin, dan lemak ) dan meningkatkan
Frantika Agustina
185160100111033
konsumsi zat gizi lain serta peran sebagai imunopolisakarida dalam menangkal
infeksi,berperan penting pada masa pra erupsi dan pasca erupsi, maka karbohidrat juga
memegang peranan penting dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut.
14. Lemak
Lemak berperan sebagai pengangkut vitamin yang memiliki peran dalam menjaga
kesehatan gigi yang mulut. Salah satu jenis lemak adalah lemak jenuh. Lemak ini memainkan
peranan penting terhadap kesehatan tulang dan gigi. Agar kalsium dapat bersatu dengan
struktur tulang kerangka dan gigi secara efektif, sedikitnya 50 persen lemak makanan
seharusnya mengandung lemak jenuh.
15. Protein
Protein sangat berperan terutama pada masa pertumbuhan jaringan termasuk
perkembangan gigi sejak awal pertumbuhannya. Selain itu protein berperan dalam
pembentukan antibodi yang melindungi seluruh jaringan termasuk mukosa mulut dan
darerah sekitarnya terutama dari infeksi yang mungkin menyerang jaringan periodontal
serta mencegah terjadinya angular cheilitis.
· 16. Defisiensi vitamin B kompleks
Tiamin ( B 1 )
Defisiensi Tiamin menyebabkan terjadinya pembesaran papila fungiformis pada perifer
lidah, adanya retakan pada bibir dan sensitifitaspada gigi dan mukosa mulut meningkat.
Ribofavin ( B 2 )
Defisiensi ribofavin menyebabkan terjadinya angular cheilitis dan atrofi papilla fungiformis.
Asam nikotinat ( B 5 )
Defisiensi Asam Nikotinat menyebabkan terjadinya atrofi papilla di mana lidah tampak
merah, gingivitis kronis dan periodontitis.
Peridoksin ( B 6 )
Defisiensi Peridoksin menyebabkan terjadinya angular cheilitis, glossis, serta rasa tidak enak
pada mulut.
Asam Pentotenat
Defisiensi Asam Pentotenat menyebabkan terjadinya angular cheilitis, ulserasi, dan nekrosis
pada gingiva. Terlihat juga mukosa mulut dan bibir warna merah mengkilat.
Asam Folat
Frantika Agustina
185160100111033
Manifestasi defisiensinya adalah pembengkakan pada lidah, gingivitis, angular cheilitis dan
ulkus pada lidah.
Sianokobalamin ( B 12 )
Manifestasi defisiensinya adalah gingival nampak pucat dan mudah terjadi ulserasi. Lidah
tampak merah licin dan mengkilat serta lebih sensitiv ( glositis hurteri ).
d. Gambaran klinis
1. Angular Stomatitis dan Cheilosis
Angular stomatitis (fissure yang menyakitkan pada sudut mulut) dan cheilosis
(seperti sisik yang kering pada bibir dan sudut mulut) umumnya ditemukan pada
defisiensi riboplafin. Serupa dengan yang ditemukan pada defisiensi niacin dan
B6.
Angular stomatitis dapat dihubungkan dengan : anemi defisiensi besi, infeksi
jamur, lip sucking, dan dehidrasi.
2. Xerostomia
Ditemukan pada status defisiensi vit A dan malnutrisi kalori protein. Penyebab
utama xerostomia adalah termasuk obat-obatan, syndrome sjorgen, DM, radiasi
leher dan kepala. Xerostomia dapat memperbesar infeksi mulut, termasuk karien
dan glossopyrosis.
Sumber
Skinner N, Junker JA, Flake D. What Is angular cheilitis and how is it treated?. The Journal of Family
Practice. 2005;54(5):470- 1.
Adnan, A. P., 2016, Tingkat Kebersihan Gigi Tiruan Lepasan pada Pasien Pengguna Gigi
Tiruan Lengkap Akrilik di Puskesmas Kecamatan Malili, Skripsi, Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Agusta, R.M.V., Ismail, A.K.A., Firdausy, M.D., 2014, Hubungan Pengetahuan Kesehatan
Gigi dengan Kondisi Oral Hygiene Anak Tunarungu Usia Sekolah (Studi pada Anak
Tunarungu Usia 7-12 tahun di SLB Kota Semarang), Medali Jurnal, 2(1).
Al-Ansari, J., Eino, H dan Sisko, H., 2007, Oral Health Knowledge and Behaviour among
Male Health Sciences College Students in Kuwait, J Allied Health, 36 : 41-46.
Anusavice, K.J., 2004, Philips’ Science of Dental Materials (terj.), EGC, Jakarta, hal. 197-
223.
Aulia, D.K., Hadnyanawati, H dan Kristiana, D., 2016, Hubungan Pengetahuan Pemeliharaan
Gigi Tiruan Lengkap terhadap Kebersihan Gigi Tiruan pasca Insersi, e-Jurnal Pustaka
Kesehatan, 4(1).
Aulia, D.K., 2016, Hubungan Pengetahuan Pemeliharaan Gigi Tiruan Lengkap terhadap
Kebersihan Gigi Tiruan pasca Insersi, Skripsi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember.
Bagaray, D. A., Mariati, N. W., dan Leman, M. A., 2014, Perilaku Memelihara Kebersihan
Gigi Tiruan Lepasan Berbasis Akrilik pada Masyarakat Desa Treman Kecamatan Kauditan,
Jurnal e-GiGi (eG), 2(2).
Budiaji, W., 2013, Skala Pengukuran dan Jumlah Respon Skala Likert, Jurnal Ilmu Pertanian
dan Perikanan, 2(2) : 127-133.
Efendi, F dan Makhfudli, 2009, Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik
dalam Keperawatan, Salemba Medika : Jakarta, hal. 242-243.
Fernatubun, C. A., Pangemanan, D. H. C., dan Wowor, V. N. S., 2015, Gambaran Kerusakan
Gigi Penyangga pada Pengguna Gigi Tiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Batu Kota,
Jurnal e-GiGi (eG)., 3(1).
Gede K. K. Y. I., Pandelaki, K., dan Mariati, N. W., 2013, Hubungan Pengetahuan
Kebersihan Gigi dan Mulut dengan Status Kebersihan Gigi dan Mulut pada Siswa SMA
Negeri 9 Manado , Jurnal e-GiGi., 1(2).
Frantika Agustina
185160100111033