Anda di halaman 1dari 15

TUGAS TERSTRUKTUR

Pemeliharaan Kesehatan Calon Ibu Perkawinan yang Sehat serta Keluarga


Sehat
Disusun untuk memenuhi Mata Kuliah Kesehatan Masyarakat (Bd.5019)

Dosen Pengampu : Emy Yulianti,S.Kep,.M.Kes

Disusun oleh Kelompok 04:

1. Annisya Elvina Rosa (NIM. 191081005)


2. Dita Dwi Yantari (NIM. 191081015)
3. Marasellena Delpiana (NIM. 191081023)
4. Resti Agustina (NIM. 191081047)
5. Susanti (NIM. 191081041)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
PRODI D-III JURUSAN KEBIDANAN
TINGKAT II SEMESTER IV
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya lah tugas terstruktur mata kuliah Kesehatan Masyarakat yang
berjudul “Pemeliharaan Kesehatan Calon Ibu Perkawinan yang Sehat serta Keluarga
Sehat” ini dapat di selesaikan. Tidak luput pula, kami ucapkan terima kasih kepada:
1. Emy Yulianti,S.Kep,.M.Kes selaku dosen penanggung jawab mata kuliah Kesehatan
Masyarakat yang telah mengarahkan dan memberi bimbingan kepada kami untuk
menyelesaikan penyusunan makalah ini.
2. Teman-teman yang telah memberikan bantuan berupa bahan materi selama
penyusunan dalam menyelesaikan tugas terstruktur ini. Kami menyadari bahwa tugas
terstruktur yang kami selesaikan ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi isi
materi, penulisan serta pemilihan kata yang digunakan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun guna
memperbaiki pembuatan tugas terstruktur selanjutnya. Dan semoga makalah yang
kami buat ini dapat memberikan manfaat bagi teman-teman dan para pembaca.

Pontianak, 07 April 2021

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................

A. Latar Belakang.......................................................................................................
B. Tujuan Makalah.....................................................................................................
C. Rumusan Masalah.................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................

A. Pemeliharaan Kesehatan Calon Ibu Perkawinan yang Sehat serta Keluarga


Sehat........................................................................................................................
1. Pemeliharaan kesehatan Calon ibu........................................................................
2. Perkawinan yang Sehat .........................................................................................
3. Keluarga Sehat.......................................................................................................

BAB III PENUTUP...............................................................................................


DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan Makalah
Mampu memberikan pemeliharaan kesehatan calon ibu , perkawinan yang sehat
serta keluarga yang sehat bagi kesehatan masyarakat.

C. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan tentang pemeliharaan kesehatan ibu
2. Menjelaskan Perkawinan yang sehat
3. Menjelaskan tentang keluarga sehat

BAB II
PEMBAHASAN

A. PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA CALON IBU KESEHATAN MASYARAKAT

1. PENGERTIAN CALON IBU


Calon ibu adalah semua wanita dalam masa reproduktif yang akan mengalami kehamilan,
remaja putri, wanita dewasa yang belum menikah,wanita yang sudah menikah dan sedang
mempersiapkan kehamilan.

2. UPAYA-UPAYA MEMELIHARA KESEHATAN PADA CALON IBU


1. Pembinaan Remaja
2. Promosi Kesehatan Pranikah

3. TUJUAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA CALON IBU


1. Mendeteksi hal-hal yang kurang menguntungkan bagi kehamilan
2. Mendeteksi apakah ada masalah pada organ reproduksi calon ibu.
3. Mendukung kelahirkan bayi sehat optimal tanpa komplikasi.
4. Memastikan tubuh sang ibu agar bisa menjadi media yang sehat untuk pertumbuhan janin
yang optimal.

4. MANFAAT PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA CALON IBU


1. Mengevaluasi kesehatan secara menyeluruh
2. Mengidentifikasi kemungkinan masalah yang serius
3. Memberikan perawatan yang diperlukan sebelum hamil dalam rangka mempersiapkan tubuh
yang sehat untuk hamil
4. Memastikan bahwa tubuh ibu kebal terhadap infeksi seperti rubella yang dapat
mempengaruhi kehamilan.
5. Meningkatkan gizi bagi ibu dalam mempersiapkan kehamilan dan persalinan.

B. PERKAWINAN YANG SEHAT


1.Pengertian Perkawinan
Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia sejak zaman
dahulu hingga kini, karena perkawinan merupakan masalah yang aktual untuk
dibicarakan didalam maupun diluar peraturan hukum. Dari perkawinan akan timbul
hubungan hukum antara suami – isteri dan kemudian dengan lahirnya anak-anak,
menimbulkan hubungan hukum antara orang tua dan anak-anak mereka.

Dari perkawinan mereka memiliki harta kekayaan, dan timbulkan hubungan


hukum dengan antara mereka dengan harta kekayaan tersebut. Perkawinan merupakan
suatu perbuatan yang harus dilaksanakan sesuai dengan norma-norma yang hidup
dalam masyarakat, baik norma agama maupun norma hukum dan keseluruhan kaidah-
kaidah hukum yang menentukan proses yang harus dilalui beserta ketentuan-ketentuan
yang menentukan akibat hukumnya dinamakan dengan hukum perkawinan.
UndangUndang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Pasal 1 menyebutkan
bahwa : “Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang
berbahagia dan kekal berdasarkan ke-Tuhan-an Yang Maha Esa”. Martiman
Pradjohamidjojo. 2011.

Hukum Perkawinan Indonesia. Jakarta Selatan. Indonesia Legal Center


Publishing. Dalam Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan menyebutkan bahwa “Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan
menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu, dan tiap-tiap
perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”.Substansi
pasal tersebut sangat jelas menunjukkan bahwa perkawinan bagi masyarakat manusia
bukan sekedar persetubuhan antara jenis kelamin yang berbeda sebagaimana makhluk
lainnya, tetapi perkawinan bertujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal.
Undang-undang ini mengandung prinsip-prinsip atau asas mengenai perkawinan dan
segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan yang telah disesuaikan dengan
perkawinan yang telah disesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan zaman.
Adapaun asas-asas yang tercantum dalam undang-undang ini adalah sebagai berikut:
a) Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. Untuk itu
suami-isteri perlu membantu dan melengkapi agar masing-masing dapat
mengembangkan kepribadiannya membantu dan mencapai kesejahteraan spritual dan
materiil.

b) Dalam undang-undang ini dinyatakan bahwa suatu perkawinan adalah sah, bilamana
dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya, kepercayaannya itu, dan
disamping itu tiap-tiap perkawinan harus dicatat menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

c) Asas monogami. Asas ini ada kekecualian, apabila dikehendaki oleh yang
bersangkutan, karena hukum dan agama mengizinkan seorang suami dapat beristeri
lebih dari seorang namun demikian, perkawinan seorang suami dengan lebih dari
seorang isteri, meskipun hal itu dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan,
hanya dapat dilakukan apabila di penuhi berbagai persyaratan tertentu dan diputuskan
oleh pengadilan.

d) Prinsip calon suami isteri harus telah masak jiwa dan raganyauntuk dapat
mewujudkan melangsungkan perkawinan secara baik tanpa berakhir pada perceraian
dan mendapat keturunan yang sehat.
e) Karena tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia, kekal dan
sejahtera, maka undang-undang ini menganut prinsip mempersukar terjadinya
perceraian.

f) Hak dan kedudukan suami dan isteri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan
baik dalam rumah tangga maupun dalam pergaulan masyarakat, sehingga dengan
demikian segala sesuatunya dalam keluarga dapat dirundingkan dan diputuskan oleh
suami isteri. Dalam Kompilasi Hukum Islam buku I hukum perkawinan mengartikan
bahwa perkawinan adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau miitsaaqa
ghalidan untuk menaati perintah allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.

6. Bentuk Perkawinan di Indonesia


Bangsa Indonesia terkenal sebagai bangsa yang majemuk atau heterogen, bangsa
Indonesia mempunyai beraneka ragam suku, budaya, agama, adat istiadat (tradisi).
Semua itu tercermin dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia salah satunya
mengenai perkawinan. Bagi masyarakat adat perkawinan merupakan masalah yang
menyangkut seluruh persekutuan masyarakat adat. Perkawinan menjadi persoalan
keluarga di daerah-daerah dimana terdapat tertib parental, dan perkawinan menjadi
persoalan family, keturunan, dan klan terutama pada masyarakat adat yang menganut
garis keturunan matrilineal dan patrilineal. Susunan pertalian parental, matrilineal, dan
patrili-neal menjadi landasan aturan dalam perkawinan seperti larangan perkawinan
dengan orang-orang tertentu. Pada tertib sanak bertali satu larangan perkawinan
dengan famili terdekat memiliki sifat yang istimewa. Berkaitan dengan perkawinan,
masyarakat adat mengenal kawin lari, kawin jujur, dan perkawinan dengan
pembayaran lain. Membicarakan perkawinan di Indonesia maka sangat erat kaitannya
dengan sistem keturunan, sistem keturunan yang ada dimasyarakat hukum adat
Indonesia dikenal 3 (tiga) jenis sistem keturunan yaitu:

1) Masyarakat ke-Ibuan (masyarakat yang anggota-anggotanya menarik garis keturunan


melalui garis keturunan Ibu). Lastuty Abu Bakar. Revitalisasi Hukum Adat Sebagai
Sumber Hukum dalam Membangun Sistem Hukum Indonesia. Jurnal Dinamika
Hukum Vol. 13 No. 2 Mei 2013.
Adapun masyarakat dengan garis keturunan ibu yang terkenal sebagai contoh adalah
masyarakat Minangkabau. Bahwa di minangkabau ada 3 (tiga) bentuk perkawinan
yang bertahap satu sama lain, yaitu:
a. Kawin bertandang
b. Kawin menetap
c. Kawin bebas
2) Masyarakat ke-Bapakan (masyarakat dengan garis keturunan Bapak).
3) Pada umumnya masyarakat Kebapakan/Patrilineal perkawinan memakai sistem
perkawinan kawin jujur. Masyarakat kebapakan adalah suatu masyarakat yang terbagi
dalam klan-klan kepakan yang anggota-anggotanya menarik garis keturunan secara
konsekuen dan berdasar pandangan yang bersifat religio magis, melalui garis ayah
atau laki-laki. Sebagai konsekuensinya diadakanlah suatu sistem perkawinan yang
cocok untuk mempertahankan garis kebapakan itu, yaitu kawin jujur atau sering
disebut eksogami jujur. Ini berarti suatu keharusan laki-laki dan perempuan itu
berlainan klan, dengan pemberian barang yang bersifat magis-religius, perempuan
dilepaskan dari ikatan klannya dimasukkan kedalam klan suami dan selanjutnya
berhak, berkewajiban dan bertugas dilingkungan keluarga suami. Pada tertib
patrilineal dikenal perkawinan jujur, yaitu perkawinan dengan membayar jujur, atau
mas kawin dari pihak laki-laki untuk melepaskan calon pengantin perempuan dari
keluarganya dan untuk dimasukan dalam golongan keluarga pihak laki-laki. Pada
perkawi-nan jujur dikenal pula perkawinan dengan pembayaran jasa, yaitu
pembayaran mas kawinnya ditunda dimana mempelai pria bekerja pada mertuanya
sehingga utang jujurnya terbayar lunas. Berkenaan dengan sistem kekeluargaan dalam
masyarakat patrilineal, maka saat ini anak-anak perempuan cenderung memiliki
kedudukan dan hak waris yang sama dengan laki-laki. Kawin Jujur mengadung tiga
segi pengertian:
a. Yuridis: perubahan status,
b. Sosial: mempererat hubungan antar klan, hubungan kekeluargaan dan
menghilangkan permusuhan;
c. Ekonomis: adanya pertukaran barang.

4) Masyarakat Bilateral atau Parental terbagi dalam 2 (dua) kategori :

a. Masyarakat Bilateral Jawa


Masyarakat jawa yang menganut sistem garis keturunan ibu dan bapak adalah
berdasarkan keluarga/ezin, yaitu suatu unit terkecil yang dalam keseluruhannya
merupakan sebuah desa. Adapun sistem perkawinannya disebut kawin bebas artinya
orang boleh kawin dengan siapa saja sepanjang hal itu diizinkan sesuai dengan
kesusialaan setempat disepanjang peraturan yang digariskan oleh agama.

b. Masyarakat Bilateral Kalimantan Masyarakat keibubapakan di Kalimantan (Borneo)


ialah masyarakat dengan sistem perkawinan endogami, dalam arti mereka mengadakan
perkawinan satu sama lain didalam Tribe mereka sendiri (antar keluarga). Adapun
beberapa alasan mengapa mereka mengambil sistem endogami ini, yaitu:

1. Dipandang dari sudut keamanan, pertahanan


2. Dipandang dari sudut peilikan tanah, kebun, sawah dan sebagainya
3. Dipandang dari sudut kemurnian darah/keturunan dan lain-lain pantangan yang
bersifat magis religius

1. Definisi keluarga 

Menurut Reisner (1980), Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari
dua orang atau lebih yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang
terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, kakek dan nenek. Logan’s (1979) mengatakan
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan sebuah kumpulan beberapa komponen
yangsaling  berinteraksi satu sama lain. Sedangkan menurut Gillis (1983), Keluarga a
dalah sebagaimana sebuah kesatuan yang kompleks dengan atribut yang dimiliki
tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing mempunyai arti
sebagaimana unit individu. Selanjutnya ada Duvall yang menyatakan bahwa
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,
adopsi,
kelahiranyang  bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan budaya yang um
um, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap
anggota. 
Bailon dan Maglaya mengatakan bahwa keluarga adalah kumpulan dua orang
atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, atau
adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama lainnya dalam
perannya dan menciptakan dan mempertahankan suatu budaya. Terakhir
menurut Johnson’s (1992), Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang
mempunyai hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan
yang terus menerus, yang tinggal dalam satu atap, yang mempunyai ikatan emosional
dan mempunyai kewajiban antara satu orang dengan orang yang lainnya. Jadi keluarga
adalah kelompok sosial yang terdiri dari ayah, ibu dan anak atau sanak saudara lainnya
yang dihubungkan oleh ikatan darah atau perkawinan dan saling berinteraksi satu
sama lain.

2.Definisi sehat 
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sehat adalah keadaan seluruh badan  serta
bagian-bagiannya bebas dari sakit. Menurut UU Kesehatan No 23 tahun 1992, sehat adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis. Menurut Badan Kesehatan Dunia/ World Health
Organization (WHO), sehat adalah keadaan sejahtera secara fisik, mental, dan sosial bukan
hanya sekedar tidak adanya penyakit maupun cacat. Dari ketiga definisi sehat diatas dapat
disimpulkan bahwa sehat adalah suatu keadaan fisik, mental, dan sosial yang terbebas dari
suatu penyakit sehingga seseorang dapat melakukan aktivitas secara optimal. 

3. Keluarga Sehat
1. konsep sehat dan tidak sehat
Sehat adalah keadaan seseorang yang tidak sakit badan dan jiwa, cukup makanan
bergizi,hidup dilingkungan serta perilaku dan interaksi sesuai dengan etika dan hukum.
Apabila keluarga memenuhi keempat unsur dalam konsep tersebut, dapat dikatakan bahwa
keluarga itu adalah “ keluarga sehat “. Dalam arti yang sempurna atau lengkap ( family in
complete healt). Jika salah satu unsur saja tidak terpengaruhi, dapat berpengaruh terhadap
kehidupan keluarga secara keseluruhan dengan sebutan tertentu.
Akibatnya akan muncul konsep-konsep alternative yang mengandung pernyataan dalam arti
tidak sehat dari sehat segi tertentu, seperti berikut:
a. sering tidak sehat badan disebut keluarga sakit-sakitan (sickly family).
b. tidak mampu membeli makanan bergizi disebut keluarga miskin ( poor family)
c. tinggal dilingkungan kotor dan bau disebut keluarga kumuh (vile family)
d. tinggal dilingkungan kotor dan becek disebut keluarga jorokj (dirty family)
e. sering melakukan kejahatan dan keonaran disebut keluarga brengsek ( bad family)
f. dan istilah-istilah sejenisnya.

2. sehat badan dan sehat jiwa


Seorang anggota keluarga dikatakan sehat badan (sound of body), tidak dalam keadaan sakit
fisik apabila badannya segar bugar, tidak sakit/cacat akibat penyakit, kecelakaan, atau akibat
benturan dengan suatu benda keras atau akibat serangan pihak lain atau binatang buas.
Seorang anggota keluarga dikatakan sehat jiwa (sound of mind), tidak dalam keadaan sakit
jiwa apabila cara berpikir dan bertindaknya waras, mampu membedakan antara mana yang
benar dan salah, mana yang baik dan buruk, serta mana yang bermanfaat dan
merugikan. Seseorang yang sehat badan an sehat jiwa merupakan konsep sehat dalam arti
yang hakiki atau arti yang sesungguhnya yang mementukan perjalanan hidup seseorang

3. Makanan bergizi
Seorang anggota keluarga yang sehat badan dan sehat jiwa adalah orang yang
mengonsumsi makanan bergizi (nuntritious food) dalam ukuran yang cukup (normal).
Makanan bergizi artinya gizi (nutrient) makanan tersebut sudah ditentukan ukuran jumlah dan
jenis kecukupannya menurut ilmu gizi (nutrition). Jenis makanan yang cukup itu biasanya
disebut empat schat lima sempurna. Makanan empat sehat terdiri dari nasi/roti, sayur, lauk,
buah, dan susu. Makanan empat sehat lima sempura merupakan dambaan semua keluarga,
namun tingkatan pendapatan dan jumlah anggota keluarga itulah yang mempengaruhinya.

4. Lingkungan bersih
Di samping badan dan jiwa yang seh serta cukup makanan bergizi, seharusnya orang
tersebut juga tinggal dan hidup di lingkungan yang bersih (clean environment) dan berpakaian
bersih. Lingkungan adalah tempat hidup yang berada di dratan, lautan atau udara. Bersih
adalah keadaan tidak tercemar oleh kotoran manusia, hewan, sampah, limbah buangan, polusi
gas, curahan minyak, suara bising, atau kimianalitas, yang merusak atau merugikan kehidupan
manusia menjadi sumber penyakit. Konsep bersih yang dirumuskan ini biasa diebut bersih
fisik (phisicall cleanliness) karena bentuk penghasilan. Tersedianya lapangan kerja yang
memadai dan merata berarti akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi guna memperkuat
daya beli masyarakat. Daya beli masyarakat perlu diimbangi dengan tersedianya barang
kebutuhan bebas dengan harga layak. Oleh karena itu, pemerintah perlu secara serius
merealisasikan pembangunan berkelanjutan, memberantas korupsi secara gencar dan terus-
menerus, serta menegakkan hukum secara konsekuen dan konsisten.

5. Interaksi Sesuai dengan Etika dan Hukum


Keluarga adalah pusat interaksi suami, istri, orang tua dan anak, serta anak-anak atau
dengan anggota keluarga yang lainnya. Interaksi tersebut dilakukan sesuai dengan etika
keluarga yang telah ditentukan atau dicontohkan orangtua (ayah dan ibu). Perilaku yang
diwujudkan dalam bentuk interaksi tersebut menciptakan hubungan serasi dan harmonis,
saling menghormati, saling menghargai, saling memberi dan menerima, saling membantu,
serta saling asah-asuh selama anggota keluarga dalam lingkungan keluarga. Akibatnya
timbulah kondisi schat dalam arti tertip, aman, damai. serta tentram lahir dan batin. Keadaan
ini berlangsung terus menerus. dipatuhi, dan dihargai, sampai terbiasa dan akhir-nya
membudaya. Apabila anggota keluarga yang satu berhubungan dengan baik dengan yang
lainnya atau anggota masyarakat yang lebih luas, kondisi interaksi sehat tersebut berlanjut dan
bahkan beradaptasi satu sama lain. Sehingga terbentuklah keberlakuan kondisi yang sehat
yang lebihluas. Jika ada anggota masyarakat yang melanggar kondisi sehat tersebut dalam arti
perbuatan yang tidak sesuai dengan etika (ethics). Anggota masyarakat sepakat pula memberi
sanksi etis, misalnya dibenci, di pencilkan dari pergaulan, tidak dihiraukan,ataupun tidak
disukai, jika perbuatan anggota masyarakat itu merugikan.

6. Fokus Pemahaman
Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah dikemukakan, dapat dicatat 2 konsep
sehat dalam arti hakiki atau "sesunngguhnya" dan sehat dalam arti "hidup sempurana". Sehat
"sehat badan dan jiwa sehat dalam arti ini menentukan kelanjutan hidup karena hanya orang
sehat badan dan jiwa yang mampu mencari nafkah untuk hidup dan kelanjutan generasinya.
Orang yang sakit badan dan jiwa tidak mampu mancari nafkah sendiri. Sehat dalam arti "hidup
sempurna ". meliputi sehat badan dan jiwa, cukup makanan bergizi, hidup dilingkungan
bersih, interaksi dalam keluarga / masyarakat teratur, selaras dan serasi. Sehat dalam arti ini
adalah sehat yang paling didambakan oleh keluarga modern. Agar dapat diwujudkan kondisi
sehat dalam arti hidup sempurna, perlu perbaikan taraf hidup keluarga atau masyarakat dengan
cara meningkatkan penghasilan dengan cara apa saja asal halal, sschingga mampu memenuhi
kebutuhan secara wajar. Untuk itu, kepala keluarga perlu meningkatkan kemampuan diri
dalam mencari nafkah, misalnya banyak berkomunikasi mengikuti jejak pengalaman orang
yang berhasil dalam usaha, meningkatkan pengetahuan keterampilan, meningkatkan keinginan
menabung, menghindari hidup boros, menghindari gengsi berlebihan, berkemauan untuk
maju, dan bekerja keras. Peningkatan kemampuan kerja produktif merupakan upaya
perjuangan memperbaiki nasib.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dokumentasi sangat diperlukan pada setiap manajemen kesehatan masyarakat
karena merupakan salah satu bentuk laporan pertanggung jawaban bidan terhadap
tindakan yang telah diberikan kepada klien dan dapat dijadikan bukti apabila terjadi
gugatan dari klien dan keluarga

B. SARAN
Diharapkan dapat tetap meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam
melakukan Pemeliharaan Kesehatan Calon Ibu Perkawinan yang Sehat serta
Keluarga Sehat, secara baik dan benar kepada klien. Dalam menghadapi pasien
harus lebih menguasai teori, praktik dan program-program yang tersedia bagi setiap
asuhan yang diberikan, sehingga asuhan yang diberikan berkualitas dan memenuhi
standar yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Martiman Pradjohamidjojo. 2011. Hukum Perkawinan Indonesia. Jakarta Selatan.


Indonesia Legal Center Publishing. Hlm 1

Lastuty Abu Bakar. Revitalisasi Hukum Adat Sebagai Sumber Hukum dalam
Membangun Sistem Hukum Indonesia. Jurnal Dinamika Hukum Vol. 13 No. 2 Mei
2013. Hlm 7

Anda mungkin juga menyukai