Anda di halaman 1dari 3

Proses persalinan yang panjang dan sulit, sering menyebabkan pengumpulan cairan di

bawah kulit kepala bayi, sehingga kepala bayi terlihat bengkak/edema. Dalam istilah
kedokteran dinamakan Caput Succedaneum . Pada umumnya, caput ini menghilang
dalam kurun waktu 1 hari.

Benjolan lain yang sering terlihat di kepala bayi dan tidak menghilang dalam waktu 2-3
hari, dinamakan cefal hematom . Benjolan ini diakibatkan oleh adanya pengumpulan
darah di bawah tulang kepala ( tulang parietal). Benjolan ini terlokalisir, dapat tunggal
atau lebih dari satu (multiple ). Tergantung luasnya benjolan. Benjolan ini kadang-kadang
baru menghilang sampai berbulan-bulan.

Untuk benjolan semacam ini, tidak ada terapi khusus, biarkan saja menghilang secara
alamiah. Pada umumnya, benjolan ini tidak menimbulkan gejala sisa pada otak dan
dampak pada perkembangan anak.
dr. Rinawati Rohsiswatmo. Sp.A

Pengaruh Ekstraksi Vakum Pada Kecerdasan Anak


April 25, 2008
TIDAK semua persalinan seseorang bisa berlangsung lancar secara normal, kadang akan
melalui proses persalinan buatan dengan alat ektraksi vakum , forseps, atau melalui proses
operasi Caesar. Cara persalinan buatan dengan ekstraksi vakum relatif banyak digunakan para
dokter kebidanan saat ini, teknik persalinan buatan ini relatif aman baik bagi ibu maupun
bayinya.

Selama ini banyak beredar rumor di masyarakat tentang dampak buruk ekstraksi vakum bagi
kesehatan anak, sehingga para ibu takut dan menolak dilakukan ekstraksi vakum sehingga
meminta tindakan operasi Caesar. Sebenarnya alasan penolakan sang ibu tersebut kurang
tepat karena semua tindakan persalinan dengan alat bantu tersebut jika dilakukan oleh tenaga
terlatih/profesional yang kompeten, tetap aman bagi bayi dan ibu.

Penggunaan alat ekstraksi vakum bertujuan membantu sang bayi lahir tepat waktu
sesuai kesepakatan umum yang dipakai para ahli kebidanan yakni pada kehamilan pertama
rentang waktu mengejan j yang dipakai tersebut demi upaya menurunkan risiko angka
kesakitan dan kematian terhadap bayi.

Teknik melahirkan bayi menggunakan alat vakum telah diperkenalkan sejak tahun
1840 oleh Simpson, dan model alat ini terus berubah demi mengurangi risiko pada bayi yang
diperkenalkan Malmstrom tahun 1954. Alat ekstraksi vakum dibuat dalam dua bentuk. Ada
yang terbuat dari bahan stainless dan silastic yang masing-masing punya keunggulan. Prinsip
kerja alat ekstraksi vakum adalah dengan memberikan tekanan negatif,sehingga akan
membentuk kaput dikulit kepala bayi yang berguna sebagai tempat tarikan saat ibu
mengejan. Penggunaan alat ektraksi vakum pada persalinan buatan hanya untuk tenaga
tambahan bukan menggantikan tenaga mengejan ibu, kekuatan dan teknik dalam menarik
kepala bayi inilah yang sering menjadi faktor risiko terjadi komplikasi terutama untuk bayi.
Bila tarikan terlalu kuat berisiko terjadi perdarahan dibawah kulit atau perdarahan otak.
Karena dilakukan tarikan kepala bayi dengan ala
Alasan pemilihan alat ekstraksi vakum (alat bantu persalinan pervaginam) adalah
untuk menghindari tingginya angka operasi Caesar, yang sudah tentu membutuhkan biaya
relatif lebih besar dan risiko dari tindakan operasi terhadap ibu, bila dibandingkan dengan
tindakan ekstraksi vakum.

Hal yang sering membuat sang ibu takut anaknya dilahirkan dengan ekstaksi vakum
adalah akibat terbentuknya kaput (kulit kepala anak yang menonjol) segera saat bayi lahir,
sebenarnya kaput tersebut tak perlu dirisaukan sebab kaput tersebut memang harus ada
untuk tempat kepala bayi tersebut. Seorang tenaga profesional dalam melakukan tarikan telah
mempunyai feeling atau rasa dalam kekuatan tarikan yang diberikan, operator biasa dapat
menilai apakah tarikan yang diberikan telah sesuai dengan menilai ada bagian kepala anak
yang turun dari jalan lahir. Bila tarikan yang diberikan telah optimal tapi tidak signifikan
dengan majunya kepala bayi, dokter/operator kemungkinan akan mempertimbangkan
tindakan operasi Caesar, demi mencegah hal komplikasi yang tidak diinginkan

Komplikasi yang sering terjadi pada tindakan partus buatan dengan ektraksi vakum,
biasanya timbul akibat terlalu lama dan terlalu kuatnya tarikan. Kadang sering juga operator
menghadapi kendala dari pihak keluarga akibat sikap keluarga yang tidak siap untuk operasi
dan meminta dokter untuk mencoba tetap lahir pervaginam, walau dokter telah merasa
tarikan vakum sangat berat. Dampak dari anak yang dilahirkan dengan bantuan alat ektraksi
vakum bila dilakukan oleh tenaga profesional biasanya tetap aman, seperti laporan penelitian
yang dilakukan oleh Towner dkk dari California (1999) dari 583.400 wanita, selama 2 tahun,
baik melalui operasi, tarikan forseps, vakum dan lahir spontan. Dari hasil penelitian tersebut
terlihat risiko terjadi perdarahan intrakranial pada bayi sangat bervariatif baik ibu melahirkan
secara normal, memakai alat maupun dengan lahir dengan operasi Caesar. Sebagai contoh,
risiko terjadi perdarahan intrakranial akibat tindakan vakum 1 0rang setiap 860 tindakan,
sedangkan akibat lahir spontan 1 kasus setiap 1900. Sedangkan bila bayi lahir dengan tarikan
forseps risiko perdarahan otak hanya 1 kasus setiap 600 bila dibandingkan dengan operasi
Caesar 1 kasus setiap 900. Hasil penelitian tadi memberi gambaran pada kita tentang kecilnya
risiko terjadi perdarahan otak pada bayi yang dilahirkan dengan ekstraksi vakum

Sedang dalam hal pengaruh terhadap kepintaran sang anak juga tidak ada perbedaan
yang bermakna, mari kita amati penelitian yang dilakukan Seidman dkk(1991) di West
Yerusssalem Hospital setelah sang anak berusia 17 tahun, anak yang dilahirkan spontan
mempunyai inteligen skore 105, kelahiran dengan Forseps 104, anak yang lahir dengan
vakum 105 dan dengan operasi Caesar 103.

Malah hasil anak yang dioperasi memberikan hasil Inteligen skor yang relatif rendah
dari lahir pervaginam. Bila kita kaji hasil penelitian ini memberikan masukan yang jauh
berbeda dengan anggapan masyarakat selama ini, seolah-olah kalau mau anak pintar
sebaiknya lahir denan operasi Caesar. Tindakan operasi pasti sangat praktis karena segera
kita dapat melihat bayi lahir, akan tetapi perlu dingat dan dipertimbangkan tindakan operasi
mempunyai risiko komplikasi.

Pilihan tindakan operasi sebaiknya hanya dilakukan pada kasus-kasus yang memang
mutlak diperlukan bukan oleh karena alasan –alasan yang irasional. Karena kalau dengan
alasan akan kepintaran anak, jelas-jelas tidak beralasan karena dari beberapa penelitian tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata lebih baik atau bermakna tingkat intelegensi anak yang
dilahirkan dengan operasi Caesar dengan lahir normal atau tindakan ekstraksi vakum.

Masalah Keluhan komplikasi ringan yang sering ditakutkan dari kelahiran dengan alat
vakum akibat adanya caput sebenarnya tak perlu dirisaukan karena caput tersebut akan
hilang dalam beberapa hari. Pada persalinan normal dengan waktu lahir memanjang capu bisa
juga di temukan pada kepala bayi, caput tersebut muncul sebagai adaptasi kepala anak
terhadap proses turunnya kepala melalui jalan lahir.Caput di kepala akan besar bila kekuatan
sakit akibat kontraksi rahim (his) yang terjadi sangat kuat akan tetapi pembukaan tetap kecil,
dan caput lebih besar bila ketuban sang ibu telah pecah lebih awal.
Risiko komplikasi lanjutan bisa terjadi berupa perdararahan dibawah kulit kepala
(cephalohematom) atau perdarahan didalam rongga (intrakranial hemorhagi) akan tetapi
sangat jarang.. Kedua komplikasi ini mudah dibedakan dengan caput suksedadeum yang lahir
normal atau dengan tindakan vakum, pembengkakan dikepala(caput) akibat tindakan vakum
akan hilang dalam beberapa jam sampai beberapa hari. Sedang perdarahan dibawah kulit
(cephalo hematom) yang terbentuk beberapa jam setelah lahir dan akan hilang seminggu
kemudian, bahkan ada kasus yang hilang sampai berbulan-bulan. Bila terjadi perdarahan otak
akan dikelola bersama bersama tim dokter bedah saraf atau bedah anak, dan dokter
anak(perinatologis).

Jadi bila dilihat dari hasil beberapa penelitian baik dalam hal rendahnya insidensi
kejadian perdarahan intrakranial pada partus buatan dengan ekstraksi vakum, juga dalam hal
tidak berpengaruhnya tingkat kecerdasan anak yang persalinannya melalui ektraksi vakum,
yang dilakukan oleh tenaga profesional mempunyai tingkat kompetensi/kecakapan cukup,
maka jelas tidak ada alasan lagi para ibu dalam hal kekuatiran akan terjadi komplikasi.
Sebaiknya keluarga sang ibu terus/selalu berkonsultasi dengan dokter dalam setiap tindakan
yang akan diambil dan bila pasien tidak bertanya sudah menjadi tugas dokter menjelaskan
detail tindakan apa yang akan diambil beserta segala kemungkinan risiko.

Dr.M.Andalas, SpOG,

andalas_m@yahoo.com

Staf Pengajar FK Unsyiah

Ketua Perinatologi Indonesia (Perinasia) cabang Aceh, email

Benjolan di atas kepala. Bagian lunak yang menonjol seperti bengkak itu (caput
succedaneum) muncul akibat tekanan rongga panggul pada kepala bayi beberapa saat
sebelum lahir. Bentuk kepala seperti ini juga terjadi pada bayi yang lahir dengan bantuan
vakum. ( http//.www. Kesehatan dan anak..com)

Pariitas adalah jumlah anak yang dilahirkan seorang wanita.  Dari pola paritas wanita
dalam suatu wilayah akan diketahui bagaimana pola dan norma fertilitas yang dianut.  

Anda mungkin juga menyukai