Anda di halaman 1dari 48

KESEIMBANGAN ASAM

BASA

Oleh : Marlisa, S.Kep,Ns


Sel adalah unit fungsi dasar dari tubuh
manusia. Agar sel tubuh dapat melakukan
tugas fisiologis individualnya, diperlukan
lingkungan yang stabil, termasuk
pemeliharaan suplai nutrient yang
mantap dan pembuangan sisa
metabolisme secara kontinu. Regulasi
cermat dari cairan tubuh membantu
menjamin lingkungan internal yang stabil.
KOMPOSISI CAIRAN TUBUH :
Semua cairan tubuh adalah air larutan pelarut, substansi
terlarut (zat terlarut)
Air :
 Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Rata-
rata pria dewasa hampir 60% dari BBnya adalah air
dan rata-rata wanita mengandung 55% air dari BBnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi air tubuh Meliputi :
 Sel-sel lemak : mengandung sedikit air, sehingga air
tubuh menurun dengan peningkatan lemak tubuh
 Usia : sesuai aturan , air tubuh menurun dengan
peningkatan usia
 Jenis kelamin wanita : wanita mempunyai air tubuh
yang kurang secara porposional, karena lebih banyak
mengandung lemak tubuh.
Perubahan pada air tubuh total sesuai usia

Usia Kilogram Berat Badan (%)

Bayi premature 80
3 bulan 70
6 bulan 60
1 – 2 tahun 59
11 – 16 tahun 58
Dewasa 58 – 60
Dewasa gemuk 40 – 50
Dewasa kurus 70 - 75
Solut (terlarut)
Selain air, cairan tubuh mengandung 2 jenis
substansi terlarut (zat terlarut) :

Elektrolit : Substansi yang berdisosiasi (terpisah)


didalam larutan dan akan menghantarkan arus
listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan
ion negative dan diukur dengan kapasitasnya untuk
saling berikatan satu sama lain (miliekuivalen/liter
[mEq/L]) atau dgn berat molekul dalam garam
(milimol/liter [mol/L] ) . Jumlah kation dan anion,
yang diukur dalam miliekuivalen, dalam larutan
selalu sama.
Karena kandungan elektrolit dari plasma dan cairan
interstisial secara esensial sama, nilai elektrolit
plasma menunjukkan komposisi cairan ekstraseluler,
yang terdiri atas : Cairan Intraseluler (sel otot
rangka) dan Interstisial .

Pemahaman perbedaan antara 2 kompartemen ini


penting dalam mengantisipasi gangguan seperti
trauma jaringan atau ketidak seimbangan asam-
basa. Pada situasi ini , elektrolit dapat dilepaskan
dari atau bergerak kedalam atau keluar sel, secara
bermakna mengubah nilai elekrolit plasma
Non- Elektrolit :
Substansi seperti glukosa dan urea yang tidak
berdisosiasi dalam larutan dan diukur berdasarkan
berat (milligram per 100 ml-mg/dl). Non-elektrolit
lainnya yang secara klinis penting mencakup
kreatinin dan bilirubin.
Unsur Utama kompartemen cairan tubuh

Na+ K+ Cl - HCO3- PO43-


Kompartemen (mEq/L) (mEq/L) (mEq/L) (mEq/L) (mEq/L)

Intravaskuler (plasma) 142 4,5 104 24 2,0

Interstisial 145 4,4 117 27 2,3

Interseluler (sel otot 12 150 4,0 12 40


rangka)
Transeluler :

Asam lambung 60 7 100 0 -

Getah pankreas 130 7 60 100 -

Keringat 45 5 58 0 -
KOMPARTEMEN CAIRAN
Cairan tubuh didistribusi antara2 kompartemen cairan utama :
kompatemen intraseluler dan kompartemen ekstraseluler.
1. Cairan Intraseluler (CIS)
Adalah cairan yang terkandung didalam sel. Pada orang
dewasa ± 2/3 dari cairan tubuh adalah intraseluler, sama
dengan 25 L pada rata-rata pria dewasa (70 kg). Sebaliknya,
hanya setengah dari cairan tubuh bayi adalah cairan
intraseluler.

2. Cairan Ekstraseluler (CES)


Adalah cairan diluar sel. Ukuran relatif dari CES menurun
dengan peningkatan usia . Pada bayi baru lahir ± ½ cairan
tubuh terkandung didalam CES. Setelah usia 1 tahun, volume
relatif dari CES menurun sampai 1/3 dari volume total. Ini
hampir sebanding dengan 15 L dalam rata-rata pria dewasa
(70 kg). CES dibagi menjadi :
1. Cairan Interstisial (CIT) : Cairan disekitar sel, sama
dengan ± 8 L pada orang dewasa. Cairan Limfe termasuk
dalam volume interstisial. Relatif terhadap ukuran tubuh,
Volume CIT ± 2x lebih besar pada bayi baru lahir disbanding
orang dewasa.

2. Cairan Intravaskuler (CIV) : Cairan yang terkandung


didalam pembuluh darah. Volume relatif dari CIV sama pada
orang dewasa dan anak-anak. Rata-rata volume darah orang
dewasa ± 5–6 L, 3 L dari jumlah tersebut adalah plasma.
Sisanya 2-3 L terdiri dari sel darah merah (SDM atau
eritrosit) yang mentransport oksigen dan bekerja sebagai
bufer tubuh yang penting ;sel darah putih (SDP atau
leukosit),dan trombosit. Fungsi darah mencakup :
• Pengiriman nutrient (mis:glukosa dan oksigen)
kejaringan
• Transport produk sisa keginjal dan paru-paru
• Pengiriman antibody dan SDP ketempat infeksi
• Transport hormone ketempat aksinya
• Sirkulasi panas tubuh
3. Cairan Transeluler (CTS)

Cairan yang terkandung didalam rongga khusus dari tubuh .


Contoh CTS meliputi cairan Serebrospinal, Perikardial,
Pleural, Sinovial dan cairan Intraokular dan sekresi lambung.
Pada waktu tertentu CTS mendekati jumlah 1 L. Namun
sejumlah besar cairan dapat saja bergerak kedalam dan
keluar ruang transeluler setiap harinya. Sebagai contoh,
saluran gastrointestinal (GI) secara normal mensekresi dan
mereabsorpsi sampai 6-8 L perhari.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GERAKAN
AIR DAN ZAT TERLARUT

Membran
Setiap kompartemen cairan dipisahkan oleh membran
permeabel selektif yang memungkinkan gerakan air dan
beberapa zat terlarut. Meskipun molekul kecil seperti
urea dan air bergerak dengan bebas diantara semua
kompartemen, substansi tertentu sedikit bergerak.
Sebagai con :Protein plasma terbatas terhadap CIV
karena permeabilitas yang rendah dari membran kapiler
terhadap molekul besar.
Permeabilitas membran yang selektif membantu untuk
mempertahankan komposisi unik dari setiap kompartemen
sementara memungkinkan gerakan nutrient dari plasma
kesel-sel dan gerakan produk sisa keluar dari sel dan
akhirnya kedalam plasma

Membran semipermeabel tubuh meliputi :


1. Membran sel : Memisahkan CIS dari CIT dan terdiri atas
lipid dan protein.
2. Membran Kapiler : Memisahkan CIV dari CIT
3. Membran Epitelial : Memisahkan CIT dan CIV dari CTS.
Contoh dari membran epithelial meliputi epithelium
mucosal dari lambung dan usus,membran sinovial dan
tubulus ginjal.
Proses Transport
Selain selektivitas membrane, gerakan air dan zat terlarut
ditentukan oleh beberapa proses transport.

1. Difusi
Gerakan acak dari partikel pada semua arah melalui larutan
atau gas. Partikel bergerak dari area dengan konsentrasi
tinggi kearea dengan konsentrasi rendah sepanjang
gradient konsentrasi. Energi untuk difusi dihasilkan oleh
energi panas. Contoh difusi adalah gerakan oksigen dari
alveoli paru ke darah dari kapiler pulmoner. Difusi juga
dapat terjadi karena perubahan potensial listrik yang
melewati membran. Kation akan mengikuti anion dan
sebaliknya.
Dinding sel terbentuk atas lapisan lemak dengan
banyak pori-pori protein yang halus. Substansi dapat
berdifusi melewati dinding sel dengan mengikuti syarat :
•Bila partikel tersebut cukup kecil untuk melewati pori-
pori protein (mis:air dan urea): Ini disebut Difusi
Sederhana.
•Bila partikel tersebut adalah larut dalam lemak
(mis:oksigen dan karbon dioksida): Ini adalah contoh
lain dari Difusi Sederhana.
•Melalui substansi pembawa : Ini disebut Difusi yang
dipermudah. Partikel besar tak larut lemak seperti
glukosa harus berdifusi kedalam sel melalui substansi
pembawa. Glukosa sebagai contoh, berikatan dengan
pembawa diluar sel untuk menjadi larut dalam lipid. Bila
memasuki sel, glukosa memisahkan diri dari pembawa
dan pembawa kemudian bebas untuk mempermudah
difusi dari glukosa tambahan.
Faktor- faktor yang meningkatkan Difusi *

Peningkatan suhu
Peningkatan konsentrasi partikel
Penurunan ukuran atau berat molekul dari
partikel
Peningkatan area permukaan yang tersedia untuk
berdifusi
Penurunan jarak lintas dimana massa partikel
harus berdifusi.
* Catatan : Faktor-faktor yang berlawanan akan bertindak menurunkan Difusi
2. Transport Aktif :
Energi diperlukan agar substansi dapat pindah dari area
berkonsentrasi lebih rendah atau sama kearea dengan
konsentrasi sama atau lebih besar. Con : tubulus ginjal
tergantung pada transport aktif untuk mereabsorpsi semua
glukosa yang difilter oleh Glomerulus untuk memungkinkan
ekskresi urin yang bebas glukosa.

3. Filtrasi :
Gerakan air dan zat terlarut dari area dengan tekanan
hidrostatik tinggi kearea dengan tekanan hidrostatik rendah.
Tekanan Hidrostatik adalah tekanan yang dibuat oleh berat
cairan . Filtrasi penting dalam mengatur cairan keluar dari
arteri ujung kapiler. Ini juga merupakan kekuatan yang
memungkinkan ginjal untuk memfilter 180 L plasma perhari.
4. Osmosis :
Gerakan air melewati membrane semipermeabel dari area
dengan konsentrasi zat terlarut rendah kearea dengan zat
terlarut lebih tinggi. Osmosis dapat terjadi melewati semua
membrane bila konsentrasi zat terlarut pada kedua berubah.
Tekanan Osmotik : Jumlah tekanan hidrostatik diperlukan
untuk menghentikan aliran osmotik air
Tekanan Onkotik : dihasilkan oleh koloid protein. Con:
Albumin menghasilkan tekanan onkotik dalam pembuluh
darah dan membantu menahan kandungan air dalam ruang
intravascular.
Diuresis Osmotik : Peningkatan haluaran urin disebabkan
oleh substansi seperti manitol, glukosa dan media kontras
yang dikeluarkan dalam urin dan mengurangi reabsorpsi air
ginjal.
Konsentrasi Cairan Tubuh

1. Osmolalitas
Pengukuran kemampuan larutan untuk menciptakan
tekanan osmotic dan dengan demikian
mempengaruhi gerakan air. Osmolalitas juga dapat
digambarkan sebagai pengukuran konsentrasi cairan
tubuh ( rasio zat terlarut terhadap air) karena
besarannya ditunjukkan dalam miliosmol (satu per
seribu dari osmol) per kilogram air (mOsm/kg). Satu
Osmol mengandung 6 x 1023 partikel.
Osmolaritas, istilah lain yang digunakan untuk
mengambarkan konsentrasi larutan, menunjukkan
jumlah partikel dalam satu liter larutan dan diukur
dalam miliosmol per liter (mOsm/L). Karena cairan
tubuh secara relatif encer, perbedaan antara
osmolalitasnya dan osmolaritanya kecil. Osmolalitas
adalah pengukuran yang digunakan untuk
mengevaluasi serum dan urin dalam praktek klinis.
Perubahan dalam osmolalitas ekstraseluler dapat
mengakibatkan perubahan pada volume cairan
ekstraseluler dan intraseluler.

Penurunan osmolalitas CES  gerakan air dari CES ke CIS


Peningkatan osmolalitas CES  gerakan air dari CIS ke
2. Tonisitas (osmolalitas efektif)

Osmolalitas yang akan menyebabkan air bergerak


dari satu kompartemen kekompartemen lain, tidak
hanya tergantung pada jumlah zat terlarut, tetapi juga
pada permeabilitas membrane terhadap zat terlarut ini.

Molekul kecil seperti urea dengan mudah melewati semua


membran dengan kecepatan berekuilibrium diantara
kompartemen dan hanya memberikan sedikit efek dari
gerakan air. Molekul kecil ini disebut osmol takefektif.
Sebaliknya, natrium ,glukosa dan manitol adalah contoh
dari osmol efektif, molekul ini tidak melewati membaran
sel dengan cepat dan akan mempengaruhi gerakan air.
•Larutan Isotonik : adalah larutan yang mempunyai
osmolalitas sama efektifnya dengan cairan tubuh.
Con: normal salin- larutan natrium klorida (NaCl)
0,9 %.

•Larutan Hipotonik : adalah larutan yang


mempunyai osmolalitas efektif lebih kecil dari cairan
tubuh. Con: larutan NaCl 0,45 %

•Larutan Hipertonik : adalah larutan yang


mempunyai osmolalitas efektif lebih besar dari
cairan tubuh. Con : larutan NaCl 3 %
Hipotonisitas klinis :
terjadi bila terdapat peningkatan abnormal pada air
atau kehilangan cairan kaya natrium dengan
penggantian hanya dengan air.

Hipertonisitas klinis :
dapat terjadi karena kehilangan air (mis: Diabetes
Insipidius), kehilangan cairan tubuh hipotonik (mis
:berkeringat,diare), atau peningkatan osmol efektif
(mis:hiperglikemia atau pemberian NaCl hipertonik,
natrium bikarbonat [NaHCO3], atau manitol).
Hiperosmolalitas tanpa hipertonisitas (tidak
menyebabkan dehidrasi seluler) terjadi pada gagal
ginjal karena retensi urea.
KESEIMBANGAN ASAM-BASA

Sebagian besar proses metabolisme yang berlangsung didalam


tubuh menghasilkan asam. Proses tersebut mencakup :
1. Metabolisme oksidatif karbohidrat, lemak dan protein menjadi
karbon dioksida dan air melalui siklus Krebs
2. Metabolisme anaerob glukosa menjadi asam laktat
3. Metabolisme asam lemak menjadi senyawa golongan keton
4. Penguraian berbagai protein menjadi asam fosfat atau sulfat

Asam-asam tersebut harus dikeluarkan dari tubuh.


1. Pengeluaran karbon dioksida dilakukan oleh paru.
2. Pengeluaran asam lain yang tidak mudah menguap (bukan gas)
dilaksanakan oleh ginjal
3. Paru dan ginjal bersama dengan berbagai system penyangga di
tubuh,mempertahankan konsentrasi asam plasma dalam batas-
batas fisiologis yang sempit
KONSEP FISIOLOGIS

pH

pH adalah pencerminan rasio antara asam


terhadap basa dalam cairan ekstrasel. pH dalam
serum dapat menggunakan pH meter, atau dihitung
dengan mengukur konsentrasi bikarbonat dan
karbon dioksida serum dan menempatkan nilainya
kedalam persamaan Henderson Hasselbach

pH = pK + log HCO3- / CO2


HCO3- adalah konsentrasi bikarbonat dalam serum

CO2 adalah konsentrasi karbon diaksida yang larut dalam


serum

pK mengacu kepada logaritme negatif konstanta disosiasi,


K (6,1).
Konstanta adalah nilai tetap untuk sistem bikarbonat-
karbon dioksida pada suhu tubuh normal. Yang
mencerminkan derajat disosiasi bikarbonat-karbon dioksida
untuk menerima atau memberikan sebuah ion hidrogen.

Semakin besar konsentrasi ion hidrogen, semakin tinggi


keasaman suatu larutan dan semakin rendah pHnya.
Sebaliknya semakin tinggi pH, semakin rendah konsentrasi
ion hidrogen dan semakin basa larutannya.
ASAM
Adalah bahan yang mampu membebaskan sebuah ion
hidrogen.
Suatu asam dapat kuat atau lemah bergantung pada derajat
penguraiannya untuk membebaskan ion hidrogen
HCl  H+ + Cl-
H2CO3  H+ + HCO3- Con: Asam Kuat
NH4  H+ + NH3

Asam laktat  H+ + asam laktat  Con : Asam lemah

Tanda panah rangkap pada setiap persamaan menandakan


bahwa reaksi bersifat reversible.
BASA
Adalah setiap bahan yang dapat menerima sebuah ion
hidrogen, sehingga bahan tersebut dapat mengeluarkan ion
hidrogen dari larutan.

Suatu basa dapat kuat atau lemah tergantung pada derajat


penerimaan ion hidrogen.

Sebagian besar asam dan basa yang terdapat didalam tubuh


bersifat lemah

Cl- + H+  HCl
HCO3- + H+  H2CO3
NH3 + H+  NH4
Laktat + H+  Asam laktat
PENYANGGA
Adalah suatu bahan yang mampu menyerap ion hidrogen dari
suatu larutan atau membebaskan ion hidrogen kedalam
larutan, sehingga dapat dapat mencegah fluktuasi pH yang
besar. Terdapat 3 sistem penyangga yang penting dalam
tubuh manusia :

1. Sistem Penyangga Bikarbonat-Asam Karbonat

Merupakan sistem penyangga utama dalam tubuh


Sistem ini bekerja dalam darah untuk menyangga pH plasma
Apabila ion hidrogen bebas ditambahkan kedalam darah yang
mengandung bikarbonat, maka ion bikarbonat akan mengikat
ion hidrogen dan berubah menjadi asam karbonat (H2CO3).
Hal ini menyebabkan ion hidrogen bebas sedikit dalam larutan
sehingga penurunan pH darah yang drastis dapat dicegah.
Karena asam karbonat juga dapat terurai menjadi
karbon dioksida dan air, maka system penyangga
bikarbonat terutama digunakan untuk eliminasi gas
yang mudah menguap, karbon dioksida.

Penguraian asam karbonat menjadi karbon dioksida


dan air memerlukan enzim karbonat anhidrase,
yang terdapat didalam sel darah merah.
CO2 + H2O  H2CO3  H+ + HCO3-
2. Sistem Penyangga Fosfat

Asam fosforik (H2PO4-) adalah suatu asam


lemah. Asam ini terurai dalam plasma
menjadi fosfat (HPO42-) dan ion hidrogen.

Sistem penyangga ini digunakan oleh ginjal


untuk menyangga urin sewaktu ginjal
mengekskresikan ion hidrogen. Dalam derajat
yang lebih kecil , juga digunakan system
penyangga asam sulfur-sulfat.
3. Sistem Penyangga Hemoglobin
Sistem ini dihasilkan oleh protein plasma, terutama
hemoglobin yang terdapat disel darah merah.
Hemoglobin mengikat ion hidrogen bebas sewaktu beredar
melewati sel yang bermetabolisasi secara aktif
Dengan mengikat ion hidrogen bebas, maka peningkatan
konsentrasi ion hidrogen bebas dalam darah dapat diperkecil
dan pH darah vena hanya turun sedikit apabila dibandingkan
dengan darah arteri.
Sewaktu darah mengalir melalui paru, ion hidrogen terlepas
dari hemoglobin dan berikatan dengan bikarbonat untuk
menjadi asam karbonat, yang terurai menjadi karbon
dioksida dan air.
Karbon dioksida dikeluarkan melalui ekspirasi sehingga ion
hydrogen yang dihasilkan oleh proses metabolisme dapat
dieliminasi.
KONTROL RESPIRASI ATAS KESEIMBANGAN
ASAM-BASA
Paru membuang karbon dioksida dari tubuh, walaupun
bukan suatu asam karbon dioksida menjadi asam
sewaktu berikatan dengan air untuk membentuk asam
karbonat

Pengaturan pH plasma menit demi menit dilakukan


dengan meningkatkan atau menurunkan kecepatan
pernafasan, sehingga terjadi peningkatan atau
penurunan pengeluaran karbon dioksida.

Sistem ini dapat berjalan karena kepekaan pusat


pernafasan diotak terhadap ion hidrogen bebas yang
biasanya berubah-ubah sesuai kadar karbon dioksida.
PRODUKSI KARBONDIOKSIDA DAN
PENGANGKUTANNYA DALAM DARAH

Karbondioksida dihasilkan oleh semua sel dari


metabolisme oksidatif, dari sel karbondioksida
berdifusi kedalam aliran darah. Zat ini kemudian
diangkut dengan 3 cara berbeda dalam darah:
1. Sekitar 7 % diangkut dalam bentuk terlarut dalam
darah
2. 23 % berdifusi kedalam sel darah merah dan terikat
ke hemoglobin
3. 70 % diangkut dalam darah setelah bereaksi dengan
air .
Reaksi ini terutama berlangsung disel darah merah yang
banyak mengandung karbonat anhidrase.
ELIMINASI KARBONDIOKSIDA OLEH PARU

Sewaktu karbondioksida yang larut berdifusi kedalam paru


dan diekspirasikan, dan bila karbondioksida yang larut telah
lenyap, maka karbondioksida yang terikat kehemoglobin
terlepas dan diekspirasikan

Aksi massa  proses dimana penurunan produk disatu sisi


dari suatu reaksi reversible menyebabkan semua reaksi
mengalir dalam arah tersebut.

Aksi massa juga terjadi dalam situasi yang berlawanan.


Misalnya apabila terjadi peningkatan jumlah substansi disatu
sisi dari suatu reaksi reversible, maka reaksi akan terdorong
menjauhi substansi tersebut.
AKSI MASSA KARBONDIOKSIDA DAN HIDROGEN

Pada saat karbondioksida dihasilkan oleh sel dan


berdifusi kedalam darah untuk berikatan dengan air,
aksi massa berfungsi untuk mendorong semua reaksi
kekanan.

Selama karbondioksida terus berdifusi kedalam


darah, dan ion hidrogen yang dihasilkan dari
penguraiannya terus berikatan dengan hemoglobin
yang mencegah ion hidrogen bebas berakumulasi,
maka aksi massa akan mendorong reaksi kekanan.
KONTROL GINJAL ATAS KESEIMBANGAN ASAM-BASA

Asam-asam yang tidak mudah menguap yang dihasilkan


selama metabolisme diekskresikan melalui urin .

Ekstresi asam tersebut terjadi akibat akibat sekresi aktif


ion hidrogen oleh sel ginjal kedalam filtrat urin.

Didalam filtrat, ion hidrogen berikatan dengan


penyangga fosfat, sulfat atau ammonia (NH3) kemudian
diekskresikan dalam uri sebagai garam-garam asam
fosfat, asam sulfat, atau ion ammonium (NH4+).
PENANGANAN BIKARBONAT OLEH GINJAL

Ginjal secara aktif menyerap ulang ion bikarbonat, yang


mudah difiltrasi melewati kapiler ginjal untuk kembali
kealiran darah sehingga ion tersebut tidak hilang melalui
urin.

Lenyapnya bikarbonat dalam jumlah besar yang merupakan


suatu basa dan penyangga utama dalam tubuh akan
menyebabkan asidosis (penurunan pH plasma) berat.

Namun pada keadaan kelebihan basa, ginjal memiliki


kemampuan sebaliknya un tuk secara aktif mensekresikan
bikarbonat kedalam urin, sehingga pH dapat diturunkan
apabila diperlukan.
INTERAKSI DAN PERTUKARAN ION

Sel-sel tubuh secara cermat menyeimbangkan jumlah


kation (ion yang bermuatan positif) dan anion (ion yang
bermuatan negatif) yang dikandungnya

Dengan demikian apabila terjadi peningkatan suatu


kation intrasel, maka kation lain akan keluar dari sel
untuk menjaga agar keseimbangan muatan tidak
berubah.

Kation yang sering berubah-ubah adalah ion kalium,


hidrogen dan (tingkatan yang lebih rendah) kalsium.
Anion yang sering berubah-ubah adalah klorida dan
bikarbonat.
KESEIMBANGAN KATION

Apabila konsentrasi kalium plasma meningkat karena


peningkatan asupan makanan atau kematian atau
trauma sel luas, maka kalium akan lebih banyak
berdifusi kedalam sel-sel tubuh, termasuk sel tubulus
ginjal. Sebagai respon, terjadi kebocoran ion hidrogen
keluar sel untuk masuk kedalam plasma.
Hal ini menyebabkan peningkatan konsentrasi ion
hidrogen plasma dan penurunan pH plasma
Kalium plasma yang tinggi di sel ginjal menyebabkan
sel tersebut meningkatkan sekresi kaliumnya kedalam
filtrat urin, sebagai respon, maka ion hidrogen yang
disekresikan kedalam urin oleh sel ginjal berkurang,
sehingga kadar ion hydrogen didalam plasma
semakin meningkat.
Dengan demikian kalium plasma yang tinggi dapat
menyebabkan penurunan pH plasma, yang
menimbulkan asidosis metabolik
Situasi sebaliknya apabila konsentrasi ion hidrogen
plasma meningkat oleh sebab apapun akan
berdifusi kedalam semua sel sehingga kalium akan
bocor kedalam plasma. Peningkatan konsentrasi ion
hidrogen didalam sel ginjal akan menyebabkan
peningkatan sekresi hidrogen kedalam urin,
sedangkan sekresi dan ekskresi kalium kedalam
urin akan berkurang. Dengan demikian asidosis
kronik akan menyebabkan Hiperkalemia
(peningkatan kalium dalam darah).
Penyangga Hidrogen oleh tulang

Peningkatan hidrogen plasma juga bergerak kesel


tulang. Karena adanya fosfat dan mineral lain,
maka tulang berfungsi sebagai suatu penyangga
penting untuk ion hidrogen bebas.
Dengan tertimbunnya ion hidrogen dalam tulang,
maka sel tulang akan menyebabkan kalsium bocor
kedalam plasma. Hilangnya kalsium tulang dapat
melemahkan tulang
KESEIMBANGAN ANION
Anion yang paling sering dipertukarkan antara kompartemen
intra sel dan ekstra sel adalah ion klorida dan bikarbonat
Apabila kadar klorida dalam plasma turun, maka konsentrasi
bikarbonat dalam plasma meningkat dan menyebabkan
alkalosis.
Hal ini terjadi setiap hari sewaktu klorida diekstrasi dari
darah yang melewati sel lambung untuk menghasilkan asam
hidroklorida (HCl)
HCl disekresikan kedalam lambung untuk memulai proses
pencernaan
Plasma yang meninggalkan lambung bersifat alkalotik,
namun ion klorida masuk kembali kedalam plasma sewaktu
darah melewati usus halus, sehingga kadar bikarbonat
menurun dan pH plasma kembali kenormal sebelum darah
meninggalkan usus.
NILAI GAS DARAH NORMAL

Nilai normal untuk tekanan parsial karbon dioksida


dalam darah arteri adalah antara 35 dan 45 mmHg
Konsentrasi bikarbonat normal dalam darah vena
antara 22 dan 28 miliekivalen per liter (22-28
milimol per liter)
pH darah arteri dalam keadaan normal adalah
antara 7,35 dan 7,45.
KONSEP PATOFISIOLOGIS
Asidemia 
adalah penurunan pH dibawah 7,35

Asidosis 
peningkatan sistemik konsentrasi ion hidrogen. Konsentrasi
ion hidrogen dapat meningkat karena kegagalan paru
mengeluarkan karbon dioksida, atau apabila terjadi produksi
asam yang mudah dan tidak mudah menguap secara
berlebihan. Asidosis juga dapat timbul apabila terjadi
pengeluaran basa bikarbonat karena diare persisten atau
ginjal gagal menyerap kembali bikarbonat atau mensekresi
ion hidrogen.

Alkalemia 
peningkatan pH darah arteri diatas 7,45
Alkalosis 
Penurunan sistemik konsentrasi ion hydrogen. Konsentrasi
ion hidrogen dapat turun akibat pengeluaran karbon
dioksida yang berlebihan selama hiperventilasi, keluarnya
asam yang tidak mudah menguap melalui muntah, atau
asupan basa yang berlebihan
Kompensasi
Paru dan ginjal bersama-sama untuk mempertahankan pH
plasma dalam rentang nilai normal. Apabila timbul asidosis
atau alkalosis karena penyakit paru, maka ginjal berespons
dengan mengubah penanganan terhadap ion hidrogen dan
basa bikarbonat agar pH kembali kenormal. Kerja ginjal yang
ditujukan untuk melawan asidosis dan alkalosis karena
penyakit paru disebut kompensasi ginjal.
Apabila asidosis atau alkalosis terjadi karena gangguan
metabolik atau ginjal, maka sistem pernafasan berespons
dengan meningkatkan atau menurunkan kecepatan
pernafasan, untuk mengembalikan pH kenormal. Kerja
respirasi yang ditujukan untuk melawan asidosis dan
alkalosis karena gangguan metabolik atau ginjal disebut
kompensasi respirasi.

Anda mungkin juga menyukai