Anda di halaman 1dari 2

Topik: Infectious Bovine Rhinotracheitis

Infectious Bovine Rhinotracheitis in a Cattle Farm at Sharkia Governorate with Special


Reference to its Effect on T lymphocytes
Infectious Bovine Rhinotracheitis in a Cattle Farm at Sharkia Governorate with Special Reference
to its Effect on T lymphocytes
Iman M. Bastawecy1 dan Nasser Z. Abouzeid
Diterbitkan tahun 2016 oleh Zagazig Veterinary Journal
Muhammad Ady Prabowo_200130102011002_Gelombang 9_Kelompok 4

Ringkasan
Studi ini dilakukan untuk isolasi dan identifikasi Bovine herpesvirus tipe-1 (BoHV-1) serta
mengetahui efeknya pada limfosit. Terdapat gangguan pernapasan dari 20% sapi termasuk
peningkatan suhu tubuh (40-42oC), beberapa hewan mengalami rhinitis, conjunctivitis, batuk dan
diare. Pemeriksaan swab nasal pada 30 ekor sapi, 15 swab terindikasi positif untuk isolasi virus oleh
efek cytopothic (CPE) pada sel MDBK. Dari 15 isolasi, hanya 11 yang dideteksi oleh virus
neutralization test (VNT) sebagai virus BoHV-1. Untuk tambahan hanya 3 dari 4 isolasi BoHV01
yang terdeteksi oleh PCR.

Pendahuluan
Bovine herpesvirus 1 (BoHV-1), diklasifikasikan sebagai alphaherpesvirus, adalah patogen
utama pada ternak. Infeksi primer disertai dengan berbagai manifestasi/gejala klinis seperti infectious
bovine rhinotracheitis, abortus, infeksius pustular vulvovaginitis, dan infeksi sistemik (Muylkens and
Etienne, 2007). Infeksi pada sapi betina dewasa dapat menyebabkan penurunan produksi susu,
menurunnya tingkat fertilitas, dan keguguran (Abdul dan Saepulloh, 2010)

Metode
Total sampel yaitu 150 ekor sapi yang belum divaksin IBR. Diambil 10 sampel darah yang
telah ditambahkan heparin untuk mencegah koagulasi dari 10 sapi (8 ekor sapi yang dicurigai
terinfeksi IBR dan 2 ekor sapi sehat sebagai control negative) yang akan diambil sel T limfosit yang
akan digunakan untuk pemeriksaan mikroskop elektron dan comet assay. Diambil sampel swab
nasal sebanyak 30 dimana 15 sampel positif untuk isolasi virus yang diindikasi oleh CPE pada sel
MDBK. Sampel tersebut juga dianalisa menggunakan PCR, EM dan comet assay.

Pembahasan
Terdapat gangguan pernapasan dari 20% sapi termasuk peningkatan suhu tubuh (40-42oC),
beberapa hewan mengalami rhinitis, conjunctivitis, batuk dan diare. Pemeriksaan swab nasal pada 30
ekor sapi, 15 swab terindikasi positif untuk isolasi virus oleh efek cytopothic (CPE) pada sel MDBK.
Dari 15 isolasi, hanya 11 yang dideteksi oleh virus neutralization test (VNT) sebagai virus BoHV-1.
Untuk tambahan hanya 3 dari 4 isolasi BoHV01 yang terdeteksi oleh PCR (Iman dan Abouzeid, 2016).
Di Mesir tidak ada program vaksinasi pada skala nasional dan pada sampel yang diperiksa terhadap
BoHV-1, jadi isolasi BoHV-1 dari hewan sampel yang menunjukkan gejala pernapasan dicurigai
mengalami infeksi alami. Identifikasi lebih lanjut virus sitopatik yang diisolasi dilakukan untuk
mengkonfirmasi peran BoHV-1 sebagai agen penyebab untuk gangguan yang disebutkan sebelumnya
(Iman dan Abouzeid, 2016).
Karakteristik CPE diamati pada sel MDBK yang berbentuk seperti anggur 24-48 jam post
inokulasi yang menyebabkan kecurigaan adanya BoHV-1. Pada pemeriksaan VNT ditemukan bahwa
11 dari 15 isolasi BoHV-1 terindikasi positif. Pada hasil pemeriksaan PCR ditemukan kecocokan
dengan hasil VNT dimana 3 sampel positif pada pemeriksaan VNT juga positif pada pemeriksaan
PCR. Sementara itu satu isolasi sampel positif pada kultur sel MDBK menunjukkan hasil negatif pada
PCR dan VNT. Menurut Bagouri (2013) PCR lebih baik dibandingkan deteksi imun menggunakan
IFA pada prosedur isolasi BoHV-1 dari sapi yang dicurigai dan swab nasal (Iman dan Abouzeid,
2016).
Peripheral blood T limfosit (PBTL) yang diambil dari hewan yang positif BoHV-1 diperiksa
menggunakan EM. Hasil menunjukkan kondensasi peripheral kromatin yang besar dan sisa dari
apoptosis. Selain itu sel T limfosit yang diperiksa menggunakan comet assay untun menunjukkan
fragmentasi dari sel DNA. PBTL dari hewan yang sehat menunjukkan sel yang normal atau tidak
rusak sedangkan PBTL dari hewan yang terinfeksi BoHV-1 menunjukkan fragmen DNA diluar
nucleus yang tampak seperti comet dengan pewarnaan fluorescent pada DNA. (Iman dan Abouzeid,
2016).
Beberapa virus menginduksi terjadinya apoptosis, limfositopenia transien dan imunosupresi.
Limfosit T yang terinfeksi BoHV-1 akan menyebabkan peningkatan apoptosis. Oleh karena itu,
infeksi BoHV-1 diinduksi apoptosis pada limfosit T khususnya CD4 + T sel mengakibatkan
imunosupresi dan peningkatan kemungkinan infeksi bakteri sekunder (Iman dan Abouzeid, 2016).

Kesimpulan
Infeksi virus BoHV-1 secara langsung dan tidak langsung akan menginduksi terjadinya
apoptosis sel T limfosit dan menyebabkan imunosupresi

Pustaka
Abdul A Dan M. Saepulloh. 2010. Penyakit Infectious Bovine Rhinotracheitis Pada Sapi Di Indonesia
Dan Strategi Pengendaliannya. Wartazoa, 20 (1) : 1-2.
El-Bagoury, G.F.; El-Kholy, A.A.; Sharawi, S.A. and Saad, F.F. (2013): Comparing of utilization
serological and molecular tools for detection of BoHV-1 in specimens from clinically suspected cattle
and buffalo. Benha Veterinary Medical Journal, 27 (1):175-165.
Iman M.B and N.Z. Abouzeid. 2016. Infectious Bovine Rhinotracheitis in a Cattle Farm at Sharkia
Governorate with Special Reference to its Effect on T lymphocytes. Zagazig Veterinary Journal, 44
(3): 205-213.
Muylkens.B and Etienne T. 2007. Bovine herpesvirus 1 infection bovine rhinotracheitis. Vet. Res.
38 :181–209.

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai