PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat yang sama
.Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang
samadengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana
merekatinggal, kelompok sosial yang mempunyai minat yang sama (Riyadi, 2007).
dan anak Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari
bayi (0-1 tahun), usia bermain toddler (1-2,5 tahun), pra-sekolah (2,5-5 tahun), usia
perubahan pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat. Dalam
proses berkembangan akan memiliki cirifisik, kognitif, konsep diri, pola koping, dan
dapat menjadi sia-sia jika tidak menjadi tidak di lanjutkan oleh keluargadi
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui serta
mampu memahami Asuhan Komunitas dengan Model CAP terkait dengan Balita dan
Anak di Sekolah.
C. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini agar makalah ini dapat digunakan sebagai bahan ajar
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi Komunitas
Komunitas dapat diartikan kumpulan orang pada wilayah tertentu dengan sistem sosial
tertentu. Komunitas meliputi individu, keluarga, kelompok/agregat dan masyarakat.
Salah satu agregat di komunitas adalah kelompok anak usia sekolah yang tergolong
kelompok berisiko (at risk) terhadap timbulnya masalah kesehatan yang terkait perilaku
tidak sehat. Berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan, terdapat berbagai
definisi tentang anak usia sekolah yaitu:
a. Menurut definisi WHO (World Health Organization) yaitu golongan anak yang berusia
antara 7-15 tahun , sedangkan di Indonesia lazimnya anak yang berusia 7-12 tahun.
b. Menurut Wong (2009), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada agregat anak usia sekolah menggunakan
pendekatan Community as partner model. Klien (anak usia sekolah) digambarkan sebagai
inti (core) mencakup sejarah, demografi, suku bangsa, nilai dan keyakinan dengan 8
(delapan) subsistem yang saling mempengaruhi meliputi lingkungan fisik, pelayanan
kesehatan dan sosial, ekonomi, kemanan dan transportasi, politik dan pemerintahan,
komunikasi, pendidikan dan rekreasi (Anderson, Mc Farlance, 2000 dalam Ervin, 2002)
Mengacu pada tahap perkembangan kognitif dari Piaget, maka anak pada masa
kanak-kanak akhir berada pada tahap operasional konkret yang berlangsung kira-
kira usia 7-11 tahun (tahap operasional konkret. Pada tahapan ini, pemikiran logis
menggantikan pemikiran intuitif. Anak sudah mampu berpikir rasional dan
melakukan aktivitas logis tertentu, walaupun masih terbatas pada objek konkret
dan dalam situasi konkret. Anak telah mampu mampu memperlihatkan
keterampilan konversi, klasifikasi, penjumlahan, pengurangan, dan beberapa
kemampuan lain yang sangat dibutuhkan anak dalam mempelajari pengetahuan
dasar sekolah. Cara berpikirnya sudah kurang egosentris yang ditandai dengan
desentrasi yang besar, yaitu sudah mampu memperhatikan lebih dari satu dimensi
dan juga menghubungkan satu dengan yang lainnya (Soetjiningsih, 2012). Pada
tahap operasional konkret, anak-anak dapat memahami :
1) Konservasi, yaitu kemampuan anak untuk memahami bahwa suatu
zat/objek/benda tetap memiliki substansi yang sama walaupun mengalami
perubahan dalam penampilan. Ada beberapa macam konservasi seperti
konservasi jumlah, panjang, berat, dan volume.
2) Klasifikasi, yaitu kemampuan anak untuk mengelompokkan
/mengklasifikasikan benda dan memahmi hubungan antarbenda tersebut.
3) Seriaton, yaitu kemampuan anak mengurutkan sesuai dimensi kuantitatifnya.
Misalnya sesuai panjang,besar dan beratnya.
4) Transitivity, yaitu kemampuan anak memikirkan relasi gabungan secara logis.
Jika ada relasi antara objek pertama dan kedua, da nada relasi antara objek
kedua dan ketiga, maka ada relasi antara objek pertama dan ketiga.
b. Perkembangan Moral
Menurut Kohlberg, perkembangan moral terjadi melalui tiga tingkatan dan terdiri
dari enam stadium, dan masing-masing stasium akan dilalui oleh setiap anak
walaupun tidak pada usia yang sama namum perkembangan selalui melalui urutan
ini (Soetjiningsih, 2012), yaitu :
Pada tahap ini individu menalar bahwa nilai, hak, dan prinsip lebih utama atau
lebih luas darpada hukum. Individu mengevaluasi validitas hukum yang ada,
dan melindungi hak asasi dan nilai dasar manusia. Dengan kata lain,
merupakan orientasi control legalitas (untuk kehidupan bersama yang teratur).
b. Bahaya Psikologi
1) Bahaya dalam berbicara
Kesalahan dalam berbicara seperti salah ucap dan kesalahan bahasa, cacat
dalam bicara seperti gagap atau pelat, akan membuat anak menjadi sadar diri
sehingga anak hanya berbicara bila perlu saja.
2) Bahaya emosi
Anak masih menunjukkan pola-pola ekspresi emosi yang kurang
menyenangkan seperti marah yang meledak-ledak, cemburu sehingga
kurang disenangi orang lain.
3) Bahaya bermain
Anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan merasa kekurangan
kesempatan untuk mempelajari permainan dan olahraga yang penting untuk
menjadi anggota kelompok. Anak yang dilarang berkhayal karena
membuang waktu atau dilarang melakukan kegiatan kreatif dan bermain
akan mengembangkan kebiasaan penurut yang kaku.
4) Bahaya konsep diri
Anak mempunyai konsep diri yang ideal, biasanya merasa tidak puas pada
diri sendiri dan pada perlakuan orang lain. Anak cenderung berprasangka
dan bersikap diskriminatif dalam memperlakukan orang lain.
5) Bahaya moral
Ada enam bahaya umumnya dikaitkan dengan perkembangan sikap moral
dan perilaku anak-anak :
a) Perkembangan kode moral berdasarkan konsep teman-teman atau
berdasarkan konsep-konsep media masa tentang benar dan salah yang
tidak sesuai dengan kode orang dewasa.
b) Tidak berhasil mengembangkan suara hati sebagai pengawas dalam
terhadap perilaku
c) Disiplin yang tidak konsisten membuat anak tidak yakin akan apa yang
sebaiknya dilakukan.
d) Hukuman fisik merupakan contoh agresivitas anak.
e) Menganggap dukungan teman terhadap perilaku yang salah begitu
memuaskan sehingga perilaku menjadi kebiasaan.
f) Tidak sabar terhadap perbuatan orang lain yang salah.
6) Bahaya yang menyangkut minat
Tidak minat pada hal-hal yang dianggap penting oleh teman sebaya dan
mengembangkan.
7) Bahaya dalam penggolongan peran seks
Ada dua bahaya yang umum dalam penggolongan peran seks yaitu
kegagalan untuk mempelajari organ seks, dan ketidak mampuan untuk
melakukan peran seks yang disetujui.
8) Bahaya dalam perkembangan kepribadian Ada dua bahaya yang serius
dalam perkembangan kepribadian periode ini. Pertama, perkembangan
konsep diri yang buruk yang mengakibatkan penolakan diri, dan
kedua,egosentrisme yang merupakan lanjutan dari awal masa kanak-
kanak.
9) Bahaya hubungan keluarga
Pertentangan dengan anggota-anggota keluarga mengakibatkan dua hal
yaitu melemahkan ikatan keluarga dan menimbulkan kebiasaan pola
penyesuaian yang buruk, serta masalah-masalah yang dibawa keluar
rumah. (Suprajitno 2004).
Model ini sebagai panduan proses keperawatan dalam pengkajian komunitas, analis, dan
diagnosa, perencanaan, implementasi. Model ini sebagai panduan proses keperawatan
dalam pengkajian komunitas : analisa dan diagnosa, perencanaan, implementasi
komunitas yang terdiri dari tiga tingkatan pencegahan yaitu primer, sekunder, dan tersier,
dan program evaluasi (Hitchcock, Schubert, Thomas, 1999).
Model community as partner terdapat dua komponen utama yaitu roda pengkajian
komunitas dan proses keperawatan. Roda pengkajian komunitas terdiri (1) inti komunitas
(the community core), (2) subsistem komunitas (the community subsystems), dan (3)
persepsi (perception). Model ini lebih berfokus pada perawatan kesehatan masyarakat
yang merupakan praktek, keilmuan, dan metodenya melibatkan masyarakat untuk
berpartisipasi penuh dalam meningkatkan kesehatannya.
Agregat klien dalam model Communityas Partner ini meliputi intra sistem dan ekstra
sistem. Intra sistem terkait adalah sekelompo korang-orang yang memiliki satu atau lebih
karakteristik (Stanhope & Lancaster,2004). Agregat ekstra sistem meliputi delapan
subsistem yaitu komunikasi, transportasi dan keselamatan, ekonomi, pendidikan, politik
dan pemerintahan, layanan kesehatan dan sosial, lingkungan fisik dan rekreasi (Helvie,
1998; Anderson & McFarlane, 2000; Ervin, 2002 ; Hitchcock, Schubert, Thomas, 1999 ;
Stanhope & Lancaster, 2004 ; Allender & Spradley, 2005).
Delapan subsistem dipisahkan dengan garis putus-putus artinya sistem satu dengan yang
lainnya saling mempengaruhi. Di dalam komunitas ada lines of resistance, merupakan
mekanisme internal untuk bertahan dari stressor. Rasa kebersamaan dalam komunitas
untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan contoh dari line of resistance. Anderson dan
McFarlane (2000) mengatakan bahwa dengan menggunakan model Communityas
Partnerter dapat dua komponen utama yaitu roda pengkajian komunitas dan proses
keperawatan. Roda pengkajian komunitas terdiri dari dua bagian utama yaitu inti dan
delapan subsistem yang mengelilingi inti yang merupakan bagian dari pengkajian
keperawatan, sedangkan proses keperawatan terdiri dari beberapa tahap mulai dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Komunitas sebagai klien/ partner berarti kelompok masyarakat tersebut turut berperan
serta secara aktif meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengatasi masalah
kesehatannya.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis terhadap
masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi
oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut
permasalahan pada fisiologis, psikologis dan sosial ekonomi maupun spiritual dapat
ditentukan.Pengkajian keperawatan komunitas merupakan suatu proses tindakan
untuk mengenal komunitas. Mengidentifikasi faktor positif dan negatif yang
berbenturan dengan masalah kesehatan dari masyarakat hingga sumber daya yang
dimiliki komunitas dengan tujuan merancang strategi promosi kesehatan. Dalam tahap
pengkajian ini terdapat lima kegiatan, yaitu :
a. Pengumpulan data
Tujuan pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai
masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukam tindakan yang
harus diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik,
psikologis, sosial ekonomi dan spiritual serta faktor lingkungan yang
mempengaruhinya. Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data
meliputi :
1) Data inti
Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas yaitu riwayat terbentuknya
sebuah komunitas (lama/baru). tanyakan pada orang-orang yang kompeten
atau yang mengetahui sejarah area atau daerah itu.
a) Data demografi
Karakteristik orang-orang yang ada di area atau daerah tersebut, distribusi
(jenis kelamin, usia, status perkawinan, etnis), jumlah penduduk,
b) Vital statistik
Meliputi kelahiran, kematian, kesakitan dan penyebab utama kematian
atau kesakitan.
c) Nilai dan kepercayaan
Nilai yang dianut oleh masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan,
kepercayaan-kepercayaan yang diyakini yang berkaitan dengan
kesehatan, kegiatan keagamaan di masyarakat, kegiatan-kegiatan
masyarakat yang mencerminkan nilai-nilai kesehatan.
(Anderson & McFarlane, 2000).
2) Subsistem
(1) Lingkungan fisik
Catat lingkungan tentang mutu air, flora, perumahan, ruang, area hijau,
binatang, orang-orang, bangunan buatan manusia, keindahan alam, air,
dan iklim.
(2) Pelayanan kesehatan dan sosial
Catat apakah terdapat klinik, rumah sakit, profesi kesehatan yang praktek,
layanan kesehatan publik, pusat emergency, rumah perawatan atau panti
werda, fasilitas layanan sosial, layanan kesehatan mental, dukun
tradisional/pengobatan alternatif.
(3) Ekonomi
Catat apakah perkembangan ekonomi di wilayah komunitas tersebut maju
dengan pesat, industri, toko, dan tempat-tempat untuk pekerjaan, adakah
pemberian bantuan sosial (makanan), seberapa besar tingkat
pengangguran, rata-rata pendapatan keluarga, karakteristik pekerjaan.
(4) Keamanan dan transportasi
Apa jenis transportasi publik dan pribadi yang tersedia di wilayah
komunitas, catat bagaimana orang-orang bepergian, apakah terdapat
trotoar atau jalur sepeda, apakah ada transportasi yang memungkinkan
untuk orang cacat. jenis layanan perlindungan apa yang ada di komunitas
(misalnya: pemadam kebakaran, polisi, dan lain-lain), apakah mutu udara
di monitor, apa saja jenis kegiatan yang sering terjadi, apakah orang-
orang merasa aman.
(5) Politik dan pemerintahan
Catat apakah ada tanda aktivitas politik, apakah ada pengaruh partai yang
menonjol, bagaimana peraturan pemerintah terdapat komunitas
(misalnya: pemilihan kepala desa, walikota, dewan kota), apakah orang-
orang terlibat dalam pembuatan keputusan dalam unit pemerintahan lokal
mereka.
(6) Komunikasi
Catat apakah oaring-orang memiliki tv dan radio, apa saja sarana
komunikasi formal dan informal yang terdapat di wilayah komunitas,
apakah terdapat surat kabar yang terlihat di stan atau kios, apakah ada
tempat yang biasanya digunakan untuk berkumpul.
(7) Pendidikan
Catat apa saja sekolah-sekolah dalam area beserta kondisi, pendidikan
lokal, reputasi, tingkat drop-out, aktifitas-aktifitas ekstrakurikuler,
layanan kesehatan sekolah, dan tingkat pendidikan masyarakat.
(8) Rekreasi
Catat dimana anak-anak bermain, apa saja bentuk rekreasi utama, siapa
yang berpartisipasi, fasilitas untuk rekreasi dan kebiasaan masyarakat
menggunakan waktu senggang.
(Anderson & McFarlane, 2000).
3) Persepsi
Persepsi masyarakat dan keluarga terhadap suatu penyakit masih acuh,
mungkin dipengaruhi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat ataupun
kurangnya pengetahuan kesehatan mengenai suatu penyakit.
(Anderson & McFarlane, 2000).
b. Jenis data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari
1) Data subjektif: yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang
dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok dan komunitas, yang
diungkapkan secara langsung melalui lisan.
2) Data objektif: data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan
pengukuran.
c. Sumber data
1) Data primer: data yang dikumpulakn oleh pengkaji dalam hal ini mahasiswa
atau perawat kesehatan masyarakat dari individu, keluarga, kelompok dan
komunitas berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengkajian.
2) Data sekunder : data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya,
misalnya : kelurahan, catatan riwayat kesejatan pasien atau medical record.
(wahit, 2005)
d. Cara pengumpulan data
1) wawancara atatu anamnesa
2) pengamatan
3) pemeriksaan fisik
e. Pengolahan data
1) klasifikasi data atau kategorisasi data
2) perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan tally
3) tabulasi data
f. Interpretasi data analisis data
Tujuan analisis data :
1) menetapkan kebutuhan komuniti;
2) menetapkan kekuatan;
3) mengidentifikasi pola respon komuniti;
4) mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.
g. Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan
h. Prioritas masalah
Prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan perlu
mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria:
1) perhatian masyarakat;
2) prevalensi kejadian;
3) berat ringannya masalah;
4) kemungkinan masalah untuk diatasi;
5) tersedianya sumber daya masyarakat;
6) aspek politis.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan baik yang
aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada saat
pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul
kemudian. American Nurses Of Association (ANA). Dengan demikian diagnosis
keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang status dan
masalah kesehatan pasien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.
3. Perencanaan
a.Tahapan pengembangan masyarakat, yaitu persiapan, penentuan prioritas daerah,
pengorganisasian, pembentukan pokjakes (kelompok kerja kesehatan)
b. Tahap diklat
c.Tahap kepemimpinan yang merupakan koordinasi intersektoral, akhir, supervisi
atau kunjungan bertahap.
4. Pelaksanaan/Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan
yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994
dalam Potter & Perry, 1997). Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada
klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi,
pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan
yang muncul dikemudian hari.
Menurut Craven dan Hirnle (2000) secara garis besar terdapat tiga kategori dari
implementasi keperawatan, antara lain:
1) Cognitive implementations, meliputi pengajaran/ pendidikan, menghubungkan
tingkat pengetahuan klien dengan kegiatan hidup sehari-hari, membuat strategi
untuk klien dengan disfungsi komunikasi, memberikan umpan balik, mengawasi
tim keperawatan, mengawasi penampilan klien dan keluarga, serta menciptakan
lingkungan sesuai kebutuhan, dan lain lain.
2) Interpersonal implementations, meliputi koordinasi kegiatan-kegiatan,
meningkatkan pelayanan, menciptakan komunikasi terapeutik, menetapkan
jadwal personal, pengungkapan perasaan, memberikan dukungan spiritual,
bertindak sebagai advokasi klien, role model, dan lain lain.
3) Technical implementations, meliputi pemberian perawatan kebersihan kulit,
melakukan aktivitas rutin keperawatan, menemukan perubahan dari data dasar
klien, mengorganisir respon klien yang abnormal, melakukan tindakan
keperawatan mandiri, kolaborasi, dan rujukan, dan lain-lain.