Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat,

saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat yang sama

.Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang

samadengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana

merekatinggal, kelompok sosial yang mempunyai minat yang sama (Riyadi, 2007).

Salah satukelompok khusus dalam keperawatan komunitas adalah kelompok bayi

dan anak Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan

perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja.

Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari

bayi (0-1 tahun), usia bermain toddler (1-2,5 tahun), pra-sekolah (2,5-5 tahun), usia

sekolah (5-11 tahun), remaja (11-18 tahun). Rentang iniberbedaantaraanak yang

satudengan yang lainmengingatlatarbelakanganakberdeda. Pada anak terdapat rentang

perubahan pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat. Dalam

proses berkembangan akan memiliki cirifisik, kognitif, konsep diri, pola koping, dan

perilaku sosial (Hidayat, 2008).

Keluarga unit terkecil dalam masyarakat merupakan klien keperawatan atau si

penerima asuhan keperawatan.keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan yang

di perlukan anggota keluarga yang sakit.keberhasilan keperawatan di rumah sakit

dapat menjadi sia-sia jika tidak menjadi tidak di lanjutkan oleh keluargadi

rumah.secara empiris dapat di katakan bahwa kesehatan anggota keluarga dan

kualitas kehidupan keluarga sangat berhubungan atau sangat signifikan.


Keluarga menempati posisi diantara individu dan masyarakat,sehingga dengan

memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga,perawat mendapat dua keuntungan

sekaligus. Keuntungan pertama adalah memenuhi kebutuhan individu, dan

keuntungan adalah memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam pemberian pelayanan

kesehatan , perawat harus memperhatikan nilai-nilai dan budaya keluarga, sehingga

keluarga dapat menerima.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui serta

mampu memahami Asuhan Komunitas dengan Model CAP terkait dengan Balita dan

Anak di Sekolah.

C. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan makalah ini agar makalah ini dapat digunakan sebagai bahan ajar

dalam proses pendidikan, dan pengetahuan bagi pelayanan


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi Komunitas

Komunitas dapat diartikan kumpulan orang pada wilayah tertentu dengan sistem sosial
tertentu. Komunitas meliputi individu, keluarga, kelompok/agregat dan masyarakat.
Salah satu agregat di komunitas adalah kelompok anak usia sekolah yang tergolong
kelompok berisiko (at risk) terhadap timbulnya masalah kesehatan yang terkait perilaku
tidak sehat. Berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan, terdapat berbagai
definisi tentang anak usia sekolah yaitu:

a. Menurut definisi WHO (World Health Organization) yaitu golongan anak yang berusia
antara 7-15 tahun , sedangkan di Indonesia lazimnya anak yang berusia 7-12 tahun.
b. Menurut Wong (2009), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada agregat anak usia sekolah menggunakan
pendekatan Community as partner model. Klien (anak usia sekolah) digambarkan sebagai
inti (core) mencakup sejarah, demografi, suku bangsa, nilai dan keyakinan dengan 8
(delapan) subsistem yang saling mempengaruhi meliputi lingkungan fisik, pelayanan
kesehatan dan sosial, ekonomi, kemanan dan transportasi, politik dan pemerintahan,
komunikasi, pendidikan dan rekreasi (Anderson, Mc Farlance, 2000 dalam Ervin, 2002)

B. Konsep Anak Usia Sekolah


1. Pengertian
Anak sekolah dasar yaitu anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat
yang mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang tua.
Anak usia sekolah ini merupakan masa dimana terjadi perubahan yang bervariasi pada
pertumbuhan dan perkembangan anak yang akan mempengaruhi pemebentukan
karakteristik dan kepribadian anak. Periode usia sekolah ini menjadi pengalaman inti
anak yang dianggap mula bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam
hubungan dengan teman sebaya, orang tua dan lannya. Selain itu usia sekolah
merupakan masa dimana anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan dalam
menentukan keberhasilan untuk menyesuaikan diri pada kehidupan dewasa dan
memperoleh keterampilan tertentu (Diyantini, et al. 2015).
2. Perkembangan Anak Sekolah
Perkembangan jika dalam bahasa inggris disebut development. Menurut Santrock
development is the pattern of change that begins at conception and continues through
the life span, yang artinya perkembangan adalah perubahan pola yang dimulai sejak
masa konsepsi dan berlanjut sepanjang kehidupan. Perkembangan berorientasi pada
proses mental sedangkan pertumbuhan lebih berorientasi pada peningkatan ukuran
dan struktur. Jika perkembangan berkatan dengan hal yang bersifat fungsional,
sedangkan pertumbuhan bersifat biologis. Misalnya, jika dalam perkembangan
mengalami perubahan pasang surut mulai lahir sampai mati. Tetapi jika pertumbuhan
contohya seperti, pertumbuhan tinggi badan dimula sejak lahir dan berhenti pada usia
18 tahun (Desmita, 2015). Beberapa komponen yang termasuk dalam perkembangan
yaitu :
a. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang
berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang
berkaitan dengan bagaimana indvidu mempelajari dan memimkirkan
lingkungannya. Perkembangan kognitif juga digunakan dalam psikolog untuk
menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran,
ingatan, dan penglohan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh
pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua
proses psikologis yang berkaitan dengan individu. Selain berkaitan dengan
individu juga mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan,
memperkirakan, menilai dan memikirkan lingkungannya (Desmita, 2015).

Mengacu pada tahap perkembangan kognitif dari Piaget, maka anak pada masa
kanak-kanak akhir berada pada tahap operasional konkret yang berlangsung kira-
kira usia 7-11 tahun (tahap operasional konkret. Pada tahapan ini, pemikiran logis
menggantikan pemikiran intuitif. Anak sudah mampu berpikir rasional dan
melakukan aktivitas logis tertentu, walaupun masih terbatas pada objek konkret
dan dalam situasi konkret. Anak telah mampu mampu memperlihatkan
keterampilan konversi, klasifikasi, penjumlahan, pengurangan, dan beberapa
kemampuan lain yang sangat dibutuhkan anak dalam mempelajari pengetahuan
dasar sekolah. Cara berpikirnya sudah kurang egosentris yang ditandai dengan
desentrasi yang besar, yaitu sudah mampu memperhatikan lebih dari satu dimensi
dan juga menghubungkan satu dengan yang lainnya (Soetjiningsih, 2012). Pada
tahap operasional konkret, anak-anak dapat memahami :
1) Konservasi, yaitu kemampuan anak untuk memahami bahwa suatu
zat/objek/benda tetap memiliki substansi yang sama walaupun mengalami
perubahan dalam penampilan. Ada beberapa macam konservasi seperti
konservasi jumlah, panjang, berat, dan volume.
2) Klasifikasi, yaitu kemampuan anak untuk mengelompokkan
/mengklasifikasikan benda dan memahmi hubungan antarbenda tersebut.
3) Seriaton, yaitu kemampuan anak mengurutkan sesuai dimensi kuantitatifnya.
Misalnya sesuai panjang,besar dan beratnya.
4) Transitivity, yaitu kemampuan anak memikirkan relasi gabungan secara logis.
Jika ada relasi antara objek pertama dan kedua, da nada relasi antara objek
kedua dan ketiga, maka ada relasi antara objek pertama dan ketiga.
b. Perkembangan Moral

Menurut Kohlberg, perkembangan moral terjadi melalui tiga tingkatan dan terdiri
dari enam stadium, dan masing-masing stasium akan dilalui oleh setiap anak
walaupun tidak pada usia yang sama namum perkembangan selalui melalui urutan
ini (Soetjiningsih, 2012), yaitu :

1) Tingkatan I : Penalaran moral yang pra conventional


Merupakan tingkatan terendah dari penalaran moral. Pada tingkatan ini baik
dan burk diinterpretasikan melalui reward (imbalan) dan punishment
(hukuman) Stadium 1 : moralitas heteronom
Penalaran moral terkait dengan hukuman (punishment), anak bepikir bahwa
mereka harus patuh karena takut hukuman (tingkah laku dinilai benar bila
tidak dihukum, dan sebaliknya).

Stadium 2 : individualisme, tujuan instrumental, dan pertukaran


Pada tahap ini penalaran individu yang memikirkan kepentingan diri sendiri
adalah hal yang benar dan hal ini juga berlaku untuk orang lain. Karena itu,
menurut anak apa yang benar adalah sesuatu yang melibatkan pertukaran yang
setara. Mereka berpikir jika mereka akan baik terhadap dirinya.
2) Tingkatan II : Penalaran moral yang conventional
Individu memberlakukan standart tertentu, tetapi standar ini ditetapkan oleh
orang lain, misalnya orang tua sekolah.
Stadium 3 : Ekspektasi interpersonal mutual, hubungan dengan orang lain, dan
konformitas interpersonal.
Pada tahap ini, anak menghargai kepercayaan, perhatian, dan kesetiaan
terhadap orang lain sebagai dasar dari penilain moral. Anak mengadopsi
standar moral orang tua agar dianggap oleh orang tua sebagai anak yang bak.
Dengan kata lain, mereka merupakan tahap orientasi anak atau person yang
baik.

Stadium 4 : Moralitas sistem sosial

Penilaian moral didasari oleh pemahaman tentang keteraturan di masyarakat,


hukum, keadilan, dan kewajiban. Sebagai contoh, anak berpikir supaya
komunitas dapat bekerja dengan efektif perlu dilindungi oleh hukum yang
diberlakukan terhadap anggotanya. Dengan kata lain, merupakan tahap
orientasi pelestarian otoritas dan aturan sosial (aturan sosial yang ada harus
dijaga).

3) Tingkatan III : Penalaran moral yang post-conventional

Individu menyadari adanya jalur moral alternative , mengeksplorasi pilihan


ini, laly memutuskan berdasarkan kode moral personal.

Stadium 5 : kontrak atau utilitas sosial dan hak individu

Pada tahap ini individu menalar bahwa nilai, hak, dan prinsip lebih utama atau
lebih luas darpada hukum. Individu mengevaluasi validitas hukum yang ada,
dan melindungi hak asasi dan nilai dasar manusia. Dengan kata lain,
merupakan orientasi control legalitas (untuk kehidupan bersama yang teratur).

Stadium 6 : Prinsip etis universal Individu mengembangjan standar moral


berdasarkan hak asasi manusia universal. Ketika dihadapkan dengan
pertentangan antara hukum dan hat nurani, individu menalar bahwa harus
diikuti adalah hati nurani, meskipun keputusan ini dapat memberikan resiko.
Dengan kata lain merupakan orientasi atas dasar prinsip dan konsiensia sendiri
(ukuran penilaian adalah konsiensia sendiri) (Soetjiningsih, 2012).
Pada masa kanak-kanak akhir usia 6-12 tahun, penalaran moral anak ada pada
angkatan II, yaitu pada moral yang conventional (tahapan selengkapnya dapat
dilihat pada uraian sebelumnya tentang masa anak awal). Pada tingkat
conventional ini individu memberlakukan satndar tertentu, tetapi standar ini
ditetapkan oleh orang lain, misalnya orang tua atau pemerintah (Soetjiningsih,
2012). Perkembangan moral pada masa kanak-kanak akhir, sebagai berikut :
a) Anak berbuat baik bukan untuk mendapatkan kepuasan fisik, tetapi untuk
mendapatkan kepuasan psikologis yang diperoleh melalui persetujuan
sosial.
b) Lingkungan merupkan ruang lingkup yang lebih luas, kaidah moral
sebagian besar lebih ditentukan oleh norma-norma yang terdapat dalam
kelompoknya.
c) Usia sekitar 10-12 tahun sudah mengenal konsep moralitas, seperti
kejujuran, keadilan, dan kehormatan.
d) Perbuatan baik buruk dilihat dari apa motif melakukan hal tersebut.

3. Masalah Anak Usia Sekolah


Masalah-masalah yang sering terjadi pada anak usia ini meliputi bahay fisik dan
psikologi antara lain :
a. Bahaya fisik
1) Penyakit
Penyakit infeksi pada usia ini jarang sekali terjadi, penyakit yang sering
ditemui adalah penyakit yang berhubungan dengan kebersihan diri anak.
2) Kegemukan
Kegemukan terjadi bukan karena adanya perubahan pada kelenjar tapi akibat
banyaknya karbohidrat yang dikonsumsi sehingga anak kesulitan mengikuti
kegiatan bermain, sehingga kehilangan kesempatan untuk mencapai
ketrampilan yang penting untuk keberhasilan sosial.
3) Kecelakaan
Kecelakaan terjadi akibat keinginan anak untuk bermain yang menghasilkan
ketrampilan tertentu.
4) Kecanggungan
Pada masa ini anak mulai membandingkan kemampuannya dengan teman
sebaya bila muncul perasaan tidak mampu dapat menjadi dasar untuk rendah
diri
5) Kesederhanaan
Kesederhanaan sering dilakukan oleh anak-anak pada masa apapun. Orang
yang lebih dewasa memandangnya sebagai perilaku yang kurang menarik,
sehingga anak menafsirkan sebagai penolakan yang dapat mempengaruhi
perkembangan konsep diri pada anak.

b. Bahaya Psikologi
1) Bahaya dalam berbicara
Kesalahan dalam berbicara seperti salah ucap dan kesalahan bahasa, cacat
dalam bicara seperti gagap atau pelat, akan membuat anak menjadi sadar diri
sehingga anak hanya berbicara bila perlu saja.
2) Bahaya emosi
Anak masih menunjukkan pola-pola ekspresi emosi yang kurang
menyenangkan seperti marah yang meledak-ledak, cemburu sehingga
kurang disenangi orang lain.
3) Bahaya bermain
Anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan merasa kekurangan
kesempatan untuk mempelajari permainan dan olahraga yang penting untuk
menjadi anggota kelompok. Anak yang dilarang berkhayal karena
membuang waktu atau dilarang melakukan kegiatan kreatif dan bermain
akan mengembangkan kebiasaan penurut yang kaku.
4) Bahaya konsep diri
Anak mempunyai konsep diri yang ideal, biasanya merasa tidak puas pada
diri sendiri dan pada perlakuan orang lain. Anak cenderung berprasangka
dan bersikap diskriminatif dalam memperlakukan orang lain.
5) Bahaya moral
Ada enam bahaya umumnya dikaitkan dengan perkembangan sikap moral
dan perilaku anak-anak :
a) Perkembangan kode moral berdasarkan konsep teman-teman atau
berdasarkan konsep-konsep media masa tentang benar dan salah yang
tidak sesuai dengan kode orang dewasa.
b) Tidak berhasil mengembangkan suara hati sebagai pengawas dalam
terhadap perilaku
c) Disiplin yang tidak konsisten membuat anak tidak yakin akan apa yang
sebaiknya dilakukan.
d) Hukuman fisik merupakan contoh agresivitas anak.
e) Menganggap dukungan teman terhadap perilaku yang salah begitu
memuaskan sehingga perilaku menjadi kebiasaan.
f) Tidak sabar terhadap perbuatan orang lain yang salah.
6) Bahaya yang menyangkut minat
Tidak minat pada hal-hal yang dianggap penting oleh teman sebaya dan
mengembangkan.
7) Bahaya dalam penggolongan peran seks
Ada dua bahaya yang umum dalam penggolongan peran seks yaitu
kegagalan untuk mempelajari organ seks, dan ketidak mampuan untuk
melakukan peran seks yang disetujui.
8) Bahaya dalam perkembangan kepribadian Ada dua bahaya yang serius
dalam perkembangan kepribadian periode ini. Pertama, perkembangan
konsep diri yang buruk yang mengakibatkan penolakan diri, dan
kedua,egosentrisme yang merupakan lanjutan dari awal masa kanak-
kanak.
9) Bahaya hubungan keluarga
Pertentangan dengan anggota-anggota keluarga mengakibatkan dua hal
yaitu melemahkan ikatan keluarga dan menimbulkan kebiasaan pola
penyesuaian yang buruk, serta masalah-masalah yang dibawa keluar
rumah. (Suprajitno 2004).

C. Konsep Communityas Partner


Model konseptual adalah sintesis seperangkat konsep dan pernyataan yang
mengintegrasikan konsep-konsep tersebut menjadi suatu kesatuan. Model keperawatan
dapat didefinisikan sebagai kerangka pikir, sebagai satu cara melihat keperawatan, atau
satu gambaran tentang lingkup keperawatan.

Model ini sebagai panduan proses keperawatan dalam pengkajian komunitas, analis, dan
diagnosa, perencanaan, implementasi. Model ini sebagai panduan proses keperawatan
dalam pengkajian komunitas : analisa dan diagnosa, perencanaan, implementasi
komunitas yang terdiri dari tiga tingkatan pencegahan yaitu primer, sekunder, dan tersier,
dan program evaluasi (Hitchcock, Schubert, Thomas, 1999).

Konsep Communityas Partner diperkenalkan Anderson dan McFarlane. Model ini


merupakan pengembangan dari model Neuman yang menggunakan pendekatan totalitas
manusia untuk menggambarkan status kesehatan klien. Neuman memandang klien
sebagai sistem terbuka dimana klien dan lingkungannya berada dalam interaksi yang
dinamis. Menurut Neuman, untuk melindungi klien dari berbagai stressor yang dapat
mengganggu keseimbangan, klien memiliki tiga garis pertahanan, yaitu fleksiblel ineof
defense, normal line of defense, dan resistance defense.

Model community as partner terdapat dua komponen utama yaitu roda pengkajian
komunitas dan proses keperawatan. Roda pengkajian komunitas terdiri (1) inti komunitas
(the community core), (2) subsistem komunitas (the community subsystems), dan (3)
persepsi (perception). Model ini lebih berfokus pada perawatan kesehatan masyarakat
yang merupakan praktek, keilmuan, dan metodenya melibatkan masyarakat untuk
berpartisipasi penuh dalam meningkatkan kesehatannya.

Agregat klien dalam model Communityas Partner ini meliputi intra sistem dan ekstra
sistem. Intra sistem terkait adalah sekelompo korang-orang yang memiliki satu atau lebih
karakteristik (Stanhope & Lancaster,2004). Agregat ekstra sistem meliputi delapan
subsistem yaitu komunikasi, transportasi dan keselamatan, ekonomi, pendidikan, politik
dan pemerintahan, layanan kesehatan dan sosial, lingkungan fisik dan rekreasi (Helvie,
1998; Anderson & McFarlane, 2000; Ervin, 2002 ; Hitchcock, Schubert, Thomas, 1999 ;
Stanhope & Lancaster, 2004 ; Allender & Spradley, 2005).

Delapan subsistem dipisahkan dengan garis putus-putus artinya sistem satu dengan yang
lainnya saling mempengaruhi. Di dalam komunitas ada lines of resistance, merupakan
mekanisme internal untuk bertahan dari stressor. Rasa kebersamaan dalam komunitas
untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan contoh dari line of resistance. Anderson dan
McFarlane (2000) mengatakan bahwa dengan menggunakan model Communityas
Partnerter dapat dua komponen utama yaitu roda pengkajian komunitas dan proses
keperawatan. Roda pengkajian komunitas terdiri dari dua bagian utama yaitu inti dan
delapan subsistem yang mengelilingi inti yang merupakan bagian dari pengkajian
keperawatan, sedangkan proses keperawatan terdiri dari beberapa tahap mulai dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

Komunitas sebagai klien/ partner berarti kelompok masyarakat tersebut turut berperan
serta secara aktif meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengatasi masalah
kesehatannya.

1. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis terhadap
masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi
oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut
permasalahan pada fisiologis, psikologis dan sosial ekonomi maupun spiritual dapat
ditentukan.Pengkajian keperawatan komunitas merupakan suatu proses tindakan
untuk mengenal komunitas.  Mengidentifikasi faktor positif dan negatif yang
berbenturan dengan masalah kesehatan dari masyarakat hingga sumber daya yang
dimiliki komunitas dengan tujuan merancang strategi promosi kesehatan. Dalam tahap
pengkajian ini terdapat lima kegiatan, yaitu :
a. Pengumpulan data
Tujuan pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai
masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukam tindakan yang
harus diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik,
psikologis, sosial ekonomi dan spiritual serta faktor lingkungan yang
mempengaruhinya. Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data
meliputi :
1) Data inti
Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas yaitu riwayat terbentuknya
sebuah komunitas (lama/baru). tanyakan pada orang-orang yang kompeten
atau yang mengetahui sejarah area atau daerah itu.
a) Data demografi
Karakteristik orang-orang yang ada di area atau daerah tersebut, distribusi
(jenis kelamin, usia, status perkawinan, etnis), jumlah penduduk,
b) Vital statistik
Meliputi kelahiran, kematian, kesakitan dan penyebab utama kematian
atau kesakitan.
c) Nilai dan kepercayaan
Nilai yang dianut oleh masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan,
kepercayaan-kepercayaan yang diyakini yang berkaitan dengan
kesehatan, kegiatan keagamaan di masyarakat, kegiatan-kegiatan
masyarakat yang mencerminkan nilai-nilai kesehatan.
(Anderson & McFarlane, 2000). 

2) Subsistem
(1) Lingkungan fisik
Catat lingkungan tentang mutu air, flora, perumahan, ruang, area hijau,
binatang, orang-orang, bangunan buatan manusia, keindahan alam, air,
dan iklim.
(2) Pelayanan kesehatan dan sosial
Catat apakah terdapat klinik, rumah sakit, profesi kesehatan yang praktek,
layanan kesehatan publik, pusat emergency, rumah perawatan atau panti
werda, fasilitas layanan sosial, layanan kesehatan mental, dukun
tradisional/pengobatan alternatif.
(3) Ekonomi
Catat apakah perkembangan ekonomi di wilayah komunitas tersebut maju
dengan pesat, industri, toko, dan tempat-tempat untuk pekerjaan, adakah
pemberian bantuan sosial (makanan), seberapa besar tingkat
pengangguran, rata-rata pendapatan keluarga, karakteristik pekerjaan.
(4) Keamanan dan transportasi
Apa jenis transportasi publik dan pribadi yang tersedia di wilayah
komunitas, catat bagaimana orang-orang bepergian, apakah terdapat
trotoar atau jalur sepeda, apakah ada transportasi yang memungkinkan
untuk orang cacat. jenis layanan perlindungan apa yang ada di komunitas
(misalnya: pemadam kebakaran, polisi, dan lain-lain), apakah mutu udara
di monitor, apa saja jenis kegiatan yang sering terjadi, apakah orang-
orang merasa aman.
(5) Politik dan pemerintahan
Catat apakah ada tanda aktivitas politik, apakah ada pengaruh partai yang
menonjol, bagaimana peraturan pemerintah terdapat komunitas
(misalnya: pemilihan kepala desa, walikota, dewan kota), apakah orang-
orang terlibat dalam pembuatan keputusan dalam unit pemerintahan lokal
mereka.
(6) Komunikasi
Catat apakah oaring-orang memiliki tv dan radio, apa saja sarana
komunikasi formal dan informal yang terdapat di wilayah komunitas,
apakah terdapat surat kabar yang terlihat di stan atau kios, apakah ada
tempat yang biasanya digunakan untuk berkumpul.
(7) Pendidikan
Catat apa saja sekolah-sekolah dalam area beserta kondisi, pendidikan
lokal, reputasi, tingkat drop-out, aktifitas-aktifitas ekstrakurikuler,
layanan kesehatan sekolah, dan tingkat pendidikan masyarakat.
(8) Rekreasi
Catat dimana anak-anak bermain, apa saja bentuk rekreasi utama, siapa
yang berpartisipasi, fasilitas untuk rekreasi dan kebiasaan masyarakat
menggunakan waktu senggang.
(Anderson & McFarlane, 2000). 

3) Persepsi
Persepsi masyarakat dan keluarga terhadap suatu penyakit masih acuh,
mungkin dipengaruhi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat ataupun
kurangnya pengetahuan kesehatan mengenai suatu penyakit.
(Anderson & McFarlane, 2000). 

b. Jenis data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari
1) Data subjektif: yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang
dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok dan komunitas, yang
diungkapkan secara langsung melalui lisan.
2) Data objektif: data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan
pengukuran.
c. Sumber data
1) Data primer: data yang dikumpulakn oleh pengkaji dalam hal ini mahasiswa
atau perawat kesehatan masyarakat dari individu, keluarga, kelompok dan
komunitas berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengkajian.
2) Data sekunder : data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya,
misalnya : kelurahan, catatan riwayat kesejatan pasien atau medical record.
(wahit, 2005)
d. Cara pengumpulan data
1) wawancara atatu anamnesa
2) pengamatan
3) pemeriksaan fisik
e. Pengolahan data
1) klasifikasi data atau kategorisasi data
2) perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan tally
3) tabulasi data
f. Interpretasi data analisis data
Tujuan analisis data :
1) menetapkan kebutuhan komuniti;
2) menetapkan kekuatan;
3) mengidentifikasi pola respon komuniti;
4) mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.
g. Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan
h. Prioritas masalah
Prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan perlu
mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria:
1) perhatian masyarakat;
2) prevalensi kejadian;
3) berat ringannya masalah;
4) kemungkinan masalah untuk diatasi;
5) tersedianya sumber daya masyarakat;
6) aspek politis.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan baik yang
aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada saat
pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul
kemudian. American Nurses Of Association (ANA). Dengan demikian diagnosis
keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang status dan
masalah kesehatan pasien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.

3. Perencanaan
a.Tahapan pengembangan masyarakat, yaitu persiapan, penentuan prioritas daerah,
pengorganisasian, pembentukan pokjakes (kelompok kerja kesehatan)
b. Tahap diklat
c.Tahap kepemimpinan yang merupakan koordinasi intersektoral, akhir, supervisi
atau kunjungan bertahap.

4. Pelaksanaan/Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan
yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994
dalam Potter & Perry, 1997). Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada
klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi,
pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan
yang muncul dikemudian hari.

Menurut Craven dan Hirnle (2000) secara garis besar terdapat tiga kategori dari
implementasi keperawatan, antara lain:
1) Cognitive implementations, meliputi pengajaran/ pendidikan, menghubungkan
tingkat pengetahuan klien dengan kegiatan hidup sehari-hari, membuat strategi
untuk klien dengan disfungsi komunikasi, memberikan umpan balik, mengawasi
tim keperawatan, mengawasi penampilan klien dan keluarga, serta menciptakan
lingkungan sesuai kebutuhan, dan lain lain.
2) Interpersonal implementations, meliputi koordinasi kegiatan-kegiatan,
meningkatkan pelayanan, menciptakan komunikasi terapeutik, menetapkan
jadwal personal, pengungkapan perasaan, memberikan dukungan spiritual,
bertindak sebagai advokasi klien, role model, dan lain lain.
3) Technical implementations, meliputi pemberian perawatan kebersihan kulit,
melakukan aktivitas rutin keperawatan, menemukan perubahan dari data dasar
klien, mengorganisir respon klien yang abnormal, melakukan tindakan
keperawatan mandiri, kolaborasi, dan rujukan, dan lain-lain.

5. Evaluasi atau penilaian


Menurut Ziegler, Voughan – Wrobel, & Erlen (1986) dalam Craven & Hirnle (2000),
evaluasi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1) Evaluasi struktur
Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan sekeliling
tempat pelayanan keperawatan diberikan. Aspek lingkungan secara langsung atau
tidak langsung mempengaruhi dalam pemberian pelayanan. Persediaan
perlengkapan, fasilitas fisik, rasio perawat-klien, dukungan administrasi,
pemeliharaan dan pengembangan kompetensi staf keperawatan dalam area yang
diinginkan.
2) Evaluasi proses
Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah perawat
dalam memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa tekanan, dan
sesuai wewenang. Area yang menjadi perhatian pada evaluasi proses mencakup
jenis informasi yang didapat pada saat wawancara dan pemeriksaan fisik, validasi
dari perumusan diagnosa keperawatan, dan kemampuan tehnikal perawat.
3) Evaluasi hasil
Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons prilaku klien
merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada
pencapaian tujuan dan kriteria hasil.

Anda mungkin juga menyukai