TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Intranatal
B. Teori-Teori Persalinan
Awal persalinan biasanya terjadi ketika fetus cukup matur, dengan kondisi
ekstra uterus tetapi tidak cukup mampu untuk menimbulkan mekanisme
persalinan. Penelitian menyebutkan bahwa persalinan terjadi oleh pengaruh
keseimbangan hormon yang menstimulasi kontraksi persalinan dan hormon
yang cendrung merelaksasi otot uterus.
2. Teori Oksitosin
Teori ini mengemukakan bahwa oksitosin menstimulasi uterus dengan
bekerja secara langsung pada myometrium dan secara tidak langsung
meningkatkan produksi prostaglandin pada desidua. Sensitivitas uterus
terhadap oksitosin semakin meningkat seiring perkembangan kehamilan.
Riset menemukan support/ kondisi yang tidak konsisten pada teori ini.
Meskipun beberapa studi mendukung peningkatan kadar oksitosin dalam
memulai persalinan, namun kondisi lain tidak menunjukkan kalau hormon
ini meningkat sebelum persalinan atau dalam kala 1 persalinan
Konsentrasi tertinggi oksitosin nampak dalam darah selama kala II
persalinan. Karena manusia dan mamalia lain secara normal akan bersalin
setelah penghentian atau perusakan hypophysis yang mana mensekresi
oksitosin, sehingga hormon ini sendiri tidak mengawali proses persalinan.
3. Teori kontrol endokrin janin
Teori control endokrin janin mengemukakan bahwa tepat pada sat janin
matur, kelenjer endokrin janin mensekresi kortikosteroid yang menjadi
trigger (pemicu) makanisme-mekanisme dimulainya persalinan. Steroid
dari janin ini menstimulasi penurunan precursor prostaglandin. Yang
menghasilkan kontraksi uterus sebagai awal persalinan
Sebelum persalinan, sensitivitas kelenjer adrenal janin terhadap
adrenokortikotropik hormon yang dihasilkan oleh hypothalamus meningkat,
menyebabkan dihasilkannya kortrisol. Penurunan kortikosteroid selama
periode stress diduga sebagai salah satu penyebab persalinan prematur.
4. Teori prostagladin
Hipotesis teori ini menguatkan bahwa persalinan diawali serangkaian
kejadian meliputi penurunan precursor lemak, kemungkinan dipicu
(triggered) oleh aksi steroid, penurunan asam arachidonate dari precursor
lemak, mungkin pada sisi membrane fetus; peningkatan sintesis
prostaglandin dari asam arachionat; peningkatan kontraksi uterus sebagai
dampak dari kerja/ aksi prostaglandin pada otot uterus
1. Passenger
a. Ukuran kepala janin
Ukuran dan sifat relative kaku, kepala janin sangat mempengaruhi
proses persalinan. Pengkajian ukuran janin akan membantu informasi
usia dan kesejahteraan janin.
b. Presentasi janin
Presentasi janin adalah bagian janin yang pertama kali memasuki pintu
atas panggul dan terus melalui jalan lahir saat persalinan mencapai
aterm. Tiga presentasi utama yaitu kepala, bokong, dan bahu. Faktor
yang menentukan presentasi adalah letak janin, sikap janin, dan
ekstensi/fleksi kepala janin.
c. Letak dan sikap janin.
Letak adalah hubungan antara sumbu panjang (punggung)janin dan
sumbu panjang (punggung) ibu. Ada 2 macam letak yaitu memanjang
(vertical), dimana sumbu panjang janin paalel dengan sumbu panjang
ibu, dan melintang/horizontal, di mana sumbu panjang janin
membentuk sudut terhadap sumbu panjang ibu. Sikap adalah hubungan
bagian tubuh janin yang satu dengan yang lain. Pada kondisi normal
punggung janin sangat fleksi, kepala fleksi ke arah dada dan paha fleksi
kea rah sendi lutut. Tangan disilangkan di depan toraks dan tali pusat
terletak di antaralengan dan tungkai.
d. Posisi janin
Adalah hubungan antara presentasi terhadap empat kuadran panggul
ibu. Pernyataan posisi misalnya OTKa, oksipito – anterior kanan.
2. Passageway
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu yakni bagian tulang pada dasar
panggul, vagina dan introitus ( lubang luar vagina ). Janin biasanya bisa
menyesuaikan terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu
ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.
3. Power
Ada 2 macam kekuatan dalam persalinan, yaitu kontraksi involunter dan
volunter. Kontraksi involunter disebut kekuatan primer yang menandai
dimulainya persalinan. Usaha volunter setelah servik berdilatasi untuk
mendorong janin di sebut kekuatan sekunder yang akan memperbesar
kontraksi involunter. Kekuatan primer menyebabkan serviks menjadi tipis
( effecment ), berdilatasi dan janin turun.Setelah bagian presentasi
mencapai dasar panggul, wanita merasa ingin mengejan untuk mendorong
janin keluar, inilah yang disebut kekuatan sekunder. Kekuatan sekunder
tidak mempengaruhi dilatasi serviks, tetapi kekuatan ini muncul setelah
dilatasi serviks lengkap.
4. Posisi ibu
Perubahan posisi ibu saat bersalin akan mengakibatkan rasa letih
berkurang, member rasa nyaman dan memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak
memungkinkan gaya gravitasi membantu penurunan janin, curah jantung
ibu menjadi lebih meningkat sehingga akan memperbaiki sirkulasi
uteroplasenter dan ginjal ibu.
5. Psikologis
Merupakan salah satu faktor yang juga sangat mempengaruhi proses
persalinan, kecemasan, ketakutan dan koping yang tidak baik selama
proses persalinan dapat berdampak pada jeleknya kemajuan persalinan.
2. Tahap-TahapPersalinanNomal
A. Durasi Persalinan
B. Tahap Persalinan
1. Kala I Persalinan
a. Penipisan serviks
Penipisan serviks adalah penipisan dan pemendekan saluran
serviks dari strukturnya sepanjang 2 sampai 3 cm dan tebal
sekitar 1 cm sampai menjadi struktur yang sama sekali tidak
memiliki saluran, kecuali sebuah lubang melingkar dengan tepi
hampir setipis kertas. Tepi lubang serviks internal tertarik
beberapa sentimeter ke atas, sehingga bentuk saluran
endoserviks menjadi bagian dari segmen bawah uterus. Pada
primigravida, penipisan sering kali lengkap sebelum dilatasi
dimulai, tetapi pada multipara penipisan jarang lengkap ;
dilatasi berlangsung dengan tepi serviks yang agak
tebal.Penipisan serviks diukur selama pemeriksaan panggul
dengan memperkirakan peresentase pemendekan saluran
serviks.
b. Dilatasi Serviks
Dilatasi serviks adalah pelebaran lubang servikal dari sebuah
lubang berukuran beberapa milimeter sampai cukup besar
untuk dilewati janin (yaitu, diameter sekitar 10 cm). Saat
serviks tidak dapat lagi diraba, dilatasi dikatakan lengkap.
Meskipun kekuatan yang terkait dalam dilatasi tidak dipahami
dengan baik, beberapa faktor tampak terlibat didalamnya. Serat
otot di sekitar serviks sangat teratur sehingga tepi-tepinya
tertarik dan membuat serviks terbuka. Penarikan serviks secara
mekanis meningkatkan aktivitas uterus (refleks Ferguson).
Pelepasan oksitosin endogenus dapat menjadi peran- tara pada
proses ini. Kontraksi uterus menyebabkan tekanan pada
kantong amnion, dan menyusup ke dalam serviks dalam bentuk
seperti kantong, menghasilkan tindakan dilatasi. Dalam
ketiadaan selaput ketuban, tekanan bagian presentasi janin
pada serviks dan segmen bawah uterus memiliki efek yang
serupa, yaitu dilatasi.
Pengukuran dilatasi serviks dalam sentimeter dilakukan selama
pemeriksaan panggul dengan memperkirakan diameter lubang
serviks melalui pemeriksaan digital (menggunakan jari).
Karena dilatasi serviks pada kala I persalinan semata-mata
merupakan hasil kontraksi uterus secara involunter, proses
tidak dapat dipercepat oleh maternal dengan mengejan. Ibu
harus dicegah agar tidak mengejan sampai dilatasi serviks 10
cm, sebab upaya mengejan dapat membuatnya lelah dan
menyebabkan serviks menjadi edema.
2. Kala II Persalinan
Kala II yaitu tahap mulai dilatasi serviks lengkap sampai janin lahir,
pada tahap ini berlangsung 2 jam untuk primipara dan 1,5 jam untuk
multipara.
Menjelang akhir kala dua, tekanan kepala janin ke bawah pada vagina
menyebabkan anus menjadi meregang dan menonjol keluar, dan sering
kali partikel kecil dari materi feses dikeluarkan dari rektum pada setiap
kontraksi. Setelah kepala lebih jauh turun daerah perineum mulai
mengembung, dan perineum menjadi tegang dan berkilau. Pada saat
ini, kulit kepala janin dapat dideteksi melalui lubang vulva yang
menyerupai celah. Pada setiap kontraksi berikutnya, perineum menjadi
lebih mengembung, dan vulva menjadi lebih terdilatasi dan terdistensi
oleh kepala; lubang vulva secara bertahap berubah bentuk menjadi
oval kemudian terakhir menjadi berbentuk menjadi lebih kecil, dan
kepala janin masuk kembali sampai kemudian kembali keluar saat
terjadi kontraksi berikutnya.
Penurunan (descent)
Fleksi
Ekstensi
Pengeluaran (Ekspulsi)
Kala III yaitu tahap sejak janin lahir sampai plasenta lahir, waktu
untuk tahap-tahap ini sekitar 15-30 menit meskipun 45-60 menit masih
dianggap normal.
Kala III persalinan terdiri atas dua fase, yaitu pelepasan plasenta dan
ekspulsi (pengeluaran) plasenta.Segera setelah lahir, sisa cairan
amnion keluar, kenudian biasanya diikuti dengan sedikit aliran darah.
Uterus dapat dirasakan sebagai massa berbentuk globular yang keras
tepat di bawah umbilikus. Sesaat kemudian, uterus relaksdan
berbentuk kepingan (discoid). Dengan setiap kontraksi atau relaksasi
berikutnya, bentuk uterus berubah dari globular ke bentuk kepingan
sampai plasenta terpisah, setelah itu bentuk uterus tetap globular.
a. Pelepasan plasenta
Saat uterus yang isinya telah berkurang berkontraksi pada interval
teratur, area tempat menempelnya plasenta menjadi sangat
berkurang. Perbedaan proporsi yang besar antara menurunnya
ukuran tempat penempelan plasenta dan ukuran plasenta menyebab
kan pelipatan atau penggantungan plasenta di permukaan maternal,
dan pelepasan terjadi. Semen- tara, perdarahan terjadi di dalam
lipatan plasenta ini, yang mempercepat pelepasan organ. Plasenta
masuk ke segmen bawah uterus atau vagina atas sebagai badan
yang terpisah. Tanda pelepasan plasenta biasanya terjadi dalam 5
menit setelah kelahiran bayi.
4. Kala IV persalinan
Kala IV yaitu waktu 2 jam seelah plasenta lahir, periode ini merupakan
masa pemulihan yang terjadi segera jika homeostasis berlangsung
dengan baik. Masa ini merupakan periode penting untuk memantau
adanya komplikasi.
Empat jam pertama pascapartum, yang terkadang disebut kala IV
persalinan, merupakan waktu pengembalian stabilitas fisiologis.
Selama periode ini, kontraksi dan retraksi miometrium, disertai dengan
trombosis pembuluh darah, bekerja secara efektif untuk mengontrol
perdarahan dari tempat plasenta. Bagaimanapun, terdapat
kemungkinan risiko terjadi- nya pendarahan, retensi urine, hipotensi,
dan efek samping anestesia. Periode ini juga penting untuk
pembentukan awal hubungan ibu-bayi dan konsolidasi unit keluarga.
Interaksi awal orang tua dengan bayi baru lahir dan bayi baru lahir
dengan orang tua dipercaya memengaruhi kualitas hubungan mereka
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S.2006. Suatu Prosedur Penelitian Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Asrinah, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Persalinan. Yogyakarta : Graha Ilmu
Sari, E.P. dan Kunia, D.R. 2014. Asuhan Kebidanan Persalinan (Intranatal care).
Jakarta: TIM.
Walyani, E.S. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka baru.