Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Persalinan Normal

A. Konsep Intranatal

Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal.


Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri)
(Sari, P.E dan Rimandini, D.K, 2015).

Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm


(bukan premature atau postmatur), mempunyai onset spontan (tidak
diinduksi), selelsai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya,
empunyai janin tunggal dengan presentase ouncak kepala, terlaksana tanpa
bantuan artificial, tidak mencakup komlikasi, plasenta lahir normal (Walyani,
S.E dan Purwoastuti, E.,2016)

Mula-mula kekuatan yang mucul keccil, kemudian terus meningkat sampai


pada puncaknya pembukaan serviks lengkap sehingga siap untukpengeluaran
janin dari rahim ibu. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil
konsepsi dari rahim ibu melalui jalan lahir atau dengan jalan lain, yang
kemudian janin dapat hidup kedunia luar(Rohani, dkk, 2013).

Persalinan adalah satu rangkaian proses persalinan dan kelahiran meliputi


passage away, passenger, powers, dan psikologis. Uterus ibu hamil terus
bertumbuh sehubungan dengan terjadinya hipertropi sel-sel otot, hiperplasia.
Selama persalinan, sel-sel diaktivasi oleh serangkaian reaksi-reaksi kimia
untuk memulai konstraksi uterus yang ritmik, terkoordinasi dan sangat kuat
(yang sifatnya involuntary). Hal ini menghasilkan effacement dan dilatasi
servik dan dimulainya ekspulsi bayi. Masih belum diketahui apa yang
menstimulasi sel-sel uterus ini untuk memulai kontraksi persalinan.
Bermacam-macam teori telah dikemukakan, tapi penelitian terbaru
menyebutkan bahwa kombinasi beberapa mekanisme maternal dan fetal yang
terlibat dan memicu dimulainya persalinan.

B. Teori-Teori Persalinan

Awal persalinan biasanya terjadi ketika fetus cukup matur, dengan kondisi
ekstra uterus tetapi tidak cukup mampu untuk menimbulkan mekanisme
persalinan. Penelitian menyebutkan bahwa persalinan terjadi oleh pengaruh
keseimbangan hormon yang menstimulasi kontraksi persalinan dan hormon
yang cendrung merelaksasi otot uterus.

1. Teori Estrogen – Progesteron


Teori ini mengemukakan bahwa rasio estrogen–progesteron sangat penting
dalam memelihara kehamilan dan mengawasi persalinan. Kadar kedua
hormone ini mempengaruhi konsentrasi reseptor oksitosin dalam uterus.
Penelitian pada binatang menunjukan bahwa penurunan sirkulasi
progesteron untuk memfasilitasi kontraksi uterus dicapai dengan
peningkatan formasi titik/jaringan penghubung (gap junction) dan
peningkatan formasi prostaglandin meningkatkan perkembangan gap
junction dan meningkatkan sintesis lokal

Teori ini percaya bahwa awal persalinan berasal dari progesterone


withdrawal, pada saat kadar estrogen relatif dominan.

2. Teori Oksitosin
Teori ini mengemukakan bahwa oksitosin menstimulasi uterus dengan
bekerja secara langsung pada myometrium dan secara tidak langsung
meningkatkan produksi prostaglandin pada desidua. Sensitivitas uterus
terhadap oksitosin semakin meningkat seiring perkembangan kehamilan.
Riset menemukan support/ kondisi yang tidak konsisten pada teori ini.
Meskipun beberapa studi mendukung peningkatan kadar oksitosin dalam
memulai persalinan, namun kondisi lain tidak menunjukkan kalau hormon
ini meningkat sebelum persalinan atau dalam kala 1 persalinan
Konsentrasi tertinggi oksitosin nampak dalam darah selama kala II
persalinan. Karena manusia dan mamalia lain secara normal akan bersalin
setelah penghentian atau perusakan hypophysis yang mana mensekresi
oksitosin, sehingga hormon ini sendiri tidak mengawali proses persalinan.
3. Teori kontrol endokrin janin
Teori control endokrin janin mengemukakan bahwa tepat pada sat janin
matur, kelenjer endokrin janin mensekresi kortikosteroid yang menjadi
trigger (pemicu) makanisme-mekanisme dimulainya persalinan. Steroid
dari janin ini menstimulasi penurunan precursor prostaglandin. Yang
menghasilkan kontraksi uterus sebagai awal persalinan
Sebelum persalinan, sensitivitas kelenjer adrenal janin terhadap
adrenokortikotropik hormon yang dihasilkan oleh hypothalamus meningkat,
menyebabkan dihasilkannya kortrisol. Penurunan kortikosteroid selama
periode stress diduga sebagai salah satu penyebab persalinan prematur.
4. Teori prostagladin
Hipotesis teori ini menguatkan bahwa persalinan diawali serangkaian
kejadian meliputi penurunan precursor lemak, kemungkinan dipicu
(triggered) oleh aksi steroid, penurunan asam arachidonate dari precursor
lemak, mungkin pada sisi membrane fetus; peningkatan sintesis
prostaglandin dari asam arachionat; peningkatan kontraksi uterus sebagai
dampak dari kerja/ aksi prostaglandin pada otot uterus

Studi pada mekanisme sintesis prostaglandin, menunjukan bahwa asam


arachidonate, penggantian ( the obligatory) precurson terhadap
prostaglandin, peningkatan yang terjadi (markedly) dalam perbandingan
dengan asam lemak lain dalam cairan amniotik wanita bersalin
Prostaglandin efektif dalam menginduksi kontraksi uterus pada tiap-tiap
tahap kehamilan.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan Normal

Selama beberapa minggu terakhir kehamilan, sejumlah perubahan –


perubahan mengindikasikan bahwa persalinan sudah dekat. Monitor awal
disini adalah mengenali gejala – gejala sebelum dimulainya persalinan yang
sebenarnya. Lightening terjadi kurang lebih pada 10 – 14 hari sebelum
kelahiran, terutama pada primigravida . lightening dapat terjadi tiba – tiba
sehingga ibu mungkin merasakan pada pagi hari peningkatan ketegangan
abdomen dan penekanan diafragma seperti yang pernah dialami pada bulan –
bulan sebelumnya. Pada ibu multigravida. Lightening biasanya terjadi saat
dimulainya persalinan.

Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan :

1. Passenger
a. Ukuran kepala janin
Ukuran dan sifat relative kaku, kepala janin sangat mempengaruhi
proses persalinan. Pengkajian ukuran janin akan membantu informasi
usia dan kesejahteraan janin.
b. Presentasi janin
Presentasi janin adalah bagian janin yang pertama kali memasuki pintu
atas panggul dan terus melalui jalan lahir saat persalinan mencapai
aterm. Tiga presentasi utama yaitu kepala, bokong, dan bahu. Faktor
yang menentukan presentasi adalah letak janin, sikap janin, dan
ekstensi/fleksi kepala janin.
c. Letak dan sikap janin.
Letak adalah hubungan antara sumbu panjang (punggung)janin dan
sumbu panjang (punggung) ibu. Ada 2 macam letak yaitu memanjang
(vertical), dimana sumbu panjang janin paalel dengan sumbu panjang
ibu, dan melintang/horizontal, di mana sumbu panjang janin
membentuk sudut terhadap sumbu panjang ibu. Sikap adalah hubungan
bagian tubuh janin yang satu dengan yang lain. Pada kondisi normal
punggung janin sangat fleksi, kepala fleksi ke arah dada dan paha fleksi
kea rah sendi lutut. Tangan disilangkan di depan toraks dan tali pusat
terletak di antaralengan dan tungkai.
d. Posisi janin
Adalah hubungan antara presentasi terhadap empat kuadran panggul
ibu. Pernyataan posisi misalnya OTKa, oksipito – anterior kanan.
2. Passageway
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu yakni bagian tulang pada dasar
panggul, vagina dan introitus ( lubang luar vagina ). Janin biasanya bisa
menyesuaikan terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu
ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.
3. Power
Ada 2 macam kekuatan dalam persalinan, yaitu kontraksi involunter dan
volunter. Kontraksi involunter disebut kekuatan primer yang menandai
dimulainya persalinan. Usaha volunter setelah servik berdilatasi untuk
mendorong janin di sebut kekuatan sekunder yang akan memperbesar
kontraksi involunter. Kekuatan primer menyebabkan serviks menjadi tipis
( effecment ), berdilatasi dan janin turun.Setelah bagian presentasi
mencapai dasar panggul, wanita merasa ingin mengejan untuk mendorong
janin keluar, inilah yang disebut kekuatan sekunder. Kekuatan sekunder
tidak mempengaruhi dilatasi serviks, tetapi kekuatan ini muncul setelah
dilatasi serviks lengkap.
4. Posisi ibu
Perubahan posisi ibu saat bersalin akan mengakibatkan rasa letih
berkurang, member rasa nyaman dan memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak
memungkinkan gaya gravitasi membantu penurunan janin, curah jantung
ibu menjadi lebih meningkat sehingga akan memperbaiki sirkulasi
uteroplasenter dan ginjal ibu.

5. Psikologis
Merupakan salah satu faktor yang juga sangat mempengaruhi proses
persalinan, kecemasan, ketakutan dan koping yang tidak baik selama
proses persalinan dapat berdampak pada jeleknya kemajuan persalinan.

2. Tahap-TahapPersalinanNomal

A. Durasi Persalinan

Meskipun terdapat beberapa tingkat perbedaan, rata rata lama persalinan


dapat diperkirakan berdasarkan studi pada catatan beberapa ribu
primigravida dan multipara. Dalam studi klasik tentang durasi persalinan,
Friedman (1978) mengulas waktu yag dihabiskan dalam kala satu dan dua
persalinan pada sebuah kelompok yang terdiri atas 500 wanita yang
berada dalam kondisi normal dengan hasil yang baik. Rata-rata durasi
persalinan pertama primigravida adalah sekitar 14 jam, sekitar 13 jam
pada kala I, 5 menit sampai 1 jam pada kala II , dan 10 menit pada kala
III. Rata-rata durasi persalinan multipara adalah sekitar 6 jam lebih
pendek dibandingkan persalinan pertama (7 jam 20 menit pada kala I, 15
sampai 30 menit pada kala II, dan 10 menit pada kala III).

B. Tahap Persalinan

1. Kala I Persalinan

Kala I adalah waktu mulai terjadinya kontraksi uterus sampai


dilatasi serviks lengkap. Waktu terjadinya tahap 1 rata-rata 13-14
jam pada primipara dan 7-8 jam pada multipara.
Selama kala 1 persalinan, dilatasi lengkap pada serviks (10 cm)
secara perlahan diperoleh. Kemajuan dilatasi. Serviks lebih cepat
pada multipara dibandingkan primipara. Kala I persalinan dibagi ke
dalam fase laten (persalinan prodromal), fase aktif, dan fase
transisi.

Fase laten, diawali dengan kontraksi uterus, berlangsung selama


beberapa jam dan mencapai pelunakan, penipisan, dan sedikit
dilatasi (3-4 cm) serviks. Dengan dimulainya fase aktif, intensitas
dan lama kontraksi uterus meningkat dan kontraksi terjadi lebih
sering (setiap 3-5 menit). Fase ini berakhir ketika dilatasi serviks
mencapai sekitar 7 cm. Fase transisi dimulai ketika serviks
mengalami dilatasi lengkap (8-10 cm) dan dicirikan dengan
kontraksi uterus yang intens yang terjadi setiap 2 sampai 3 menit
Ketika dilatasi serviks 5 cm, ibu telah memasuki setengah waktu
persalinan, meskipun 10 cm mewakili dilatasi penuh. Pada saat itu,
rata-rata lebih dari 2/3 proses persalinan telah dilalui.

Periode aktif dimulai dengan fase akselerasi, berlanjut ke fase


lengkung maksimal (fase of maximum slope), dan berakhir dengan
fase deselerasi. Pada fase aktif persalinan, serviks wanita nullipara
seharusnya berdilatasi sekurang-kurangnya 1,2 cm/jam, dan
serviks wanita multipara seharusnva berdilatasi sekurang
kurangnya 1,5 cm/jam.

Dua perubahan penting terjadi dalam serviks selama kala I


persalinan yaitu Penipisan dan dilatasi.

a. Penipisan serviks
Penipisan serviks adalah penipisan dan pemendekan saluran
serviks dari strukturnya sepanjang 2 sampai 3 cm dan tebal
sekitar 1 cm sampai menjadi struktur yang sama sekali tidak
memiliki saluran, kecuali sebuah lubang melingkar dengan tepi
hampir setipis kertas. Tepi lubang serviks internal tertarik
beberapa sentimeter ke atas, sehingga bentuk saluran
endoserviks menjadi bagian dari segmen bawah uterus. Pada
primigravida, penipisan sering kali lengkap sebelum dilatasi
dimulai, tetapi pada multipara penipisan jarang lengkap ;
dilatasi berlangsung dengan tepi serviks yang agak
tebal.Penipisan serviks diukur selama pemeriksaan panggul
dengan memperkirakan peresentase pemendekan saluran
serviks.
b. Dilatasi Serviks
Dilatasi serviks adalah pelebaran lubang servikal dari sebuah
lubang berukuran beberapa milimeter sampai cukup besar
untuk dilewati janin (yaitu, diameter sekitar 10 cm). Saat
serviks tidak dapat lagi diraba, dilatasi dikatakan lengkap.
Meskipun kekuatan yang terkait dalam dilatasi tidak dipahami
dengan baik, beberapa faktor tampak terlibat didalamnya. Serat
otot di sekitar serviks sangat teratur sehingga tepi-tepinya
tertarik dan membuat serviks terbuka. Penarikan serviks secara
mekanis meningkatkan aktivitas uterus (refleks Ferguson).
Pelepasan oksitosin endogenus dapat menjadi peran- tara pada
proses ini. Kontraksi uterus menyebabkan tekanan pada
kantong amnion, dan menyusup ke dalam serviks dalam bentuk
seperti kantong, menghasilkan tindakan dilatasi. Dalam
ketiadaan selaput ketuban, tekanan bagian presentasi janin
pada serviks dan segmen bawah uterus memiliki efek yang
serupa, yaitu dilatasi.
Pengukuran dilatasi serviks dalam sentimeter dilakukan selama
pemeriksaan panggul dengan memperkirakan diameter lubang
serviks melalui pemeriksaan digital (menggunakan jari).
Karena dilatasi serviks pada kala I persalinan semata-mata
merupakan hasil kontraksi uterus secara involunter, proses
tidak dapat dipercepat oleh maternal dengan mengejan. Ibu
harus dicegah agar tidak mengejan sampai dilatasi serviks 10
cm, sebab upaya mengejan dapat membuatnya lelah dan
menyebabkan serviks menjadi edema.

Gambar. Tahap penipisan dan dilatasi serviks

2. Kala II Persalinan

Kala II yaitu tahap mulai dilatasi serviks lengkap sampai janin lahir,
pada tahap ini berlangsung 2 jam untuk primipara dan 1,5 jam untuk
multipara.

Selama kala dua persalinan, intensitas kontraksi meningkat,


berlangsung selama 50 sampai 70 detik, dan terjadi pada interval 2
atau 3 menit. Jika ketuban belum pecah, maka pecah ketuban sering
kali terjadi pada awal kala ini, dengan semburan cairan ketuban dari
vagina. Pada kasus yang jarang, bayi baru lahir dilahirkan dalam
"caur, yaitu bagian selaput ketuban Saat kepala janin atau bagian
presentasi janin yang membungkus kepala bayi baru lahir. menurun
dan mencapai dasar perineum, bagian presentasi janin menekan saraf
sakralis dan saraf obturatorius sehingga menyebabkan ibu merasakan
desakan untuk mengejan, dan otot abdoman dibuat menegang.

Saat kontraksi berlangsung, wanita menegang atau "mengejan" dengan


seluruh kekuatannya sehingga wajahnya memerah dan pembuluh besar
di lehernya mengalami distensi. Akibat pengerahan tenaga ini, ia akan
berkeringat dengan sangat banyak. Selama kala ini, wanita
mengerahkan seluruh tenaganya untuk melahirkan bayi. Terdapat
tekanan yang jelas pada area perineum dan rektum, dan desakan untuk
mengejan biasanya diluar kontrol wanita. Ketika bagian presentasi
fetal mendistensikan dasar panggul, reseptor regangan memicu
pelepasan oksitosin endogen. Dengan demikian, desakan untuk
mengejan lebih dipengaruhi oleh letak janin dibandingkan dengan
dilatasi serviks.

Menjelang akhir kala dua, tekanan kepala janin ke bawah pada vagina
menyebabkan anus menjadi meregang dan menonjol keluar, dan sering
kali partikel kecil dari materi feses dikeluarkan dari rektum pada setiap
kontraksi. Setelah kepala lebih jauh turun daerah perineum mulai
mengembung, dan perineum menjadi tegang dan berkilau. Pada saat
ini, kulit kepala janin dapat dideteksi melalui lubang vulva yang
menyerupai celah. Pada setiap kontraksi berikutnya, perineum menjadi
lebih mengembung, dan vulva menjadi lebih terdilatasi dan terdistensi
oleh kepala; lubang vulva secara bertahap berubah bentuk menjadi
oval kemudian terakhir menjadi berbentuk menjadi lebih kecil, dan
kepala janin masuk kembali sampai kemudian kembali keluar saat
terjadi kontraksi berikutnya.

Sekarang kontraksi terjadi lebih cepat, hampir tidak ada interval


diantaranya. Saat kepala semaki jelas terlihat, vulva menjadi semakin
tertarik dan akhirnya melingkari diameter terbesar kepala janin.
Kondisi ini dikenal sebagai crowning. Episiotomi dapat dilakukan
pada saat ini, sementara jaringan di sekitar prineum ditopang dan
kepala dilahirkan. Satu atau dua kontraksi lagi normalnya cukup untuk
mencapai kelahiran.

Gambar. Mekanime persalinan


a. Mekanisme persalinan

Dalam melewati jalan lahir, bagian presentasi janin akan


mengalami perubahan posisi, yang disebut pergerakan
kardinal, yang merupakan mekanisme persalinan.

Mekanisme persalinan terdiri atas kombinasi gerakan, beberapa


diantaranya dapat terjadi pada waktu bersamaan. Setelah
terjadi, kontraksi uterus membawa modifikasi penting dalam
sikap janin, khususnya setelah kepala turun ke panggul.
Adaptasi janin terhadap jalan lahir ini meliputi gerakan-
gerakan berikut: penturunan (descent), fleksi, rotasi internal,
ekstensi, rotasi eksternal (restitusi), dan ekspulsi.

Penurunan (descent)

Prasyarat pertama untuk kelahiran adalah penurunan (descent). Saat


kepala janin telah turun sehingga diameter biparietal terbesarnya
berada di atau telah melewati pintu atas panggul, kepala dikatakan
telah mencakap (engaged) pan Ini memberi indikasi jelas bahwa
pintu atas panggul cukup besar sehingga dapat mengakomodasi
bagian terlebar kepala janin dan memiliki ukuran yang adekuat.
Untuk rata-rata kepala janin, jarak linear antara oksiput dan bidang
diameter biparietal lebih kecil dibandingkan jarak antara pintu atas
panggul dan spina iskiadika. Sehingga, saat oksiput setinggi spina
iskiadika, diameter biparietal biasanya telah melewati pintu atas
panggul, dan oleh karena itu verteks kemudian telah mencakap
(engaged).

Fleksi

Fleksi terjadi di awal proses penurunan, saat kepala menemui


tahanan dari jaringan lunak panggul, dasar panggul, dan serviks.
Kepala dapat menjadi sangat fleksi sehingga dagu bersentuhan
dengan sternum; akibatnya, diameter antero-posterior terkecil
berada di panggul.

Rotasi Internal (putaran paksi dalam)

Kepala memasuki panggul pada posisi melintang atau diagonal. Ketika


mencapai dasar panggul, oksiput berotasi dan berada di bawah simfisis
pubis. Dengan kata lain, dengan rotasi internal, sutura sagitalis berada
di diameter anteroposterior pintu bawah panggul.

Ekstensi

Sesudah oksiput keluar dari panggul tengkuk leher menjadi berada di


bawah lengkung pubis dan ini merupakan sumbu putar untuk kepala.
Ekstensi kepala terjadi, dan bagian depan kepala, linearwajah, dan
dagu dilahirkan.

Rotasi Eksternal (putaran paksi luar)

Setelah kepala lahir, kepala tetap berada dalam posisi anteroposterior


dalam waktu singkat, kemudian kepala bergerak ke salah satu sisi
sesuai dengan proses yang disebut restitusi. Apabila oksiput pada
awalnya mengarah ke panggul kiri ibu maka kepala berotasi ke kiri.
Apabila pada awalnya oksiput mengarah ke kanan panggul ibu, maka
kepala berotasi ke kanan. Kondisi ini dinamakan rotasi eksternal
(putaran paksi luar).

Pengeluaran (Ekspulsi)

Hampir sesaat setelah rotasi eksternal, bahu anterior muncul di bawah


simfisis pubis dan diam sesaat di bawah lengkung pubis untuk beraksi
sebagai sumbu putar bagi bahu yang lain. Saat batas anterior perineum
terdistensi, bahu posterior dilahirkan, dibantu dengan menarik tubuh
bayi ke atas. Setelah bahu dilahirkan, badan segera keluar.

3. Kala III Persalinan

Kala III yaitu tahap sejak janin lahir sampai plasenta lahir, waktu
untuk tahap-tahap ini sekitar 15-30 menit meskipun 45-60 menit masih
dianggap normal.

Kala III persalinan terdiri atas dua fase, yaitu pelepasan plasenta dan
ekspulsi (pengeluaran) plasenta.Segera setelah lahir, sisa cairan
amnion keluar, kenudian biasanya diikuti dengan sedikit aliran darah.
Uterus dapat dirasakan sebagai massa berbentuk globular yang keras
tepat di bawah umbilikus. Sesaat kemudian, uterus relaksdan
berbentuk kepingan (discoid). Dengan setiap kontraksi atau relaksasi
berikutnya, bentuk uterus berubah dari globular ke bentuk kepingan
sampai plasenta terpisah, setelah itu bentuk uterus tetap globular.

a. Pelepasan plasenta
Saat uterus yang isinya telah berkurang berkontraksi pada interval
teratur, area tempat menempelnya plasenta menjadi sangat
berkurang. Perbedaan proporsi yang besar antara menurunnya
ukuran tempat penempelan plasenta dan ukuran plasenta menyebab
kan pelipatan atau penggantungan plasenta di permukaan maternal,
dan pelepasan terjadi. Semen- tara, perdarahan terjadi di dalam
lipatan plasenta ini, yang mempercepat pelepasan organ. Plasenta
masuk ke segmen bawah uterus atau vagina atas sebagai badan
yang terpisah. Tanda pelepasan plasenta biasanya terjadi dalam 5
menit setelah kelahiran bayi.

Tanda pelesapan plasenta

- uterus berbentuk globular dan lebih keras


- uterus naik di dalam abdomen
- tali pusat memanjang keluar dari vagina
- darah tersembur secara mendadak
b. Pengeluaran Plasenta
Pengeluaran plasenta mungkin terjadi dengan upaya mengejan ibu
jika ia tidak dianestesi. Jika tidak dapat dilakukan, pelepasan
plasenta biasanya dicapai dengan tangan yang menekan fundus
uterus secara lembut. Jangan memberikan tekanan berlebihan pada
fundus untuk mencegah kemungkinan terjadinya inversi uterus .
Plasenta dapat dikeluarkan dengan salah satu dari 2 mekanisme.
Mekanisme Schultze, pada kurang lebih 80 % pelahiran ,
menandakan bahwa plasenta terlepas pertama kali pada bagian
pusatnya, dan biasanya pengumpulan darah dan bekuan ditemukan
pada kantong selaput amnion. Mekanisme Duncan terjadi pada
sekitar 20 % pelahiran dan memberi kesan bahwa plasenta terpisah
pertama kali pada bagian tepinya. Perdarahan biasanya terjadi pada
saat pelepasan pada mekanisme Duncan.
Kontraksi uterus sesudah kelahiran tidak hanya menghasilkan
pemisahan plasenta, tetapi juga mengontrol perdarahan uterus.
Kontraksi serat otot laksasi uterus ini menghasilkan penutupan
banyak pembuluh kedarah yang berada di dalam celah otot uterus.
Meski setelah demikian, kehilangan darah di kala III tidak dapat
dihindari, biasanya mencapai jumlah 500 ml atau kurang, Salah satu
tujuan penatalaksanaan persalinan adalah menjaga agar perdarahan
minimal.
Gambar. (A)Mekanisme
schultze, (B)Mekanisme Duncan

4. Kala IV persalinan
Kala IV yaitu waktu 2 jam seelah plasenta lahir, periode ini merupakan
masa pemulihan yang terjadi segera jika homeostasis berlangsung
dengan baik. Masa ini merupakan periode penting untuk memantau
adanya komplikasi.
Empat jam pertama pascapartum, yang terkadang disebut kala IV
persalinan, merupakan waktu pengembalian stabilitas fisiologis.
Selama periode ini, kontraksi dan retraksi miometrium, disertai dengan
trombosis pembuluh darah, bekerja secara efektif untuk mengontrol
perdarahan dari tempat plasenta. Bagaimanapun, terdapat
kemungkinan risiko terjadi- nya pendarahan, retensi urine, hipotensi,
dan efek samping anestesia. Periode ini juga penting untuk
pembentukan awal hubungan ibu-bayi dan konsolidasi unit keluarga.
Interaksi awal orang tua dengan bayi baru lahir dan bayi baru lahir
dengan orang tua dipercaya memengaruhi kualitas hubungan mereka
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

APN. 2017. Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-KR

Arikunto, S.2006. Suatu Prosedur Penelitian Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

Asrinah, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Persalinan. Yogyakarta : Graha Ilmu

Manuaba, dkk. 2012. Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta : EGC.

Rohani,dkk. 2013. Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba


Medika.

Sari, E.P. dan Kunia, D.R. 2014. Asuhan Kebidanan Persalinan (Intranatal care).
Jakarta: TIM.

Walyani, E.S. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka baru.

Anda mungkin juga menyukai