PENDAHULUAN
Pelindung atau barier yang secara umum disebut sebagai Alat Pelindung Diri (APD),
telah digunakan selama bertahun-tahun untuk melindungi pasien dari mikroorganisme yang
ada pada petugas kesehatan dan sebaliknya. Namun dengan munculnya HIV/AIDS dan
Hepatitis C serta meningkatnya kembali tuberkulosis di banyak negara, pemakaian APD
menjadi sangat penting untuk melindungi petugas. Agar menjadi efektif, APD harus
digunakan secara benar. Misalnya gaun dan duk bolong telah terbukti dapat mencegah
infeksi luka hanya bila dalam keadaan yang kering. Sedangkan dalam keadaan basah, kain
bertindak sebagai spons yang menarik bakteri dari kulit atau peralatan melalui bahan kain
sehingga dapat mengkontaminasi luka operasi.
BAB II
PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
A. Sarung tangan .
Sarung tangan melindungi tangan dari bahan yang dapat menularkan penyakit dan
melindungi pasien dari mikroorganisma yang berada di tangan petugas kesehatan.
Sarung tangan harus diganti setiap kontak diantara satu pasien ke pasien lainnya, untuk
menghindari kontaminasi silang.
Memakai sarung tangan tidak dapat menggantikan tindakan mencuci tangan atau
pemakaian antiseptik yang digosokkan pada tangan.
Sebagian besar prosedur pengendalian nosokomial dan isolasi memerlukan sarung
tangan sebagai alat pelindung diri. Satu pasang sarung tangan harus digunakan untuk
setiap pasien, untuk menghindari kontaminasi silang (CDC, 1987).
D. Topi
Topi digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga serpihan kulit
dan rambut tidak masuk ke dalam luka selama pembedahan. Topi harus cukup besar
untuk menutup semua rambut. Meskipun topi dapat memberikan sejumlah
perlindungan pada pasien, tetapi tujuan utamanya adalah untuk melindungi
pemakainya dari darah atau cairan tubuh yang terpercik atau menyemprot. Pada
G. Pelindung kaki
Digunakan untuk melindungi kaki dari cedera akibat benda tajam atau benda berat
yang mungkin jatuh secara tidak sengaja ke atas kaki. Oleh karena itu, sandal ,
“sandal jepit” atau sepatu yang terbuat dari bahan lunak (kain ) tidak boleh
dikenakan. Sepatu boot karet atau sepatu kulit tertutup memberikan lebih banyak
perlindungan , tetapi harus dijaga tetap bersih dan bebas kontaminasi darah atau
Pemakaian APD :
1. Gaun pelindung
Tutupi badan sepenuhnya dari leher hingga lutut, lengan hingga bagian pergelangan
tangan dan selubungkan ke belakang punggung. Ikat di bagian belakang leher dan
pinggang.
2. Masker.
Langkah-langkah melepaskan APD pada ruang perawatan isolasi kontak dan airborne :
1. Lepaskan celemek/apron
2. Lepaskan gaun pelindung.
3. Lepaskan pelindung mata.
4. Lepaskan penutup kepala.
5. Lepaskan masker.
6. Lepaskan pelindung kaki.
7. Lepaskan sepasang sarung tangan .
8. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih.
BAB III
PENETAPAN AREA /WILAYAH PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
DI RSIA ANDHIKA
- Masker bedah
- Sarung tangan steril
11. Kamar bersalin
- Sarung tangan non steril.
- Gaun
- Apron
- Goggle
- Baju kerja
- Sepatu tertutup
PENUTUP
Pencegahan dan pengendalian infeksi , merupakan salah satu program yang harus
dilaksanakan di semua rumah sakit dan fasilitas kesehatan dan salah satu programnya
adalah kewaspadaan isolasi. Pada pelaksanaan kewaspadaan isolasi salah satu bagian yang
terpenting adalah penggunaan alat pelindung diri yang bertujuan melindungi diri atau tubuh
terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana secara tehnis dapat mengurangi tingkat
keparahan dari kecelakaan kerja yang terjadi.
Penetapan area penggunaan alat pelindung diri dapat membantu melakukan
perencanaan dan monitoring dari kelengkapan pemakaian APD yang sesuai standar.
Dengan buku panduan ini diharapkan dapat menjadi panduan untuk menggunakan
alat pelindung diri yang baik dan sesuai standar.
Kementerian kesehatan RI, 2011, cetakan ketiga, Pedoman pencegahan dan pengendalian
infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, Jakarta
Kementerian kesehatan RI, 2012, Pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi HIV bagi
petugas kesehatan , Jakarta.