Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

“Analisis Protein Secara Kualitatif Dan Kuantitatif”

Oleh :
ANISA NUR WAHYUNI (PO.62.31.3.20.075)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA
MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
PALANGKA RAYA
PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah menganugerahkan banyak nikmat sehingga saya dapat menyusun
laporan praktikum ini dengan baik. Laporan ini saya susun dengan
bantuan dan dukungan berbagai pihak diantaranya; Ibu Harlyanti
Muthma'innah Mashar, M.Sc dan Ibu Rizky Kusuma Wardani, M.Biomed
selaku dosen mata kuliah Kimia Pangan. Oleh karena itu saya sampaikan
terima kasih atas waktu, tenaga dan pikirannya yang telah diberikan.
Dalam penyusunan laporan ini, saya menyadari bahwa hasil laporan
praktikum ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga saya selaku
penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sekalian. Akhir kata semoga laporan praktikum ini dapat
memberikan manfaat untuk saya khususnya, dan masyarakat Indonesia
umumnya.

Palangka Raya, 28 Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER......................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum.........................................................................2
1.3 Manfaat Praktikum.......................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................3
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan............................................................................5
3.2 Prosedur Kerja............................................................................7
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan.....................................................................11
4.2 Pembahasan.............................................................................14
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan...............................................................................17
5.2 Saran........................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asam amino merupakan monomer yang menyusun polimer-polimer
pada protein. Asam amino dapat mengalami proses hidrilisis yang
menghasilkan hidrolisat protein. Hidrolisat protein didefinisikan
sebagai protein yang mengalami degradasi hidrolitik dengan asam
atau basa kuat dengan hasil akhir berupa campuran beberapa hasil.
Fungsi hidrolisat protein dapat sebagai penyedap atau sebagai
intermedia tes untuk isolasi dan memperoleh asam amino secara
individu atau dapat pula untuk pengobatan yaitu sebagai diet untuk
penderita pencernaan.
Dengan menggunakan teknik kromatografi, berbagai macam asam
amino dalam hidrolisat protein dapat diidentifikasi. Kromatografi
digunakan untuk memisahkan substansi campuran menjadi
komponen-komponennya. Selain teknik ini, ada berbagai cara dalam
pengujian terhadap protein yaitu dengan reaksi uji asam amino dan
reaksi uji protein. Reaksi uji asam amino sendiri terdiri dari 6 macam
uji yaitu: uji millon, ujihopkins cole, uji belerang, uji xantroproteat, dan
uji biuret. Sedangkan untuk uji protein, berdasarkan pada
pengendapan oleh garam, pengendapan oleh logam dan alkohol.
Serta uji koagulasi dan denaturasi protein. Pada uji asam amino
terdapat uji bersifat umum dan uji berdasakan jenis asam aminonya.
Seperti halnya uji millon bersifat spesifik terhadap tirosin, uji Hopkins
cole terhadap triptofan, uji belerang terhadap sistein, uji biuret
bereaksi positif terhadap pembentukan senyawa kompleks Cu gugus
–CO dan –NH dari rantai peptida dalam suasana basa. Serta uji
xantroproteat bereaksi positif untuk asam amino yang mengandung
inti benzena.

1
Protein merupakan zat yang sangat penting bagi tubuh manusia
karena berfungsi sebagai bahan bakar bagi tubuh apabila keperluan
energi dalam tubuh tidak terpenuhi oleh senyawa organik lain seperti
karbohidrat dan lemak. Di samping itu, protein juga berfungsi sebagai
zat pengatur proses dalam tubuh. Protein mengatur keseimbangan
cairan dalam jaringan dan pembuluh darah. Setiap bahan pangan
mengandung kadar protein yang berbeda-beda tergantung pada jenis
bahan pangan tersebut. Terdapat beberapa bahan pangan yang
mengandung kadar protein yang tinggi dan bahan pangan yang
mengandung kadar protein yang rendah. Untuk mengetahui apakah
bahan pangan tersebut mengandung protein serta berapa jumlah
protein yang dikandung bahan pangan tersebut dilakukan pengujian
kadar protein terhadap suatu bahan. Pengujian kadar protein suatu
bahan pangan, dapat dilakukan dengan dua pengujian. Salah satunya
adalah dengan uji kualitatif protein yang berguna untuk
mengidentifikasi ada atau tidaknya protein.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum tentang “Analisis Protein Secara
Kualitatif Dan Kuantitatif” yaitu :
1) Untuk menentukan kadar protein pada pengujian kualitatif.
2) Untuk menentukan kadar protein pada pengujian kualitatif.

1.3 Manfaat Praktikum


Adapun manfaat dari praktikum tentang “Analisis Protein Secara
Kualitatif Dan Kuantitatif” yaitu :
1) Dapat mengetahui cara untuk menentukan kadar protein pada
pengujian kualitatif.
2) Dapat mengetahui cara untuk menentukan kadar protein pada
pengujian kuantitatif.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Protein berasal dari kata protos atau proteos yang berarti pertama
atau utama. Protein merupakan komponen utama penyusun sel hewan
atau manusia. Sel merupakan pembentuk tubuh, maka protein yang
terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam
pembentukan dan pertumbuhan tubuh (Poedjiadidan Supriyanti, 2006).
Protein merupakan molekul besar dengan berat molekul bervariasi antara
5000 sampai jutaan. Protein akan menghasilkan asam-asam amino jika
terhidrolisis oleh asam atau enzim. Ada 20 jenis asam amino yang
terdapat dalam molekul protein. Asam-asam amino ini terikat satu sama
lain dengan ikatan peptida. Komposisi rata-rata unsur kimia yang terdapat
dalam molekul protein yaitu sebagai berikut : karbon 50%, hidrogen 7%,
oksigen 23%, nitrogen 16%, belerang 0-3%,dan fosfor 0-3%. Dengan
berpedoman pada kadar nitrogen sebesar 16%, dapat dilakukan
penentuan kandungan protein dalam suatu bahan makanan (Poedjiadi
dan Supriyanti, 2006). Protein secara umum mempunyai serapan
maksimal pada 214 nm karena adanya ikatan peptida. Namun daerah ini
banyak terganggu karena adanya uap airdari udara sehingga pada
praktiknya sulit dilakukan. Asam amino tyrosin, tryptophan, dan
phenylalanin memiliki absorbansi pada serapan maksimum sekitar 280 nm
karena adanya cincin aromatik dalam strukturnya. Warburg Chistian
Method mengusulkan persamaan berikut untuk menghitung kadar protein,
khususnya dengan memperimbangkan kesalahan yang mungkin timbul
karena serapan asam nukleat yang secara maksimal terjadi pada 260 nm.
Persamaan Groves: (Protein) (mg/L) = 1,55 A280 – 0,76 A260.
Protein ditinjau dari strukturnya dibagi menjadi dua golongan besar
yaitu golongan protein sederhana dan protein gabungan. Protein
sederhana adalah protein yang terdiri atas molekul-molekul asam amino.
Berdasarkan bentuk molekulnya dibagi menjadi 2 yaitu protein fiber dan

3
protein globular. Sedangkan protein gabungan adalah protein yang terdiri
atas protein dan gugus bukan protein. Albumin merupakan salah satu
protein sederhana dengan bentuk molekul protein globular. Albumin
mempunyai sifat dapat larut dalam air serta dapat terkoagulasi oleh
panas. Larutan albumin dalam air dapat diendapkan dengan penambahan
ammonium sulfat hingga jenuh (Nelson dan Cox, 200).Penentuan kadar
protein dalam suatu bahan makanan ataupun minuman dapat diukur
dengan beberapa metode yaitu metode biuret, metode lowry,
metodebradford, dan metode BCA (Purwanto, 2014). Metode Lowry
merupakan kombinasi antara pereaksi biuret dengan pereaksi lain (Folin-
Ciocalteauphenol) yang bereaksi dengan residu tyrosine dan tryptophan
dalam protein. Reaksi yang terjadi menghasilkan warna kebiruan yang
bisa dibaca di antara 500 - 750 nm, tergantung sensitivitas yang
dibutuhkan. Akan muncul puncak kecil di sekitar 500 nm yang dapat
digunakan untuk menentukan protein dengan konsentrasi tinggi dan
sebuah puncak besar disekitar 750 nm yang dapat digunakan untuk
menentukan kadar protein dengan konsentrasi rendah. Metode ini lebih
sensitif untuk protein konsentrasi rendah dibanding metode biuret
(Soeharsono, 2006).

4
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


1) Koagulasi protein
Alat
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. Bolpipet
5. Penjepit tabung reaksi
6. Thermometer

Bahan
1. Albumin 5 %
2. Etanol
3. HCl
4. HN03
5. NaOH

2) Reaksi warna biuret untuk protein


Alat
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. Bolpipet

Bahan
1. Albumin 50 %
2. NaOH 10 %
3. CuSO4 1 %

5
3) Reaksi Ninhidrin untuk protein dan asam amino
Alat
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. Bolpipet
5. Penjepit tabung reaksi

Bahan
1. Asam amino (Hasil hidrolisis gelatin)
2. Larutan Ninhidrin 0,3 %

4) Penetapan kadar protein dalam makanan dengan menggunakan


metode Kjeldahl
Alat
1. Spatula
2. Mortar dan alu
3. Labu kjeldahl
4. Kaca arloji
5. Kompor listrik
6. Rangkaian alat destilasi (Heating mantle, kondensor, pompa,
selang, ember)
7. Neraca analitik
8. Gelas beaker
9. Gelas ukur
10. Pipet tetes
11. Lemari asam
12. Erlenmeyer
13. Corong
14. Buret

6
Bahan
1. Tempe
2. Ikan lele
3. Telur unggas
4. Kalium sulfat
5. Tembaga (II) sulfat
6. H2SO4
7. Aquades
8. Lempengan Zn
9. NaOH 40%
10. HCL 0,1 N

3.2 Prosedur Kerja


1) Koagulasi protein
1. Masukan 2 ml larutan albumin 5% kedalam tabung reaksi
2. Panaskan perlahan lahan tabung pertama dengan api kecil
3. Kemudian catat suhu saat protein mulai berkoagulasi
4. Selanjutnya tambahkan 4 ml etanol pada tabung kedua
5. Kemudian kocok hingga homogen
6. Selanjutnya pada tabung ketiga tambahkan beberapa tetes HCl
pekat. Tambahkan hingga larutan berubah warna
7. Selanjutnya pada tabung keempat tambahkan beberapa tetes
HNO3 pekat. Tambahkan hingga larutan berubah warna
8. Selanjutnya pada tabung kelima tambahkan beberapa tetes
NaOH pekat. Tambahkan hingga larutan berubah warna.

2) Reaksi warna biuret untuk protein


1. Masukan 1 ml larutan albumin 5% ke dalam tabung reaksi
2. Kemudian tambahkan larutan NaOH 10%
3. Kocok hingga homogen
4. Selanjutnya tambahkan larutan CuSO4 1%

7
5. Kocok hingga homogen
6. Dalam uji biuret tembaga 2 berikat koordinasi dengan nitrogen
yang ada pada ikatan peptida protein karena ketidakpekaannya
dan sedikit gangguan oleh asam amino bebes. Uji ini paling
berguna untuk sampel jaringan utuh dan atau sumber protein
lainnya dengan konsentrasi protein yang tinggi. Intensitas warna
ungu dalam uji ini berbanding lurus dengan jumlah ikatan
peptida yang ada dalam molekul protein yang bereaksi dan juga
jumlah molekul protein yang ada dalam sistem reaksi. Semakin
pekat warna ungu semakin tinggi jumlah kompleks peptida
tembaga yang terbentuk.

3) Reaksi Ninhidrin untuk protein dan asam amino


1. Masukan 2 ml asam amino (hasil hidrolisis gelatin) kedalam
tabung reaksi
2. Tambahkan 2 tetes larutan Ninhidrin 0,3%
3. Panaskan perlahan lahan sampai mendidih kira-kira 1 menit
4. Dinginkan dan catat perubahan warna yang terjadi
5. Uji ninhidrin adalah uji kimia yang digunakan untuk memeriksa
kandungan gugus amina/ asam alpa amino dalam sampel.
Pembentukan warna biru tua menunjukan adanya amonia,
amina primer atau sekunder atau asam amino dalam sampel.
Gugus amino dalam sampel membentuk senyawa yang mirip
dengan dikitohidrin. Senyawa ini memiliki warna biru tua yang
sering disebur sebagai ungu ruhemaan.

8
4) Penetapan kadar protein dalam makanan dengan menggunakan
metode Kjeldahl
1. Penimbangan sampel yang telah dihaluskan sebanyak 1 g.
2. Pengisian sampel ke dalam labu Kjeldahl.
3. Penambahan 7,5 g kalium sulfat ke dalam labu Kjeldahl yang
berisi sampel.
4. Penambahan 0,35 g tembaga (II) sulfat ke dalam labu Kjeldahl
yang berisi sampel.
5. Penambahan larutan H2SO4 pekat sebanyak 15 ml
6. Proses destruksi dilakukan di dalam ruang asam dengan
memanaskan sampel yang ada pada labu Kjeldahl. Tutup lemari
asam selama pemanasan.
7. Larutan menjadi hitam dan berasap
8. Setelah berhenti berasap lanjutkan pemanasan selama 30 menit
hingga larutan berwarna hijau
9. Setelah itu matikan alat destruksi
10.Pendinginan labu Kjeldahl dengan cara direndam dalam baskom
berisi air es
11.Dimasukan larutan dalam labu kjeldahl kedalam labu destilasi
12.Dibilas labu Kjeldahl dengan 50 ml akuades dan dimasukan ke
dalam labu destilasi
13.Ditambahkan lempengan Zn
14.Dihubungkan labu kjeldahl ke rangkaian alat destilasi kjeldahl
15.Penampungan hasil destilat berisikan larutan NaOH
16.Penambahan 40 ml NaOH 40% sedikit demi sedikit secara
perlahan melalui kran
17.Warna larutan berubah menjadi cokelat teruskan penambahan
sisa NaOH 40 % secara perlahan
18.Larutan menjadi hitam, teruskan penambahan sisa NaOH 40%
hingga habis

9
19.Proses destilasi selesai, matikan heating mantle, dan diambil
erlenmayer penampung destilat
20.Destilat yang diperoleh mengandung NaOH, maka dititrasi
dengan HCL 0,1 N, warna destilat awal tidak berwarna
21.Diperoleh titik akhir titrasi yang ditandai dengan perubahan
warna menjadi merah muda bias. Dicatat volume titrasi pada
buret.

10
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


 Koagulasi protein
Tabung Perlakuan Hasil

1 Larutan albumin dipanaskan Berwarna putih susu

2 Larutan albumin ditambahkan Berwarna putih susu


etanol 4 ml

3 Larutan albumin ditambahkan Berwarna putih susu


HCl pekat 15 tetes

4 Larutan albumin ditambahkan Berwarna putih susu


HNO3 pekat sebanyak 7
tetes

5 Larutan albumin ditambahkan Warna larutan bening


NaOH pekat banyak tetes

 Reaksi warna biuret untuk protein


Dalam uji biuret tembaga 2 berikat koordinasi dengan nitrogen yang
ada pada ikatan peptida protein karena ketidakpekaannya dan sedikit
gangguan oleh asam amino bebes. Uji ini paling berguna untuk
sampel jaringan utuh dan atau sumber protein lainnya dengan
konsentrasi protein yang tinggi. Intensitas warna ungu dalam uji ini
berbanding lurus dengan jumlah ikatan peptida yang ada dalam
molekul protein yang bereaksi dan juga jumlah molekul protein yang
ada dalam sistem reaksi. Semakin pekat warna ungu semakin tinggi
jumlah kompleks peptida tembaga yang terbentuk.

11
 Reaksi Ninhidrin untuk protein dan asam amino
Uji ninhidrin adalah uji kimia yang digunakan untuk memeriksa
kandungan gugus amina/ asam alpa amino dalam sampel.
Pembentukan warna biru tua menunjukan adanya amonia, amina
primer atau sekunder atau asam amino dalam sampel. Gugus amino
dalam sampel membentuk senyawa yang mirip dengan dikitohidrin.
Senyawa ini memiliki warna biru tua yang sering disebur sebagai ungu
ruhemaan.

 Penetapan kadar protein dalam makanan dengan menggunakan


metode Kjeldahl
Perhitungan :
1. Diketahui :
NO BeratSampe Vol. Titrasi HCl (ml)
Sampel
. l (g) Sampel Blanko
1 Tempe 1 17,74 0,3
2 Ikan Lele 1 21,15 0,3
3 Telur Unggas 1 19,84 0,3

2. Kadar Nitrogen Total (N) total (%) :


 Tempe
Vs−Vb
%N = × N HCl× 14,008× 100 %
berat sampel

17,74−0,3
= ×0,1 ×14,008 ×100
1000 mg

= 0,0174 × 0,1 × 14,008 × 100


= 2,43%

12
 Ikan Lele
Vs−Vb
%N = × N HCl× 14,008× 100 %
berat sampel

21,15−0,3
= ×0,1 ×14,008 ×100
1000 mg

= 0,02085 × 0,1 × 14,008 × 100


= 2,92 %

 Telur Unggas
Vs−Vb
%N = × N HCl× 14,008× 100 %
berat sampel

19,84−0,3
= ×0,1 ×14,008 ×100
1000 mg
= 0,01954 × 0,1 × 14,008 × 100
= 2,73%

3. % Kadar Protein = % Kadar Nitrogen x Faktor Konversi


 Tempe
% Kadar Protein = % kadar nitrogren × Fk
= 2,43 × 5,75
= 13,97%
 Ikan Lele
% Kadar Protein = % kadar nitrogren × Fk
= 2,92 × 6,25
= 18,25%

 Telur Unggas
% Kadar Protein = % kadar nitrogren × Fk
= 2,73 × 1,2
= 3,27%

13
4. Ditanyakan :
Berat Vol. Titrasi HCl % Kadar
NO Sampel Sampel (ml) %Nitrogen Protein
(g) Sampel Blanko
1 Tempe 1 17,74 0,3 2,43 % 13,97%
2 Ikan 1 21,15 0,3 2,92% 18,25%
Lele
3 Telur 1 19,84 0,3 2,73% 3,27%
Unggas

4.2 Pembahasan
1) Koagulasi protein
Langkah pertama dalam menentukan kadar protein yaitu
dengan memasuka 2 ml larutan albumin 5% kedalam tabung
reaksi. Kemudian panaskan perlahan lahan tabung pertama
dengan api kecil. Selanjutnya catat suhu saat protein mulai
berkoagulasi. Kemudian tambahkan 4 ml etanol pada tabung
kedua. Setelah itu kocok hingga homogen. Selanjutnya pada
tabung ketiga tambahkan beberapa tetes HCl pekat. Tambahkan
hingga larutan berubah warna. Selanjutnya pada tabung keempat
tambahkan beberapa tetes HNO3 pekat. Tambahkan hingga
larutan berubah warna. Selanjutnya pada tabung kelima tambahkan
beberapa tetes NaOH pekat. Tambahkan hingga larutan berubah
warna. Untuk larutan albumin 5% yang dipanaskan dengan api
kecil didapat hasil akhir larutan berwarna putih susu. Kemudian
larutan albumin 5% yang ditambahkan 4 ml etanol didapatkan hasil
akhir larutan berwarna putih susu. Untuk larutan albumin 5% yang
ditambahkan 15 tetes HCl pekat didapatkan hasil akhir larutan
berwarna putih susu. Larutan albumin 5% yang ditambahkan 7
tetes HNO3 pekat didapatkan hasil akhir larutan berwarna putih

14
susu. Dan larutan albumin 5% yang ditambahkan banyak tetes
NaOH pekat dihasilkan hasil akhir larutan berwarna putih bening.

2) Reaksi warna biuret untuk protein


Langkah pertama dalam menentukan kadar protein yaitu
dengan memasukan 1 ml larutan albumin 5% ke dalam tabung
reaksi. Kemudian tambahkan larutan NaOH 10%. Kocok hingga
homogen. Selanjutnya tambahkan larutan CuSO4 1%. Kocok
hingga homogen. Dalam uji biuret tembaga 2 berikat koordinasi
dengan nitrogen yang ada pada ikatan peptida protein karena
ketidakpekaannya dan sedikit gangguan oleh asam amino bebes.
Uji ini paling berguna untuk sampel jaringan utuh dan atau sumber
protein lainnya dengan konsentrasi protein yang tinggi. Intensitas
warna ungu dalam uji ini berbanding lurus dengan jumlah ikatan
peptida yang ada dalam molekul protein yang bereaksi dan juga
jumlah molekul protein yang ada dalam sistem reaksi. Semakin
pekat warna ungu semakin tinggi jumlah kompleks peptida
tembaga yang terbentuk.

3) Reaksi Ninhidrin untuk protein dan asam amino


Langkah pertama dalam menentukan kadar protein yaitu dengan
memasukan 2 ml asam amino (hasil hidrolisis gelatin) kedalam
tabung reaksi. Tambahkan 2 tetes larutan Ninhidrin 0,3%.
Panaskan perlahan lahan sampai mendidih kira-kira 1 menit.
Dinginkan dan catat perubahan warna yang terjadi. Uji ninhidrin
adalah uji kimia yang digunakan untuk memeriksa kandungan
gugus amina/ asam alpa amino dalam sampel. Pembentukan
warna biru tua menunjukan adanya amonia, amina primer atau
sekunder atau asam amino dalam sampel. Gugus amino dalam
sampel membentuk senyawa yang mirip dengan dikitohidrin.

15
Senyawa ini memiliki warna biru tua yang sering disebur sebagai
ungu ruhemaan.

4) Penetapan kadar protein dalam makanan dengan menggunakan


metode Kjeldahl
Langkah pertama dalam penetapan kadar protein dalam
makanan yaitu dengan menimbangan sampel yang telah
dihaluskan sebanyak 1 g. Isi sampel ke dalam labu Kjeldahl.
Tambahkan 7,5 g kalium sulfat ke dalam labu Kjeldahl yang berisi
sampel. Tambahkan 0,35 g tembaga (II) sulfat ke dalam labu
Kjeldahl yang berisi sampel. Tambahkan larutan H 2SO4 pekat
sebanyak 15 ml. Proses destruksi dilakukan di dalam ruang asam
dengan memanaskan sampel yang ada pada labu Kjeldahl. Tutup
lemari asam selama pemanasan. Larutan menjadi hitam dan
berasap. Setelah berhenti berasap lanjutkan pemanasan selama 30
menit hingga larutan berwarna hijau. Setelah itu matikan alat
destruksi. Pendinginan labu Kjeldahl dengan cara direndam dalam
baskom berisi air es. Masukan larutan dalam labu kjeldahl kedalam
labu destilasi. Bilas labu Kjeldahl dengan 50 ml akuades dan
dimasukan ke dalam labu destilasi. Tambahkan lempengan Zn.
Hubungkan labu kjeldahl ke rangkaian alat destilasi kjeldahl.
Penampungan hasil destilat berisikan larutan NaOH. Tambahkan
40 ml NaOH 40% sedikit demi sedikit secara perlahan melalui kran.
Warna larutan berubah menjadi cokelat teruskan penambahan sisa
NaOH 40 % secara perlahan. Larutan menjadi hitam, teruskan
penambahan sisa NaOH 40% hingga habis. Proses destilasi
selesai, matikan heating mantle, dan diambil erlenmayer
penampung destilat. Destilat yang diperoleh mengandung NaOH,
maka dititrasi dengan HCL 0,1 N, warna destilat awal tidak
berwarna. Diperoleh titik akhir titrasi yang ditandai dengan

16
perubahan warna menjadi merah muda bias. Terakhir catat volume
titrasi pada buret.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum, maka dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Hasil pengamatan koagulasi protein larutan albumin yang
dipanaskan berubah warna menjadi putih susu, larutan albumin
ditambahkan etanol 4 ml berubah warna menjadi putih susu,
larutan albumin ditambahkan HCl pekat 15 tetes berubah warna
menjadi putih susu, larutan albumin ditambahkan HNO3 pekat
sebanyak 7 tetes berubah warna menjadi putih susu, larutan
albumin ditambahkan NaOH pekat banyak tetes warna larutan
tetap bening.
2. Pada reaksi biuret didapatkan hasil akhir larutan berwarna ungu.
3. Pada reaksi ninhidrin didapatkan hasil akhir warna biru tua yang
sering disebur sebagai ungu ruhemaan.
4. Pada perhitungan didapatkan hasil %kadar nitrogen pada tempe
2,43%, ikan lele 2,92% dan telur unggas 2,73%. Sedangkan untuk
%kadar protein pada tempe 13,97%, ikan lele 18,25% dan telur
unggas 3,27%.

5.2 Saran
Praktikan diharapkan agar mengetahui prosedur kerja sehingga
praktikum dapat berjalan dengan efisien.

17

Anda mungkin juga menyukai