Anda di halaman 1dari 14

KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Patalogi dan Rehabilitasi Sosial

Dosen Pengampu : Rr Dwi Astuti,M. Psi., Psikolog

Disusun oleh :

1. Berliana fibrianti (201960009)

2. Bisma saputra (201960054)

3. Charina devitria kusumawati (201960077)

4. Desitya nugrahaningtyas (201960090)

5. Ika nurul husna (201960106)

6. Anis fitria (201960156)

7. Fadhea alifia nur syifa (201960159)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

2021
A. Kekerasan Terhadap Anak Dan Perempuan
Definisi Kekerasa Perempuan Dan Anak

Tindak pidana kekerasan terhadap perempuan merupakan masalah global.


Presentase tindak pidana kekerasan terhadap perempuan ini dari tahun ke tahun
cenderung mengalami kenaikan. Di Indonesia, berdasarkan catatan tahunan (catahu)
Komisi Nasional anti kekerasan terhadap perempuan (Komnas Perempuan) yang
disiarkan pada tanggal 6 Maret 2015, bahwa kekerasan terhadap perempuan yang
terjadi pada tahun 2014 tercatat 293.220 kasus. Dari catatan tersebut menunjukan
kenaikan jumlah kekerasan yang terjadi terhadap perempuan yang mana pada tahun
2013 tercatat 279.760 kasus, tahun 2012 tercatat 216.156 kasus, tahun 2011 tercatat
119.107 kasus, dan tahun 2010 tercatat 105.103.

Kasus kekerasan khususnya terhadap anak tidak pernah sepi dari pemberitaan
di media massa, baik cetak maupun elektronik Masalah kekerasan terhadap anak telah
banyak menjadi topik pembicaraan dalam forum-forum informal maupun menjadi
topik dalam pembicaraan formal dan ilmiah. Bahkan juga banyak para pakar dan
pemerhati yang telah menulis dalam jurnal maupun dalam bentuk buku, demikian
juga para peneliti yang telah melakukan penelitian terkait dengan kekerasan terhadap
anak dari sudut pandang tertentu.

Berbicara masalah kekerasan terhadap anak, cakupannya cukup luas karena


tindakan tersebut dapat terjadi pada masyarakat umum, dalam dunia pendidikan (di
sekolah-sekolah), dan tidak kalah pentingnya adalah kekerasan terhadap anak yang
terjadi di lingkungan rumahtangga. Kekerasan yang terjadi di lingkup rumahtangga
mempunyai keunikan sendiri, karena pelakuknya adalah orang-orang yang
mempunyai hubungan dekat bahkan mempunyai hubungan darah yang sangat dekat
dan dikenal dengan baik, seperti ayah/ibu terhadap anak, kakak terhadap adik,
ataupun majikan terhadap pembantu rumahtangganya.

Akar Permasalahan Terjadinya Kekerasan terhadap Anak dan perempuan

Dalam makalah pendampingan Anak , disebutkan bahwa ketimpangan kuasa


ikut berperan dalam menciptakan terjadinya pelaku kekerasan. Atas dasar hal tersebut,
maka terjadinya kekerasan terhadap anak di dalam rumahtangga dapat dijelaskan
dengan melihat struktur kekuasaan di dalam rumahtangga. yang berjenjang sebagai
berikut:

ayah

ibu

anak

anak yang lebuh kecil

Dalam gambar tersebut tampak bahwa kekuasaan ayah lebih besar dari ibu,
kekuasaan ibu lebih besar dari anak, kekuasaan anak yang lebih tua lebih besar dari
anak yang le3bih kecil. Dengan demikian dapat dipahami bahwa kekerasan dalam
rumahtangga yang sering terjadi adalah kekerasan oleh suami (ayah) terhadap ibu
(istri), dan kekerasan orang tua terhadap anak, ataupun kekerasan oleh anak yang
lebih tua terhadap anak yang lebih kecil.

Penyalah gunaan kekuasaan dapat juga menjadi pemicu terjadinya kekerasan,


seperti dalam kekerasan anak dalam rumahtangga, dimana kekuasaan ayah untuk
menghukum si anak, seharusnya ditujukan untuk mendidik akan tetapi seringkali
dilaksanakan secara berlebihan, sehingga terjadilah kekerasan pisik seperti
penganiayaan sampai pada pembunuhan. Kekuasaan sang ibu dalam mendidik anak
juga seringkali berlebihan sehingga yang terjadi justru kekerasan psikologis seperti
mengucapkan kata-kata yang menyakitkan hati si anak.

B. Kasus Kekerasan Anak Dan Perempuan


(Derita 2 Anak Perempuan Cilacap Korban Kekerasan Ayah Kandung)

Seorang Warga Negara Asing (WNA) Singapura, M, diduga melakukan


kekerasan terhadap anak perempuannya di Majenang, Cilacap, Jawa Tengah. M lantas
ditangkap polisi. Tetapi, kisah penangkapannya tak sesederhana usai kasus ini
terungkap. Jalan panjang mesti dilalui dua anak perempuan nahas ini untuk terbebas
dari penderitaan yang dirasakan bertahun-tahun. Rupanya, tak hanya dua kakak
beradik ini yang menderita kekerasan. Ibu mereka, L, juga kerap mendapat perlakuan
buruk dari suaminya. Sebenarnya, sudah lama masyarakat setempat resah dan geram
dengan perlakukan M terhadap anak-anaknya. Akan tetapi, mereka tak bisa berbuat
banyak warga bahkan sudah sempat melapor tindak kekerasan terhadap anak ini ke
kepolisian. Tetapi, kepolisian pun tak bisa bertindak gegabah. Pelapor bukan korban
atau maupun keluarga yang mengetahui detail persitiwa ini. Warga yang sudah
kadung jengah akhirnya melapor kepada Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan
Perempuan dan Anak (P2TP2A) Citra, sebuah lembaga bentukan pemerintah yang
fokus ke perlindungan dan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak pada 25
Oktober 2019. Berbekal laporan itu, Jumat, 1 November 2019, tim P2TP2A Citra
mendatangi sekolah kedua anak korban kekerasan. Mereka mengkonseling dua anak
ini. Lantaran menjalani konseling, kedua bocah kakak beradik ini telat pulang.
Rupanya keterlambatan ini ini kembali menjadi masalah dan memicu kekerasan
terhadap anak kembali terulang. Sekretaris P2TP2A Citra, Nurjanah Indriyani
mengatakan ayah korban yang juga terduga pelaku marah lantaran dua anaknya
terlambat pulang. Itu menjadi alasan dia untuk kembali memarahi dan memukul
korban. Ibu korban, L, juga menjadi sasaran amarah M. Saat Ia juga dimarahi dan
dipukul.

Lantaran menjadi korban kekerasan, istri pelaku atau ibu anak-anak korban
kekerasan kabur dari rumah. Adapun anak tertua, kembali ke sekolah dalam keadaan
luka dan menangis. “Setelah mereka pulang itu, terjadi kekerasan lagi, karena mereka
pulang agak telat, dimarahin, sampai ada pemukulan, ya sama bapaknya. yang
termasuk ibunya juga ikut dipukul sama suaminya. Nah, makanya ibunya itu kabur,”
ucap Nurjanah, Senin sore, 4 November 2019. Berbekal aduan anak yang menjadi
korban kekerasan, tim lantas berkoordinasi dengan Kepolisian Cilacap. Mereka
mendatangi rumah pelaku, yang juga tempat tinggal kedua anak korban. Hari itu M
langsung dijemput di rumahnya dan diperiksa. Namun, terduga pelaku kekerasan
terhadap anak ini sempat dibebaskan lantaran tidak ada laporan resmi dari keluarga.
“Ya tidak ditahan. Karena kan tidak ada laporan,” dia menjelaskan. Warga yang
mengetahui M tak ditahan bertambah geram. Bahkan, sempat pula terjadi sedikit
kericuhan sebagai ungkapan protes. Mereka hendak mengusir M.

Kasus kekerasan ini akhirnya menemukan titik terang, tatkala anak tertua
akhirnya mau melaporkan tindak kekerasan yang dialaminya. M, akhirnya ditangkap
dan menjalani pemeriksaan marathon. “Kalau sekarang sudah tersangka,” ucap
Nurjanah, yang juga Kepala Bidang Kesejahteraan dan Perlindungan Anak Dinas
Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KB PP dan
PA) Kabupaten Cilacap ini.

Ditetapkannya M sebagai tersangka tak membuat kerja P2TP2A Citra selesai.


Masih ada PR rumit yang mesti diselesaikan. Pasalnya, hasil konseling yang
dilakukan terhadap dua anak ini, kekerasan ternyata juga dilakukan oleh ibu mereka,
L, meski tak seintensif kekerasan yang dilakukan oleh ayah mereka yang WNA.
“Kami berencana akan membawa kedua anak ini ke Rumah Aman,” ujarnya.
Nurjanah bilang pengungsian ke rumah aman itu dilakukan karena anak-anak korban
kekerasan tersebut mengalami trauma. Dalam konseling yang dilakukan, ditemukan
fakta bahwa anak-anak tersebut juga takut dengan ibunya. “Saya masih punya PR,
karena anaknya itu ternyata juga merasa takut kepada ibunya,” dia mengungkapkan.
Kedua anak ini akan dibawa ke rumah aman pada Selasa atau Rabu sekaligus untuk
konseling lanjutan. Dalam kesempatan itu, P2TP2A Citra akan meminta izin kepada
ibu korban yang kini sudah kembali ke rumah usai kabur pada Jumat. Membawa anak
korban kekerasan juga bukan perkara mudah. Sebelumnya, P2TP2A Citra juga sempat
hendak membawa dua anak korban kekerasan ini ke Rumah Aman pada akhir pekan
lalu. Tetapi, evakuasi ke Rumah Aman tak jadi dilakukan lantaran tidak ada izin dari
keluarganya. Dikhawatirkan, pihak P2TP2A Citra dan Dinas KB PP dan PA dituduh
menculik anak.

Kini ibu kedua anak ini sudah berada di rumah dan bisa dimintai izin untuk
membawa anak korban kekerasan ke rumah aman. “Mungkin besok atau lusa, saya
akan ke Majenang, mengkonseling anak-anak ini lagi. Kalau perlu dibawa ke rumah
aman, akan kami bawa ke sini,” dia menjelaskan. Ada hal rumit yang terjadi dalam
kasus ini. Di satu sisi, ibu kedua anak juga merupakan korban kekerasan yang
dilakukan suaminya. Karenanya, ibu bernisial L ini patut dikonseling. Akan tetapi,
berdasar penuturan kedua anaknya, L juga berpotensi menjadi terduga pelaku
kekerasan terhadap anak. Sebab, terkadang L juga melakukan kekerasan terhadap
anak-anaknya. “Sebetulnya ibunya itu juga perlu dikonseling. Saya tanya ke
neneknya, ‘Mbah, itu Ibu Latifah itu dia kok diam saja kalau bapaknya memukuli
anaknya?’, jawabnya ‘Ya ibunya itu juga takut kepada suaminya’, begitu katanya,”
dia mengungkapkan.

Dampak
Dampak Khusus:

Lantaran kedua anak korban kekerasan sedang menjalani konseling, kakak


beradik ini telat pulang. Rupanya keterlambatan ini kembali menjadi masalah dan
memicu kekerasan terhadap anak kembali terulang. Itu menjadi alasan dia untuk
kembali memarahi dan memukul korban. Ibu korban, L juga menjadi sasaran amarah
M. Ia juga dimarahi dan dipukul. Lantaran menjadi korban kekerasan, istri pelaku
atau ibu anak-anak korban kekerasan kabur dari rumah. Adapun anak tertua, kembali
ke sekolah dalam keadaan luka dan menangis.

Hasil konseling yang dilakukan terhadap dua anak ini, kekerasan ternyata juga
dilakukan oleh ibu mereka, L, meski tak seintensif kekerasan yang dilakukan oleh
ayah mereka yang WNA. Lalu pengungsian ke rumah aman itu dilakukan karena
anak-anak korban kekerasan tersebut mengalami trauma. Dalam konseling yang
dilakukan, ditemukan fakta bahwa anak-anak tersebut juga takut dengan ibunya.

Ada hal rumit yang terjadi dalam kasus ini. Di satu sisi, ibu kedua anak juga
merupakan korban kekerasan yang dilakukan suaminya. Karenanya, ibu bernisial L
ini patut dikonseling. Akan tetapi, berdasar penuturan kedua anaknya, L juga
berpotensi menjadi terduga pelaku kekerasan terhadap anak. Sebab, terkadang L juga
melakukan kekerasan terhadap anak-anaknya.

Dampak Umum:

Berbagai hasil penelitian di berbagai negara menunjukkan anak-anak yang


diasuh, dididik dan didisiplinkan dengan kekerasan akan mendatangkan berbagai
dampak negatif bagi perkembangan anak secara psikologis maupun fisik.
Perkembangan emosi anak usia dini dan tahap perkembangan afektif anak usia dini
pun akan sangat terpengaruh. Dampaknya bisa mendatangkan trauma yang
berkepanjangan sehingga anak tidak menikmati masa kecilnya walaupun telah
mendapatkan pertolongan yang tepat, trauma tersebut juga akan terbawa hingga
dewasa. Anak yang juga menjadi korban kekerasan justru bisa berubah menjadi
pelaku kekerasan tersebut, rendahnya kepercayaan diri disebabkan oleh ketakutan
akan melakukan sesuatu yang salah dan ia akan mengalami kekerasan lagi,
mengalami trauma, perasaan tidak berguna, bersikap murung, sulit mempercayai
orang lain, bersikap agresif, depresi, sulit mengendalikan emosi, sulit berkonsentrasi,
luka bahkan cacat fisik atau kematian, sulit tidur, gangguan kesehatan dan
pertumbuhan, kecerdasan tidak berkembang, serta menyakiti diri sendiri atau bunuh
diri.

Berikut dampak yang ditimbulkan dari kekerasan pada perempuan:

1. Kehamilan yang tidak diinginkan jika mengalami kekerasan seksual, kekerasa


ini timbul dari pemaksaan pada pihak perempuan.
2. Disrupsi dari lingkungan, korban akan menjauh dari orang-orang sekitar yang
tidak menerima kondisinya.
3. Gangguan mental dan dapat mengalami trauma
4. Luka fisik bahkan kematian
5. Tidak disangka korban kekerasan bisa melakukan kekerasan kepada orang lain
6. Lingkungan menjadi pasif, perempuan korban kekerasan yang mengalami
depresi akan menarik diri dari lingkungan. Ia tidak akan bekerja atau
berkegiatan. Mengurung diri jadi pilihan hidupnya. Dampaknya, tidak ada
mobilitas yang dilakukan sehingga kehidupannya menjadi pasif.

Sebab

Sebab Umum

Tindak kekerasan orang tua terhadap anak disebabkan: kurangnya


pengetahuan dalam mendidik, membina dan mengarahkan anak agar dapat tumbuh
dan berkembang sehingga memiliki kepribadian yang baik, kurangnya pengetahuan
agama, banyak orang tua yang kurang memahami apa yang menjadi hak anak dalam
kelangsungan hidup.

Sebab Khusus

Nurjanah Indriyani mengatakan ayah korban yang juga terduga pelaku marah
lantaran dua anaknya terlambat pulang. Itu menjadi alasan dia untuk kembali
memarahi dan memukul korban. Ibu korban, L, juga menjadi sasaran amarah M. Saat
Ia juga dimarahi dan dipukul. Lantaran menjadi korban kekerasan, istri pelaku atau
ibu anak-anak korban kekerasan kabur dari rumah. Adapun anak tertua, kembali ke
sekolah dalam keadaan luka dan menangis. “Setelah mereka pulang itu, terjadi
kekerasan lagi, karena mereka pulang agak telat, dimarahin, sampai ada pemukulan,
ya sama bapaknya. yang termasuk ibunya juga ikut dipukul sama suaminya.

Pihak Terkait

 Pelaku
Seorang Warga Negara Asing (WNA) Singapura, M, diduga
melakukan kekerasan terhadap anak perempuannya di Majenang, Cilacap,
Jawa Tengah.
 Korban
Diketahui korban kasus ini tak hanya dua kakak beradik ini yang
menderita kekerasan. Ibu mereka, L, juga kerap mendapat perlakuan buruk
dari suaminya.( pelaku)
 Masyarakat
sudah lama masyarakat setempat resah dan geram dengan perlakukan
M terhadap anak-anaknya. Akan tetapi, mereka tak bisa berbuat banyak.Warga
bahkan sudah sempat melapor tindak kekerasan terhadap anak ini ke
kepolisian. Tetapi, kepolisian pun tak bisa bertindak gegabah. Pelapor bukan
korban atau maupun keluarga yang mengetahui detail persitiwa ini.
 Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A)
Citra.
Yaitu sebuah lembaga bentukan pemerintah yang fokus ke
perlindungan dan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak pada 25
Oktober 2019.
Sekretaris P2TP2A Citra, Nurjanah Indriyani mengatakan ayah korban
yang juga terduga pelaku marah lantaran dua anaknya terlambat pulang. Itu
menjadi alasan dia untuk kembali memarahi dan memukul korban. Ibu korban,
L, juga menjadi sasaran amarah M. Saat Ia juga dimarahi dan dipukul.
Lantaran menjadi korban kekerasan, istri pelaku atau ibu anak-anak korban
kekerasan kabur dari rumah. Adapun anak tertua, kembali ke sekolah dalam
keadaan luka dan menangis.
 Polisi
Kasus ini sudah di laporkan masyarakat ke pihak polisi tetapi
kepolisian pun tak bisa bertindak gegabah. Pelapor bukan korban atau maupun
keluarga yang mengetahui detail persitiwa ini. Berbekal aduan anak yang
menjadi korban kekerasan, tim lantas berkoordinasi dengan Kepolisian
Cilacap. Mereka mendatangi rumah pelaku, yang juga tempat tinggal kedua
anak korban.
 Dinas KB PP dan PA
Dinas Pengendalian Penduduk Dan Keluarga Berencana dipimpin oleh
seorang Kepala Dinas mempunyai tugas pokok menyelenggarakan
kewenangan di bidang pengendalian penduduk, penyuluhan dan
penggerakan,keluarga berencana, dan ketahanan keluarga berdasarkan prinsip
otonomi dan tugas pembantuan sesuai
 KPAI
Pasal 3 KPAI mempunyai tugas: a. melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan perlindungan dan pemenuhan hak anak; b. memberikan masukan
dan usulan dalam perumusan kebijakan tentang penyelenggaraan perlindungan
anak; c. mengumpulkan data dan informasi mengenai perlindungan anak
 Pemerintah
Pemerintah memiliki kewajiban dan tanggung jawab dalam upaya
perlindungan dan penghapusan tindak kekerasan sangat dibutuhkan perannya.

Solusi

 Pelaku

Seharusnya pelaku tidak melakukan hal tersebut karena peranan dalam


rumah tangga sangat penting,kepala keluarga yang mengatur semua keluarga
untuk membina rumah tangga yang yang abadi. Sebagai kepala dalam
membawa bahtera rumah tangga melewati tiap tantangan dan godaan. Karena
suami adalah kepala istri, Sebagai pemimpin rumah tangga, seseorang suami
mempunyai kewajiban-kewajiban, diantaranya:kewajiban memberi nafkah
bagi keluarga (istri dan anak- anaknya) Seorang suami berkewajiban
memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan bagi keluarganya. Seorang
suami wajib menafkahi istri dan anak- anaknya, menyediakan tempat tinggal
serta mengadakan pakaian untuk mereka sesuai kemampuannya. Hal ini tidak
boleh dilalaikan oleh seorang suami.

 Korban

Seseorang yang telah terbukti menjadi pelaku kekerasan, harus


dimintai pertanggung jawaban. Hal ini adalah salah satu solusi utama jika
anak-anak telah menjadi korban kekerasan. Kekerasan pada anak adalah
masalah serius dan mengancam jiwa yang perlu ditangani secara sensitif
dengan urgensi. Mengingat kondisi ini bisa menjadi trauma bagi anak yang
menjadi korban karena efek yang ditimbulkan bisa tetap ada hingga mereka
tumbuh dewasa

 Masyarakat

Seharusnya masyarakat memiliki kepedulian tinggi dan langsung


bergerak melakukan sesuatu untuk mencegah terjadinya kekerasan terhadap
anak. Banyak inisiatif sudah dilakukan kalangan bawah. Itu menunjukkan,
masyarakat sudah mulai sadar dengan maraknya kasus-kasus kekerasan.
Sehingga di sini lah peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk meningkatkan
kepedulian masyarakat lebih luas lagi, yaitu dengan menjadikan upaya yang
sudah dilakukan sebagai proyek percontohan bagi masyarakat di daerah-
daerah lain.

 Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A)


Citra

P2TP2A harus bertanggung jawab karena mereka yang akan


memberikan perlindungan, pengawasan dan pembinaan secara penuh baik
disaat mendampingi pengadilan seadil-adilnya bagi korban maupun saat kasus
sudah selesai untuk pemulihan psikis dan keberdayaan korban.

 Polisi

Dalam mencapai mengurangi tindak pidana Kekerasan, oleh karena itu


peranan kepolisian sangat penting untuk mengurangi tindak kekerasan
tersebut, dan dilakukan secara sungguh-sungguh. Polri selaku alat negara yang
berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan , pengayoman dan
pelayanan masyarakat telah dikedepankan dalam memberikan perlindungan
terhadap korban.

 Dinas KB PP dan PA

Dalam rangka peningkatan pelayanan pendampingan terhadap


perempuan dan anak korban kekerasan, Dinas Pengendalian Penduduk
Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
menyelenggarakan pelatihan pendampingan korban kekerasan terhadap
perempuan dan anak. Dalam hal ini kekerasan pada perempuan dan anak,
peran pemerintah terhadap korban adalah menjamin terlaksananya kemudahan
pelayanan kepada korban, mengupayakan efektifitas bagi proses pemulihan
korban dan mengupayakan terciptanya kerjasama dan koordinasi dalam upaya
pemulihan korban. Materi pelatihan diantaranya adalah bagaimana melakukan
assessment awal. Dalam melakukan assessment awal, yang harus dilakukan
oleh pendamping, tidak hanya melakukan observasi dan wawancara terhadap
korban tetapi juga melakukan observasi dan wawancara terhadap lingkungan
dan orang-orang terdekat. Sedangkan Hambatan dalam menjalankan
pendampingan diantaranya adalah pihak keluarga tidak menerima, tidak
lengkapnya data identitas korban, pihak pelaku, komunikasi terputus, waktu
konsultasi, dan pendanaan. Untuk itu melalui kegiatan ini diharapkan dapat
meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya perlindungan perempuan
dan anak dari segala bentuk tindak kekerasan, dan mendapat pelayanan yang
tepat dan terpadu dari Unit pelayanan korban kekerasan, Kualitas layanan
pendampingan bagi perempuan dan anak korban kekerasan yang sesuai
dengan standar pelayanan (SOP).

 Pemerintah

Seharusnya pemerintah mendorong penuh upaya dalam menghilangkan


segala bentuk kekerasan yang ditujukan kepada perempuan. Dalam
kesempatan itu, Menko Polhukam mengatakan bahwa perlindungan
perempuan merupakan salah satu bagian penting dalam isu keamanan. Dalam
kehidupan bermasyarakat, masih sering dijumpai terjadinya tindak kekerasan
yang dialami oleh seorang perempuan dan terjadi diskriminasi. Dengan adanya
diskriminasi inilah kemudian banyak pihak terutama perempuan menyadari
pentingnya mengangkat isu hak perempuan sebagai salah satu jenis HAM
yang harus dapat diakui dan dijamin perlindungannya terutama dalam menjaga
keamanan perempuan. Sebagai bangsa dan negara yang memegang UUD
1945, kita harus menghargai hak-hak yang dimiliki oleh seseorang termasuk
hak perempuan. Pemerintah juga mendukung Komnas Perempuan sebagai
lembaga yang setara dengan Kementerian yang memiliki peran guna
mendorong lahirnya kebijakan dan sistem untuk pencegahan kejahatan
terhadap perempuan dan penanganan korban kekerasan terhadap perempuan.
Sesuai dengan amanat dari konstitusi dan Pancasila sila ke-5, keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia, bahwa kedudukan antara laki-laki dan
perempuan di mata negara adalah sama. Sehingga pemenuhan hak perempuan
dan laki-laki menjadi penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

 KPAI
Seharusnya adanya perlindungan khusus dalam menangani kasus yang
melibatkan anak karena hal itu tidak banyak orang yang mengetahuinya.
Dapat dijelaskan bahwa korban maupun pelaku ketika berhadapan dengan
kasus kekerasan harus mendapatkan hak-haknya seperti pendampingan,
pengawasan, mendapat bantuan hukum, tidak mendapat penyiksaan oleh
negara. Maka peran KPAI dalam kasus kekerasan adalah sosialisasi,
pemantauan, pengawasan dalam perlindungan hak anak.

Pencegahan

• Hubungi Pihak Berwajib

Hubungi polisi jika dirimu melihat atau mendengar bukti kekerasan dalam
rumah tangga. Dapatkan bantuan kepada pihak berwajib untuk menyelamatkanmu
dari kekerasan perempuan. Pihak berwajib akan menindak lanjuti perkara tersebut dan
bisa saja, pelaku dihukum.

• Dapatkan Dukungan dari Keluarga


Dukung teman atau anggota keluarga yang mungkin berada dalam hubungan
yang penuh kekerasan. Memberikan dukungan dan membuka diri menjadi teman
bercerita dapat menolong para korban kekerasan terutama pada perempuan yang
sering kita jumpai. Bahkan Sahabat Fimela juga dapat menjadi sukarelawan dan
membuat komunitas atau organisasi lain yang membantu para penyintas dan bekerja
mencegah kekerasan.

• Ajarkan kepada Anak Sedini Mungkin

Ajari anak sejak dini bahwa merekalah yang memutuskan siapa yang akan
menyentuh mereka dan di mana. Pertimbangkan untuk mengajari mereka nama yang
tepat untuk bagian tubuh mereka mereka di usia muda sehingga mereka dapat
berkomunikasi dengan jelas tentang tubuh mereka. Ajari anak-anak bahwa itu adalah
pilihan mereka apakah mereka ingin memeluk atau mencium orang lain, bahkan
keluarga sekali pun.

• Ajarkan Anak untuk Menghormati Orang Lain

Ajari anak untuk memperlakukan orang lain sebagaimana mereka ingin


diperlakukan. Bicaralah dengan anak tentang hubungan yang sehat dan pentingnya
memperlakukan pasangan kencan mereka dan orang lain dengan hormat.

• Ajari Mereka Menciptakan Penolakan

Bekerja untuk menciptakan budaya yang menilak kekerasan sebagai cara


untuk menangani masalah. Melawan pesan yang mengatakan bahwa kekerasan atau
penganiayaan terhadap perempuan diperbolehkan. Jangan melakukan kekerasan dan
melecehkan diri sendiri.

• Menjadi Aktivis

Berpartisipasilah dalam acara anti-kekerasan. Dukung layanan kekerasan


dalam rumah tangga dan program pencegahan kekerasan dengan menyumbangkan
waktu luangmu.
https://m.liputan6.com/regional/read/4103002/derita-2-anak-perempuan-cilacap-korban-
kekerasan-ayah-kandung

Anda mungkin juga menyukai