Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN OBSERVASI

Regulasi diri pada leader Tim di perusahaan U


Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Observasi dan Wawancara
Dosen Pengampu: RR. Dwi Astuti, S. Psi, M. Psi

Disusun oleh :

Nama : Anis fitria


NIM : 201960156
Kelas : III p

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum wr.wb.

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Regulasi diri pada leader team di
perusahaan U”
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad
S.A.W., yang kita nanti nantikan syafaatnya di yaumul akhir

Saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat menjadi lebih baik
lagi.

Wassalamu alaikum wr.wb.

Kudus, 10 Oktober 2020

Penulis

Anis fitria
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
B. Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
C. Manfaat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB II KAJIAN TEORI


A. Definisi Regulasi diri. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
B. Aspek-aspek Regulasi diri . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
C. Faktor yang mempengaruhi Regulasi diri . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB III GUIDE OBSERVASI


A. Metode Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
B. Definisi Operasional . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
C. Identitas Subjek . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
D. Guide Observasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB IV HASIL OBSERVASI


A. Guide Observasi Hari Ke-1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
B. Guide Observasi Hari Ke-2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
C. Guide Observasi Hari Ke-3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB V KESIMPULAN
A. Konklusi Aspek . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
B. Konklusi Akhir . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Hasibuan (2011,pp. 156-157) pemimpin merupakan seseorang yang
menggunakan wewenangnya dan kepemimpinannya untuk mengarahkan orang lain dan
bertanggung jawab atas pekerjaan orang tersebut dalam mencapai tujuan organisasi.
Menjadi seorang leader tim memang merupakan sebuah tugas yang tidaklah mudah
,Tentu akan banyak kendala yang Akan dihadapi saat seoarang leader tim mengarahkan
dan menyatukan tim untuk mencapai tujuan tertentu.

Tim kerja yang dibentuk di sebuah perusahaan menjadi pondasi utama guna meraih
kesuksesan. Tak heran jika tim kerja yang Kompak dan berkualitas Menjadi penentu
suatu perusahaan Akan maju atau justru mengalami kemunduran.tetapi bagaimana jika
tim kerja yang dipimpin tidak kompak? Hal ini tentu akan menghambat suatu
perusahaam dalam mencapai tujuannya, ketika tujuan perusahaan tidak tercapai tentu
akan berdampak pada Hasil yang tidak maksimal , sehingga hal ini memunculkan
kemarahan pemilik perusahaan kepada leader tim. dalam kondisi ini leader tim tentu
akan Melakukan cara untuk mengatasi permasalahan di perusahaan.beberapa contoh
permasalahan produksi di perusahaan adalah tim kerja yang tidak kompak, tim kerja
yang absen seecara bersamaan,target produksi tidak tercpai dan permasalahan yang lain.
selain itu leader tim juga harus memenuhi tugas yang di berikan atasan, tentu hal ini
memunculkan stres kerja di perusahaan nah lalu apa yang bisa leader team lakukan ?
Salah satunya adalah regulasi diri leader team di perusahaan u
Regulasi diri adalah proses di mana seseorang dapat mengatur kecapaian dan aksi
mereka sendiri, menentukan target untuk mereka, mengevaluasi kesuksesan mereka saat
mencapai target tersebut, dan memberikan penghargaan pada diri mereka sendiri karena
telah mencapai tujuan tersebut. Regulasi diri tidak hanya mencakup kegiatan mencapai
tujuan, tapi juga menghindari gangguan lingkungan dan impuls emosional yang dapat
mengganggu perkembangan seseorang.

B. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Regulasi diri yang tepat untuk leader
team.dalam.menghadapi masalah kerja di perusahaan U

C. Manfaat
Penelitian ini tidak hanya semata-mata untuk pemenuhan kewajiban peneliti sebagai
mahasiswa Psikologi atas tugas yang diberikan dalam mata kuliah Observasi dan Wawancara.
Peneliti juga memiliki harapan besar agar hasil kajian yang peneliti lakukan dapat bermanfaat bagi
perusahaan . Terutama bagi leader team agar mampu menghadapi permasalahan dengan regulasi
diri yang tepat.v
BAB II

KAJIAN TEORI

1. Pengertian Regulasi Diri

Regulasi diri merupakan aspek penting dalam menentukan perilaku seseorang.


Pengelolaan diri atau regulasi diri adalah upaya individu untuk mengatur diri dalam
suatu aktivitas dengan mengikut sertakan kemampuan metakognisi, motivasi, dan
perilaku aktif. Pengelolaan diri bukan merupakan kemampuan mental atau
kemampuan akademik, melainkan bagaimana individu mengolah dan mengubah pada
suatu bentuk aktivitas.
Regulasi diri merupakan kemampuan mengatur tingkah laku dan menjalankan tingkah
laku tersebut sebagai strategi yang berpengaruh terhadap performansi seseorang
mencapai tujuan atau prestasi sebagai bukti peningkatan (Bandura,1986). Zimmerman
(1989) menyatakan bahwa regulasi diri berkaitan dengan pembangkitan diri baik
pikiran, perasaan dan tindakan yang di rencanakan serta adanya timbal balik yang
disesuaikan pada pencapaian tujuan personal. Dengan kata lain, pengelolaan diri
berkaitan dengan metakognitif, motivasi, dan perilaku yang berpartisipasi aktif untuk
mencapai tujuan personal.
Suryani (2004) berpendapat bahwa pengelolaan diri atau regulasi diri bukan
merupakan kemampuan mental seperti intelegensi atau keterampilan akademik seperti
keterampilan membaca, melainkan proses pengarahan atau penginstruksian diri
individu untuk mengubah kemampuan mental yang dimilikinya menjadi keterampilan
dalam suatu bentuk aktivitas.
Baumister dan Heatherton (1996) menjelaskan bahwa regulasi diri tidak sekedar
kemunculan respon, akan tetapi bagaimana upaya seseorang untuk mencegahnya agar
tidak melenceng dan kembali pada standart normal yang memberi hasil sama. Pada
proses ini, terjadi perpaduan antara motivasi laten dan pengaktifan stimulus.
Motivasi laten di jelaskan sebagai kapasitas yang secara internal diarahkan untuk
mengatur afeksi, perhatian dan perilaku agar dapat memberi respon yang efektif
terhadap tuntutan internal dan lingkungan (Karoly,1993). Regulasi diri bekerja
sebagai sistem internal yang mengatur kesinambungan perilaku yang bergerak menuju
ke arah sesuatu dan menjauh dari sesuatu, terkait tuntutan tersebut di atas. Pergerakan
perilaku ini dimunculkan oleh proses kontrol terhadap umpan balik yang di terima
individu dari hasil performa yang di munculkan (Carver & Scheiher,1998).
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa regulasi diri adalah upaya
individu untuk mengatur diri dalam suatu aktivitas dengan mengikutsertakan
kemampuan metakognisi, motivasi, dan perilaku aktif.

2. Aspek-aspek Regulasi diri


Menurut Zimmerman (1989), Regulasi diri mencakup tiga aspek yang diaplikasikan
dalam belajar, yaitu metakognitif, motivasi, dan perilaku.

a. Metakognitif

Matlin (1989), menyatakan metakognitif adalah pemahaman dan kesadaran tentang


proses kognitif atau pikiran tentang berpikir.Selanjutnya, ia mengatakan bahwa
metakognisi merupakan suatu proses penting. Hal ini di karenakan pengetahuan
seseorang tentang kognisinya dapat membimbing dirinya mengatur atau menata
peristiwa yang akan dihadapi dan memilih strategi yang sesuai agar dapat
meningkatkan kinerja kognitifnya ke depan. Flavell (1976), Mengatakan bahwa
metakognisi mengacu pada pengetahuan seseorang terhadap kognisi yang dimilikinya
dan pengaturan dalam kognisi tersebut. Schank (1976), menambahkan bahwa
pengetahuan tentang kognisi meliputi perencanaan, pemonitoran, dan perbaikan dari
performansi atau perilakunya. Zimmerman dan Pons (1989), menambahkan bahwa
poin metakognitif bagi individu yang melakukan pengelolaan diri adalah individu
yang merencanakan,mengorganisasi, mengukur diri, dan menginstruksikan diri
sebagai kebutuhan selama proses perilakunya, misalnya dalam hal belajar.

b. Motivasi

Devi dan Ryan (dalam Ghufron, 2012) mengemukakan bahwa motivasi adalah fungsi
dari kebutuhan dasar untuk mengontrol dan berkaitan dengan kemampuan yang ada
pada setiap diri individu. Ditambahkan pula oleh Zimmerman dan Pons (1989),
bahwa keuntungan motivasi ini adalah individu memiliki motivasi instrinsik,otonomi,
dan kepercayaan diri tinggi terhadap kemampuan dalam melakukan sesuatu. Individu
yang memiliki motivasi tinggi menilai tantangan yang dihadapi akan membuat
individu semakin matang.
c. Perilaku

Perilaku menurut Zimmerman dan Pons (1989) merupakan upaya individu untuk
mengatur diri, menyeleksi dan memanfaatkan maupun menciptakan lingkungan yang
mendukung aktivitasnya. Pada perilaku ini, Zimmerman dan Pons (1989) mengatakan
bahwa individu memilih, menyusun, dan menciptakan lingkungan sosial dan fisik
seimbang untuk mengoptimalkan pencapaian atas aktivitas yang dilakukan.Ketiga
aspek di atas bila digunakan individu secara tepat sesuai kebutuhan dan kondisi akan
menunjang kemampuan pengelolaan diri yang optimal.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek regulasi diri terdiri
dari metakognisi, yaitu bagaimana individu mengorganisasi, merencanakan dan
mengukur diri dalam beraktivitas. Motivasi mencakup strategi yang digunakan untuk
menjaga diri atas rasa kecil hati. Berkaitan dengan perilaku adalah bagaimana
individu menyeleksi, menyusun, dan memanfaatkan lingkungan fisik maupun sosial
dalam mendukung aktivitasnya.

3. Faktor - faktor Regulasi diri


Menurut Zimmerman dan Pons (Dalam Ghufron, 2012), ada tiga faktor yang
mempengaruhi regulasi diri. Berikut adalah faktor - faktornya:

a. Individu (diri)

Faktor individu ini meliputi hal-hal di bawah ini:

1. Pengetahuan individu, semakin banyak dan beragam pengetahuan yang


dimiliki individu akan semakin membantu individu dalam melakukan
pengelolaan diri.
2. Tingkat kemampuan metakognisi yang dimiliki individu yang semakin
tinggi akan membantu pelaksanaan pengelolaan diri dalam diri
individu.
3. Tujuan yang ingin di capai, semakin banyak dan kompleks tujuan yang
ingin di raih, semakin besar kemungkinan individu melakukan
pengelolaan diri.

b. Perilaku
Perilaku mengacu kepada upaya individu menggunakan kemampuan yang dimiliki.
Semakin zbesar dan optimal upaya yang di kerahkan individu dalam mengatur dan
mengorganisasi suatu aktivitas akan meningkatkan regulation pada diri individu.

c. Lingkungan

Teori sosial kognitif mencurahkan perhatian khusus pada pengaruh sosial dan
pengalaman pada fungsi manusia. Hal ini bergantung pada bagaimana lingkungan itu
mendukung atau tidak mendukung.

Berdasarkan faktor-faktor yang telah dijelaskan para tokoh di atas, dapat disimpulkan
bahwa faktor-faktor yang memengaruhi regulasi diri adalah personal atau individu,
perilaku dan lingkungan.

4. Komponen dalam regulasi diri

Baumister dan Heatherton (1996) memaparkan komponen regulasi diri sebagai


berikut :

1. Standar

Merupakan ideal atau cita-cita, tujuan ataupun keadaan-keadaan yang ingin


dicapai. Tanpa adanya standart yang jelas dan konsisten maka pengembangan
regulasi diri akan terhambat.

2. Monitoring

Merupakan fase pengetesan pada bagan model pengulangan umpak balik ini,
dimana terjadi pembandingan antara keadaan diri yang sesungguhnya terhadap
standar yang ada. Untuk itu seseorang harus mengontrol dirinya. Kemampuan
seseorang untuk menjaga tindakannya untuk tetap berada pada jalurnya
merupakan bagian penting dalam mencapai regulasi yang sukses. Kegagalan
seseorang untuk menilai dirinya secara akurat juga dapat menghalangi
kesuksesan regulasi diri.

3. Fase tindakan atau operasi

Jika pada saat fase pengetesan seseorang mendapati bahwa kondisi yang
dimiliki lebih rendah daripada standar yang ada maka proses berlanjut dengan
melakukan perubahan. Kegagalan regulasi diri pada fase ini biasanya
dikarenakan ketidakmampuan seseorang untuk melakukan perubahan
meskipun telah ada standar yang jelas dan telah berupaya melakukan
monitoring efektif.

Menurut Pintrich & Groot (1990), definisi regulasi diri memang bermacam-macam,
namun paling tidak harus mencakup tiga komponen yang dapat diukur dan diamati
ciri-cirinya sebagai berikut :

1. Kemampuan metakogntif untuk membuat perencanaan, monitoring, dan


memodifikasi cara berpikir.
2. Manajemen diri dan minat dalam pengerjaan tugas-tugas akademik, seperti
kemampuan bertahan dalam menyelesaikan tugas yang sulit.
3. Strategi kognitif yang digunakan siswa untuk belajar, mengingat, dan mengerti
materi-materi pembelajaran.

Bandura (1986) menyatakan regulasi diri ada tiga komponen pokok, yaitu :

1. Kemampuan mengatur kognisi

Kemampuan mengatur kognisi merupakan kemampuan memonitor proses dan


hasil belajar serta mempergunakan berbagai strategi untuk belajar dan
mengingat. Kegiatannya berupa menganalisa tugas-tugas, memproses bahan
pelajaran secara mendalam, melakukan pengulangan, melakukan perincian,
mengorganisasikan bahan pelajaran, menetapkan tujuan belajar, memonitoring
hasil dan menyesuaikan strategi belajar.

2. Kemampuan mengatur motivasi dan emosi.

Kegiatannya berupa monitoring dan modifikasi kondisi motivasi dan reaksi-


reaksi emosi sehingga mendukung usaha dan belajarnya dengan menggunakan
self talk, melengkapi kemampuan secara realistis, serta merasa mampu untuk
belajar.

3. Kemampuan mengatur perilaku

Kegiatannya berupa kapabilitas untuk memonitor, menyusun, mengalokasikan


berbagai sumber yang meliputi waktu, tenaga, materi untuk memaksimalkan
kenyamanan belajar dan tingkat efisiensi.Berdasarkan uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa komponen regulasi diri terdiri dari kemampuan
metakognitif, manajemen diri dan minat dalam pengerjaan tugas-tugas
akademik dan strategi kognitif yang digunakan siswa untuk belajar,
mengingat, dan mengerti materi-materi pembelajaran.

BAB III

GUIDE OBSERVASI

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini peneliti
mengambil subjek berdasarkan kriteria, dimana responden yang peneliti lakukan adalah
karyawan dengan jabatan leader dengan teknik pengambilan sampel yaitu purposive
sampling atau pengambilan responden berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh peneliti.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan observasi

Subjek dalam penelitian ini adalah Leader team di perusahaan u

B. Definisi Operasional

Regulasi diri adalah menyadari pentingnya kerja keras dan berprestasi bagi diri dan orang lain,
aktif mengenal diri, memiliki tujuan hidup yang jelas dan bermakna, merasa takut gagal dan takut
mengecewakan orang-orang yang berharap agar diri berprestasi, dan bekerja keras mengendalikan
diri tetap bertahan berada di jalur yang prestatif dengan menetapkan target prestasi yang tinggi,
mengatasi hambatan-hambatan internal dan eksternal, menyesuaikan diri dengan lingkungan,
mengelola diri, proses belajar, dan aktivitas secara efektif dan ketat, membuka diri untuk menerima
tantangan berprestasi lebih tinggi, dan di akhir, mensyukuri proses yang dilalui dan apapun hasil
yang dicapai, serta kembali bertekad untuk berprestasi(Husna, Hidayati& Ariati ,2014)

C. Identitas Subjek

Nama :N
Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 25 tahun

Jabatan. : leader assembly

Alamat : pati kudus

Bekerja : sebagai leader di salah satu perusahaan tekstil di jepara


D. Guide Observasi

No Aspek Guide Observasi Ya Tidak Keterangan


1. Metakognitif 1. kemampuan dalam
mengatur perencanaan
Metakognitif
proses produksi
bahwa
metakognisi
merupakan suatu 2.belajar mengintruksikan
proses Matlin diri tidak telat saat ada
(1989), panggilan dari atasan
menyatakan
metakognitif
adalah 3.menginstruksikan diri

pemahaman dan untuk membantu tim kerja


kesadaran tentang yang delay dalam pekerjaan
proses kognitif
atau pikiran
4. memonitor tim kerja
tentang
dalam melakukan pekerjaan
berpikir.Selanjutn
ya, ia mengatakan
penting. Hal ini di
5.merencanaakan solusi
karenakan
ketika terjadi permasalahan
pengetahuan
seseorang tentang
kognisinya dapat
membimbing
dirinya mengatur
atau menata
peristiwa yang
akan dihadapi dan
memilih strategi
yang sesuai agar
dapat
meningkatkan
kinerja
kognitifnya ke
depan

2. Motivasi

Devi dan 1.memfull up operator

Ryan (dalam dalam proses kerja


Ghufron,
2012)
2. menghadapi masalah
mengemukaka
dengan kepala dingin
n bahwa
motivasi
adalah fungsi
3. menghadapi dan
dari
menyelesaikan masalah
kebutuhan
sebagai bentuk tanggung
dasar untuk
jawab
mengontrol
dan berkaitan
dengan 4.tidak mengeluh ketika di
kemampuan marahi atasan
yang ada pada
setiap diri
individu. 5. melihat leader team yang
Ditambahkan sudah baik dalam mengatur
pula oleh team kerja
Zimmerman
dan Pons
(1989), bahwa
keuntungan
motivasi ini
adalah
individu
memiliki
motivasi
instrinsik,oton
omi, dan
kepercayaan
diri tinggi
terhadap
kemampuan
dalam
melakukan
sesuatu.
Individu yang
memiliki
motivasi
tinggi menilai
tantangan
yang dihadapi
akan membuat
individu
semakin
matang.

3.

perilaku 1. memberi contoh kerja


yang benar pada tim

2. belajar menguasai proses


produksi

3.berkomunikasi dengan tim


kerja ketika hasil output
tidak maksimal

4.Mengatur diri ketika


beberapa tim kerja absen

5. memastikan lingkungan
kerja tim yang mendukung
DAFTAR PUSTAKA
Husna,hidayati,& ariati.(2014).regulasi diri mahasiswa berprestasi. Jurnal psikologi undip
13(1), 50-63

Hidayat, H. (2013). Model konseling kelompok untuk meningkatkan regulasi diri kaum lansia
di panti jompo. S3. Tesis (tidak diterbitkan). Universitas Pendidikan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai