Anda di halaman 1dari 5

Pasal 94

Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan ,Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Presiden ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia. Dari mulai proses pembangunan, pengadaan dan keuangan proyek semuanya terbuka
kepada publik

Pasal 1 ayat 26
Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia adalah cara memperoleh barang/jasa yang disediakan oleh Pelaku
Usaha.(Proyek ini menggunakan barang & jasa melalui penyedia jasa&barang)

Pasal 1 Ayat 1

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan
Pengadaan Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang dibiayai oleh APBN/APBD yang
prosesnya sejak identifikasi kebutuhan, sampai dengan serah terima hasil pekerjaan.(Pembangunan
mengunakan APBN,Pinjaman kepihak jepang dan pemerintah provinsi DKI Jakarta)

Pasal 1 ayat 31 dan 32

Jasa Konsultansi adalah jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian tertentu diberbagai bidang
keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir.

Jasa Lainnya adalah jasa non-konsultansi atau jasa yang membutuhkan peralatan, metodologi khusus, dan/atau
keterampilan dalam suatu sistem tata kelola yang telah dikenal luas di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan. (proyek ini menggunakan jasa baik jasa konsultasi maupun non-konsultasi)

Pasal 1 ayat 36 & 37

Tender adalah metode pemilihan untuk mendapatkan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya.

Seleksi adalah metode pemilihan untuk mendapatkan Penyedia Jasa Konsultansi.

(Proyek ini menggunakan system tender dan seleksi untuk memilih penyedia jasa/barang , dimana pihak
tersebut memiliki apa yang dibutuhkan oleh proyek MRT)

Pasal 1 ayat 44
Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut Kontrak adalah perjanjian tertulis antara
PA/KPA/PPK dengan Penyedia Barang/Jasa atau pelaksana Swakelola.(terdapatnya kontrak perjanjian
penyedia barang/jasa dalam kurun waktu tertentu)

Pasal 1 ayat 50

Pengadaan Berkelanjutan adalah Pengadaan Barang/Jasa yang bertujuan untuk mencapai nilai manfaat yang
menguntungkan secara ekonomis tidak hanya untuk Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah sebagai
penggunanya tetapi juga untuk masyarakat, serta signifikan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan
dalam keseluruhan siklus penggunaannya.(Proyek MRT membayar pengadaan maintenance untuk waktu
berkala)

Pasal 2 a b c

Pengadaan Barang/Jasa di lingkungan Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang menggunakan anggaran


belanja dari APBN/APBD;

Pengadaan Barang/Jasa yang menggunakan anggaran belanja dari APBN/APBD sebagaimana dimaksud pada
huruf a, termasuk Pengadaan Barang/Jasa yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari pinjaman dalam
negeri dan/atau hibah dalam negeri yang diterima oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah; dan/atau

Pengadaan Barang/Jasa yang menggunakan anggaran belanja dari APBN/APBD sebagaimana dimaksud pada
huruf a termasuk Pengadaan Barang/Jasa yang sebagian atau seluruhnya dibiayai dari pinjaman luar negeri
atau hibah luar negeri.

(Proyek MRT di biayai oleh APBN,Keuangan provinsi DKI Jakarta dan hibahan dari Negara jepang)

Pasal 3 ayat 1 2 3

1. Pengadaan Barang/Jasa dalam Peraturan Presiden ini meliputi:

a. Barang;

b. Pekerjaan Konstruksi;

c. Jasa Konsultansi; danJasa Lainnya.

2. Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara terintegrasi.
3. Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan cara:

a. Swakelola; dan/atau

b. Penyedia.

(Pasal dan ayat tersebut memenuhi kriteria da nada pada pengadaan proyek MRT tersebut)
Pasal 5
a. meningkatkan kualitas perencanaan Pengadaan
Barang/Jasa;

b. melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa yang lebih


transparan, terbuka, dan kompetitif;

c. memperkuat kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia Pengadaan


Barang/Jasa;

d. mengembangkan E-marketplace Pengadaan Barang/Jasa;

e. menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, serta transaksi elektronik;

f. mendorong penggunaan barang/jasa dalam negeri dan Standar Nasional Indonesia


(SNI);

g. memberikan kesempatan kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah;

h. mendorong pelaksanaan penelitian dan industri kreatif; dan

i. melaksanakan Pengadaan Berkelanjutan.


(Semua hal diatas dilaksanakan pada proyek MRT ini)

Pasal 17 ayat 1 & 2

(1) Penyedia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf i wajib memenuhi kualifikasi
sesuai dengan barang/jasa yang diadakan dan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

(2) Penyedia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab atas:

a. pelaksanaan Kontrak;

b. kualitas barang/jasa;

c. ketepatan perhitungan jumlah atau volume;

d. ketepatan waktu penyerahan; dan

e. ketepatan tempat penyerahan.

(Terjadinya pembatalan pengadaan karena tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan atau kualitas , kuantitas ,
ketepatan barang tidak memenuhi syarat sesuai peraturan undang –undang)

Pasal 38 ayat 1

(1) Metode pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan


Konstruksi/Jasa Lainnya terdiri atas:

a. E-purchasing;

b. Pengadaan Langsung;

c. Penunjukan Langsung;

d. Tender Cepat; dan

e. Tender.
(Proyek MRT menggunakan system tender untuk untuk pemilihan penyedia barang/jasa)
Pasal 41 ayat 1

(1) Metode pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi terdiri atas:

a. Seleksi;

b. Pengadaan Langsung; dan

c. Penunjukan Langsung.

(pemilihan penyedia jasa konsultasi menggukakan system seleksi agar mendapatkan jasa yang bagus
dalam pengerjaan dan tidak membuat kesalahan sedikitpun)

Pasal 51 ayat 2
(1) Tender/Seleksi gagal dalam hal:

a. terdapat kesalahan dalam proses evaluasi;

b. tidak ada peserta yang menyampaikan dokumen penawaran setelah ada


pemberian waktu perpanjangan;

c. tidak ada peserta yang lulus evaluasi penawaran;

d. ditemukan kesalahan dalam Dokumen Pemilihan atau tidak sesuai dengan


ketentuan dalam Peraturan Presiden ini;

e. seluruh peserta terlibat Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN);

f. seluruh peserta terlibat persaingan usaha tidak sehat;

g. seluruh penawaran harga Tender Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya di


atas HPS;

h. negosiasi biaya pada Seleksi tidak tercapai; dan/atau

i. KKN melibatkan Pokja Pemilihan/PPK.


(Terjadinya kegagalan tender/seleksi dikarekan tidak memenuhi syarat , melakukan kecurangan, atau terkena
penalty deadline)

Anda mungkin juga menyukai