Sejarah
PT Mass Rapid Transit Jakarta (PT MRT Jakarta) berdiri pada tanggal 17 Juni 2008,
berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas dengan mayoritas saham dimiliki oleh
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (struktur kepemilikan: Pemprov DKI Jakarta
99.98%, PD Pasar Jaya 0.02%). PT MRT Jakarta memiliki ruang lingkup kegiatan di
antaranya untuk pengusahaan dan pembangunan prasarana dan sarana MRT,
pengoperasian dan perawatan (operation and maintenance/O&M) prasarana dan
sarana MRT, serta pengembangan dan pengelolaan properti/bisnis di stasiun dan
kawasan sekitarnya, serta Depo dan kawasan sekitarnya.
Dasar hukum pembentukan PT MRT Jakarta adalah Peraturan Daerah Provinsi DKI
Jakarta Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) Perseroan Terbatas (PT) MRT Jakarta (sebagaimana diubah dengan
Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah
Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
Perseroan Terbatas (PT) MRT Jakarta) dan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008
Tentang Penyertaan Modal Daerah Pada Perseroan Terbatas (PT) MRT Jakarta
(sebagaimana diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2013 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Penyertaan Modal
Daerah Pada Perseroan Terbatas (PT) MRT Jakarta).
Pembangunan jalur MRT Fase I akan menjadi awal sejarah pengembangan jaringan
terpadu dari sistem MRT yang merupakan bagian dari sistem transportasi massal
DKI Jakarta pada masa yang akan datang. Pengembangan selanjutnya meneruskan
jalur Sudirman menuju Ancol (disebut jalur Utara-Selatan) serta pengembangan jalur
Timur-Barat.
Misi
Mencapai keunggulan yang berkesinambungan di semua elemen kinerja, melalui:
Pendanaan Proyek
Proyek Pembangunan MRT dibiayai oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta serta didukung oleh dana pinjaman Pemerintah Jepang melalui Japan
International Cooperation Agency (JICA).
Mengenai Proyek
MRT Jakarta Fase I
Pembangunan konstruksi fase 1 proyek kereta Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta
dimulai pada 10 Oktober 2013 ditandai dengan peletakan batu pertama oleh
Presiden RI Joko Widodo, yang kala itu masih menjabat sebagai Gubernur Provinsi
DKI Jakarta. Pada koridor 1 ini, telah dibangun jalur kereta sepanjang 16 kilometer
yang meliputi 10 kilometer jalur layang dan enam kilometer jalur bawah tanah. Tujuh
stasiun layang tersebut adalah Lebak Bulus (lokasi depo), Fatmawati, Cipete Raya,
Haji Nawi, Blok A, Blok M, dan Sisingamangaraja. Depo akan berada di kawasan
Stasiun Lebak Bulus. Sedangkan enam stasiun bawah tanah dimulai dari Senayan,
Istora, Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh Atas, dan Bundaran Hotel Indonesia.
Pengerjaan konstruksi dibagi dalam enam paket kontrak yang dikerjakan oleh
kontraktor dalam bentuk konsorsium (joint operation), yaitu:
CP101 – CP102 oleh Tokyu – Wijaya Karya Joint Operation (TWJO) untuk
area Depot dan Stasiun Lebak Bulus, Fatmawati, dan Cipete Raya.
CP103 oleh Obayashi – Shimizu – Jaya Konstruksi (OSJ) untuk area Haji
Nawi, Blok A, Blok M, dan Sisingamangaraja.
CP104 – CP105 oleh Shimizu – Obayashi – Wijaya Karya – Jaya Konstruksi
Joint Venture (SOWJ JV) untuk area transisi, Senayan, Istora, Bendungan Hilir,
dan Setiabudi.
Cakupan Proyek
onstruksi Layang (Elevated Section)
Sebagian dari konstruksi jalur MRT Jakarta merupakan struktur layang (Elevated)
yang membentang ±10 km; dari wilayah Lebak Bulus hingga Sisingamangaraja.
Tujuh Stasiun Layang konstruksi ini adalah Lebak Bulus, Fatmawati, Cipete Raya,
Haji Nawi, Blok A, Blok M dan Sisingamangaraja. Depo kereta api dibangun di area
Lebak Bulus, berdekatan dengan stasiun awal/akhir Lebak Bulus. Seluruh stasiun
penumpang dan lintasan dibangun dengan struktur layang yang berada di atas
permukaan tanah, sementara Depo kereta api dibangun di permukaan tanah (on
ground).
Tipe struktur layang yang akan digunakan adalah Tiang Tunggal (Single Pier) pada
bagian bawah serta Gelagar Persegi Beton Pracetak (Precast Concrete Box Girder)
pada bagian atas. Ketinggian gelagar dari permukaan jalan telah memperhitungkan
persyaratan minimal jarak bebas vertikal (vertical clearance) 5,0 meter sesuai
peraturan yang berlaku untuk jalan perkotaan. Pekerjaan Konstruksi Layang MRT
Jakarta terdiri dari tiga paket, yaitu Contract Package (CP) 101, CP 102 dan CP 103.
Konstruksi Bawah Tanah (Underground)
Konstruksi bawah tanah (Underground) MRT Jakarta membentang ±6 km, yang
terdiri dari terowongan MRT bawah tanah dan enam stasiun MRT bawah tanah.
Stasiun bawah tanah ini adalah Senayan, Istora, Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh
Atas, dan Bundaran Hotel Indonesia. Metode pengerjaan konstruksi bawah tanah
menggunakan TBM (Tunnel Boring Machine) tipe EPB (Earth Pressure Balance
Machine), dengan pembagian koridor paket pengerjaan terbagi menjadi tiga: CP
104, CP 105 dan CP 106.
Railway Systems & Trackwork dan Rolling Stock
Railway System merupakan prasarana penunjang sistem perkeretaapian yang terdiri
dari 10 subsistem, antara lain Substation System, Overhead Contact System, Power
Distribution System, Signaling System, Telecommunication System, Facility
SCADA, Automatic Fare Collection System, Platform Screen Doors, Escalator &
Elevator, dan Trackwork. Sistem perkeretaapian MRT Jakarta akan menggunakan
sistem persinyalan terbaru di Indonesia dengan memperkenalkan sistem persinyalan
CBTC (Communication Based Train Control) dan menerapkan sistem moving
block untuk pengaturan perjalanan kereta. Pekerjaan Railway Systems &
Trackwork dan Rolling Stock MRT Jakarta terdiri dari dua paket, yaitu CP 107 dan
CP 108.
Kesiapan Operasi
Peraturan Daerah (PERDA) No. 3 Tahun 2008 pasal 5 menyebutkan bahwa pada
saat perkeretaapian umum perkotaan MRT Jakarta mulai dioperasikan, perseroan
berkontrak dengan pemprov DKI Jakarta untuk memberikan pelayanan sesuai
dengan standar pelayanan yang disepakati dengan mengacu kepada standar
internasional.
Teknologi
Sebagai sebuah perusahaan milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang bergerak
dalam pengadaan dan operasional transportasi publik massal berbasis rel, PT MRT
Jakarta berkomitmen untuk memberikan jasa layanan terbaik bagi masyarakat
sebagai calon pengguna, baik dari segi prasarana maupun sarana. PT MRT akan
menyiapkan pelayanan berstandar internasional yang memberikan rasa aman,
nyaman, dan dapat diandalkan. Oleh karena itu, perusahaan menggunakan
sejumlah infrastruktur perkeretaapian yang baru untuk diterapkan di Indonesia.
Infrastruktur yang mencakup fisik dan non-fisik tersebut antara lain sistem
persinyalan dan operasi, struktur dan jenis rel, platform screen doors, dan mesin bor
terowongan (tunnel boring machine). Penggunaan teknologi tersebut diharapkan
mampu mewujudkan pelayanan yang diharapkan oleh masyarakat. Dalam
perkembangannya, perusahaan akan terus memutakhirkan informasi tentang
teknologi yang digunakan oleh PT MRT Jakarta yang dapat diakses di menu
Teknologi di situs web ini.
STRUKTUR ORGANISASI