Anda di halaman 1dari 10

URNAL Kebijakan Pembangunan Volume 12 Nomor 2 Desember 2017: 179 - 188

ISSN 2085-6091 Terakreditasi


No : 709/Akred/P2MI-LIPI/10/2015

MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN LOKAL MELALUI UPAYA


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT LORONG
DI KOTA MAKASSAR

REALIZING LOCAL INDEPENDENCE THROUGH LORONG COMMUNITY


EMPOWERMENT EFFORTS IN MAKASSAR CITY

Mohammad Mulyadi
Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI
Jl. Jenderal Gatot Subroto Jakarta Kode Pos 10270, Indonesia
e-mail: mohammadmulyadi@yahoo.co.id
Diserahkan: 3/07/2017, Diperbaiki: 03/08/2017, Disetujui: 20/09/2017

Abstrak
Salah satu wujud kemandirian lokal yang tercipta dari upaya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh
Pemerintah Kota Makassar adalah pemberdayaan masyarakat lorong. Beranjak dari pemikiran tersebut,
maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana wujud kemandirian lokalmelalui
karakteristik: memiliki kapasitas diri; memiliki tanggung jawab kolektif; dan memiliki kemampuan berpikir.
Desain penelitiannyamenggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan, maka beberapa kegiatan yang dapat meningkatkan kapasitas diri dari masyarakat lorong di Kota
Makassar adalah: motivasi peningkatan kapasitas diri; pelatihan keterampilan dasar bagi masyarakat lorong;
membentuk badan usaha lorong; program industri lorong perempuan; dan kemitraan pengusaha dan UKM.
Adapun beberapa kegiatan yang dapat meningkatkan tanggung jawab kolektif masyarakat lorong di Kota
Makassar adalah: mengikuti kegiatan pemeliharaan kebersihan rumah dan lingkungan; mengikuti kegiatan
pemeliharaan keamanan lingkungan; mengikuti kegiatan keagamaan; dan mengikuti kegiatan kelompok
usaha ekonomi. Sedangkan beberapa kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan bertindak
secara berkelanjutan masyarakat lorong di Kota Makassar adalah: mengemukakan saran/pendapat;
keikutsertaan masyarakat dalam proses/perumusan pembuatan keputusan; memberikan saran terhadap
jalannya pembangunan; dan memberikan penilaian dan menyampaikannya sebagai bahan evaluasi.
Kata Kunci: Kemandirian Lokal, Pemberdayaan Masyarakat Lorong, Kota Makassar

Abstract
One of the forms of local self-reliance created by the community empowerment efforts undertaken by the
Government of Makassar City is the empowerment of the alley community. Moving from that thought, the
purpose of this study is to describe how the existence of local self-reliance through the characteristics of:
have the capacity of self; Have collective responsibility; And have the ability to think. The research design
uses qualitative descriptive approach. Based on the results of research conducted, then some activities that
can improve the self-capacity of the aisle community in the city of Makassar are: self-capacity improvement
motivation; basic skills training for the alley community; forming a corporation entity; women's aisle
industry program; and partnerships between entrepreneurs and UKM. As for some activities that can
increase collective responsibility of the aisle community in Makassar City are: following the maintenance
activities of house and environment hygiene; follow environmental safety maintenance activities; follow
religious activities; and following the activities of the economic business group. While some activities that
can improve the ability to think and act in a sustainable way in Makassar City are: to give
suggestions/opinions; community participation in the process/decision-making process; provide advice on
the course of development; and provide an assessment and submit it as an evaluation material.
Keywords: Local Independence, Empowerment People Lorong, Makassar City

PENDAHULUAN Pemerintah daerah harus mengembangkan


Pemberian kewenangan kepada pemerintah inisiatif daerah atau lokal karena pemerintah daerah
daerah yang lebih luas melalui kebijakan desentralisasi yang lebih tahu potensi dan keunggulan daerah
memberikan manfaat sangat besar bagi daerah. masing-masing serta apa yang diinginkan oleh
Konsekuensi dari desentralisasi adalah munculnya masyarakatnya. Pemerintah daerah harus memper-
inisiatif daerah agar dapat mandiri dalam mengupa- siapkan masyarakat dalam berbagai hal, mulai dari
yakan percepatan pembangunan melalui kreativitas pengembangan sumber daya manusia, pemanfaatan
yang dapat mendorong akselerasi pembangunan. sumber daya alam hingga pengembangan nilai-nilai

179
URNAL Kebijakan Pembangunan Volume 12 Nomor 2 Desember 2017: 179 - 188

positif yang ada di tengah-tengah masyarakat. Program lorong yang telah dijalankan Pemkot
Perumusan format kemandirian lokal melalui tersebut, diantaranya telah mengantarkan nama kota
pemberdayaan masyarakat haruslah berbasis pada Makassar bergaung di level nasional bahkan
prinsip dasar, yaitu bagaimana menciptakan peluang internasional. Bahkan Program Lorong Keluarga
bagi masyarakat untuk meningkatkan kemampuan dan Berencanatelah diadopsi menjadi program nasional,
kemandirian masyarakat dalam memanfaatkan sementara Lorong garden (longgar) juga mampu
berbagai peluang yang ada di sekitarnya. Dalam berkontribusi bagi penghijauan kota. Di level
konteks politik, prinsip ini merupakan wujud internasional, percontohan Lorong di wilayah
pemberian pilihan kepada masyarakat dan juga Toddopuli mampu memukau ratusan walikota
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk seAsean dan dunia saat hadir di Makassar dalam
menyuarakan aspirasinya. Implementasi prinsip ini rangka menghadiri 2nd Asean Major Forum (AMF)
jelas tidak harus baku atau standar, akan tetapi akan pada Awal September 2015 lalu.
tergantung pada kondisi masing-masing masyarakat. Contoh program Lorong Garden tersebut,
Kemandirian lokal menunjukkan bahwa merupakan upaya pemerintah daerah dalam mengatasi
pembangunan lebih tepat bila dilihat sebagai proses berbagai hambatan pembangunan, terutama faktor
adaptasi-kreatif suatu tatanan masyarakat dari pada bantuan sumber daya yang berasal dari pusat.Perlu ada
sebagai serangkaian upaya mekanistis yang mengacu strategi khusus yang harus dilakukan daerah dalam
pada satu rencana yang disusun secara sistematis, mengatasai rendahnya kemampuan sumber daya
kemandirian lokal juga menegaskan bahwa mem- manusia di daerah.
bangun masyarakat seharusnya dikelola dengan lebih Oleh karena itu, salah satu strategi yang selama
mengedepankan partisipasi dan dialog dibandingkan ini cukup efektif dalam mengatasi rendahnya tingkat
semangat pengendalian yang ketat sebagaimana pembangunan di daerah adalah dengan meningkatkan
dipraktekkan selama ini. kualitas sumber daya manusia melalui pemberdayaan
Konsepsi pemberdayaan masyarakat ala masyarakat yang tercermin pada kemandirian lokal
kemandirian lokal merekomendasikan agar masyarakat di daerah.Menurut Bell dan Morse (2008)
pembangunan dilaksanakan dengan memanfaatkan dalam Agusta dan Fujiartanto (ed) (2014) bahwa
ketersediaan sumber daya lokal dengan mengacu kemandirian masyarakat dapat dilihat dengan
kepada karakteristik spesifik yang dimiliki (Amien karakteristik: (a) memiliki kapasitas diri (personal self
2005).Sependapat dengan hal tersebut Arianto dan capacity); (b) memiliki tanggung jawab kolektif
Eliz a ( 2 0 1 3 ) m e n g e m u k ak an b ah w a s e la i n (collective responsibility); dan (c) memiliki
memanfaatkan sumber daya, prosesyang terjadi dalam kemampuan berpikir.
konteks lokal harus mendapatkan perhatian khusus Studi pendahuluan yang dilakukan di Kota
danmenjadi dasar pembangunan dan penguatan Makassar menggambarkan bahwa kapasitas diri
masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, maka wujud masyarakat yang ada di lorong-kota Kota Makassar
kemandirian lokal di masyarakat tercipta jika menunjukkan sikap yang apatis atau acuh tak acuh,
masyarakat mampu memanfaatkan segenap potensi mereka lebih memilih menghabiskan waktunya untuk
atau sumber daya yang ada disekitarnya. bepergian dan mengobrol bersama teman-temannya
Salah satu wujud kemandirian lokal yang ketimbang mengerjakan hal-hal positif yang dapat
tercipta dari upaya pemberdayaan masyarakat yang meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Dalam hal
dilakukan oleh pemerintah daerah adalah pember- tanggung jawab kolektif, masyarakat lorong Kota
dayaan kawasan lorong di Kota Makassar. Ratusan Makassar belum sepenuhnya mampu mewujud-
lorong di kota Makassar telah mengalami revitalisasi kannya, hal ini terlihat dari masih adanya 'perang'
dan pembenahan dengan berbagai program yang (konflik) antar lorong yang melibatkan kelompok
menyentuh seluruh aspek kehidupan warga lorong. masyarakat yang ada di dalam lorong-lorong tersebut.
Penataan lorong yang diprogramkan Peme- S e d a n g k a n m e m i l i k i k e m a m p u a n b e r p i k i r,
rintah Kota Makassar dan diberi nama Lorong Garden masyarakat lorong yang ada di Kota Makassar belum
merupakan serangkaian bentuk pemberdayaan mampu merencanakan dan melaksanakan dengan baik
masyarakat demi memberdayakan warga yang program-program yang langsung dapat dirasakan oleh
diharapkan dapat menghasilkan sesuatu yang masyarakat yang berdomisili di wilayah lorong.
produktif untuk keluarganya. Berdasarkan data yang Mereka baru mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan
diperoleh dari Kelautan, Perikanan, Pertanian, dan yang sifatnya seremonial seperti kerja bakti dalam
Peternakan (KP3) Kota Makassar, terdapat 7.538 rangka memperingati Hari Kemerdekaan Republik
lorong yang dihuni sekitar 535.000 orang. Untuk itu Indonesia dan lain sebagainya.
program Lorong Garden merupakan program strategis Tujuan penelitian ini, yakni untuk mengetahui:
pemerintah kota dalam menata dan memberdayakan a) Bagaimana upaya pemerintah daerah untuk
masyarakat Makassar. meningkatkan kapasitas diri masyarakat lorong di

180
Mewujudkan Kemandirian Lokal Melalui Upaya Pemberdayaan Masyarakat Lorong di Kota Makassar
(Mohammad Mulyadi)

Kota Makassar; b) Bagaimana upaya pemerintah dimensi kemandirian lokal masyarakat lorong di Kota
daerah dalam meningkatkan tanggung jawab kolektif Makassar, yaitu kapasitas diri; tanggung jawab
masyarakat lorong di Kota Makassar; c) Bagaimana kolektif; dan kemampuan berpikir masyarakat lorong
upaya pemerintah daerah dalam meningkatkan di Kota Makassar.Penelitian dilakukan selama sepuluh
kemampuan berpikir masyarakat lorong Kota bulan yakni Januari-Oktober 2015.
Makassar. Pengumpulan data dilakukan dengan
Beberapa penelitian yang terkait dengan mengutamakan pandangan informan (perspectif
kemandirian lokal dan pemberdayaan masyarakat emic), dan peneliti sendiri memerankan diri sebagai
antara lain yang dilakukan oleh Arianto dan Eliza instrumen utama (key instrument) yang terjun
(2013) di Kabupaten Tanah Bumbu. Berdasarkan hasil langsung ke lapangan untuk melakukan pengumpulan
penelitiannya diketahui bahwa peningkatan peran data secara mendalam. Hal ini sesuai dengan pendapat
masyarakat sipil dalam pembangunan terjadi karena Bogdan dan Biklen (1982) bahwa: “Qualitative
menguatnya kekuatan atau modal yang dimiliki research has the natural setting as the source of data
masyarakat dalam menyelesaikan sendiri berbagai and researcher is key instrument.” Adapun informan
persoalan yang mereka alami. Adapun penelitian yang yang diwawancara dalam penelitian ini adalah para
dilakukan olehWidjajanti (2011) di Kabupaten Kendal aparatur sipil negara yang berperan dalam
Jawa Tengah menemukan bahwa proses pember- pemberdayaan masyarakat lorong dan tentu saja
dayaan ditandai dengan adanya kemampuan masyarakat lorong yang terlibat aktif dalam kegiatan-
masyarakat dalam membuat analisis masalah, kegiatan yang ada di lorong.
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi suatu Analisis data menggunakan analisis kualitatif.
programpemberdayaan. Peran pelaku perlu Secara operasional analisis data kualitatif adalah
diperbaikidalam pengetahuan dan ketrampilannyaagar proses menyusun data (menggolongkannya dalam
dapat memberi dukungan dalam memperlancar tema atau kategori) agar dapat ditafsirkan atau
keberhasilan pemberdayaan, sehinggadapat diinterpretasikan. Pada prinsipnya analisis ini
meningkatkan kemandirian masyarakatyang dilakukan setiap saat selama penelitian berlangsung.
berkelanjutan. Kegiatan pengumpulan data dan analisis data dalam
Penelitian lain yang membahas tentang penelitian ini tidak terpisah satu sama lain. Keduanya
kemandirian masyarakat adalah yang dilakukan oleh berlangsung secara simultan dan prosesnya berbentuk
Niniek Lely Pratiwi, dkk (2012) di Kabupaten Rote siklus (Creswell 1994).
Ndao Nusa Tenggara Timur menemukan bahwa
kemandirian masyarakat di Kabupaten Rote Ndao dari HASIL DAN PEMBAHASAN
sisi pengertahuan masih sangat rendah, belum ada
gerakan bersama masyarakat, kader maupun tokoh Kapasitas Diri Masyarakat Lorong di Kota
masyarakat. Padahal semestinya masyarakat dapat Makassar
difasilitasi dengan sosialisasiupaya pencegahan Salah satu permasalahan yang terdapat pada
penularan penyakit TB paru,atau pembentukan kader setiap negara berkembang adalah kemiskinan. Untuk
kesehatan aktif yg baru sehingga semakin banyak lagi mengatasi hal tersebut, salah satu program pemerintah
orang yang mempunyai knowledge, sikap pencegahan dalam menanggulangi kemiskinan adalah dengan
penyakit TB paru. melakukan pemberdayaan masyarakat. Konsep
Adapun penelitian yang membahas tentang pemberdayaan masyarakat merupakan model
lorong dilakukan oleh Novri Ardi Wiranata Nur, Andi penanggulangan kemiskinan yang melibatkan
Gau Kadir, dan Andi Murfi (2014) di Kota Makassar. langsung masyarakat dalam prosesnya. Tujuan utama
Berdasarkan hasil penelitiannya, diketahui bahwa dengan dilakukannya pemberdayaan yaitu untuk
Pemerintah Kota Makassar sedang fokus pada memberdayakan masyarakat agar dapat lebih mandiri
penataan lorong-lorong di Makassar, salah satu dan dapat meningkatkan kapasitas atau kemam-
programnya adalah meningkatkan kapasitas puannya dalam memperbaiki kualitas kehidupan
masyarakat lorong agar mampu menata lorong melalui mereka melalui tindakan mereka sendiri dan untuk diri
Gerakan Makassar Ta tidakRantasa (GEMAR MTR) mereka sendiri. Hal tersebut sesuai dengan apa yang
maksudnya tidak kotor, Lorong Garden, Program dikemukakan Soetomo (2011) bahwa pengembangan
Lorong Garden (LONGGAR) bertujuan sebagai kapasitas masyarakat merupakan salah satu unsur
pemanfaatanlahan lorong-lorong agar menjadi utama proses pemberdayaan disamping pemberian
lebihproduktif, bersih dan tertata indah. kewenangan, di mana muaranya adalah pada
kemandirian masyarakat dalam pengelolaan
METODE PENELITIAN pembangunan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan Saat ini Pemerintah Kota Makassar sedang
deskriptif kualitatif dengan analisis melalui dimensi- melaksanakan program pemberdayaan masyarakat

181
URNAL Kebijakan Pembangunan Volume 12 Nomor 2 Desember 2017: 179 - 188

lorong dalam rangka peningkatan kapasitas Lorong, pemerintah berupaya melakukan pember-
masyarakatnya, yakni: dayaan dengan pendekatan kekeluargaan, semua
berawal dari langkah kecil, yang seringkali terasa berat
Motivasi Peningkatan Kapasitas Diri untuk dimulai. Namun berbanding terbalik dengan
Salah satu kegiatan Pemerintah Kota Makassar besarnya kemanfaatan yang didapat jika langkah
melalui Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) tersebut dilaksanakan. Seperti halnya Program Lorong
Kota Makassar adalah melaksanakan acara sosialisasi Garden (Longgar) di Makassar, kegiatan ini dapat
yang digelar oleh Bidang Pemberdayaan Ekonomi dijadikan contoh bahwa sebuah langkah yang
Masyarakat Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota dilakukan butuh kesungguhan dari seluruh
Makassar. Dalam kegiatan tersebut peserta dibekali stakeholders dan yang lebih penting adalah menjaga,
dengan berbagai materi yang sifatnya memotivasi dan memelihara dan mengembangkan yang sudah ada.
membangun kapasitas diri, agar lebih berdaya menuju
kualitas hidup yang lebih baik. Membentuk Badan Usaha Lorong (BULo)
Terkait dengan program Walikota Makassar, BULo (Badan Usaha Lorong) merupakan
yang salah satunya adalah tata total lorong kota, terobosan yang dilakukan oleh Walikota makassar
pemerintah tidak hanya memikirkan bagaimana untuk mengembangkan lorong-lorong di Makassar
infrastuktur lorong dapat ditata sedemikian rupa, akan agar bisa menjadi lebih produktif. Program BULo
tetapi warga-warga penghuni lorong memerlukan diperuntukkan bagi lorong yang telah menjalankan
sentuhan program yang bersifat pemberdayaan. program Lorong Garden (Longgar). Cabai atau
Selain itu, sosialisasi pemberdayaan ekonomi tanaman Lombok menjadi produk andalan BULo.
tersebut diharapkan mampu memberi motivasi untuk Selain untuk kebutuhan rumah tangga, Cabai juga
mengembangkan diri dan mengenali kapasitas untuk bernilai ekonomis yang bisa menopang ekonomi
memberdayakan diri dalam meningkatkan kualitas masyarakat. Dalam rangka pemberdayaan masya-
hidupnya. rakat, setiap SKPD pendamping dan kecamatan dapat
memberikan pendampingan bagi lorong binaannya
Pelatihan Keterampilan Dasar Bagi Masyarakat yang dimulai dari penyemaian bibit, penanaman
Lorong hingga panen. Dibutuhkan waktu selama tiga bulan
Tujuan pelatihan keterampilan dasar adalah dari proses penyemaian hingga panen. Hasil dari
untuk meningkatkan kapasitas masyarakat yang ada di BULo akan dimanfaatkan untuk tabungan pendidikan
wilayah Lorong. Pelatihan keterampilan dasar bagi anak lorong, dan pengembangan BULo.
keluarga di Lorong merupakan salah satu program Program pemberdayaan lorong diharapkan agar
pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan seluruh potensi lorong diangkat dan siap membangun
kapasitas ketahanan ekonomi keluarga di Lorong- lorong-lorong produktif. Program pengembangan
lorong Kota Makassar. Selain itu, pelatihan lorong ini bertujuan untuk pemberdayaan masyarakat
keterampilan dasar bagi keluarga ini juga bertujuan di Kota Makassar yang terkonsentrasi pada pemu-
untuk dapat meningkatkan tumbuhnya kelompok- kiman padat dan gang sempit. Potensi setiap lorong
kelompok usaha baru di Lorong-lorong Kota akan menjadi motor pengerak menggagas lahirnya
Makassar. Dalam pelaksanaannya, para peserta dalam Badan Usaha Lorong (BULo).
program pelatihan keterampilan dasar akan diberi Apapun yang diproduksi warga lorong akan
bekal pelatihan dan juga akan mendapatkan ditampung oleh badan usaha ini sehingga langkah
pendampingan sehingga para peserta pelatihan pemberdayaan lebih optimal. Saat ini, salah satu usaha
keterampilan dasar akan tergabung dalam kelompok lorong yaitu membangun lorong hijau yang produktif,
swadaya masyarakat (KSM) yang kemudian akan sehingga masyarakat mandiri dalam pemenuhan
mendapatkan pendampingan serta bantuan peralatan sayuran sehari-hari. Nantinya diharapkan bisa menjadi
kerja dan fasilitasi pemasaran agar bisa berproduksi lahan bisnis jika telah memiliki keterampilan yang
dan memasarkan produknya secara mandiri. baik dalam bidang pertanian modern secara vertikal
Di Kota Makassar, pengembangan pelatihan dan hidroponik di lorong masing-masing.
pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu
kegiatan pengembangan kapasitas masyarakat dan Program Industri Lorong Bagi Perempuan
perubahan perilaku secara kolektif masyarakat di Program-program yang saat ini dikerjakan oleh
lorong-lorong. Untuk meningkatkan ketahanan Pemerintah Kota Makassar kaitannya dengan
ekonomi masyarakat lorong, menciptakan masyarakat kemandirian lokal adalah pemberdayaan perempuan
yang berdaya, yang memiliki kualitas yang unggul dan yang sudah terintegrasi dengan program program
berperan sebagai aktor utama pembangunan di industri lorong. Jika dulunya kaum perempuan
wilayahnya masing-masing. diberikan pelatihan seperti kursus menjahit dan
Berdasarkan wawancara dengan masyarakat sebagainya, kini lebih diperluas lagi dengan program

182
Mewujudkan Kemandirian Lokal Melalui Upaya Pemberdayaan Masyarakat Lorong di Kota Makassar
(Mohammad Mulyadi)

usaha kecil menengah yang diharapkan bisa merata di sebagainya.


setiap lorong di Kota Makassar. Tanggung jawab bersama dalam masyarakat,
Program industri lorong merupakan penguatan menurut sudut pandang sosiologi termasuk ke dalam
pemberdayaan perempuan. Di mana perempuan salah satu bentuk dari interaksi sosial. Interaksi sosial
maupun ibu rumah tangga diberikan kegiatan untuk merupakan kunci dalam kehidupan masyarakat, tanpa
meningkatkan perekonomian yang ada di lorong. interaksi sosial tak mungkin ada kehidupan bersama
Salah satu program industri berbasis lorong tersebut dalam masyarakat. Bertemunya orang perorangan
yakni pembuatan Batik Lontara. Selain itu, industri secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan
lorong yang fokus pada pemberdayaan perempuan pergaulan hidup dalam masyarakat. Pergaulan hidup
tersebut sekaligus mendukung program Makassar semacam itu baru akan terjadi apabila orang
sebagai kota layak anak dan nyaman untuk semua. perorangan atau kelompok-kelompok manusia
bekerjasama, saling bicara dan seterusnya untuk
Kemitraan Pengusaha dan UKM mencapai suatu tujuan bersama.
Pemerintah Kota Makassar juga memfasilitasi Interaksi sosial merupakan dasar atau bentuk
Temu Usaha Kemitraan yang diikuti seratusan pelaku utama dari proses sosial. Interaksi sosial diartikan
usaha kecil dan menengah, tujuannya untuk sebagai hubungan sosial yang dinamis, yang
meningkatkan kerja sama antarpelaku usaha dan menyangkut hubungan antara seorang dengan orang
pemerintah. Pertemuan dengan para pengusaha itu lain, antara kelompok-kelompok manusia maupun
membuka peluang bagi pelaku usaha kecil dan antara orang dengan kelompok manusia. Dalam suatu
menengah (UKM) untuk bertukar ide dengan interaksi sosial harus memiliki dua syarat, yaitu kontak
akademisi, pemerintah, dan perbankan bagaimana sosial dan komunikasi (Narwoko dan Suyanto 2010).
meningkatkan usahanya. Kehadiran pengusaha kecil Dalam interaksi sosial hubungan yang terjadi itu harus
dan menengah selain menopang ekonomi keluarga secara timbal balik atau harus ada reaksi dari kedua
(rumah tangga) juga memacu pertumbuhan ekonomi belah pihak yang mengadakan hubungan itu, sehingga
d i M a k a s s a r. P e r l u s i n e rg i a n t a r p e m a n g k u terjadi interaksi sosial.
kepentingan agar saling memahami. Pemerintah Kerjasama dimaksudkan sebagai usaha bersama
berkewajiban melakukan pembinaan dan pengem- antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk
bangan usaha kecil dan menengah. mencapai suatu atau beberapa tujuan bersama. Bentuk
Kegiatan tersebut diharapkan dapat meningkat- dan pola-pola kerjasama dapat dijumpai pada
kan kapasitas pelaku UKM dan daya saing produk kelompok-kelompok yang ada di masyarakat. “Pola
yang dihasilkan. Pelaku UKM juga bisa memanf- kerjasama yang ada di masyarakat bisa berupa
aatkan forum ini untuk mendapatkan akses seluas- kegiatan gotong royong memperbaiki jalan maupun
luasnya dan kemudahan dari lembaga perkreditan persiapan peringatan hari-hari besar. Kebiasaan-
semisal perbankan untuk mendapatkan modal usaha kebiasaan dan sikap-sikap demikian banyak dijumpai
dengan menaati regulasi yang ada. dalam kehidupan masyarakat yang masih memiliki
tingkat kepercayaan antara sesama warga. Hal ini
Tanggung Jawab Kolektif Masyarakat Lorong di mengingat banyak kegiatan pembangunan, tenaga
Kota Makassar kerja dalam pembangunan infrastruktur misalnya,
Sebagai anggota masyarakat apalagi makhluk bukan lagi tenaga kerja suka rela lagi, tetapi tenaga
sosial, seorang individu tidak mungkin tidak bekerja kerja yang diberi gaji, meskipun mereka bekerja di
bersama dengan masyarakat. Karena masyarakat wilayah atau miliknya sendiri(Muslim 2017).
merupakan tempat segala kebutuhan individu berada. Sebaliknya bentuk kerjasama sukarela tersebut
Seorang individu tidak akan bisa melepaskan diri dari berkembang apabila orang dapat digerakkan untuk
masyarakat. Sebab seorang individu merupakan mencapai suatu tujuan bersama dan harus ada
anggota masyarakat. Oleh karena itu setiap orang kesadaran bahwa tujuan tersebut dikemudian hari
harus memiliki sikap ingin bekerjasama dengan mempunyai manfaat bagi semua warga.
masyarakat. Apabila setiap orang memiliki sikap Pada masyarakat Kota Makassar, bentuk
bekerjasama yang baik dengan masyarakat, maka tanggung jawab yang selama ini sering dilakukan
masyarakat akan berkembang menjadi lembaga yang adalah gotong-royong. Aktivitas gotong royong ini
menguntungkan bagi setiap anggota masyarakat. tampak pada aktivitas kehidupan masyarakat, seperti:
Namun apabila setiap individu tidak mau bekerjasama Aktivitas tolong-menolong antara tetangga yang
dengan masyarakat, maka masyarakat dimana tempat tinggal berdekatan untuk pekerjaan-pekerjaan kecil
individu berada tidak akan mendukung individu sekitar rumah dan pekarangan, seperti menggali
bahkan akan terasa membatasi atau mengancam sumur, mengganti dinding bilik rumah, membersihkan
individu. Misalnya lingkungan masyarakat itu menjadi rumah, dan lain sebagainya; Aktivitas tolong-
tidak aman, kotor sumber penyakit, dan lain menolong antara kaum kerabat (dan kadang-kadang

183
URNAL Kebijakan Pembangunan Volume 12 Nomor 2 Desember 2017: 179 - 188

beberapa tetangga yang paling dekat) untuk bersih, nyaman dan indah, untuk mencapai hal ini
menyelenggarakan pesta sunat, perkawinan atau dibutuhkan peran pemerintah untuk memberikan
upacara adat lain sekitar titik-titik peralihan pada penyuluhan dan arahan kepada masyarakat tentang
lingkaran hidup individu; Aktivitas spontan tanpa pentingnya menjaga kebersihan lingkungan serta
permintaan dan tanpa pamrih untuk membantu secara manfaatnya.
spontan pada waktu seorang tetangga mengalami
kematian atau bencana. Mengikuti kegiatan pemeliharaan keamanan
Gotong-royong kerja bakti berbeda antara lingkungan
gotong-royong kerja bakti untuk proyek-proyek yang Pada hakikatnya partisipasi masyarakat
timbul dari inisiatif atau swadaya warga sendiri dan dibutuhkan dalam pembangunan adalah partisipasi
gotong-royong kerja bakti untuk proyek-proyek yang yang sifatnya sukarela, lahir atas prakarsa dan
'dipaksakan' dari atas. Gotong-royong kerja bakti yang swadaya masyarakat sendiri, serta dilaksanakan
pertama, sebagai kerja bakti yang berasal dari dengan penuh tanggungjawab. Partisipasi yang
masyarakat, misalnya hasil keputusan Musrenbang demikian merupakan modal utama dan potensi yang
yang benar-benar sesuai dan dibutuhkan oleh sangat essensial bagi pelaksanaan pembangunan dan
masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan gotong- keberhasilan pencapaian tujuan, bermanfaat serta
royong kerja bakti yang kedua seringkali tidak mendukung masyarakat.
dipahami manfaatnya oleh wargadan dirasakan lebih Peranan masyarakat dalam menciptakan
sebagai sebuah kewajiban daripada sebagai sebuah kondisi lingkungan yang kondusif sangat diperlukan
kesadaran. karena hal ini dapat memberi ketenangan dan
Beberapa bentuk dari tanggung jawab bersama ketentraman bagi masyarakat sehingga pembangunan
yang telah dibangun masyarakat lorong di Kota akan berjalan baik dan lancar. Dengan demikian salah
Makassar, yaitu: satu ukuran peran masyarakat dalam pemanfaatan
hasil pembangunan yaitu dengan mengukur
Mengikuti kegiatan pemeliharaan kebersihan sejauhmana masyarakat terlibat dalam kegiatan
rumah dan lingkungan. pemeliharaan lingkungan masing-masing.
Pemeliharaan kebersihan rumah dan Umumnya masyarakat cukup sering terlibat
lingkungan merupakan salah satu aspek yang sangat dalam kegiatan pemeliharaan keamanan lingkungan
penting untuk diperhatikan dalam tatanan kehidupan dikarenakan mereka berpendapat bahwa kegiatan
suatu sistem sosial (masyarakat). Bagaimanapun juga tersebut bukan semata tugas dari aparat kepolisian atau
penanganan masalah pemeliharaan kebersihan rumah hansip saja, akan tetapi merupakan salah satu
dan lingkungan yang tidak tepat akan berakibat buruk, kewajiban mereka. Selain itu, jika dilihat dari faktor
terutama bagi kesehatan dan keselamatan masyarakat. ekonomis, swadaya masyarakat dalam memelihara
Salah satu ukuran yang dipakai untuk keamanan lingkungan masing-masing akan lebih
mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dalam menghemat biaya, karena apabila kewajiban menjaga
pemanfaatan hasil pembangunan adalah dengan keamanan diserahkan kepada seorang satpam atau
mengetahui sejauhmana keikutsertaan masyarakat petugas keamanan maka warga masyarakat harus
dalam pemeliharaan kebersihan rumah dan mengeluarkan biaya keamanan sebagai upah yang
lingkungan. Di lorong-lorongumumnya masyarakat diberikan kepada satpam. Kegiatan ini sendiri
kurang memiliki kesadaran akan pentingnya biasanya dikoordinir oleh RT atau RW setempat
memelihara kebersihan rumah dan lingkungan sekitar. maupun tokoh masyarakat.
Selain itu kesadaran akan pentingnya Organisasi lokal yang dipimpin oleh kalangan
melakukan penyemprotan dengan anti bakteri seperti masyarakat sendiri seperti RT dan RW dilingkungan
disinfektan masih jarang dilaksanakan karena harus masing-masing yang keberadaannya sangat penting
mengeluarkan biaya tambahan. Hal ini dikarenakan karena dapat memobilisasi pemberdayaan masyarakat,
kebanyakan masyarakat masih kurang memahami mereka dapat membentuk satuan-satuan ronda yang
bahaya yang ditimbulkan apabila tidak melakukan berjaga secara bergiliran, sehingga kegiatan
penyemprotan terhadap unggas atau ternak mereka. pemeliharaan keamanan lingkungan dapat berjalan
Mereka tidak menyadari bahaya yang ditimbulkan lebih efektif. jika kegiatan ini dikembangkan maka
apabila bakteri-bakteri dari ternak mereka lingkungan masyarakat menjadi kondusif dan
berkembang dan mengenai mereka, berbagai ancaman masyarakat akan mendapatkan perasaan yang aman
penyakit jelas mengincar mereka dan anggota dan terteram.
keluarganya. Partisipasi semacam ini dibutuhkan suatu
Keikutsertaan masyarakat dalam pemeliharaan keterlibatan masyarakat yang dimobilisasi oleh pihak
kebersihan pada masing-masing rumah dan lain, sebagaimana yang dikatakan Thoha (1990)
lingkungan akan mewujudkan suatu lingkungan yang bahwa:

184
Mewujudkan Kemandirian Lokal Melalui Upaya Pemberdayaan Masyarakat Lorong di Kota Makassar
(Mohammad Mulyadi)

“...partisipasi adakalanya dilakukan secara dirasakan oleh masyarakat sehingga harus mendapat
mandiri dan adakalanya dengan mobilisasi. Partisipasi prioritas untuk dilaksanakan terlebih dahulu.
mandiri adalah suatu usaha berperan serta yang Struktur dan kondisi permasalahan yang
dilakukan sendiri oleh pelakunya untuk mem- biasanya dihadapi masyarakat pada umumnya adalah
pengaruhi policy yang bakal dibuat. Partisipasi tingkat pendapatan yang rendah. Perkembangan
mobilisasi adalah keikutsertaan rakyat dalam berperan perekonomian masyarakat pada umumnya berjalan
serta untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah relatif lambat. Pada situasi ini pemerintah harus
dengan cara dimobilisasi oleh pihak lain”. mensinergikan dengan sistem atau kebijakan dalam
Mobilisasi masyarakat pada kegiatan peme- upaya pemberdayaan perekonomian rakyat salah
liharaan keamanan di lingkungan masing-masing oleh satunya dengan menjalin mitra usaha dengan
RT m a u p u n RW s e t e m p a t b e r t u j u a n u n t u k masyarakat.
mengkoordinir kegiatan tersebut agar tercipta rasa Peranserta masyarakat dalam memanfaatkan
keadilan, kebersamaan dan tanggungjawab pada hasil pembangunan salah satunya tercermin dari
masyarakat. antusiasme masyarakat dalam mengikuti kegiatan
kelompok usaha ekonomi. Di lapangan, masyarakat
Mengikuti kegiatan keagamaan masih jarang yang mengetahui kegiatan kelompok
Pembangunan masyarakat disegala bidang usaha ekonomi tersebut. Hanya sedikit yang
membutuhkan inisiatif dari masyarakat sendiri, tetapi mengetahui adanya kegiatan tersebut. Akibat dari
apabila inisiatif ini tidak tumbuh maka dibutuhkan kurangnya informasi yang disampaikan oleh aparat
adanya pihak lain untuk menyadarkannya. Beberapa kepada masyarakat, sehingga masyarakat juga tidak
kalangan seperti para muballigh, para kyai, para guru mengetahui manfaat dari kegiatan kelompok usaha
agama, para da'i dan lain-lain merupakan contoh para ekonomi tersebut. karena kurangnya informasi serta
tokoh yang masih disegani dan memiliki peran penting komunikasi yang tidak lancar antara masyarakat dan
dimasyarakat. Surjadi (2005) mengatakan “para pemerintah.
muballigh, para kyai, para guru agama, para da'i adalah Sebagaimana yang diungkapkan Priyatna
merupakan petugas-petugas pembangunan (1996) bahwa : “Partisipasi yang keputusannya
masyarakat secara sukarela baik atas nama pribadinya terletak pada rakyat sendiri, tak akan berjalan tanpa
maupun atas nama organisasinya”. suatu keyakinan bahwa apa yang mereka akan
Dengan demikian, salah satu ukuran yang lakukan, bermanfaat bagi dirinya, keluarganya atau
dipakai untuk mengetahui keterlibatan masyarakat untuk masyarakat dan negara. Hal ini hanya mungkin
dalam pemanfaatan hasil pembangunan adalah dengan dapat dicapai melalui suatu pendekatan, komunikasi
mengetahui sejauhmana keikutsertaan masyarakat dan proses persuasi yang intensif”.
dalam kegiatan keagamaan seperti sholat berjamaah, Ketidaktahuan masyarakat atas program-
Pengajian, ceramah agama dan kegiatan keagamaan program pembangunan yang dilaksanakan oleh
lainnya. pemerintah serta tidak lancarnya arus informasi dan
Seringnya masyarakat mengikuti kegiatan komunikasi merupakan salah satu faktor penghambat
keagamaan dilingkungan masing-masing didorong keberhasilan suatu program pembangunan. Melalui
oleh ketaatan masyarakat dalam menjalankan suatu pendekatan, komunikasi dan proses persuasi
kewajibannya sebagai seorang muslim, apalagi yang intensif mengenai program-program pember-
penganut agama Islam merupakan mayoritas di negeri dayaan ekonomi rakyat ini, harus segera menjadi
ini. Para tokoh agama menjadikan media khutbah perhatian pemerintah, karena akan mendatangkan
jum'at, pengajian umum, perayaan hari-hari besar banyak keuntungan, terutama bagi golongan ekonomi
keagamaan dan lain-lain, itu semuanya bisa dijadikan lemah.
forum untuk mendidik, menyadarkan masyarakat, Makna dari pembangunan masyarakat adalah
dimana para tokoh ini (sukarelawan) mempunyai tugas pengembangan masyarakat, sejalan dengan makna
yang langsung menyentuh kejiwaan masyarakat, tersebut bahwa masyarakat adalah subjek pem-
merangsang, mendorong, menyadarkan masyarakat bangunan, maka dalam pelaksanaannya pembangunan
akan kebutuhan-kebutuhan ataupun problema- haruslah menempatkan manusia sebagai pusat
problema kehidupan bersama ataupun individu. perhatian dan prosesnya harus menguntungkan semua
pihak. Dalam hal ini, kelompok-kelompok tertentu
Mengikuti kegiatan kelompok usaha ekonomi seperti petani dan nelayan miskin perlu mendapat
Usaha pembangunan pada umumnya dilaksa- perhatian dari pemerintah, kemampuan mereka perlu
nakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dimasa dikembangkan agar dapat memanfaatkan sumber daya
sekarang dan masa yang akan datang, kebutuhan- alam yang jadi mata pencaharian mereka.
kebutuhan tersebut tentunya sangat beragam, dan juga Di komunitas nelayan ditemukan banyak
kebutuhan-kebutuhan yang menKelurahank yang masyarakat jarang bahkan tidak pernah ikut serta

185
URNAL Kebijakan Pembangunan Volume 12 Nomor 2 Desember 2017: 179 - 188

dalam kegiatan kelompok usaha nelayan. Kenyataan menetapkan tujuan serta keinginan mereka.
ini dikarenakan kurangnya informasi yang disampai- Masyarakat memiliki potensi yang sangat besar,
kan oleh aparat pemerintah kepada masyarakat tentang baik yang dilihat dari sumber daya yang ada maupun
kegiatan kelompok usaha nelayan tersebut. Sehingga dari sumber sosial budaya, hal tersebut bila dipadukan
masyarakat tidak mengetahui manfaat dari kegiatan akan menjadi kekuatan yang dapat mengatasi
tesebut bahkan masyarakat cenderung tidak peduli permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat sendiri.
dengan adanya kegiatan tersebut. Dengan memahami kebutuhan dan permasalahan yang
Gambaran tersebut menunjukkan kecende- dihadapi oleh masyarakat serta kemudian diungkap-
rungan menurunnya hubungan kerjasama antara kan pada sebuah rapat pertemuan maka akan
aparat pemerintah dengan masyarakat, peranan mencetuskan suatu ide atau gagasan yang dapat
pemerintah dalam mensosialisasikan program- menjadi bahan pertimbangan pada proses perencanaan
program pembangunan kepada masyarakat mutlak pembangunan
sangat diperlukan, agar masyarakat mau turut serta Kondisi di lapangan juga membuktikan bahwa
dalam kegiatan program pembangunan tersebut. Hal masyarakat cenderung cukup aktif dalam mengemu-
ini sebagaimana yang dikemukakan Iskandar (2004) kakan saran/pendapat bukan sekedar menjadi
bahwa “pelaksanaan pembangunan membutuhkan pendengar saja, walaupun para elit lebih mendominasi
sistem informasi yang tersedia dengan mutu yang baik, masukan untuk perencanaan pembangunan. Hal ini
pada saat yang tepat dan dapat diperoleh dengan disebabkan karena masyarakat yang hadir memang
mudah. Informasi harus tersedia disegala tingkatan betul-betul ingin menyampaikan saran dan
dari tingkat pusat hingga tingkat Kelurahan”. pendapatnya kepada pemerintah.
Walaupun pada kenyataannya hal tersebut tidak
Kemampuan Berpikir Masyarakat LorongKota sejalan dengan pernyataan yang sering diungkapkan
Makassar. oleh para penyelenggara pemerintahan yang
Kemampuan berpikir dan bertindak masyarakat menyatakan “kami siap menampung aspirasi
dalam konsep kemandirian lokal dapat dikategorikan masyarakat”, bahkan akhirnya perencanaan program
sebagai kemampuan masyarakat dalam pengambilan pembangunan merupakan inisiatif dari beberapa pihak
keputusan dan pelaksanaan kegiatan. Hal ini sesuai saja atau yang disebut elit pemerintah tadi.Dengan
dengan pendapat Widjajanti (2011) bahwa kemandi- demikian apabila suatu program pembangunan yang
rian masyarakat merupakan suatukondisi yang dialami didalam perencanaannya memberikan kesempatan
oleh masyarakat yang ditandai dengan kemampuan kepada masyarakat untuk memberikan saran atau
memikirkan memutuskanserta melakukan sesuatu pendapatnya maka hasilnya akan memberikan
yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan manfaat yang besar bagi pemenuhan kebutuhan
masalah-masalah yang dihadapi dengan memper- masyarakat itu sendiri.
gunakandaya kemampuan yang dimiliki.
Keikutsertaan masyarakat dalam pembuatan Keikutsertaan masyarakat dalam proses/
keputusan melalui perencanaan pembangunan. perumusan pembuatan keputusan.
Masyarakat dilibatkan dalam perumusan/proses Keikutsertaan masyarakat dalam proses
pembuatan keputusan dengan mengemukakan perumusan pembuatan keputusan, merupakan suatu
pendapat/saran dalam menilai suatu program/ keterlibatan masyarakat secara langsung pada proses
kebijakan yang akan ditetapkan. Dalam praktek perencanaan pembangunan. Kondisi yang selama ini
pemerintahan hal ini dilaksanakan dalam rangkaian banyak kita temukan di lapangan bahwa suatu
kegiatan Musbangkel, Rakorbang dan lain sebagainya. keputusan ditentukan oleh aparat pemerintah, serta
Dengan demikian, keikutsertaan masyarakat musyawarah yang diselenggarakan oleh pemerintah
dalam memberikan pemikiran-pemikiran konstruktif seringkali hanya sebagai agenda belaka tanpa
di lorong-lorong wilayahnya masing-masing, menghasilkan sesuatu yang nyata.
tercermin dari: Masyarakat tidak diberdayakan dalam proses
perumusan pembuatan keputusan, sehingga
Mengemukakan pendapat/saran dalam setiap masyarakat seringkali menganggap rapat hanyalah
pertemuan/rapat formalitas belaka. Hal ini diperparah oleh sikap
Keterlibatan masyarakat dalam proses masyarakat sendiri yang apatis dalam kegiatan-
pembangunan merupakan issue sentral, sehingga kegiatan pembangunan.
harus diberikan tempat yang proporsional, baik dalam
proses perencanaan maupun pelaksanaannya. Oleh Memberikan saran terhadap jalannya
karenanya sudah dimaklumi bahwa memandang pembangunan.
masyarakat bukan hanya sebagai obyek tetapi juga Masih rendahnya standar penyelenggaraan
sebagai subjek pembangunan, yang mampu pembangunan diakibatkan kurang mantapnya

186
Mewujudkan Kemandirian Lokal Melalui Upaya Pemberdayaan Masyarakat Lorong di Kota Makassar
(Mohammad Mulyadi)

perencanaan maupun pelaksanaan pembangunan itu akses atau media untuk masyarakat dalam
sendiri. Dalam pelaksanaan tugas pembangunan, menyampaikan penilaian dan bahan evaluasi terhadap
aparatur pemerintah belum memperlihatkan kinerja jalannya pembangunan yang diselenggarakan oleh
yang optimal. Keikutsertaan masyarakat dalam pemerintah.
memberikan saran terhadap jalannya pembangunan Ketidakberdayaan masyarakat untuk ikut dalam
masih perlu ditingkatkan. Hal ini didukung oleh data, pembangunan diakibatkan oleh tertutupnya
rendahnya angka persentase tanggapan responden kesempatan dan saluran untuk mengaktualisasikan
yang menyatakan masyarakat sering dan sangat sering aspirasi yang mengakibatkan masyarakat tidak
memberikan saran terhadap jalannya pembangunan. terbiasa dan tidak terlatih untuk mengajukan
Hal ini sebagaimana beberapa pernyataan pandangan dan penilaian atas sesuatu hal. Disamping
dilapangan bahwa masyarakat jarang memberikan itu, sentralisasi kekuasaan telah menciptakan atmosfer
saran yang sifatnya membangun terhadap jalannya kekuasaan yang sangat menakutkan bagi rakyat yang
pembangunan dikarenakan masyarakat kurang berakibat pada munculnya pemerintah sebagai aktor
memiliki kesadaran akan kewajiban memberikan yang dominan yang menentukan mana yang baik dan
dukungan terhadap jalannya pembangunan, akibatnya mana yang buruk, mana yang boleh dan mana yang
mereka jadi merasa tidak memiliki proyek-proyek tidak boleh bahkan kekuasaan absolut pemerintah
pembangunan tersebut. dimaksud telah menjadikan rakyat terkena sindrom
Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan legalitas yang akibatnya semua masalah selalu
Khairudin (1993) yang menyatakan bahwa “ banyak dipulangkan kepada lagalitas dan bukan legitimasi.
kegagalan dalam pembangunan fisik hanya karena Jadi yang penting disetujui pemerintah (legalitas)
masyarakat tidak merasa memiliki proyek pem- daripada adanya dukungan dari rakyat (legitimasi).
bangunan itu, dan akibatnya masyarakat tidak merasa Berkaitan dengan hal tersebut di atas, kegiatan
berkewajiban untuk memelihara hasil proyek penilaian yang dilakukan oleh masyarakat terhadap
pembangunan tersebut, meskipun hasil pembangunan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah dan
tersebut sesungguhnya sangat mereka butuhkan”. menyampaikannya sebagai bahan evaluasi merupakan
Menurut Sudriamunawar (2006) bahwa “peran kegiatan yang sangat penting, hal ini untuk
serta masyarakat yang tinggi akan mempunyai mengetahui sejauhmana efektifitas dan efisiensi
pengaruh yang besar terhadap suatu program pemba- program-program pembangunan yang dilaksanakan
ngunan. Hal ini dimungkinkan karena pembangunan oleh pemerintah. Menurut Simandjuntak dan Pasaribu
bukan saja ditentukan oleh penyelenggara (1986) bahwa “Evaluasi hasil pembangunan amat
pembangunan (pemerintah), tetapi peran serta perlu untuk menghilangkan yang tidak perlu,
masyarakat juga turut memberikan andil dalam menambah yang masih kurang dan tidak ada,
tercapai atau tidaknya suatu program pembangunan”. kemudian memelihara yang sudah tepat, guna
menyempurnakan tindakan lebih lanjut”.
Memberikan penilaian dan menyampaikannya
sebagai bahan evaluasi. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kedudukan masyarakat yang merupakan objek
sekaligus subjek pembangunan, seharusnya dibarengi Kesimpulan
dengan keleluasaan dalam memberikan penilaian Mewujudkan kemandirian lokal melalui upaya
terhadap jalannya pembangunan dan penilaian pemberdayaan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota
tersebut dijadikan bahan evaluasi bagi pemerintah Makassar, dapat dilihat melalui program dan kegiatan
untuk memperbaiki jalannya pembangunan dimasa yang bertujuan untuk: 1)Meningkatkan kapasitas diri
yang akan datang agar memperoleh hasil yang lebih dari masyarakat lorong; 2) Meningkatkan tanggung
optimal.Adapun tujuan dari evaluasi menurut Suharto jawab kolektif masyarakat lorong; 2) Meningkatkan
(2005) adalah sebagai berikut: Mengidentifikasi kemampuan berpikir dan bertindak secara
tingkat pencapaian tujuan; Mengukur dampak berkelanjutan masyarakat lorong. Berdasarkan hasil
langsung yang terjadi pada kelompok sasaran; penelitian yang dilakukan, maka beberapa kegiatan
Mengetahui dan menganalisis konsekuensi- yang dapat meningkatkan kapasitas diri dari
konsekuensi lain yang mungkin terjadi di luar rencana masyarakat lorong di Kota Makassar adalah:
(externalities). sosialisasi pemberdayaan ekonomi masyarakat;
Keikutsertaan masyarakat dalam memberikan pelatihan keterampilan dasar bagi masyarakat lorong;
penilaian dan menyampaikannya sebagai bahan membentuk badan usaha lorong; program industri
evaluasi dalam kegiatan pembangunan masih perlu lorong perempuan; dan kemitraan pengusaha dan
ditingkatkan. Kurangnya partisipasi masyarakat UKM. Adapun beberapa kegiatan yang dapat
dalam memberikan penilaian dan menyampaikannya meningkatkan tanggung jawab kolektif masyarakat
sebagai bahan evaluasi ini, karena tidak tersedianya lorong di Kota Makassar adalah: mengikuti kegiatan

187
URNAL Kebijakan Pembangunan Volume 12 Nomor 2 Desember 2017: 179 - 188

pemeliharaan kebersihan rumah dan lingkungan; Kebijakan dan Administrasi Publik. Vol. 17(No.
mengikuti kegiatan pemeliharaan keamanan 2): 15-27. Sumber https://journal.ugm.ac.id/
lingkungan; mengikuti kegiatan keagamaan; dan jkap/article/view/6853, 2013.
mengikuti kegiatan kelompok usaha ekonomi. Iskandar, Jusman. 2004. “Teori dan Isu Pem-
Sedangkan beberapa kegiatan yang dapat mening- bangunan.”Bandung: Puspaga.
katkan kemampuan berpikir dan bertindak secara Khairuddin, H. 1993. “Pembangunan Masyarakat:
berkelanjutan masyarakat lorong di Kota Makassar Tinjauan Aspek Sosiologi, Ekonomi dan
adalah: mengemukakan saran/pendapat; keikutsertaan Perencanaan.” Yogyakarta: Liberty.
masyarakat dalam proses/perumusan pembuatan Muslim, Azis. 2017. “Analisis Kegagalan Program
keputusan; memberikan saran terhadap jalannya Nasional Pemberdayaan Masyarakat dalam
pembangunan; dan memberikan penilaian dan Membangun Kemandirian Masyarakat
menyampaikannya sebagai bahan evaluasi. Miskin”. Bogor: Jurnal Penyuluhan. Vol. 13
(No.1): 79-87,http://journal.ipb.ac.id/index.
Rekomendasi php/jupe/article/view/14524/11629.
Pemerintah Kota Makassar perlu membuat Narwoko, J. Dwi dan Bagong Suyanto. 2010.
kebijakan yang fokusnya terhadap pemberdayaan “Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan.”
warga lorong di Kota Makassar. Hal ini dimaksudkan Jakarta: Kencana Prenada Media.
agar program dan kegiatan yang akan dilakukan Nur, Novri Ardi Wiranata, Andi Gau Kadir, dan Andi
didasarkan atas kebutuhan yang obyektif bagi warga Murfi. 2014. “Analisis Pelaksanaan Program
masyarakat lorong. Gerakan Makassar Ta' Tidak Rantasa di Kota
Peningkatan kapasitas diri masyarakat lorong di Makassar.” Makassar: Jurnal Ilmu Peme-
Kota Makassar melalui program pelatihan dan rintahan. Vol. 7, No.1, hal. 61-72. http://journal.
keterampilan perlu terus menerus dilakukan agar unhas.ac.id/index.php/government/article/view
warga masyarakat lorong mampu meningkatkan File/1257/pdf.
kreativitas dirinya dalam menciptakan lapangan kerja Pratiwi, Niniek Lely, dkk. 2012. Kemandirian
baru dan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Masyarakat Dalam Perilaku Pencegahan
Pemerintah Kota Makassar perlu mendukung Penularan Penyakit TB Paru.” Surabaya: Jurnal
kegiatan-kegiatan yang sifatnya membangun Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. Vol.
kohesivitas warga masyarakat lorong, agar warga 15(No. 2): 162-169. Sumber http://ejournal.
makin kompak dan merasa bertanggung jawab litbang.depkes.go.id/index.php/hsr/article/vie
terhadap lingkungannya masing-masing. w/2990.
Pemerintah Kota Makassar perlu membuka Priyatna, Suganda. 1996. “Motivasi, Patisipasi dan
ruang diskusi bagi warga masyarakat lorong agar Pembangunan.” Jakarta: Universitas
tumbuh kreativitas yang dihasilkan dari olah pikir dan Kartanegara Press.
bertindak yang sesuai dengankebutuhan warga Simandjuntak, B dan Pasaribu, I.L. 1986.“Pendidikan
masyarakat lorong. dan Pembangunan Masyarakat Desa.”Bandung:
Tarsito.
UCAPAN TERIMA KASIH Soetomo. 2011. “Pemberdayaan Masyarakat, Mung-
Penelitian ini tidak dapat dilakukan tanpa kinkah Muncul Antitesisnya?.” Yogyakarta:
bantuan banyak pihak, oleh karena itu peneliti ingin Pustaka Pelajar.
menyampaikan rasa terima kasih kepada beberapa Sudriamunawar, Haryono. 2006. “Kepemimpinan,
pihak yang telah membantu kelancaran penelitian ini, Peran Serta dan Produktivitas.” Bandung: CV.
dari awal sampai akhir. Terima kasih kepada Bapak Mandar Maju.
Mohammad Syarief, sebagai Camat Ujung Pandang Suharto, Edi. 2005. “Membangun Masyarakat
dan beberapa tokoh masyarakat lorong yang tidak Memberdayakan Rakyat.”Bandung: Refika
dapat kami sebutkan satu per satu yang telah Aditama.
membantu menjadi titik kontak beberapa informan. Surjadi, A. 2005. “Da'wah Islam Dengan Pemb-
Terima kasih juga kepada informan lain yang telah angunan Masyarakat Desa.” Bandung: Mandar
meluangkan waktu untuk menjawab berbagai Maju.
pertanyaan dalam penelitian ini. Thoha, Miftah. 1990. “Kepemimpinan dalam
Pembangunan, Pendekatan Perilaku.” Jakarta:
DAFTAR PUSTAKA Rajawali Press.
Widjajanti, Kesi. 2011. “Pemberdayaan Masyarakat.”
Arianto, Kurniawan dan Eliza Nur Fitriana. 2013. Surakarta: Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.
“Modal Sosial dalam Kemandirian Masyarakat 12, (No. 1): 16-27. Sumber http://journals.ums.
di Bidang Kesehatan.” Yogyakarta: Jurnal ac.id/index.php/JEP/article/viewFile/202/189.

188

Anda mungkin juga menyukai