ABSTRAK
Kebutuhan akan teknologi pembentukan dan sistem otomatisasinya berkembang sangat pesat. Salah satu
peralatan yang diperlukan dalam industri adalah mesin penekuk plat dimana sebelumnya banyak dijalankan secara
manual. Mesin penekuk plat digunakan dalam proses pembengkokkan plat yang disesuaikan dengan kebutuhan
dengan sudut 900 untuk mesin penekuk tepi dan sesuai kebutuhan untuk mesin penekuk tipe-V. Yang dibahas disini
adalah mesin penekuk plat yang menggunakan sistem pneumatik. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa proses
kerja mesin penekuk plat dengan menghitung sistem pneumatik dan komponen pada mesin penekuk plat tersebut.
Komponen mesin penekuk plat yang digunakan berupa kompresor, push button, katup 5/2, silinder kerja ganda,
katup limit switch dan dies. Silinder pneumatik yang digunakan berdiameter 25mm dan 35mm dengan panjang
langkah 50mm dan 100mm, tekanan udara yang digunakan yaitu 6 bar. Gaya efektif piston pada saat maju dan
mundur dari mesin penekuk tepi yaitu 294.38 N dan 247.28 N. Sedangkan gaya efektif piston pada saat maju dan
mundur dari mesin penekuk tipe-V yaitu 576.95 N dan 529.88 N. Pada pembengkokan material pada mesin penekuk
tepi membutuhkan panjang blank 192.2mm dan gaya pembengkokkan 206.97 N. Adapun pada pembengkokan
material pada mesin penekuk tipe-V membutuhkan panjang blank 188.63 dan gaya pembengkokkan 277.58 N. Untuk
mengetahui sistem pneumatik pada mesin penekuk plat ini dapat bekerja maka dilakukan simulasi pada rangkaian
sistem pneumatik tipe tepi dan tipe-V.
Kata kunci : analisa, penekuk plat, sistem pneumatik , simulasi, tipe tepi, tipe-V
Jurnal Mekanika Teknik Mesin S-1 FTUP Vol. 14 No. 2 Agustus 2016 71
Tipe-V berkisar 800 dengan meng-gunakan sistem
pneumatik bisa bekerja secara optimal.
72 Jurnal Mekanika Teknik Mesin S-1 FTUP Vol. 14 No. 2 Agustus 2016
2.2 Analisa Pembengkokkan
Beberapa istilah penting dalam operasi 2.2.3. Gaya Pembengkokkan
pembengkokkan lembaran logam yang memiliki
ketebalan (t) dibengkokkan dengan sudut tertentu Gaya yang dibutuhkan untuk mem-
bengkokkan logam lembaran tergantung pada
yang disebut sudut tekuk bengkok (𝛼) atau (bend
geometri punch dan die, kekuatan, ketebalan dan
angle 𝛼). Tekukan tersebut menghasilkan sudut 𝛼′
lebar logam lembaran. Gaya pembengkok-kan
pada lembaran, dimana 𝛼 + 𝛼′ = 1800.
maksimum dapat diperkirakan dengan persamaan
berikut :
2.2.1. Bend Allowance
𝐾bf(𝑇𝑆)𝑤𝑡2
Jari-jari tekuk pada umumnya diukur dari 𝐹=
𝐷
sumbu tekuk (bend axis) ke permukaan tekukan
dimana :
bagian dalam (bukan ke permukaan sumbu netral).
F = Gaya tekuk / pembengkokkan (N)
Agar diperoleh dimensi akhir sesuai yang diinginkan,
maka perlu menghitung panjang awal bagian TS = Kekuatan tarik logam (MPa)
lembaran yang akan mengalami pe-regangan
w = Lebar logam lembaran (mm)
(panjang sumbu netral sebelum di bengkokkan).
Panjang bagian lembaran ter-sebut dinamakan bend t = Tebal logam lembaran (mm)
allowance dan dapat diperkirakan dengan rumus D = Dimensi pembukaan cetakan (mm)
sebagai berikut :
𝛼 𝐾bf = Konstanta gaya tekuk (0.33)
𝐴b = 2𝜋 ( 𝑅 + 𝐾ba 𝑡)
360
dimana :
2.3 Sistem Pneumatik
Ab = Bend allowance (mm)
Pneumatik merupakan salah satu sistem
α = Sudut tekuk ( bend angle )
otomasi yang memanfaatkan udara bertekanan
R = Jari – jari tekuk ( bend radius ), (mm)
sebagai media perantara. Udara bertekanan yang
t = Ketebalan plat ( mm)
dibutuhkan tersebut diperoleh dari tangki
𝐾ba = Faktor untuk memperkirakan regangan
(bila R/t < 2, 𝐾ba = 0.33; dan bila R/t ≥ 2, penyimpanan udara bertekanan yang dihasilkan oleh
𝐾ba= 0.50) kompresor. Sistem pneumatik terkadang
dikombinasikan dengan sistem otomasi lainnya
seperti sistem otomasi hidrolik, elektrik, dan PLC
2.2.2. Melenting Kembali (springback)
agar diperoleh pengontrolan sesuai dengan kebutuhan
Bila tekanan tekuk dihentikan pada akhir
operasi pembengkokkan maka energi elastik masih industri. Perangkat pneumatik bekerja dengan
tersisa pada tekukan sehingga sebagian tekukan akan memanfaatkan udara yang dimampatkan (compressed
kembali ke bentuk semula. melenting kembali dapat
air). Dalam hal ini udara yang dimampatkan akan
dinyatakan dengan rumus:
𝛼 ′ − 𝛼′1 didistribusikan kepada sistem yang ada sehingga
𝑆𝐵 =
𝛼′1 kapasitas sistem terpenuhi. Untuk memenuhi
dimana :
kebutuhan udara yang dimampatkan kita memerlukan
SB = Melenting kembali ( springback)
𝛼 ′ = Sudut logam lembaran yang ditekuk, (0) kompresor (pembangkit udara bertekanan).
Jurnal Mekanika Teknik Mesin S-1 FTUP Vol. 14 No. 2 Agustus 2016 73
Gaya piston yang dihasilkan oleh silinder III. METODOLOGI PENELITIAN
bergantung pada tekanan udara, diameter silinder dan 3.1 Diagram Alir Analisa Proses Kerja Mesin
tahanan gesekan dari komponen perapat. Gaya piston Penekuk Plat
secara teoritis dihitung menurut rumus berikut : Mesin penekuk plat merupakan suatu alat
𝐹 = 𝐴. 𝑝 bantu dari suatu rangkaian kegiatan dalam proses
Untuk silinder kerja ganda : pembuatan produk. Dalam pembuatan produk sangat
𝜋
a. Langkah maju: 𝐹 = 𝐷2 𝑝 diperlukan alat-alat pendukung termasuk mesin
4
𝜋 penekuk plat yang bisa digunakan secara maksimal
b. Langkah mundur : 𝐹 = (𝐷2 − 𝑑 2 ). .𝑝
4
sesuai dengan kebutuhan. Dalam menganalisa proses
Keterangan :
kerja mesin penekuk plat dapat disusun secara
F = Gaya piston ( N )
D = Diameter piston ( m ) singkat dalam dalam bentuk diagram alir sebagai
d = Diameter batang piston ( m ) berikut :
1.031 + 𝑝
𝐶𝑟 = Hasil
1.031
Penekuka
74 Jurnal Mekanika Teknik Mesin S-1 FTUP Vol. 14 No. 2 Agustus 2016
Pressure 8 bar
3.2 Komponen Mesin Penekuk Plat Daya 1.50 kw
Mesin penekuk plat yang digunakan adalah RPM 2800 t/min
mesin yang dirakit sendiri, dari komponen-komponen 3.2.2. Push Button
yang ada baik yang dibuat sendiri maupun sudah Saklar tombol tekan (push button switch)
dalam bentuk jadi. Komponen-komponen tersebut adalah saklar sederhana yang berfungsi untuk
dirakit menjadi satu kesatuan hingga menjadi mesin menghubungkan atau memutuskan aliran dengan
penekuk yang utuh. sistem kerja tekan tidak mengunci (unlock). Sistem
kerja unlock disini berarti saklar akan bekerja sebagai
device penghubung atau pemutus aliran saat tombol
ditekan, dan saat tombol tidak ditekan (dilepas),
maka saklar akan kembali pada kondisi nomal.
Displacement 245 l/min terhubung pada saat katupnya ditekan pada batas
penekanan tertentu yang telah ditentukan dan akan
Jurnal Mekanika Teknik Mesin S-1 FTUP Vol. 14 No. 2 Agustus 2016 75
memutus saat saat katup tidak ditekan. Limit switch b. Dies untuk penekuk tipe-V :
termasuk dalam kategori sensor mekanis yaitu sensor
yang akan memberikan perubahan elektrik saat
terjadi perubahan mekanik pada sensor tersebut.
Penerapan dari limit switch adalah sebagai sensor
posisi suatu benda (objek) yang bergerak.
3.2.6. Dies
Dies atau cetakan berfungsi untuk
menduplikasikan dari suatu benda menjadi benda
Gambar 8 Dies penahan tipe-V
yang sama dengan cetakan. Cetakan penekuk plat ini
ada dua tipe, yaitu berbentuk siku dengan sudut 90 o
dengan radius 150 dan tipe-V dengan sudut
penekukan 80 o dengan sudut radius 5 o.
a. Dies untuk penekuk tepi :
Maka gaya piston teoritis adalah : Perbandingan kompresi dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
F = 0.000491 x 600000 = 294.4 N
1.031+𝑝 1.031+6
Untuk langkah maju piston dapat dihitung dengan 𝐶𝑟 = = = 6.8
1.031 1.031
menggunakan rumus sebagai berikut : 2. Langkah maju :
2 𝜋
𝐹=𝐷 . .𝑝 Konsumsi udara yang diperlukan tiap menit
4
untuk langkah maju dapat dihitung dengan
Maka gaya piston untuk langkah maju adalah :
menggunakan rumus sebagai berikut :
3.14
F = (0.025)2 . . 600000 𝜋
4 𝑄1 = ( ) 𝑥 𝐷2 𝑥 ℎ 𝑥 𝑛 𝑥 𝐶𝑟
4
= 294.375 N = 30.02 kgf
dimana:
Untuk langkah mundur piston dapat dihitung dengan Q1 = Kebutuhan udara silinder (l/min)
Jurnal Mekanika Teknik Mesin S-1 FTUP Vol. 14 No. 2 Agustus 2016 77
4.3 Analisa Pembengkokan Mesin Penekuk Tepi
Dalam operasi pembengkokkan lembaran
3. Langkah mundur : logam yang memiliki ketebalan (t), sudut tekuk
Konsumsi udara yang diperlukan tiap menit bengkok (α), menghasilkan sudut (α’) pada lembaran.
Material yang digunakan yaitu SPC 270D dengan
untuk langkah mundur dapat dihitung de-ngan
tingkat karbon rendah.
menggunakan rumus sebagai berikut:
90
𝐴b = 2𝜋 ( 20 + 0.5𝑥1)
360
Untuk silinder kedua : 1
= 2𝜋 ( 20 + 0.5𝑥1) = 32.2 mm
4
𝜋
𝑄2 = ( ) 𝑥 (𝐷 2 − 𝑑 2 )𝑥 ℎ2 𝑥 𝑛 𝑥 𝐶𝑟
4
Jadi panjang blank pada material yang akan di tekuk
= 0.785 x (0.0252 – 0.012) x 0.1 x dapat dihitung sebagai berikut :
0.00033 x 6.8 = 80 + Ab + 80 (mm)
= 80 + 32.2 + 80 = 192.2 mm
= 0.0000000925 m3 / min
Silinder 3 mundur
4.3.3 Gaya Pembengkokkan
Gaya pembengkokkan maksimum dapat
diperkirakan dengan persamaan berikut : Silinder 1 mundur
𝐾bf(𝑇𝑆)𝑤𝑡2 END
𝐹=
𝐷
Gambar 10 Diagram alir proses simulasi mesin
dimana :
penekuk tepi
F =Gaya tekuk / pembengkokkan (N)
Simulasi sistem pneumatik mesin penekuk plat tepi
TS = Kekuatan tarik logam = 308 MPa
diawali dengan posisi standby dari diagram alir
W = Lebar logam lembaran = 95 mm
proses untuk memastikan bahwa sistem tersebut
t = Tebal logam lembaran = 1 mm
terhubung secara keseluruhan. Sistem rangkaian
D = Dimensi pembukaan cetakan = 37 mm
pneumatik mesin penekuk tepi terlihat dalam gambar
𝐾bf = Konstanta gaya tekuk = 0.33
di bawah ini, dimana garis tebal dengan arah panah
menunjukan bahwa arah fluida yang mengalir,
0.33 (308) 95 12
Maka :𝐹= = 206.97 N sedangkan garis tipis menunjukan tidak dialiri fluida.
37
Jurnal Mekanika Teknik Mesin S-1 FTUP Vol. 14 No. 2 Agustus 2016 79
5. Silinder 3 Maju :
Udara yang dari kompressor yang masuk melalui
katup 5/2 atau katup pembagi masuk ke sensor
(C0) dan sensor (B0) lalu mengaktifkan sensor
(C0) untuk mendorong silinder 3 untuk maju.
6. Silinder 3 Mundur ;
Udara yang masuk dari kompresor melalui katup
5/2 atau katup pembagi (S1) yang di salurkan
katup 5/2 silinder 3 yang kemudian mendorong
silinder 3 untuk mundur ke sensor (C0), yang
terus mengaktifkan sensor (A0) untuk siap
mundur.
Gambar 11 Aliran fluida sistem pneumatik
penekuk tepi 7. Silinder 1 Mundur :
Udara yang masuk dari kompresor melalui katup
Proses kerja sistem pneumatik mesin penekuk tepi
5/2 atau katup pembagi (S1) yang di tekan dari
adalah sebagai berikut :
katup 5/2 silinder 1, melalui katup 5/2 silinder 1
1. Push Button ditekan :
yang terus mengaktifkan sensor (A0) untuk
Udara yang masuk dari kompresor melalui katup
mundur.
5/2 atau katup pembagi (S1) yang di salurkan ke
4.5 Simulasi Sistem Pneumatik Mesin Pene-kuk
katup 5/2 atau ke katup pembagi (S2). Sensor
Tipe-V
(A0) dan (B1) dalam posisi standby. Dan udara
Untuk mensimulasikan sistem pneumatik
sudah masuk pada katup 5/2 untuk silinder 1 dan
mesin penekuk tipe-V, maka dibuat diagram
mendorong silinder 1 untuk bergerak maju. rangkaian yang berupa simbol-simbol dari dari sistem
2. Silinder 1 Maju : pneumatik untuk pengontrolan aplikasi penekuk tipe-
V. Adapun diagram alir proses simulasi mesin
Udara yang masuk dari kompresor melalui katup
penekuk plat tipe-V disusun dalam diagram alir
5/2 atau katup pembagi (S1) yang di salurkan ke sebagai berikut :
katup 5/2 atau ke katup pembagi (S2). Karena
silinder sudah bergerak maju dan menekan ke START
80 Jurnal Mekanika Teknik Mesin S-1 FTUP Vol. 14 No. 2 Agustus 2016
alir proses untuk memastikan bahwa sistem tersebut 3. Silinder 1 Mundur :
terhubung secara keseluruhan. Sistem rangkaian Pada posisi ini silinder bergerak mundur ke posisi
pneumatik mesin penekuk tipe-V terlihat dalam awal, karena udara dari sensor (S2) menekan ke
gambar di bawah ini, dimana garis tebal dengan arah silinder 1 untuk mundur. Pada mesin penekuk tepi
panah menunjukan bahwa arah fluida yang mengalir, ini silinder hanya melakukan satu kali kerja.
sedangkan garis tipis menunjukan tidak dialiri fluida.
Pada posisi standby ini fluida atau udara masih KESIMPULAN DAN SARAN
tertahan pada push button , katup 5/2 dan sensor S2. 5.1 Kesimpulan
Udara dari katup 5/2 langsung ditransfer langsung ke Dari hasil pembahasan tentang analisa proses
silinder 1. kerja mesin penekuk plat sistem pneumatik dengan
tipe tepi dan tipe-V, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil perhitungan gaya efektif piston mesin
penekuk tepi pada saat silinder maju yaitu
294.38 N, langkah mundur yaitu 247.28 N.
Konsumsi udara silinder 1 untuk langkah maju
yaitu 5.5 x 10-5 l/min, untuk silinder 2 dan 3
yaitu 1.1 x 10-4 l/min. Sedangkan untuk langkah
mundur dari silinder 1 yaitu 4.6 x 10-5 l/min,
untuk silinder 2 dan 3 yaitu 9.25 x 10 -5 l/min.
2. Gaya efektif piston mesin penekuk tipe-V
silinder maju yaitu 576.95 N, langkah mundur
Gambar 13 Aliran fluida sistem pneumatik penekuk
yaitu 529.88 N. Konsumsi udara langkah maju
tipe-V
yaitu 2.2 x 10-4 l/min dan untuk langkah mundur
Proses kerja sistem pneumatik mesin penekuk
1.98 x 10-4 l/min
tipe-V adalah sebagai berikut :
3. Gaya pembengkokan untuk mesin penekuk tepi
1. Push Button ditekan :
dengan panjang blank yaitu 192.2mm adalah
Pada posisi ini, ketika push button ditekan, udara
206.97 N, sedangkan untuk mesin penekuk tipe-
yang dari kompresor yang masuk ke push button
V dengan panjang blank 188.63mm maka gaya
masuk ke sensor (S1) yang kemudian masuk ke
pembengkokkan 277.58 N.
dalam katup 5/2 untuk membuka ruang udara
4. Hasil simulasi sistem pneumatik mesin penekuk
untuk masuk ke silinder.
plat tipe tepi dimulai dari push button, silinder
2. Silinder 1 Maju :
1,2,3,1, sedangkan pada tipe-V dari push button
Pada posisi ini silinder bergerak maju, dari sensor
ke silinder 1 maju dan mundur.
(S1) ke sensor (S2) sehingga mengaktifkan sensor
S2 dan memerintahkan silinder 1 untuk segera
maju.
Jurnal Mekanika Teknik Mesin S-1 FTUP Vol. 14 No. 2 Agustus 2016 81
5.2 Saran
Untuk penggembangan selanjutnya ber-kaitan
dengan penggunaan mesin penekuk plat ada beberapa
hal yang menjadi pertimbangan :
1. Dalam menggunakan mesin penekuk plat
harus disesuaikan jenis dan sifat material
dengan kemampuan sistem penekan yang
digunakan agar hasil lebih maksimal.
2. Jenis penekan dalam mesin penekuk plat
juga dapat menggunakan sistem penekan
lain seperti sistem mekanik, hidrolik
disesuaikan kebutuhan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Croser, Peter and Frank Ebel, 2002, Pneumatics
Basic Level, Festo Didactic GmbH & Co,
Denkendorf.
2. Groover, Mikell P., 2010, Fundamentals of
Modern Maufacturing: Materials, Processes
and Systems, 4thed, John Wiley & Sons, Inc,
New York.
3. Harsokoesoemo, Darmawan, 2000, Pengan-tar
Perancangan Teknik (Perancangan Produk),
Penertbit ITB, Bandung.
4. Hidayat, Nur dan Ahmad Shanhaji, 2011,
Autodesk Inventor Mastering 3D Mechanichal
Design, Cetakan Pertama, Informatika Bandung
, Bandung.
5. Krist, Thomas, 1993, Dasar–Dasar Pneumatik,
Terjemahan Dines Ginting, Erlangga, Jakarta.
6. Sudaryono, 2013, Pneumatik & Hidrolik
“Pneumatik”, Kementrian Pendidikan &
Kebudayaan, Jakarta.
82 Jurnal Mekanika Teknik Mesin S-1 FTUP Vol. 14 No. 2 Agustus 2016