Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS PROSES KERJA MESIN PENEKUK PLAT PNEUMATIK

Supriyono, Tri Mulyanto, Fauzi Abdul M.

Dosen Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma


Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Univeritas Gunadarma

ABSTRAK
Kebutuhan akan teknologi pembentukan dan sistem otomatisasinya berkembang sangat pesat. Salah satu
peralatan yang diperlukan dalam industri adalah mesin penekuk plat dimana sebelumnya banyak dijalankan secara
manual. Mesin penekuk plat digunakan dalam proses pembengkokkan plat yang disesuaikan dengan kebutuhan
dengan sudut  900 untuk mesin penekuk tepi dan sesuai kebutuhan untuk mesin penekuk tipe-V. Yang dibahas disini
adalah mesin penekuk plat yang menggunakan sistem pneumatik. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa proses
kerja mesin penekuk plat dengan menghitung sistem pneumatik dan komponen pada mesin penekuk plat tersebut.
Komponen mesin penekuk plat yang digunakan berupa kompresor, push button, katup 5/2, silinder kerja ganda,
katup limit switch dan dies. Silinder pneumatik yang digunakan berdiameter 25mm dan 35mm dengan panjang
langkah 50mm dan 100mm, tekanan udara yang digunakan yaitu 6 bar. Gaya efektif piston pada saat maju dan
mundur dari mesin penekuk tepi yaitu 294.38 N dan 247.28 N. Sedangkan gaya efektif piston pada saat maju dan
mundur dari mesin penekuk tipe-V yaitu 576.95 N dan 529.88 N. Pada pembengkokan material pada mesin penekuk
tepi membutuhkan panjang blank 192.2mm dan gaya pembengkokkan 206.97 N. Adapun pada pembengkokan
material pada mesin penekuk tipe-V membutuhkan panjang blank 188.63 dan gaya pembengkokkan 277.58 N. Untuk
mengetahui sistem pneumatik pada mesin penekuk plat ini dapat bekerja maka dilakukan simulasi pada rangkaian
sistem pneumatik tipe tepi dan tipe-V.

Kata kunci : analisa, penekuk plat, sistem pneumatik , simulasi, tipe tepi, tipe-V

menggunakan sistem pneumatik. Hasil yang


I. PENDAHULUAN
dibengkokan oleh mesin penekuk tersebut berkisar
1.1 Latar Belakang Masalah 900 untuk tipe siku dan 800 untuk tipe-V serta
Perkembangan ilmu pengetahuan dan menggunakan limit switch sebagai sensor untuk
teknologi (IPTEK) dewasa ini semakin pesat, hal itu mematikan angin yang masuk ke silinder (actuator)
menyebabkan kebutuhan terhadap teknologi dan apabila benda sudah mencapai sudut tersebut dan
otomasi sangat diperlukan dalam dunia sebagai alat bantu apabila terjadi sesuatu yang tidak
Industri.Tenaga kerja yang terampil dalam diinginkan. Dalam proses pembengkokan plat ini
mengoperasikan alat-alat industri, serta memiliki diharapkan sesuai dengan keperluan, spesifikasi
kemampuan adaptasi yang cukup tinggi terhadap mesin, jenis plat yang dibengkokan, sehingga mesin
penggunaan teknologi sangat dibutuhkan didunia penekuk plat ini diharapkan akan lebih optimal dalam
industri. Pada umumnya, proses penekukan atau operasi pemakainnya.
bending ini dilakukan secara manual dengan
memakai tenaga manusia yang sangat terbatas serta 1.2 Identifikasi Masalah
hasil yang kurang maksimal. Berdasarkan latar belakang diatas, maka
Karena itu dengan adanya mesin penekuk ini identifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu
diharapkan akan mempermudah dalam pro-ses bagaimana proses kerja sebuah mesin penekuk plat
membengkokan plat secara otomasi dengan tepi dengan sudut penekukan berkisar 900 dan untuk

Jurnal Mekanika Teknik Mesin S-1 FTUP Vol. 14 No. 2 Agustus 2016 71
Tipe-V berkisar 800 dengan meng-gunakan sistem
pneumatik bisa bekerja secara optimal.

1.3 Batasan Masalah


Untuk memperjelas bagian yang akan dibahas,
Gambar 1 Pembengkokkan, pemampatan dan
dan juga untuk mempersempit ruang lingkup
pembahasan agar tidak menyimpang dari topik peregangan tarik dalam lembaran logam
permasalahan yang utama, maka dalam penelitian ini
akan dibatasi hal-hal sebagai berikut : Operasi pembengkokkan dilakukan dengan
1. Prinsip kerja dan komponen mesin penekuk plat menggunakan perkakas punch dan die. Metode
tepi dan tipe-V. pembengkokkan yang umum dilakukan adalah
pembengkokkan–V (V-bending) dan pembengkokkan
2. Sistem pneumatik pada mesin penekuk plat itu
tepi (edge bending).
bisa bekerja sesuai kebutuhan, dengan
menggunakan silinder pneumatik berdia-meter
25 mm dan 35mm.

1.4 Tujuan Penelitian


Untuk mengetahui lebih mendalam tentang
mesin penekuk plat denngan tujuan penelitian yang
ingin dicapai antara lain : Gambar 2 Pembengkokkan-V
1. Menganalisa proses kerja sebuah mesin penekuk
plat tipe tepi dan tipe-V.
Pembengkokkan-V : Logam yang berbentuk
2. Menghitung sistem pneumatik dan komponen
lembaran dibengkokkan dengan punch dan die
untuk mesin penekuk.
berbentuk V.
3. Mensimulasikan sistem pneumatik dalam sebuah
Pembengkokkan tepi : Menggunakan bantalan tekan
mesin penekuk plat.
(pressure pad) untuk memegang benda kerja dengan
gaya Fh, sedangkan ujung benda kerja yang lain
II. TINJAUAN PUSTAKA
ditekan dengan punch ke tepi die, pembengkokkan
2.1 Operasi Pembengkokkan
dibatasi hanya 900 atau kurang.
Operasi pembengkokan dalam benda kerja
logam lembaran didefinisikan sebagai peregang-an
logam pada sekeliling sumbu garis lurus. Selama
operasi pembengkokan tersebut logam pada bagian
dalam bidang netral dimampatkan (compressed),
sedang pada bagian luar bidang netral di regangkan.
Pada umumnya pembeng-kokan menghasilkan
Gambar 3 Pembengkokkan tepi
perubahan ketebalan pada logam lembaran kecil atau
tanpa perubahan.

72 Jurnal Mekanika Teknik Mesin S-1 FTUP Vol. 14 No. 2 Agustus 2016
2.2 Analisa Pembengkokkan
Beberapa istilah penting dalam operasi 2.2.3. Gaya Pembengkokkan
pembengkokkan lembaran logam yang memiliki
ketebalan (t) dibengkokkan dengan sudut tertentu Gaya yang dibutuhkan untuk mem-
bengkokkan logam lembaran tergantung pada
yang disebut sudut tekuk bengkok (𝛼) atau (bend
geometri punch dan die, kekuatan, ketebalan dan
angle 𝛼). Tekukan tersebut menghasilkan sudut 𝛼′
lebar logam lembaran. Gaya pembengkok-kan
pada lembaran, dimana 𝛼 + 𝛼′ = 1800.
maksimum dapat diperkirakan dengan persamaan
berikut :
2.2.1. Bend Allowance
𝐾bf(𝑇𝑆)𝑤𝑡2
Jari-jari tekuk pada umumnya diukur dari 𝐹=
𝐷
sumbu tekuk (bend axis) ke permukaan tekukan
dimana :
bagian dalam (bukan ke permukaan sumbu netral).
F = Gaya tekuk / pembengkokkan (N)
Agar diperoleh dimensi akhir sesuai yang diinginkan,
maka perlu menghitung panjang awal bagian TS = Kekuatan tarik logam (MPa)
lembaran yang akan mengalami pe-regangan
w = Lebar logam lembaran (mm)
(panjang sumbu netral sebelum di bengkokkan).
Panjang bagian lembaran ter-sebut dinamakan bend t = Tebal logam lembaran (mm)
allowance dan dapat diperkirakan dengan rumus D = Dimensi pembukaan cetakan (mm)
sebagai berikut :
𝛼 𝐾bf = Konstanta gaya tekuk (0.33)
𝐴b = 2𝜋 ( 𝑅 + 𝐾ba 𝑡)
360
dimana :
2.3 Sistem Pneumatik
Ab = Bend allowance (mm)
Pneumatik merupakan salah satu sistem
α = Sudut tekuk ( bend angle )
otomasi yang memanfaatkan udara bertekanan
R = Jari – jari tekuk ( bend radius ), (mm)
sebagai media perantara. Udara bertekanan yang
t = Ketebalan plat ( mm)
dibutuhkan tersebut diperoleh dari tangki
𝐾ba = Faktor untuk memperkirakan regangan
(bila R/t < 2, 𝐾ba = 0.33; dan bila R/t ≥ 2, penyimpanan udara bertekanan yang dihasilkan oleh
𝐾ba= 0.50) kompresor. Sistem pneumatik terkadang
dikombinasikan dengan sistem otomasi lainnya
seperti sistem otomasi hidrolik, elektrik, dan PLC
2.2.2. Melenting Kembali (springback)
agar diperoleh pengontrolan sesuai dengan kebutuhan
Bila tekanan tekuk dihentikan pada akhir
operasi pembengkokkan maka energi elastik masih industri. Perangkat pneumatik bekerja dengan
tersisa pada tekukan sehingga sebagian tekukan akan memanfaatkan udara yang dimampatkan (compressed
kembali ke bentuk semula. melenting kembali dapat
air). Dalam hal ini udara yang dimampatkan akan
dinyatakan dengan rumus:
𝛼 ′ − 𝛼′1 didistribusikan kepada sistem yang ada sehingga
𝑆𝐵 =
𝛼′1 kapasitas sistem terpenuhi. Untuk memenuhi
dimana :
kebutuhan udara yang dimampatkan kita memerlukan
SB = Melenting kembali ( springback)
𝛼 ′ = Sudut logam lembaran yang ditekuk, (0) kompresor (pembangkit udara bertekanan).

𝛼′1 = Sudut perkakas pembentuk, (0)


2.3.1. Gaya Piston

Jurnal Mekanika Teknik Mesin S-1 FTUP Vol. 14 No. 2 Agustus 2016 73
Gaya piston yang dihasilkan oleh silinder III. METODOLOGI PENELITIAN
bergantung pada tekanan udara, diameter silinder dan 3.1 Diagram Alir Analisa Proses Kerja Mesin
tahanan gesekan dari komponen perapat. Gaya piston Penekuk Plat
secara teoritis dihitung menurut rumus berikut : Mesin penekuk plat merupakan suatu alat
𝐹 = 𝐴. 𝑝 bantu dari suatu rangkaian kegiatan dalam proses
Untuk silinder kerja ganda : pembuatan produk. Dalam pembuatan produk sangat
𝜋
a. Langkah maju: 𝐹 = 𝐷2 𝑝 diperlukan alat-alat pendukung termasuk mesin
4
𝜋 penekuk plat yang bisa digunakan secara maksimal
b. Langkah mundur : 𝐹 = (𝐷2 − 𝑑 2 ). .𝑝
4
sesuai dengan kebutuhan. Dalam menganalisa proses
Keterangan :
kerja mesin penekuk plat dapat disusun secara
F = Gaya piston ( N )
D = Diameter piston ( m ) singkat dalam dalam bentuk diagram alir sebagai
d = Diameter batang piston ( m ) berikut :

A = Luas penampang piston ( m2 )

2.3.2. Kebutuhan Udara


START
Untuk menyiapkan udara dan untuk
mengetahui biaya pengadaan energi, terlebih dahulu Komponen Mesin
Penekuk Plat
harus diketahui konsumsi udara pada sistem. Pada
tekanan kerja, diameter piston dan langkah tertentu,
konsumsi udara dihitung sebagai berikut : Proses Penekukan Plat

1.031 + 𝑝
𝐶𝑟 = Hasil
1.031
Penekuka

Konsumsi udara yang diperlukan tiap menit untuk


langkah maju dapat dihitung dengan menggunakan
Sistem Perhitungan Simulasi Mesin
rumus sebagai berikut : Penekuk Plat
Pneumatik

a. Untuk langkah maju :


𝜋 Analisa dan
𝑄 = ( ) 𝑥 𝐷2 𝑥 ℎ 𝑥 𝑛 𝑥 𝐶𝑟 Pembahasan
4
b. Untuk langkah mundur :
Kesimpulan
𝜋
𝑄 = ( ) 𝑥 (𝐷2 − 𝑑 2 )𝑥 ℎ 𝑥 𝑛 𝑥 𝐶𝑟
4
FINISH
dimana :
Q = Kebutuhan udara silinder (l/min) Gambar 4 Diagram alir analisa proses kerja mesin
D = Diameter piston penekuk plat
h = Panjang langkah
n = kebutuhan udara (l/cm)

74 Jurnal Mekanika Teknik Mesin S-1 FTUP Vol. 14 No. 2 Agustus 2016
Pressure 8 bar
3.2 Komponen Mesin Penekuk Plat Daya 1.50 kw
Mesin penekuk plat yang digunakan adalah RPM 2800 t/min
mesin yang dirakit sendiri, dari komponen-komponen 3.2.2. Push Button
yang ada baik yang dibuat sendiri maupun sudah Saklar tombol tekan (push button switch)
dalam bentuk jadi. Komponen-komponen tersebut adalah saklar sederhana yang berfungsi untuk
dirakit menjadi satu kesatuan hingga menjadi mesin menghubungkan atau memutuskan aliran dengan
penekuk yang utuh. sistem kerja tekan tidak mengunci (unlock). Sistem
kerja unlock disini berarti saklar akan bekerja sebagai
device penghubung atau pemutus aliran saat tombol
ditekan, dan saat tombol tidak ditekan (dilepas),
maka saklar akan kembali pada kondisi nomal.

3.2.3. Katup 5/2


Katup 5/2 berfungsi untuk mengatur atau
mengendalikan arah udara bertekanan yang akan
Gambar 5 Mesin penekuk plat tepi dan tipe-V bekerja menggerakan aktuator, dengan kata lain
Komponen-komponen mesin penekuk plat katup ini berfungsi untuk mengendali-kan arah
tipe-tepi dan tipe-V yang digunakan yaitu : gerakan aktuator.
kompresor, push button, katup 5/2, silinder kerja
ganda, katup limit swich , dies penahan dan dies 3.2.4. Silinder Kerja Ganda
pendorong. Silinder kerja ganda adalah silinder yang
bekerja dua kali karena mendorong piston untuk maju

3.2.1. Kompresor dan mendorong piston untuk mundur. Silinder kerja


Kompresor merupakan sumber tenaga dalam ganda mempunyai dua saluran (saluran masukan dan
sistem pneumatik yang berfungsi untuk menghasilkan saluran pembuangan). Silinder terdiri dari tabung
udara bertekanan yang ditampung dalam tabung silinder dan penutup-nya, piston dengan seal, batang
kompresor, selanjutnya disalurkan melalui selang- piston, bantalan, ring pengikis dan bagian
selang untuk menekan kom-ponen-komponen seperti penyambungan.

: silinder kerja ganda, katup limit switch, dies.


Spesifikasi kompresor yang digunakan adalah sesuai 3.2.5. Katup Limit Switch
tabel berikut : Katup limit switch merupakan jenis saklar
Tabel 1 Spesifikasi kompresor yang dilengkapi dengan katup yang berfungsi

Power 2 HP menggantikan tombol. Prinsip kerja limit switch

Tank 50 L sama seperti saklar push-on yaitu hanya akan

Displacement 245 l/min terhubung pada saat katupnya ditekan pada batas
penekanan tertentu yang telah ditentukan dan akan

Jurnal Mekanika Teknik Mesin S-1 FTUP Vol. 14 No. 2 Agustus 2016 75
memutus saat saat katup tidak ditekan. Limit switch b. Dies untuk penekuk tipe-V :
termasuk dalam kategori sensor mekanis yaitu sensor
yang akan memberikan perubahan elektrik saat
terjadi perubahan mekanik pada sensor tersebut.
Penerapan dari limit switch adalah sebagai sensor
posisi suatu benda (objek) yang bergerak.
3.2.6. Dies
Dies atau cetakan berfungsi untuk
menduplikasikan dari suatu benda menjadi benda
Gambar 8 Dies penahan tipe-V
yang sama dengan cetakan. Cetakan penekuk plat ini
ada dua tipe, yaitu berbentuk siku dengan sudut 90 o
dengan radius 150 dan tipe-V dengan sudut
penekukan 80 o dengan sudut radius 5 o.
a. Dies untuk penekuk tepi :

Gambar 9 Dies pendorong tipe-V

3.3 Sistem Pneumatik


Sistem pneumatik didesain dengan membuat
rangkaian yang berfungsi untuk menghubungkan
Gambar 6 Dies penahan penekuk tepi
aktuator dengan beberapa katup yang kemudian di uji
coba dengan software. Rangkaian sistem pneumatik
terdiri dari 2 rangkaian, yaitu: rangkaian pneumatik
penekuk tepi yang terdiri dari 3 rangkaian silinder
penggerak, dan rangkaian pneumatik penekuk tipe-V
yang terdiri dari rangkaian dengan 1 silinder
penggerak.

IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN


4.1 Gaya Efektif Piston
Gaya piston yang dihasilkan oleh silinder secara
teoritis adalah :
𝐹 = 𝐴. 𝑝

Gambar 7 Dies pendorong tepi


76 Jurnal Mekanika Teknik Mesin S-1 FTUP Vol. 14 No. 2 Agustus 2016
dimana:
F = Gaya piston (N) 4.2 Kebutuhan Udara Silinder
A = Luas penampang piston (m2) Pada tekanan kerja, diameter piston dan
𝜋
= ( (0.025)2) = 0.000491 m2 langkah tertentu, konsumsi udara dihitung sebagai
4

p = Tekanan kerja (Pa) = 6 bar = 600000 Pa berikut :

D = Diameter piston (m) = 25 mm = 0.025 m 1. Perbandingan Kompresi :

Maka gaya piston teoritis adalah : Perbandingan kompresi dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
F = 0.000491 x 600000 = 294.4 N
1.031+𝑝 1.031+6
Untuk langkah maju piston dapat dihitung dengan 𝐶𝑟 = = = 6.8
1.031 1.031
menggunakan rumus sebagai berikut : 2. Langkah maju :
2 𝜋
𝐹=𝐷 . .𝑝 Konsumsi udara yang diperlukan tiap menit
4
untuk langkah maju dapat dihitung dengan
Maka gaya piston untuk langkah maju adalah :
menggunakan rumus sebagai berikut :
3.14
F = (0.025)2 . . 600000 𝜋
4 𝑄1 = ( ) 𝑥 𝐷2 𝑥 ℎ 𝑥 𝑛 𝑥 𝐶𝑟
4
= 294.375 N = 30.02 kgf
dimana:

Untuk langkah mundur piston dapat dihitung dengan Q1 = Kebutuhan udara silinder (l/min)

menggunakan rumus sebagai berikut : D = Diameter piston = 0.025 m


𝜋 h1 = Panjang langkah = 0.05 m
𝐹 = (𝐷2 − 𝑑 2 ). .𝑝
4
h2 = panjang langkah = 0.1 m
dimana:
n = kebutuhan udara (l/cm)
F = Gaya piston (N)
= 0.033 l/cm = 0.00033 l/m
D = Diameter piston (m)= 25 mm = 0.025 m
d = Diameter batang piston (m) Untuk silinder pertama :
= 10 mm = 0.01m 𝜋
𝑄1 = ( ) 𝑥 𝐷2 𝑥 ℎ1 𝑥 𝑛 𝑥 𝐶𝑟
4
p = Tekanan kerja (Pa) = 6 bar = 600000 Pa
= 0.785 x 0.0252 x 0.05 x 0.00033 x 6.8
= 0.000000055 m3/min
Maka gaya piston untuk langkah mundur yaitu : = 5.5 x 10-5 l / min
3.14
F = (0.0252 − 0.012 ) . . 600000
4
Untuk silinder kedua :
= 247.28 N = 25.22 kgf
𝜋
𝑄1 = ( ) 𝑥 𝐷2 𝑥 ℎ2 𝑥 𝑛 𝑥 𝐶𝑟
4
Jadi gaya piston teoritis (294.4 N) hampir sama = 0.785 x 0.0252 x 0.1 x 0.00033 x 6.8
dengan gaya piston langkah maju (294.375 N), yang = 0.00000011 m3 / min
= 0.00011 l/min = 1.1 x 10-4 l/min
nilainya lebih besar dibandingkan dengan gaya piston
untuk langkah mundur yaitu sebesar (247.28 N).
Untuk silinder ketiga = silinder kedua
= 0.00011 l/min = 1.1 x 10-4 l/min

Jurnal Mekanika Teknik Mesin S-1 FTUP Vol. 14 No. 2 Agustus 2016 77
4.3 Analisa Pembengkokan Mesin Penekuk Tepi
Dalam operasi pembengkokkan lembaran
3. Langkah mundur : logam yang memiliki ketebalan (t), sudut tekuk
Konsumsi udara yang diperlukan tiap menit bengkok (α), menghasilkan sudut (α’) pada lembaran.
Material yang digunakan yaitu SPC 270D dengan
untuk langkah mundur dapat dihitung de-ngan
tingkat karbon rendah.
menggunakan rumus sebagai berikut:

Untuk silinder pertama : 4.3.1 Bend Allowance


𝜋 Jari- jari tekuk pada umumnya diukur dari
𝑄2 = ( ) 𝑥 (𝐷2 − 𝑑 2 )𝑥 ℎ 𝑥 𝑛 𝑥 𝐶𝑟
4 sumbu tekuk (bend axis) ke permukaan tekukan
bagian dalam. Jari-jari tekuk ini di tentukan oleh jari-
dimana:
jari perkakas yang di gunakan pada operasi tersebut.
Q2 = Kebutuhan udara silinder (l/min) Bend allowance dapat diperkirakan dengan rumus
D = Diameter piston = 25 mm = 0.025 m berikut ini :
d = diameter batang piston (m) 𝛼
𝐴b = 2𝜋 ( 𝑅 + 𝐾ba 𝑡)
= 10 mm = 0.01m 360
h1 = Panjang langkah = 0.05 m dimana:
h2 = Panjang langkah = 0.1 m Lebar blank = 100 mm
n = kebutuhan udara (l/cm) Panjang blank = 80 + Ab + 80 (mm)
= 0.033 l/cm = 0.00033 l/m Perubahan sudut α’ = 900
Sudut tekuk α = 1800 – 900 = 900
Untuk silinder pertama : Ab = Bend allowance (mm)
𝜋 α = sudut tekuk ( bend angle ) = 900
𝑄2 = ( ) 𝑥 (𝐷2 − 𝑑 2 )𝑥 ℎ1 𝑥 𝑛 𝑥 𝐶𝑟
4 R = Jari–jari tekuk (bend radius), (mm)
= 0.785 x (0.0252 – 0.012) x 0.05 x
0.00033 x 6.8 T = Ketebalan plat ( mm)
𝐾ba = faktor untuk Memperkirakan regangan
= 0.000000046 m3/min
= 0.50 karena R/t = 20/1 = 20
= 4.6 x 10-5 l/min Maka :

90
𝐴b = 2𝜋 ( 20 + 0.5𝑥1)
360
Untuk silinder kedua : 1
= 2𝜋 ( 20 + 0.5𝑥1) = 32.2 mm
4
𝜋
𝑄2 = ( ) 𝑥 (𝐷 2 − 𝑑 2 )𝑥 ℎ2 𝑥 𝑛 𝑥 𝐶𝑟
4
Jadi panjang blank pada material yang akan di tekuk
= 0.785 x (0.0252 – 0.012) x 0.1 x dapat dihitung sebagai berikut :
0.00033 x 6.8 = 80 + Ab + 80 (mm)
= 80 + 32.2 + 80 = 192.2 mm
= 0.0000000925 m3 / min

= 0.0000925 l/min = 9.25 x 10-5 l/min 4.3.2 Melenting Kembali (springback)


Bila tekanan tekuk dihentikan pada akhir
operasi pembengkokkan maka energi elastik masih
Untuk silinder ketiga = silinder kedua tersisa pada tekukan sehingga sebagian tekukan akan
kembali ke bentuk semula. Energi elastik
= 0.0000925 l/min = 9.25 x 10-5 l/min
78 Jurnal Mekanika Teknik Mesin S-1 FTUP Vol. 14 No. 2 Agustus 2016
menyebabkan pertambahan sudut (α‘) juga
START
menyebabkan pertambahan jari-jari tekuk (R),
melenting kembali dapat dinyatakan dengan rumus
sebagai berikut : Push button ditekan

𝛼 ′ − 𝛼′1 Silinder 1 maju


𝑆𝐵 =
𝛼′1

dimana: Silinder 2 maju


SB = Melenting kembali ( springback)
Silinder 2 mundur
𝛼 ′ = Sudut logam lembaran yang ditekuk
𝛼′1 = Sudut perkakas pembentuk = 900
180°−90° Silinder 3 maju
Maka : SB = = 1o
90°

Silinder 3 mundur
4.3.3 Gaya Pembengkokkan
Gaya pembengkokkan maksimum dapat
diperkirakan dengan persamaan berikut : Silinder 1 mundur

𝐾bf(𝑇𝑆)𝑤𝑡2 END
𝐹=
𝐷
Gambar 10 Diagram alir proses simulasi mesin
dimana :
penekuk tepi
F =Gaya tekuk / pembengkokkan (N)
Simulasi sistem pneumatik mesin penekuk plat tepi
TS = Kekuatan tarik logam = 308 MPa
diawali dengan posisi standby dari diagram alir
W = Lebar logam lembaran = 95 mm
proses untuk memastikan bahwa sistem tersebut
t = Tebal logam lembaran = 1 mm
terhubung secara keseluruhan. Sistem rangkaian
D = Dimensi pembukaan cetakan = 37 mm
pneumatik mesin penekuk tepi terlihat dalam gambar
𝐾bf = Konstanta gaya tekuk = 0.33
di bawah ini, dimana garis tebal dengan arah panah
menunjukan bahwa arah fluida yang mengalir,
0.33 (308) 95 12
Maka :𝐹= = 206.97 N sedangkan garis tipis menunjukan tidak dialiri fluida.
37

Pada posisi standby ini, fluida masih tertahan pada


katup 5/2 atau katup pembagi 1 (S1) yang masuk ke
4.4 Simulasi Sistem Pneumatik Mesin Penekuk
dalam katup 5/2 katup pembagi 2 (S2) dan pada
Tepi
katup 5/2 di tiap silinder. Sensor (A1) dan (B1)
Untuk mensimulasikan sistem pneumatik
dalam posisi standby.
mesin penekuk tepi, maka dibuat diagram rangkaian
yang berupa simbol-simbol dari dari sistem
pneumatik untuk pengontrolan aplikasi penekuk tepi.
Adapun diagram alir proses simulasi mesin penekuk
tepi plat disusun dalam diagram alir di bawah ini.

Jurnal Mekanika Teknik Mesin S-1 FTUP Vol. 14 No. 2 Agustus 2016 79
5. Silinder 3 Maju :
Udara yang dari kompressor yang masuk melalui
katup 5/2 atau katup pembagi masuk ke sensor
(C0) dan sensor (B0) lalu mengaktifkan sensor
(C0) untuk mendorong silinder 3 untuk maju.

6. Silinder 3 Mundur ;
Udara yang masuk dari kompresor melalui katup
5/2 atau katup pembagi (S1) yang di salurkan
katup 5/2 silinder 3 yang kemudian mendorong
silinder 3 untuk mundur ke sensor (C0), yang
terus mengaktifkan sensor (A0) untuk siap
mundur.
Gambar 11 Aliran fluida sistem pneumatik
penekuk tepi 7. Silinder 1 Mundur :
Udara yang masuk dari kompresor melalui katup
Proses kerja sistem pneumatik mesin penekuk tepi
5/2 atau katup pembagi (S1) yang di tekan dari
adalah sebagai berikut :
katup 5/2 silinder 1, melalui katup 5/2 silinder 1
1. Push Button ditekan :
yang terus mengaktifkan sensor (A0) untuk
Udara yang masuk dari kompresor melalui katup
mundur.
5/2 atau katup pembagi (S1) yang di salurkan ke
4.5 Simulasi Sistem Pneumatik Mesin Pene-kuk
katup 5/2 atau ke katup pembagi (S2). Sensor
Tipe-V
(A0) dan (B1) dalam posisi standby. Dan udara
Untuk mensimulasikan sistem pneumatik
sudah masuk pada katup 5/2 untuk silinder 1 dan
mesin penekuk tipe-V, maka dibuat diagram
mendorong silinder 1 untuk bergerak maju. rangkaian yang berupa simbol-simbol dari dari sistem
2. Silinder 1 Maju : pneumatik untuk pengontrolan aplikasi penekuk tipe-
V. Adapun diagram alir proses simulasi mesin
Udara yang masuk dari kompresor melalui katup
penekuk plat tipe-V disusun dalam diagram alir
5/2 atau katup pembagi (S1) yang di salurkan ke sebagai berikut :
katup 5/2 atau ke katup pembagi (S2). Karena
silinder sudah bergerak maju dan menekan ke START

sensor (A1), maka udara di transfer ke katup 5/2


Push button ditekan
Silinder 1.
3. Silinder 2 Maju : Silinder 1 bergerak maju
Setelah silinder 1 mendorong maka akan
mengaktifkan sensor (A1) yang kemudian Silinder 1 bergerak mundur
mengaktifkan silinder 2 untuk maju.

4. Silinder 2 Mundur : END

Setelah silinder 2 maju lalu silinder B mundur


Gambar 12 Diagram alir proses simulasi mesin
yang mengaktifkan sensor (C1). Posisi silinder 2
mundur mengaktifkan sensor (B0) yang kemudian penekuk tipe-V
untuk silinder 3 yang siap maju. Simulasi sistem pneumatik mesin penekuk plat
tipe-V diawali dengan posisi standby dari diagram

80 Jurnal Mekanika Teknik Mesin S-1 FTUP Vol. 14 No. 2 Agustus 2016
alir proses untuk memastikan bahwa sistem tersebut 3. Silinder 1 Mundur :
terhubung secara keseluruhan. Sistem rangkaian Pada posisi ini silinder bergerak mundur ke posisi
pneumatik mesin penekuk tipe-V terlihat dalam awal, karena udara dari sensor (S2) menekan ke
gambar di bawah ini, dimana garis tebal dengan arah silinder 1 untuk mundur. Pada mesin penekuk tepi
panah menunjukan bahwa arah fluida yang mengalir, ini silinder hanya melakukan satu kali kerja.
sedangkan garis tipis menunjukan tidak dialiri fluida.
Pada posisi standby ini fluida atau udara masih KESIMPULAN DAN SARAN
tertahan pada push button , katup 5/2 dan sensor S2. 5.1 Kesimpulan
Udara dari katup 5/2 langsung ditransfer langsung ke Dari hasil pembahasan tentang analisa proses
silinder 1. kerja mesin penekuk plat sistem pneumatik dengan
tipe tepi dan tipe-V, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil perhitungan gaya efektif piston mesin
penekuk tepi pada saat silinder maju yaitu
294.38 N, langkah mundur yaitu 247.28 N.
Konsumsi udara silinder 1 untuk langkah maju
yaitu 5.5 x 10-5 l/min, untuk silinder 2 dan 3
yaitu 1.1 x 10-4 l/min. Sedangkan untuk langkah
mundur dari silinder 1 yaitu 4.6 x 10-5 l/min,
untuk silinder 2 dan 3 yaitu 9.25 x 10 -5 l/min.
2. Gaya efektif piston mesin penekuk tipe-V
silinder maju yaitu 576.95 N, langkah mundur
Gambar 13 Aliran fluida sistem pneumatik penekuk
yaitu 529.88 N. Konsumsi udara langkah maju
tipe-V
yaitu 2.2 x 10-4 l/min dan untuk langkah mundur
Proses kerja sistem pneumatik mesin penekuk
1.98 x 10-4 l/min
tipe-V adalah sebagai berikut :
3. Gaya pembengkokan untuk mesin penekuk tepi
1. Push Button ditekan :
dengan panjang blank yaitu 192.2mm adalah
Pada posisi ini, ketika push button ditekan, udara
206.97 N, sedangkan untuk mesin penekuk tipe-
yang dari kompresor yang masuk ke push button
V dengan panjang blank 188.63mm maka gaya
masuk ke sensor (S1) yang kemudian masuk ke
pembengkokkan 277.58 N.
dalam katup 5/2 untuk membuka ruang udara
4. Hasil simulasi sistem pneumatik mesin penekuk
untuk masuk ke silinder.
plat tipe tepi dimulai dari push button, silinder
2. Silinder 1 Maju :
1,2,3,1, sedangkan pada tipe-V dari push button
Pada posisi ini silinder bergerak maju, dari sensor
ke silinder 1 maju dan mundur.
(S1) ke sensor (S2) sehingga mengaktifkan sensor
S2 dan memerintahkan silinder 1 untuk segera
maju.

Jurnal Mekanika Teknik Mesin S-1 FTUP Vol. 14 No. 2 Agustus 2016 81
5.2 Saran
Untuk penggembangan selanjutnya ber-kaitan
dengan penggunaan mesin penekuk plat ada beberapa
hal yang menjadi pertimbangan :
1. Dalam menggunakan mesin penekuk plat
harus disesuaikan jenis dan sifat material
dengan kemampuan sistem penekan yang
digunakan agar hasil lebih maksimal.
2. Jenis penekan dalam mesin penekuk plat
juga dapat menggunakan sistem penekan
lain seperti sistem mekanik, hidrolik
disesuaikan kebutuhan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Croser, Peter and Frank Ebel, 2002, Pneumatics
Basic Level, Festo Didactic GmbH & Co,
Denkendorf.
2. Groover, Mikell P., 2010, Fundamentals of
Modern Maufacturing: Materials, Processes
and Systems, 4thed, John Wiley & Sons, Inc,
New York.
3. Harsokoesoemo, Darmawan, 2000, Pengan-tar
Perancangan Teknik (Perancangan Produk),
Penertbit ITB, Bandung.
4. Hidayat, Nur dan Ahmad Shanhaji, 2011,
Autodesk Inventor Mastering 3D Mechanichal
Design, Cetakan Pertama, Informatika Bandung
, Bandung.
5. Krist, Thomas, 1993, Dasar–Dasar Pneumatik,
Terjemahan Dines Ginting, Erlangga, Jakarta.
6. Sudaryono, 2013, Pneumatik & Hidrolik
“Pneumatik”, Kementrian Pendidikan &
Kebudayaan, Jakarta.

82 Jurnal Mekanika Teknik Mesin S-1 FTUP Vol. 14 No. 2 Agustus 2016

Anda mungkin juga menyukai