Anda di halaman 1dari 16

01-May-21

Pengukuran dan Skrining


Helmintiasis
Y.K. Syamruth

Outline
• Epidemiologi
• Penegakan diagnose
• Teknis pemeriksaan/pengukuran
• Pemeriksaan dan metode-metodenya
• Dampak
• Determinan dan Prevensi

1
01-May-21

Helmintiasis
• Cacingan atau kecacingan adalah suatu penyakit yang bersifat endemis dan kronis
yang disebabkan adanya cacing parasit usus yang memiliki prevalensi tinggi, tidak
bersifat mematikan namun dapat merugikan kesehatan manusia secara perlahan-
lahan yang mengakibatkan rendahnya kondisi status gizi dan kesehatan
masyarakat (Zulkoni 2011).
• Penyakit infeksi kecacingan yang ditularkan melalui tanah merupakan satu dari
penyakit infeksi yang paling sering terjadi diseluruh dunia dan mempengaruhi
masyarakat miskin.
• Penularan terjadi melalui telur cacing yang terdapat pada feses manusia yang
mencemari tanah terutama di daerah-daerah dengan tingkat sanitasi yang buruk.
• Cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing tambang (Necator americanus dan
Ancylostoma duodenale) dan cacing cambuk (Trichuris trichiuria) merupakan
spesies utama yang menginfeksi manusia (WHO 2018).

Helmintiasis
• Orang yang mengalami kecacingan mengeluarkan telur cacing dalam
fesesnya.
• Feses tersebut mengontaminasi tanah di daerah dengan sanitasi yang
buruk.
• Orang lain dapat terinfeksi melalui konsumsi makanan yang tercemar telur
atau larva cacing, atau melalui penetrasi kulit oleh larva infektif yang
terdapat di tanah (larva cacing tambang).
• Investasi cacing menimbulkan morbiditas, dan kadang kala kematian,
melalui gangguan nutrisi, mengganggu proses kognitif, menginduksi reaksi
jaringan seperti pembentukan granuloma, dan memicu sumbatan usus
atau prolapses rektum.
• Pengendalian ke cacingan didasarkan pada pengobatan, perbaikan sanitasi
dan pendidikan kesehatan (WHO, 2019).

2
01-May-21

Gejala/tanda:
• Menemukan cacing dalam feses atau saat buang air besar
• Memiliki ruam kemerahan, gatal, dan berbentuk seperti cacing pada kulit
• Mengalami diare atau sakit perut selama lebih dari dua minggu
• Terkadang juga terdapat keluhan konstipasi/ sembelit
• Perut yang terlihat bengkak atau mengalami perut kembung
• Mengalami penurunan berat badan tanpa alasan yang jelas
• Gatal hebat pada area anus, terutama pada malam hari
• Reaksi pada kulit, seperti ruam, biduran, dan reaksi alergi lainnya pada kulit

Gejala/tanda:
• Rasa gelisah dan kecemasan, timbul karena adanya iritasi akibat zat
beracun dan sisa metabolisme cacing kepada sistem saraf pusat
manusia
• Merasa lelah dan kurang tenaga
• Nyeri sendi dan otot
• Pada anak dapat timbul gejala tumbuh kembang yang terhambat dan
malnutrisi
• Kaki gajah
• Dan beberapa gejala lain

3
01-May-21

Nematoda Usus
• Ascaris lumbricoides (cacing gelang) yang dapat menimbulkan
ascariasis,
• Trichuris trichiuria dapat menimbulkan trichiuriasis,
• dan cacing tambang yang terdiri dari : Necator americanus yang dapat
menimbulkan necatoriasis dan Ancylostoma duodenale menimbulkan
ancylostomiasis

Prevalensi
• WHO memperkirakan bahwa sekitar 2 miliar orang dan 249 juta dengan
schistosomiasis
• 56 juta orang dengan trematodiasis yang ditularkan melalui makanan, 120 juta
dengan filariasis limfatik, 37 juta orang dengan onchocerciasis, 1 juta orang
dengan echinococcosis.
• Sumber lain memperkirakan angka yang jauh lebih tinggi yaitu 3,5 miliar
terinfeksi dengan satu atau lebih cacing
• Pelaporan penderita dracunculiasis menjadi berkurang karena keberhasilan
kampanye pemberantasan cacing tertentu, yang lebih mudah dibasmi daripada
cacing lainnya karena hanya ditularkan dengan meminum air yang
terkontaminasi.
• Karena mobilitas yang tinggi dan standar kebersihan yang lebih rendah, anak-
anak usia sekolah sangat rentan terhadap kecacingan >> Negara berkembang.

4
01-May-21

Efek
• Sebanyak 135.000 orang meninggal setiap tahun karena kecacingan
• Studi Global Burden Dissease 1990-2013 memperkirakan 5.500
kematian langsung akibat schistosomiasis
• sementara lebih dari 200.000 orang diperkirakan meninggal setiap
tahun pada tahun 2013 karena penyebab yang terkait dengan
schistosomiasis.
• 20 juta lainnya memiliki konsekuensi yang parah dari penyakit
tersebut.
• Ini adalah penyakit Neglected Dissease yang paling mematikan.

Pemeriksaan Kecacingan
(Helmintiasis)
• Penegakan diagnosis kecacingan dapat dilihat melalui gejala klinis,
namun hal ini sering sekali sulit untuk ditegakkan
• diperlukan pemeriksaan lanjutan ke laboratorium dengan
pemeriksaan feses.
• Pemeriksaan kecacingan dapat dilakukan secara epidemiologis dan
secara klinis

5
01-May-21

• Pemeriksaan secara epidemiologis yaitu dengan cara mengamati


informasi dan catatan yang berkaitan terhadap infeksi kecacingan
pada tempat tinggal dengan daerah yang sama dari penderita pada
periode sebelumnya
• Sedangkan secara klinis yaitu dengan cara mengamati semua gejala
klinis yang terjadi.

Beberapa hal yang didapatkan pada pemeriksaan penunjang di awal


infeksi atau pada fase migrasi larva (Inge Sutanto 2016)

• Eosinophilia (1.000-4.000 sel/ml),


• infiltrat patchy di foto thorax,
• feses yang normal,
• adanya peningkatan kadar IgE

6
01-May-21

Teknik pemeriksaan tinja


• Pemeriksaan tinja merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk
menegakkan diagnosis infeksi kecacingan.
• Pemeriksaan tinja dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara
kualitatif dan pemeriksaan kuantitatif.

Pemeriksaan kualitatif
• Pemeriksaan kualitatif bertujuan untuk mengetahui bahwa seseorang
terinfeksi kecacingan atau tidak.
• Pemeriksaan secara kualitatif dapat dilakukan dengan cara
(Natadisastra 2014):

7
01-May-21

Metode natif (direct slide)


• Metode natif dapat digunakan untuk mengidentifikasi kecacingan
dengan cepat juga baik terutama pada infeksi berat, namun sulit
menemukan telurnya pada kasus infeksi ringan.
• Larutan eosin (2%) atau larutan NaCl fisiologis (0.9%) digunakan
dalam metode pemeriksaan ini untuk memperjelas pembedaan telur
cacing dengan kotoran.
• Feses manusia diambil dengan menggunakan ujung lidi kemudian
dicampurkan dengan satu hingga dua tetes larutan NaCl (eosin),
kemudian diratakan lalu tutup dengan cover glass untuk dilihat
dengan mikroskop.

Metode apung (floating method)


• Dalam metode apung dipergunakan larutan gula atau larutan gula jenuh
atau larutan NaCl jenuh yang ditentukan berdasarkan berat jenis telur, telur
akan mengapung sehingga dapat dengan mudah untuk diamati.
• Untuk pemeriksaan feses yang mengandung sedikit telur metode apung
sangat efektif digunakan.
• Cara melakukan pemeriksaan tinja dengan metode apung ini yaitu
melarutkan feses dengan NaCl, kemudian diputar pada alat sentrifuge lalu
disaring.
• Selama lebih kurang lima hingga sepuluh menit didiamkan, kemudian ambil
larutan permukaan dengan bantuan lidi dan kemudian diletakkan di atas
object glass.
• Pemeriksaan dengan metode ini juga dapat dilakukan tanpa menggunakan
alat sentrifuge

8
01-May-21

Modifikasi metode Merthiolate Iodine


Formaldehyde (MIF)
• Dalam pelaksanaannya metode MIF menyerupai metode sedimentasi.
• Secara laboratoris metode ini mampu mendiagnosis adanya telur
cacing (Trematoda, nematoda dan cestoda), Giardia lamblia dan
amoeba di dalam feses.

Metode Selotip
• Metode selotip ini dapat digunakan untuk pemeriksaan telur
Enterobius vermicularis.
• Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum anak kontak
dengan air.
• Pemeriksaan dilakukan dengan cara menggunakan plester plastik
bening dan tipis dan ditempelkan pada lubang anus, kemudian plester
diperiksa pada object glass.

9
01-May-21

Teknik sediaan tebal atau kato


• Pemeriksaan dengan metode ini baik untuk mengidentifikasi
keberadaan telur cacing dan menghitung jumlahnya dalam feses.
Cellophane tape digunakan sebagai pengganti cover glass. Dengan
teknik ini telur cacing yang terindentifikasi akan lebih banyak karena
menggunakan lebih banyak feses. Dalam pelaksanaannya digunakan
malachite green agar latar warna hijau.

Metode sedimentasi formol ether (ritchie).


• Pemeriksaan sampel feses yang sudah lama sangat baik dilakukan
dengan Metode Ritchie.
• Adanya gaya sentrifugal pada metode ini dapat memisahkan suspense
dengan supernatannya hingga telur cacing dapat terendapkan.
• Dalam mencari jenis telur cacing dan kista protozoa metode
sedimentasi ini kurang efisien dibandingkan dengan metode floatasi

10
01-May-21

Pemeriksaan kuantitatif
• Pemeriksaan kuantitatif dilakukan untuk mengetahui jumlah telur
yang menginfeksi (Natadisastra 2014). Pemeriksaan ini terdiri dari
beberapa metode, diantaranya adalah Metode Stoll, Metode Harada
Mori, dan Metode Kato-Katz.

Metode stoll
• Larutan NaOH 0,1N digunakan sebagai pelarut feses dalam
pelaksanaan metode ini.
• Metode Stoll sangat baik untuk mendiagnosis infeksi berat dan
sedang, namun kurang efektif pada infeksi ringan.
• Feses dilarutkan kemudian dikocok hingga homogen dan semalaman
didiamkan, kemudian diperiksa di bawah mikroskop, dan dihitung
jumlah telurnya.

11
01-May-21

Modifikasi harada-mori
• Metode ini dapat menetukan dan mengidentifikasi beberapa jenis
larva infektif dari spesies Necator americanus, Ancylostoma
duodenale, Strongyloides stercoralis dan juga Trichostrongylus sp.
Pada kertas saring basah telur cacing dapat berkembang menjadi
larva infektif.
• Cara kerja metode ini yaitu feses dilarutkan dengan air, dikocok,
kemudian larutan disaring, kemudian dilakukan penyiraman kotoran
dalam saringan menggunakan air mengalir hingga hanya tersisa cacing
saja dalam saringan tersebut.

• Hasil saringan diletakkan pada petri disc kemudian dilarutkan kembali


dengan air. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan kaca
pembesar dan hendaknya dilakukan di dasar meja yang hitam
kemudian dihitung.

12
01-May-21

Metode Kato-katz
• Pemeriksaan metode Kato-Katz merupakan suatu pemeriksaan
sediaan tinja dengan cara ditutup dan diratakan di bawah ”cellophane
tape” yang sebelumnya telah direndam dalam larutan malachite
green.
• Pemeriksaan sampel feses melalui metode fiksasi formalin (10%)
dibuat langsung menggunakan mikroskop cahaya.
• Namun, metode ini tidak dapat membedakan antara Ancylostoma
duodenale dan Necator Americanus.
• Metode pemeriksaan Harada-Mori dengan menggunakan faecal
smear pada filter paper strip merupakan metode yang dapat
membedakan kedua spesies cacing tambang ini (Inge Sutanto 2016)

Dampak
• Tanda-tanda anemia defisiensi besi yang sering dijumpai antara lain yaitu
anemia mikrositikhipokrom, kadar total iron binding capacity tinggi, dan
kadar besi serum rendah.
• Adanya telur cacing tambang yang oleh telur A. lumbricoides yang
berbentuk dekortikasi merupakan suatu hal penting dalam melakukan
pemeriksaan laboratorium.
• Telur cacing akan berkembang, menetas dan mengeluarkan larva
labditiform apabila tinja dibiarkan lebih dari 24 jam tanpa diawetkan.
• Dengan pembiakan larva metode Harada-Mori, larva labditiform cacing
tambang dapat dibedakan dengan Strongyloides stercoralis dan
Trichostrongylus.
• Telur cacing tambang sangat mudah dilihat dengan sediaan basah
sedangkan gampang rusak dengan perwanaan permanen (Ismid S 2000).

13
01-May-21

Soil Transmitted Helminths (STH)


• Terdapat lima spesies cacing yang merupakan kelompok Soil
Transmitted Helminths (STH) yaitu Ascaris lumbricoides, Trichuris
trichiura, cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma,sp)
dan Strongyloides stercoralis.

Determinan
• Kebiasaan tidak pakai alas kaki keluar rumah.
• Kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum makan
• Kebiasaan cuci tangan pakai sabun setelah BAB
• Kebiasaan memotong kuku
• Kebiasaan konsumsi makanan mentah (sayur/lalapan)
• Kebiasaan buang air besar sembarangan (BABS)
• Hygiene perseorangan

14
01-May-21

Prevensi
• Menjaga kebersihan dan membiasakan diri untuk mencuci tangan.
Terutama setelah menggunakan kamar kecil, sebelum makan, atau
mempersiapkan makanan. Bawalah cairan disinfektan yang dapat
digunakan sepanjang hari.
• Cuci buah dan sayur hingga bersih sebelum dimasak.
• Masak makanan hingga matang. Perhatikan bahwa berbagai sumber
protein perlu suhu tertentu untuk mencapai kematangan masing-masing.
• Konsumsi air putih dalam kemasan atau air putih yang matang.
• Berikan obat cacing pada hewan peliharaan secara rutin, terutama untuk
anjing dan kucing.

Prevensi
• Buang kotoran hewan peliharaan di tempat sampah secepatnya.
Gunakan masker dan sarung tangan saat melakukan hal ini.
• Selalu gunakan alas kaki.
• Simpan alas kaki yang digunakan untuk aktivitas luar ruangan di luar
rumah

15
01-May-21

16

Anda mungkin juga menyukai