Anda di halaman 1dari 13

Pengertian Putusan Hakim, Syarat Putusan Hakim dan

Teknik Penyusunan Putusan


Disusun untuk melengkapi tugas Mata Kuliah : Hukum Acara Perdata
Dosen Pengampu : Muhammad Ulil Abshor, M.H.

Oleh :
Leli Azhumi 33030190080
Sinta Nurbayani 33030190081

JURUSAN HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

1
2021

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga, kami bisa menyelesaikan tugas makalah mengenai “Filsafat Ilmu” ini tepat
pada waktunya. Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk melengkapi tugas
Bapak Muhammad Ulil Abshor, M.H. Pada bidang Hukum Acara Perdata. Selain itu
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan Pengertian Putusan Hakim, Syarat
Putusan Hakim dan Teknik Penyusunan Putusan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad Ulil Abshor, M.H.
Selaku Dosen pengampu kami yang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat
menambah pengetahuan dan wawasan tentang bagian dari materi Hukum Acara Perdata ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ni masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Depok, 4 Maret 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

BAB I .............................................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ......................................................................................................................................... 4
Latar Belakang ........................................................................................................................................... 4
Rumusan Masalah ..................................................................................................................................... 5
Tujuan........................................................................................................................................................ 5
BAB II ............................................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 6
Pengertian Putusan Hakim ........................................................................................................................ 6
Syarat Putusan Hakim ............................................................................................................................... 8
Teknik Penyusunan putusan ..................................................................................................................... 9
BAB III .......................................................................................................................................................... 11
PENUTUP ................................................................................................................................................. 11
KESIMPULAN ........................................................................................................................................... 11
SARAN...................................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................... 13

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Eksistensi putusan hakim atau lazim disebut dengan terminologi “putusan
pengadilan” sangat diperlukan untuk menyelesaikan perkara perdata. Oleh karena
demikian diharapkan para pihak, baik Penggugat/Pemohon maupun
Tergugat/Termohon dapat menerima putusan sehingga orang yang “merasa” dan
“dirasa” haknya telah dilanggar oleh orang lain mendapatkan haknya kembali dan
orang yang “merasa” dan “dirasa” telah melanggar hak orang lain harus mengembalikan
hak tersebut.1

Apabila Majelis Hakim telah memeriksa suatu perkara yang diajukan


kepadanya, mereka harus menyusun putusan dengan baik dan benar. Untuk mengakhiri
sengketa yang diajukan, putusan tersebut harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk
umum, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 13 ayat (2) Undang-Undang Nomor 48
Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Apabila ditinjau dari visi hakim yang
memutus perkara, putusan hakim merupakan “mahkota” sekaligus “puncak” dan “akta
penutup” pencerminan nilai-nilai keadilan, kebenaran, penguasaan hukum dan fakta,
etika serta moral dari hakim bersangkutan.2

Putusan pada dasarnya merupakan proses ilmiah dengan Majelis Hakim sebagai
poros utamanya. Majelis Hakim memegang peranan sentral dalam membuat putusan
atas memutus sengketa yang sedang ditanganinya. Implementasi hukum dalam putusan
Majelis Hakim mengacu pada kerangka pikir tertentu yang dibangun secara sistematik.

1
Lilik Mulyadi, Putusan Hakim dalam Hukum Acara Perdata Indonesia; Teori, Praktek, Teknik
Membuat dan Permasalahannya, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2009), hal. 147.
2
Pasal 13 ayat (2)Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
berbunyi: ”Putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan dalam sidang
terbuka untuk umum”.

4
Doktrin atau teori hukum (legal theory) memegang peranan penting dalam
membimbing Majelis Hakim menyusun putusan yang berkualitas dan mampu
mengakomodir tujuan hukum, yaitu keadilan, kepastian dan kemanfaatan
hukum. 3Ketika Hakim memeriksa dan mengadili perkara agar dapat melahirkan suatu
putusan yang adil, yang berkepastian hukum dan bermanfaat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian putusan Hakim ?
2. Apa saja syarat putusan Hakim ?
3. Bagaimana teknik penyusan putusan ?

C. Tujuan
1. Agar pembaca memahami dari pengertian putusan Hakim.
2. Diharapkan pembaca mengetahi apa saja syarat pada putusan Hakim
3. Pembaca juga dapat memahami bagaimana teknik dari penyusunan putusan.

3
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicial
Prudence), (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. Ke-3, h. 213.

5
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Putusan Hakim


Tujuan diadakannya suatu proses di muka pengadilan adalah untuk memperoleh
putusan Hakim.4 Putusan Hakim atau lazimdisebut dengan istilah putusan
pengadilan merupakan suatu yang sangat diinginkan atau dinantikan oleh pihak
yang berperkara guna menyelesaikan sengketa diantara mereka dengan sebaik-
baiknya. Sebab dengan putusan hakim tersebut pihak-pihak yang bersengketa
mengharapkan adanya kepastian hukum dan keadilan dalam perkara yang mereka
hadapi.5
Untuk dapat memberikan putusan yang benar-benar menciptakan kepastian
hukum dan mencerminkan keadilan, Hakim sebagai aparatur negara yang
melaksanakan peradilan harus benar-benar mengetahui duduk perkara yang
sebenarnya, serta peraturan hukum yan mengaturnya yang akan diterapkan, baik
peraturan hukum yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan maupun
hukum yang tidak tertulis, 6seperti hukum kebiasaan. Karenanya dalam Undang-
undang tentang Kekuasaan Kehakiman dinyatakan, bahwa Hakim wajib menggali,
mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam
masyarakat. 7
Dalam beberapa literatur yang ada, para ahl hukum mencoba untuk memberikan
definisi terhadap apa yang dinamakan dengan putusan Hakim atau lazim disebut

4
M. Nur Rasaid Hukum Acara Perdata, cet. III, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2003), hal. 48.
5
Moh. Taufik Makarao, Pokok-pokok Hukum Acara Perdata, cet. I, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), hal.
124.
6
Riduan Syahrani, Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Umum, cet. I, (Jakarta: Pustaka
Kartini, 1998), hal. 83.
7
Indonesia, (a), op. cit., psl. 28 ayat (1).

6
dengan istilah putusan pengadilan. Terdapat beberapa definisi yang berbeda
mengenai putusan Hakim, namun bila dipahami secara seksama diantara definisi
tersebut maka kita akan mendapatkan suatu pemahaman yang sama antara satu
definisi dengan definisi lainnya.

Prof. Sudikno Mertokusumo, S.H. memberikan definisi putusan Hakim sebagai


suatu pernyataan yang oleh Hakim, sebagai pejabat yang dibberi wewenang itu,
diucapkan di persidangan dan bertujuan mengakhiri atau menyelesaikan suatu
perkara atau suatu sengketa antara pihak.8 Dalam definisi ini Prof. Sudikno
mencoba untuk menekankan bahwa yang dimaksud dengan putusan Hakim itu
adalah yang diucapkan di depan persidangan. Sebenarnya putusan yang diucapkan
di persidangan (uitspraak) 9memang tidak boleh berbeda dengan yang tertulis
(vonnis). 10
Namun, apabila ternyata ada perbedaan diantara keduanya, maka yang sah
adalah yang diucapkan, karena alhirnya putusan itu sejak diucapkan. Hal ini
sebagaimana yang diinstruksikan oleh Mahkamah Agung melalui surat edarannya
No. 5 Tahun 1959 tanggal 20 April 1959 No. 1 Tahun 1962 tanggal 7 Maret 1962
yang anatara lain menginstruksikan agara pada waktu putusan diucapkan kondep
putusan harus sudah selesai. Sekalipun maksud surat edaran tersebut ialah untuk
mencegah hambatan dalam penyelesaian perkara, tetapi dapat dicegah pula adnya
perbedaan isi putusan yang diucapkan dengan yang tertulis.11
Hal senada juga disampaikan oleh bebrapa ahli hukum lainnya, diantaranya
Muhammad Nasir yang mendefinisikan putusan Hakim sebagai suatu pernyataan
(statement) yang dibuat oleh Hakim sebagai pejabat negara yang diberi wewenang
untuk itu dan diucapkan di muka sidang dengan tujuan untuk mengakhiri atau
menyelesaikan suatu perkara antara para pihak yang bersengketa.
8
Mertokusumo, op. cit., hal. 158.
9
Wojowasito, op. cit., hal. 701.
10
Ibid., hal. 764.
11
Ibid.

7
Sementara itu, beberapa ahli Hukum lainnya, seperti Lilik Mulyadi dan Riduan
Syahrani, S.H. memberikan definisi putusan yang hanya terbatas dalam ruang
lingkup hukum acara perdata. Lilik Mulyadi memberikan definisi putusan Hakim
yang ditinjau dari visi praktik dan teoritis, yaitu putusan yang diucapkan oleh
Hakim karena jabatannya dalam persidangan perkara perdata yang terbuka untuk
umum setelah melaui proses dan prosedural hukum acara perdata pada umumnya
dibuat dalam tertulis dengan tujuan menyelesaikan atau mengakhiri suatu perkara
perdata. 12

2. Syarat Putusan Hakim


Dalam suatu putusan, pertimbangan hukum merupakan jiwa dan intisari putusan.
Pertimbangan hukum berisi analisis, argumentasi, pendapat atau kesimpulan hukum
dari Majelis hakim yang memeriksa perkara. Selain itu, dalam putusan juga diharuskan
menyebut pasal-pasal tertentu peraturan perundang-undangan yang diterapkan dalam
putusan, sebagaimana dimaksud dalam pasal 184 ayat (2) HIR yang menegaskan bahwa
apabila putusan didasarkan pada aturan undang-undamg yang pasti maka aturan itu
harus di sebut. Demikian juga diatur dalam pasal 50 ayat (1) Undang-Undang Nomor
48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang berbunyi “putusan pengadilan
selain harus memuat alasan dan dasar putusan, juga memuat pasal tertentu dari
peraturan perundang-undangan yang bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang
dijadikan dasar untuk mengadili”.

Dengan demikian, dalam suatu putusan Majelis Hakim harus mengemukan


analisis, argumentasi, pendapat, kesimpulan hukum, dan harus pula memuat alasan dan
dasar putusan, juga memuat pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan yang
bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang di jadikan dasar untuk mengadili.
Dalam mengambil keputusan, masing-masing hakim mempunyai hak yang sama dalam
melakukan tiga tahap yang mesti dilakukan hakin untuk memperoleh putusan yang baik
dan benar.

12
Syahrani, op. cit.

8
Pertama, tahap konstatir yaitu mengonstatir yang berarti bahwa hakim melihat,
mengetahui, membenarkan, telah terjadinya peristiwa, harus pasti bukan dugaan, yang
didasarkan alat bukti pembuktian. Kedua, tahap kualifisir yaitu mengkualifisir yang
berarti mencari atau menentukan hubungan hukum terhadap dalil atau peristiwa yang
tidak terbukti dengan peraturan perundang-undangan yang merupakan hukum materil
atau dapat dikatakan mencari penerapan hukum yang tepat terhadap dalil atau peristiwa
yang telah dikonstatir. Ketiga, tahap konstituir yaitu mengkonstituir atau menetapkan
hukumnya atau memberikan keadilan kepada para pihak yang berperkara.13

3. Teknik Penyusunan putusan

a. Diketik di kertas A4 dengan 1 ½ spasi


b. Font Arial size 12
c. Menggunakan kertas A4 70 gram
d. Ukuran margin sebagai berikut :
- Batas Atas 3 cm
- Batas Kiri 5 cm
- Batas Bawah 3 cm
- Batas Kanan 2 cm

Pada bagian kepala putusan ditulis nomor putusan yang diambil dari nomor
putusan yang diambil dari nomor perkara kemudian ada kata
“Bismillahirrahmanirrahim” dan “Demi keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa”, kemudian menyebutkan nama panggilan yang memutus perkara
serta jenis perkaranya.
Pada bagian identitas menyebutkan pihak-pihak serta kedudukannya dalam
perkara tersebut. Tentang kedudukannya perkara selalu dimulai dengan kata-
kata menimbang bahwa dan disusun secara kronologis dimulai dengan saat
13
https://pa-padang.go.id/tahap-tahap-dalam-membuat-putusan/diaksespadatanggal04/03/2021. Diakses
pada 8 Maret 2021. Pukul 12.00 WIB.

9
mengajukan gugatan, terdaftar dalam register perkara, dan gugatan, jawaban,
replik, alat-alat bukti serta kesimpulan para pihak. Tentang pertimbangan
hukum dimulai dengan kata-kata menimbang bahwa. Dan seterusnya sampai
pada pembebanan biaya perkara.
Amar putusan ditulis dengan kata-kata MENGADILI lalu baru buat putusan
sebagai jawaban dari petitum tergugat kemudian pada bagian penutup/hal
putusan ditulis hari/tanggal diajukan putusan oleh pengadilan….. dan nama
majelis hakim dan panitera penggantinya serta dihadiri atau tidak pihak-pihak
terperkara. Pada bagian bawah sebelah kanan ditulis hakim ketua yang
ditandatangani diatas materai dan sebelah kiri secara berurut kebawah nama
hakim anggota dan paling bawah perincian biaya perkara.14
Dalam proses penalaran hukum dari segi metodologinya mempunyai
urutan sebagai berikut :
1. Perumusan pokok sengketa
2. Penemuan fakta
3. Penemuan Hukum
4. Penalaran Hukum
5. Pengambilan keputusan / penerapan hukum
6. Penulisan putusan

Hakim sebelum memutukan suatu perkara harus melalui tahapan kegiatan


yaitu :

1. Mengkonstatir peristiwa hukum


2. Mengkualifisir peristiwa hukum yang diajukan para pihak
3. Mengkonstituir.15

14
http://www.pa-bangil.go.id/images/MATERI_MAKALAH/diaksespadatanggal06/03/2021 . Diakses pada 8
Maret 2021. Pukul 13.00 WIB.
15
Ibid

10
BAB III
PENUTUP

4. KESIMPULAN

Putusan Hakim atau lazimdisebut dengan istilah putusan pengadilan merupakan suatu
yang sangat diinginkan atau dinantikan oleh pihak yang berperkara guna menyelesaikan
sengketa diantara mereka dengan sebaik-baiknya. Terdapat beberapa definisi yang berbeda
mengenai putusan Hakim, namun bila dipahami secara seksama diantara definisi tersebut
maka kita akan mendapatkan suatu pemahaman yang sama antara satu definisi dengan
definisi lainnya. salah satunya yaitu dari Prof. Sudikno Mertokusumo, S.H. memberikan
definisi putusan Hakim sebagai suatu pernyataan yang oleh Hakim, sebagai pejabat yang
dibberi wewenang itu, diucapkan di persidangan dan bertujuan mengakhiri atau
menyelesaikan suatu perkara atau suatu sengketa antara pihak.

Dalam suatu putusan, pertimbangan hukum merupakan jiwa dan intisari putusan.
Pertimbangan hukum berisi analisis, argumentasi, pendapat atau kesimpulan hukum dari
Majelis hakim yang memeriksa perkara. Selain itu, dalam putusan juga diharuskan
menyebut pasal-pasal tertentu peraturan perundang-undangan yang diterapkan dalam
putusan, sebagaimana dimaksud dalam pasal 184 ayat (2) HIR yang menegaskan bahwa
apabila putusan didasarkan pada aturan undang-undamg yang pasti maka aturan itu harus di
sebut. Dalam suatu putusan Majelis Hakim harus mengemukan analisis, argumentasi,
pendapat, kesimpulan hukum, dan harus pula memuat alasan dan dasar putusan,

• Teknik Penyusunan putusan

a. Diketik di kertas A4 dengan 1 ½ spasi

b. Font Arial size 12

c. Menggunakan kertas A4 70 gram

d. Ukuran margin sebagai berikut :

11
- Batas Atas 3 cm

- Batas Kiri 5 cm

- Batas Bawah 3 cm

- Batas Kanan 2 cm

5. SARAN
Saya sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan
dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki
makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan
nantinya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang
pembahasan makalah diatas.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://www.pa-bangil.go.id/images/MATERI_MAKALAH/diaksespadatanggal06/03/2021

https://pa-padang.go.id/tahap-tahap-dalam- Mertokusumo, op. cit., hal. 158. membuat-


putusan/diaksespadatanggal04/03/2021

Indonesia, (a), op. cit., psl. 28 ayat (1).

Mertokusumo, op. cit., hal. 158.

M. Nur Rasaid Hukum Acara Perdata, cet. III, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2003), hal.
48.

Moh. Taufik Makarao, Pokok-pokok Hukum Acara Perdata, cet. I, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2004), hal. 124.

Riduan Syahrani, Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Umum, cet. I, (Jakarta:
Pustaka Kartini, 1998), hal. 83.

Syahrani, op. cit.

Wojowasito, op. cit., hal. 701.

13

Anda mungkin juga menyukai