Anda di halaman 1dari 12

HADIS SEBAGAI SUMBER AGAMA DAAN

FUNGSI HADIS
TERHADAP AL-QUR’AN

KELOMPOK 2
DOSEN PENGAMPU
HELFINA ARIYANTI, M. Ag.
Annisa KELOMPOK 2 Annisa
Fitria Fitria

Annisa Evi Isniya


Dellya
Fitria Rezita

200103040057 200103040015 200103040088

Muhammad Nabila Putri


Maulida
Rifqi Rayyan
Ariani
Aghnaita Rabbani

200103040041 200103040054 200103040103


Hadis Sebagai Sumber Agama Islam
Hadis secara bahasa bermakna dhiddu al-qadim (lawan dari lama atau baru). Yang
dimaksud dengan hadits secara umum adalah setiap kata-kata yang diucapkan dan
dinukil serta disampaikan oleh manusia, baik kata-kata itu diperoleh melalui
pendengaran atau wahyu ketika dalam keadaan terjaga ataupun tidur. Adapun
secara istilah, hadits adalah apa saja yang disandarkan kepada Nabi, baik berupa
perkataan, perbuatan, taqrir (persetujuan Nabi terhadap suatu perbuatan atau
ucapan yang datang dari sahabatnya) atau sifat.
Sekiranya hadis Nabi hanya berkedudukan sebagai sumber sejarah, niscaya
perhatian ulama terhadap penelitian kesahihan hadis akan lain daripada yang ada
sekarang ini. Kedudukan hadis, menurut kesepakatan mayoritas ulama, adalah
sebagai salah satu sumber ajaran Islam. Akan tetapi, terdapat juga sekelompok
kecil dan kalangan "ulama" dan umat Islam telah menolak hadis sebagai salah satu
sumber ajaran Islam.Mereka ini biasa dikenal sebutan inkar al-Sunnah.
Segi Historis
Secara historis, ajaran-ajaran al-Qur’an
sudah sempurna dengan berakhirnya
masa turunnya wahyu al-Qur’an, di mana
ketika nabi masih hidup, beliaulah yang
memang menjelaskan secara otoritatif
terhadap sifat global al-Qur’an. Namun
setelah sepeninggal beliau maka
penjelasan otoritatif oleh Nabi sudah
tidak ada lagi. Oleh karena itu, hadith-
hadith Nabi merupakan turunan langsung
dari semua tindakan beliau dalam
menafsirkan ajaran-ajaran al-Qur’an
dalam tataran kehidupan nyata. Hadith-
hadith beliau adalah warisan beliau satu-
satunya (selain Al-Qur’an)
Fungsi Al-Hadits Terhadap Al-Qur`an

Keberadaan hadits bagi kalangan umat muslim memiliki banyak sekali fungsi, salah
satunya adalah sebagai pemerjelas isi dari Al-Qur’an. Oleh karena itu, dua unsur
hukum tersebut Mission
tidak mungkin bisa dipisahkan karena sifat mereka adalah saling
melengkapi. Contoh, dalam masalah ibadah shalat, Al-Qur’an tidak menyebutkan
tata cara shalat dengan rinci, tetapi dalam hadits , ibadah tersebut dijelaskan secara
rinci. Contoh lain, masalah pembagian warisan, Al-Qur’an hanya menyebutkan
bagian dari beberapa ahli waris tertentu, tetapi dalam hadits, semua bagian ahli
waris dipaparkan dengan rinci, maka muncullah Ilmu Faraidh.
Fungsi Hadis

Bayan Al- Bayan At- Bayan At- Bayan


Taqrir Tafsir Tasyri’ Nasakh

Memperjelas Menafsirkan Memberi Mengganti


isi Al Quran isi Al Quran kepastian ketentuan
hukum islam terdahulu
yang tidak ada
di Al Quran
Fungsi Hadis
Bayân taqrir ialah al-Hadits yang berfungsi menetapkan,
memantapkan, dan mengokohkan apa yang telah ditetapkan
al-Qur`ân, sehingga maknanya tidak perlu dipertanyakan
lagi. Ayat yang ditaqrir oleh al-Hadits tentu saja yang sudah
jelas maknanya hanya memerlukan penegasan supaya
BAYAN AL- jangan sampai kaum muslimin salah menyimpulkan
TAQRIR

Contoh: Q.S. Al-Baqarah:185


Artinya "Barangsiapa yang menyaksikan bulan Ramadhan
maknanya sama maka hendaklah shaum“
dengan Al-Qur`an, Diperjelas:
hanya lebih tegas “Rasulullah SAW bersabda, Shaumlah kalian karena melihat
ditinjau dari bahasanya tanda awal bulan ramadhan dan berbukalah kalian karena
maupun hukumnya melihat tanda awal bulan syawal. (HR.Muslim.)
Fungsi Hadis
Memberikan tafsiran (perincian) terhadap isi Al-
Qur’an yang masih memiliki sifat umum/global
(mujmal), memberikan batasan pada ayat-ayat
yang sifatnya mutlak (taqyid), serta
mengkhususkan (takhsish) pada ayat-ayat yang
BAYAN AT- masih umum.
TAFSIR
Contoh: Q.S. Al-Baqarah:43
Artinya “Dan dirikanlah shalat, tunaikan zakat, dan rukuklah
beserta orang yang rukuk”
Ditafsirkan:
‫صلّ ِى‬
َ ُ ‫صلُّ ْوا َك َما َرأ َ ْيت ُ ُم ْونِى ا‬
َ
“Sholatlah sebagaimana engkau melihat aku shalat” (HR.
Bukhari)
Fungsi Hadis
pemberi kepastian hukum yang tidak dijelaskan dalam Al-
Qur'an. Biasanya Al-Qur’an hanya menerangkan pokok-
pokoknya saja. Maka, dibutuhkan kepastian hukum khusus
dalam menelaah pokok-pokok hukum di dalam Al-Qur’an.
Misalnya hadis yang berbicara tentang penetapan haramnya
mengumpulkan wanita bersaudara untuk menjadi istri, hukum
BAYAN AT-
merajam penzina yang masih perawan, dan hukum tentang
TASYRI’ waris bagi seorang anak

Contoh:
ِ‫سبَاع‬
ّ ِ ‫ب ِمنَ ال‬ َ ‫سلَّ َم‬
ْ ‫ع ْن ُك ِّل ذ‬
ِ َ ‫ِي نا‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ّ ‫صلَى‬
َ ُ‫ّللا‬ ّ ‫س ْو ُل‬
َ ُ‫ّللا‬ ُ ‫نَ َهى َر‬

“Rasulullah SAW melarang memakan daging binatang buas yang


mempunyai taring” (HR. Muslim dari Ibnu Abbas)
Fungsi Hadis
Kata nasakh secara bahasa berarti ‘ibthal (membatalkan),
izalah (menghilangkan), tahwil (memindahkan) dan taghyir
(mengubah). Ketentuan yang datang kemudian menghapus
ketentuan yang datang terdahulu, karena yang terakhir
dianggap lebih luas dan cocok dengan nuansanya.
BAYAN
NASAKH Contoh:
‫الوصية لوارث‬
“Tidak ada wasiat bagi ahli waris.”
Hadis ini menurut para ulama menasakh firman Allah SWT
Q.S. Al-Baqarah: 180
Terjemahnya:
“Diwajibkan atas kamu, apabila maut hendak menjemput seseorang di
antara kamu, jika dia meninggalkan harta, berwasiat untuk kedua
orang tua dan karib kerabat dengan cara yang baik, (sebagai)
kewajiban bagi orang-orang yang bertakwa.”
SIMPULAN

Kedudukan hadis, menurut kesepakatan


mayoritas ulama, adalah sebagai salah satu
sumber ajaran Islam. Pada masa Kerajaan
Abbasiyyah barulah ada sekelompok kecil umat
Muslim yang menolak sunnah sebagai salah
satu sumber ajaran Islam.
Hadith memiliki banyak sekali fungsi,
diantaranya adalah untuk memperjelas,
menafsirkan, mengganti ketentuan terdahulu,
serta memberi kepastian yang tidak ada dalam
Al-Qur’an. Kita sebagai umat muslim, wajib
berpedoman pada hadits yang statusnya
adalah dasar hukum kedua setelah Al-Qur’an.
Thank you!

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including


icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik.

Anda mungkin juga menyukai